Anda di halaman 1dari 89

Perbankan Darah dan

Transfusi

Bagian Patologi Klinik FK Unsri


A 17 year-old girl suffered from anemia
(Hb 5,8 g/dL, Ht 16,8%). Transfusion of two
units of PRC was ordered. During the
administration of the second unit, her
temperature increased to 39,4C and she
developed facial edema. The patient’s
blood pressure remained stable.
Keterampilan Minimal yang Harus Dikuasai oleh
Lulusan Dokter Layanan Primer
Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan
secara mandiri
• Lulusan dokter dapat memperlihatkan
keterampilannya tersebut dengan menguasai
seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara
melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi.
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
Sistem Golongan Darah O
Uji Kompatibilitas Pratransfusi U
Terapi Komponen Darah
T
Reaksi Transfusi
L
Pelayanan Darah di Indonesia
I
N
E
Sistem Golongan Darah
Golongan Darah
• Presence atau absence substansi antigenik
(aglutinogen) pada permukaan RBC

• Tersusun dari glikoprotein atau glikolipid


• Diwariskan dari orang tua
• Imunogenik (mampu menginduksi respon imun) 
aglutinin (normal seseorang membentuk aglutinin
terhadap aglutinogen yang tidak dimiliki oleh
RBCnya sendiri)
Golongan Darah
• Terdapat ± 200 antigen dan 29 sistem
golongan darah
Sistem ABO
• Gen A, B,dan O terletak di kromosom 9
• Gen H terletak di kromosom 19
Sistem ABO
Sistem ABO
Subgolongan A
• Yang sering dijumpai gen A1 dan A2
• A2 transferase kurang efektif  tidak seluruh
rantai H dikonversi menjadi rantai A
Perbedaan kuantitas: Perbedaan kualitas:
Perbedaan struktur A1 dan A2
Jumlah AgA A1 > A2
pada percabangan rantai
(1 juta : 250 ribu) oligosakarida  orang dengan
A2 dapat membentuk anti-A1
Perubahan Tipe ABO
Fisiologis:
Newborn: ekspresi antigen lemah karena belum berkembang
sempurna
Kehamilan: level transferase menurun  normal kembali setelah
melahirkan
Patologis:
Pada leukemia akut atau penyakit mieloproliferatif kronik terjadi
penurunan aktivitas transferase dan imunoglobulin, ekspresi antigen
melemah  gol.A tampak sebagai gol.O  bila remisi gol.darah
kembali normal
Bacterial-induced acquired B: pada kanker kolorektal, obstruksi usus
dan infeksi gram negatif. Enzim bakteri gram (-) mentransformasi
GalNAc  α-galactosamin (Ag B-like)  bereaksi dengan anti-B
Sekretor
• Antigen A, B, H selain terdapat di permukaan
sel (RBC, WBC, trombosit, endotel) juga dapat
ditemukan dalam bentuk larut di saliva, urine,
ASI, air mata dan keringat  gen Sekretor (Se)
pada kromosom 9, sifat autosomal dominan
• Terdapat pada 80% populasi
• Bermanfaat pada bidang forensik
Bombay Blood Group
• Genotip hh, fenotip Oh
• Membentuk anti-A, anti-B dan anti-H
Sistem Rhesus
• Gen-gen sistem Rh terletak di kromosom 1
• Antigen: C, c, D, d, E dan e  antigen D paling
imunogen
• Varian D: weak D dan partial D
Sistem Rhesus
Weak D:
• Seluruh AgD terekspresikan tapi lebih sedikit,
lemah dan bereaksi lambat akibat tersuppresi
oleh alel sistem Rh yang lain (misal C)
Partial D:
• Mengekspresikan AgD namun kekurangan 1 atau
lebih epitop  bila menerima darah Rh (+) akan
membentuk antibodi terhadap epitop yang
hilang tersebut
Antibodi ABO
Antibodi Rhesus
• Antibodi sistem ABO  natural occuring
antibody atau non red cell stimulated (NRCS) 
diproduksi sebagai respon imun terhadap
stimulan dalam lingkungan yang strukturnya
mirip antigen A dan B (berasal dari bakteri
intestinal/makanan) yang masuk ke dalam tubuh
 terbentuk sesudah umur 3-6 bulan. Sebagian
besar terdiri dari IgM, sebagian kecil IgG dan IgA
• Antibodi sistem Rhesus: umumnya IgG,
terbentuk hanya bila ada stimulus antigenik pada
RBC seperti transfusi atau kehamilan
Uji Kompatibilitas
Pratransfusi
Tahapan Uji Cocok Serasi

Gol.Darah ABO dan Skrining dan


Crossmatch
Rhesus Identifikasi Antibodi
(1.a) Penentuan Golongan Darah ABO
Metode slide:
• Teteskan anti-A, anti-B,
anti-AB masing-masing 1
tetes
• Tambahkan darah utuh
atau suspensi eritrosit
masing-masing 1 tetes
• Aduk, goyang 2 menit,
amati terdapat aglutinasi
atau tidak
(1.b) Penentuan Golongan Darah ABO

• Metode tabung:
1. Cell/forward grouping: RBC pasien + antisera
komersil (anti-A, anti-B, anti-AB)
2. Serum/reverse grouping: serum pasien +sel
A1 dan sel A2 (bila ada), sel B, sel AB, sel O
(1.b) Penentuan Golongan Darah Rhesus

• Metode Slide  sama seperti pada


pemeriksaan sistem ABO, hanya yang digunakan
adalah anti-D
• Interpretasi:
Ada aglutinasi  Rh (+)
Tidak ada aglutinasi  konfirmasi dengan tes
weak D:
a. tidak ada aglutinasi  Rh (-)
b. ada aglutinasi Rh (+)
(2) Skrining dan Identifikasi Antibodi
Tujuan:
• Skrining: mendeteksi antibodi eritrosit selain anti-A atau anti-B
 unexpected/irregular antibody  hanya 0,3-2% populasi
yang memiliki
• Bila ada antibodi yang terdeteksi dilakukan identifikasi antibodi
Beberapa antibodi yang penting secara klinis:
 Anti-Rh
 Anti-Kell
 Anti-Duffy
 Anti-Kidd
 MNS system
(2) Skrining dan Identifikasi Antibodi

Antibody Screening: detection Antibody Identification

Recipient’s Recipient’s
Screening cells Panel cells
serum/plasma serum/plasma
Hasil Identifikasi Antibodi
Pencocokan Silang/Crossmatch (XM)
Tujuan: memastikan kompatibilitas ABO dan mengetahui
apakah ada Ab yang tidak teridentifikasi
• XM major: reaksi antara sel donor dan serum/plasma
resipien
• XM minor: reaksi antara serum atau plasma donor
dengan sel resipien
Bila tidak ditemukan antibodi pada uji skrining lakukan
aglutinasi langsung/immediate spin crossmatch: serum
pasien + RBC donor  sentrifus segera  lihat apakah
ada hemolisis atau aglutinasi
Pencocokan Silang/Crossmatch (XM)
Bila hasil skrining Ab (+)  tes antiglobulin:
Indirect Antiglobulin Test (IAT)/Coomb’s indirek: untuk mengetahui
adanya sensitisasi RBC in vitro
Suspensi eritrosit donor + serum resipien disentrifus amati 
inkubasi pada suhu 37oC selama 30’-60’  sentrifus  amati  cuci
dengan NaCl fisiologis 3-4 kali  tambahkan antihuman globulin (AHG)
 sentrifus  amati aglutinasi/hemolisis

Direct Antiglobulin Test (DAT): untuk mengetahui adanya sensitisasi RBC


in vivo  membantu diagnosis reaksi transfusi hemolitik tipe lambat,
anemia hemolitik autoimun
Eritrosit dicuci 3-4 kali dengan NaCl fisiologis  tambahkan AHG
polispesifik  bila ada aglutinasi  (+)  ulangi tes dengan AHG
monospesifik
Terapi Komponen Darah
Whole Blood
• Diberikan bila diperlukan peningkatan kapasitas angkut oksigen
sekaligus ekspansi volume
• Indikasi:
1. Perdarahan
2. Transfusi tukar pada neonatus (untuk mencegah komplikasi
neurologis [kernicterus] disebabkan oleh peningkatan konsentrasi
bilirubin indirek yang cepat)
3. Kondisi dimana sebagian besar komponen darah diperlukan misal:
anemia aplastik, DHF dengan perdarahan, hemofilia dengan
anemia
• Risiko overload dan reaksi transfusi lebih besar, sudah jarang
digunakan
Pemisahan Komponen Darah
Teknik Sentrifugasi
Pemisahan Komponen Darah
Teknik Aferesis
Aferesis
• ‘phaeresis’  taking away
• Prosedur pengambilan komponen darah
• Tujuan:
1. Untuk mengumpulkan komponen darah dalam dosis
tertentu dari donor tunggal misal plateletpheresis
2. Untuk membuang atau menukar komponen darah
tertentu misal Therapeutic Plasma Exchange (TPE) 
plasma diambil diganti dengan larutan koloid pada
pasien myasthenia gravis, sindrom Guillain-Barre,
familial hypercholesterolemia
Produk RBC: PRC (Packed Red Cell)
• Indikasi: menaikkan kapasitas angkut oksigen pada pasien
anemia misalnya:
1. Thalassemia
2. Anemia pada gagal jantung
3. Anemia pada kehamilan
4. Gagal ginjal
• Nilai ambang Hb 6-7 g/dl
• Komponen: 55-75% hematokrit, plasma, WBC, trombosit
• Satu unit PRC dapat meningkatkan kadar Hb 1 g/dl atau Ht
3% pada orang dewasa
Perkiraan Kebutuhan PRC
• Berapa jumlah unit PRC yg dibutuhkan utk
meningkatkan hematokrit dari 12% menjadi 30%
pada orang dgn BB 72 kg?
• Volume darah total = 7% x 72 = 5 L
• Satu unit PRC berisi ±200 ml RBC yg akan
didistribusikan ke 5 L darah = 200/5000 x 100% =
4%
• Utk meningkatkan Ht 18% = 18/4 = 4,5 atau 5
unit PRC
Produk RBC: WRC (Washed Red Cell)
• WRC  PRC yang dicuci dengan larutan isotonik salin
untuk membuang protein-protein plasma, leukosit dan
trombosit
• Indikasi:
1. mencegah reaksi transfusi alergik yang diperantarai
oleh antibodi resipien (IgE) dengan protein plasma
donor misalnya urtikaria hingga bronkospasme,
direkomendasikan bila telah terjadi reaksi berulang
dan berat
2. Mencegah reaksi anafilaksis pada defisiensi IgA
Produk RBC: Leucocyte Poor Red Cells

• Leukosit dipisahkan dari RBC dengan


sentrifugasi atau filtrasi
• Indikasi:
1. Mencegah FNHTR (febrile nonhemolytic
transfusion reaction)
2. Mencegah aloimunisasi terhadap antigen
HLA pada pasien yang mendapat transfusi
berulang
Produk RBC: Frozen Red Cells
• Antikoagulan standar darah  CPDA-1  mempertahankan darah
hingga 35 hari
• Bila menggunakan cryoprotective agent  Gliserol  mencegah
kerusakan dinding sel  dapat disimpan hingga 10 tahun (suhu
<65oC)
• Proses pembekuan menghancurkan komponen darah lain
(leukosit, trombosit, plasma)
• Sebelum digunakan PRC dicairkan, dicuci, lalu diresuspensi dengan
larutan isotonis yang mengandung glukosa
• Biasanya digunakan untuk transfusi autolog (orang dengan
golongan darah jarang atau pernah mengalami reaksi transfusi
berat bahkan dengan WRC)
Trombosit
• Berdasarkan sumbernya:
1. Trombosit dari darah lengkap (5,5x1010)
2. Trombosit dari aferesis  kandungan trombosit lebih
tinggi (3x1011), risiko infeksi lebih kecil, harga lebih mahal
• Usia trombosit 8-10 hari in vivo, produk trombosit dapat
disimpan pada suhu 22oC maksimum 5 hari
• Transfusi 1 unit trombosit dari WB dapat meningkatkan
jumlah trombosit 5000-10.000/ml
• Pemantauan  10 menit-3 jam pertama, setelah 24 jam
Antibodi Trombosit
• Trombosit memiliki antigen RBC (hanya A, B dan
H) juga antigen-antigen HLA (human leucocyte
antigen) terutama klas I dan antigen trombosit
yang khas
• Disarankan, tapi tidak diharuskan, cocok
gol.ABOnya
• Bila sudah tersensitisasi disarankan penggunaan
trombosit yang tipe HLA sudah ditentukan
Indikasi Transfusi Trombosit
• Profilaksis perdarahan misalnya pada:
1. Gangguan pembentukan trombosit, seperti pada aplasia
sumsum tulang (contoh; pascakemoterapi) transfusi bila
trombosit <10.000/ml
2. Tindakan invasif  tergantung tindakan, misal pada
neurosurgery trombosit dipertahankan >100.000/ml
3. Gangguan fungsi trombosit
• Terapeutik  perdarahan masif (butuh >10 unit PRC) pada pasien
dengan trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
• Kontraindikasi  pasien dengan trombositopenia autoimun atau
thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) kecuali untuk life
saving
Granulosit
• Diperoleh dari sentrifugasi atau aferesis (1x1010)
• Transfusi jarang dilakukan
• Beberapa kondisi dimana transfusi granulosit dapat
dipertimbangkan:
1. Granulositopenia berat (< 500/ml)  misal pada
pasien kemoterapi
2. Sepsis pada neonatus
3. Hipoplasia myeloid
4. Demam yang tidak respon terhadap antibiotika
Produk Plasma: FFP (fresh frozen plasma)
• FFP  plasma dari WB yang dibekukan pada suhu -18 oC
dalam 6-8 jam setelah pengambilan (dapat disimpan hingga
1 tahun)
• Mengandung faktor pembekuan labil (V, VIII), semua faktor
pembekuan lainnya dan protein plasma
• Volume 1 unit  250 ml (dengan sentrifugasi) dan 800 ml
(dengan aferesis)
• Sebelum digunakan dicairkan dahulu selama 20-30 menit 
harus digunakan dalam 24 jam
• Sediaan lain  F 24 dan cryoprecipitate-poor FFP (untuk
pengobatan TTP karena tidak mengandung vWF)
Indikasi Transfusi FFP
Untuk mengoreksi defisiensi faktor-faktor koagulasi
• Perdarahan pada pasien dengan penyakit hepar
berat atau pasca transplantasi hepar
• Perdarahan masif (karena terjadi dilusi
koagulopati)
• DIC (disseminated intravascular coagulation)
• Mengatasi efek warfarin
Alternatif dosis  8-10ml/kgBB hingga 20 ml/kgBB
Nilai ambang PT dan aPTT ≥ 1,5xN
Produk Plasma: Kriopresipitat
• Kriopresipitat  FFP yang telah dicairkan pada suhu 1-6oC,
supernatan dipisahkan dan sedimennya dibekukan
• Volume 1 unit 10-15 ml mengandung 80-100 IU F VIII, F XIII, 40-
70% vWF, 150-250 mg fibrinogen
• Indikasi transfusi kriopresipitat:
1. Defisiensi fibrinogen
2. Penyakit vonWillebrand
3. Fibrin glue  campuran fibrinogen dan trombin  proses
hemostasis lokal pada pembedahan
4. Perdarahan pada penderita uremia
5. Hemofilia A
Produk Plasma Lainnya
• Konsentrat faktor VIII  pengobatan hemofilia A
• Konsentrat faktor IX  pengobatan penyakit
Christmas
• Albumin  untuk pasien dengan gangguan sintesis
albumin (penyakit hepar, malnutrisi, sindrom
nefrotik, atau protein-losing enteropathy)
• Preparat globulin serum  misal VZIG (varicella
zooster immunoglobulin)
• Inhibitor protease plasma  misalnya untuk pasien
dengan defisiensi alfa-1-antitripsin (emfisema)
Transfusi Rasional
• Indikasi yg benar
• Pemilihan produk
darah yg benar
• Penentuan dosis yg
benar
• Pada pasien yg benar
 1 dari 12 ribu unit
darah diberikan kpd
pasien yg salah
Pelaksanaan Transfusi
• Akses vena
• Premedikasi bila diperlukan
• Suhu unit darah
• Pengisi/pembilas IV line  NaCl 0,9%
• Kecepatan transfusi 1 unit PRC 1-2 jam  25-50 ml pertama
pelan-pelan (neonatus dan anak ±10 ml/kgBB selama 2-3 jam)
• Monitoring kondisi pasien pada 5’ pertama dan setiap 15’
berikutnya
• Transfusi harus habis dlm 4 jam
• Penggunaan electronic pump (bila kecepatan tetesan <40
ml/jam)
DarahTIDAK boleh
ditransfusikan bila:
• Eritrosit berwarna
ungu/hitam  tanda
kontaminasi
• Plasma berwarna
pink/merah  tanda
hemolisis
• Adanya bekuan
• Tanda
kebocoran/kerusakan
kantong darah atau tanda
kantong sdh pernah dibuka
• Terlalu lama berada di luar
lemari pendingin
Pelaksanaan Transfusi
Reaksi Transfusi
Reaksi Transfusi
• Definisi: Gejala atau tanda klinis yang tidak diperkirakan
atau tidak diinginkan yang terjadi pada pasien selama
atau setelah pemberian suatu komponen darah
• Pertimbangkan:
1. Keadaan pasien
2. Penyakit primer yang mendasari
3. Jenis komponen darah yang diberikan
4. Volume yang diberikan
5. Apakah hasil uji skrining antibodi pasien positif
• Klasifikasi: akut (dalam 24 jam) >< lambat, imun ><
nonimun
Reaksi Transfusi
• Yg paling sering terjadi
 urtikaria (10-20
ribu/1 juta transfusi),
diikuti demam (5-10
ribu/1 juta transfusi)
• Reaksi hemolitik akut
yg fatal  1-2 kasus/1
juta transfusi
• Inkompatibiliti ABO 
1 dari 10-40 ribu
transfusi
Reaksi Transfusi Akut Nonimun
• Hemolitik: akibat destruksi mekanis misal
pompa infus, terpaparnya eritrosit pada suhu
ekstrim >50oC atau <0oC (penggunaan alat
penghangat darah yang tidak berfungsi baik)
atau pencemaran oleh bakteri (pelepasan
enzim-enzim bakteri menghemolisis sel darah)
• Gambaran klinis: syok kardiovaskular, demam
(>40oC dalam 90 menit setelah transfusi), rigor
Reaksi Transfusi Akut Nonimun
Circulatory overload: akibat pemberian transfusi
terlalu cepat atau banyak
Sesak nafas, batuk-batuk, edema perifer, CVP
meningkat dan tanda-tanda gagal jantung kongestif
lainnya
Terapi:
- hentikan transfusi
- berikan oksigen, posisi berbaring setengah duduk
- pertimbangkan plebotomi
Reaksi Transfusi Akut Nonimun
• Agregat: kumpulan debris trombosit, leukosit
dan fibrin  dapat menyebabkan oklusi
mikrosirkulasi dalam paru  gawat napas
• Komponen selular harus ditransfusikan dengan
penyaring darah standar (150 µm)
• Metabolik: perubahan terjadi selama darah
disimpan (storage lesion)  hiperkalemia,
hipokalsemia, toksisitas sitrat, asidosis,
hipernatremia
Reaksi Transfusi Akut Imun
Reaksi Hemolitik:
• Terutama karena ketidakcocokan ABO
• Diperantarai IgM
• Gejala: demam, menggigil, hipotensi, takikardia, takipnea, nyeri pinggang,
nyeri di tempat transfusi
• Komplikasi: gagal ginjal, DIC, syok, kematian
• Tatalaksana:
transfusi segera dihentikan, ganti infus set, beri infus NaCl 0.9%
observasi tanda vital
syok  adrenalin 0.1-0.2 mg iv diulangi tiap 5–15 menit sampai sirkulasi
membaik
urin < 1 ml kg/jam  furosemid 1-2 mg/kg
Kirimkan sisa unit darah dengan infus set yang dipakai, serta urin (baru)
dan sampel darah pasien dalam 2 tabung
Reaksi Transfusi Akut Imun
Reaksi Nonhemolitik:
Demam:
• terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang atau ibu
multipara
• Umumnya disebabkan oleh antibodi leukosit yang menyebabkan
pelepasan sitokin pirogenik (IL-1, IL-6, dan TNF-α)
• Gejala: demam, nyeri kepala, malaise (harus dibedakan dari
reaksi hemolitik akut dan kontaminasi bakteri)
• Tatalaksana:
Transfusi segera dihentikan, ganti set infus, beri infus NaCl 0.9%
Observasi tanda vital
Antipiretika
Reaksi Transfusi Akut Imun
Reaksi Nonhemolitik:
Urtikaria:
• Akibat resipien alergi terhadap protein-protein dalam
plasma donor
• Mekanisme: hipersensitivitas tipe cepat diperantarai
oleh IgE
• Gejala: pruritus, urtikaria, sesak akibat bronkospasme
• Tatalaksana: ringan  transfusi diperlambat, beri
antihistamin, berat  transfusi dihentikan, beri NaCl
fisiologis, antihistamin, steroid dan bronkodilator,
observasi tanda vital
Reaksi Transfusi Akut Imun
Reaksi Nonhemolitik:
Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI):
• Interaksi antibodi resipien >< granulosit/HLA
donor, aktivasi komplemen, agregasi granulosit
menyebabkan thrombosis mikrovaskular paru
 kapiler rusak  edema paru
• Gejala: distres pernapasan, sianosis, batuk
nonproduktif
• Tatalaksana: alat bantu napas, steroid
Reaksi Transfusi berupa Demam
Reaksi Transfusi Tipe Lambat
• Semua efek samping pemberian komponen darah
yang terjadi 24 jam atau lebih setelah transfusi
Reaksi Hemolitik Tipe Lambat:
• Disebabkan oleh antibodi, yang sering adalah anti-
Jk, anti-c dan anti-E, anti-Fy
• Gejala: demam, penurunan Hb/Ht yang tidak
jelas, peningkatan bilirubin (ikterik ringan) 
tidak seberat reaksi hemolitik akut
• Sering terjadi pada 5-7 hari setelah transfusi
Reaksi Transfusi Tipe Lambat
Transfusion-Associated Graft-versus-Host Disease:
• Limfosit-T yang ditransfusikan menyerang sel host
• Terutama terjadi pada orang yang immunocompromised
• Gejala: demam, rash makulopapular eritematous, diare,
mual, muntah, ikterik (peradangan hepar), aplasia
sumsum tulang
• Tatalaksana: biasanya tidak responsif terhadap
pengobatan
• Pencegahan: transfusi dengan darah yang diradiasi (sinar-γ
minimal 2500 cGy  mematikan limfosit tapi tidak
merusak sel lainnya)
Reaksi Transfusi Tipe Lambat
Purpura Paskatransfusi
• Terjadi pada orang yang tidak memiliki antigen
trombosit HPA-1A dan sudah memiliki antibodi
dari kehamilan atau transfusi sebelumnya
• Pembentukan kompleks antigen-antibodi
sekuestrasi  trombositopenia 7-10 hari post-
transfusi
Efek Transfusi Lainnya
Transmisi penyakit:
 Virus: hepatitis B dan C, HIV, West Nile virus, Cytomegalovirus,
Parvovirus-19, HTLV
 Bakteri: Yersinia, Pseudomonas, Serratia , Acinetobacter,
Escherichia
 Parasit: Plasmodium, Trypanosoma, Leishmania, Babesia microti
Hemosiderosis:
 akumulasi besi di organ-organ pada pasien yang mendapat
transfusi terus menerus
1 unit PRC mengandung 250 mg besi, simpanan besi tubuh 500-
1500 mg, ekskresi besi 1 mg/hari
Pencegahan: terapi kelasi besi
Reaksi Transfusi yang Baru Dikenali
Dihubungkan dengan pemakaian filter pereduksi leukosit pada
transfusi eritrosit dan trombosit  beberapa filter dapat
menyebabkan aktivasi kallikrein  pelepasan bradikinin
Reaksi Hipotensif:
 Penurunan tekanan sistolik atau diastolik minimal 10 mmHg
tanpa gejala reaksi transfusi yang lain
 Jika hipotensi bertahan >30 menit setelah transfusi dihentikan
pikirkan diagnosis yang lain
Acute Pain Transfusion Reaction (APTR):
 nyeri hebat yang terjadi tiba-tiba di daerah torso dan
ekstremitas proksimal, sesak, hipertensi, takikardia
Terapi: simptomatik antara lain dengan pemberian morfin
Pelayanan Darah di
Indonesia
Landasan Hukum: UU No.36 Th.2009

• Setiap orang mempunyai hak yang sama


dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan berhak atas pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, terjangkau
(pasal 5)
• Pelayanan darah yang aman adalah bagian
dari penyelenggaraan upaya kesehatan (pasal
48, 86-92)
Landasan Hukum: PP No.7 Th.2011
• Bab IV.Pelayanan Aferesis (pasal 20-24):
Pelayanan ditujukan untuk :
1. Penyediaan komponen darah (dilaksanakan di UTD)
2. Pengobatan penyakit (dilaksanakan di RS sesuai standar)
• Bab V. Fraksionasi Plasma (pasal 25-27)
1. Plasma berasal dari UTD
2. Dilakukan di fasilitas fraksionasi plasma yang memenuhi
standar
3. Fasilitas berbentuk badan usaha yang berbadan hukum
4. Izin dari Menteri
5. Pemerintah mengendalikan harga produk plasma
Landasan Hukum: PP No.7 Th.2011
Bab VII. Unit Transfusi Darah
• Pasal 34:
1. UTD dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemda, atau organisasi sosial
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalangmerahan
2. UTD yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana disebut pada ayat
(1) dapat berbentuk Unit Pelaksana Teknis
• Pasal 35
1. UTD sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 terdiri dari:
a. UTD tingkat nasional
b. UTD tingkat provinsi
c. UTD tingkat kabupaten/kota
• Pasal 41:
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) dapat didirikan di RS sebagai bagian dari unit
pelayanan RS
Landasan Hukum: PP No.7 Th.2011
• BDRS  unit pelayanan di RS yang
bertanggung jawab atas tersedianya darah
untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan
dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
pelayanan kesehatan di RS
• Kepmenkes RI No.423 Th.2007  seluruh RS
harus memiliki BDRS
Tugas BDRS
• Merencanakan kebutuhan darah di RS ybs
• Menerima darah yang sudah memenuhi syarat uji saring dan telah
dikonfirmasi gol.darah dari UTD
• Menyimpan darah dan memantau persediaan darah harian/mingguan
• Melakukan pemeriksaan gol.darah serta crossmatch antara darah
donor dan darah resipien
• Melakukan rujukan bila ada kesulitan pada pemeriksaan gol.darah dan
crossmatch ke UTD secara berjenjang
• Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada dokter yang
meminta atau petugas RS yang diberi kewenangan
• Melacak penyebab terjadinya reaksi transfusi yang dilaporkan dokter
di RS tsb
• Mengembalikan darah yang tidak dipakai ke UTD
Kondisi di Lapangan
• Pembagian peran dan fungsi masing-masing sektor terkait
belum berjalan baik:
 Masih banyak RS yang tidak memiliki manajemen pelayanan
transfusi darah, RS menyerahkan tanggung jawabnya kepada
keluarga pasien (keluarga pasien yang mencari darah ke UTD
PMI)
 UTD PMI sebagai penyedia darah dan RS sebagai pengguna
belum mempunyai koordinasi dan komunikasi yang baik dengan
Dinkes maupun antar keduanya
 Belum optimalnya pemantauan dan pembinaan yang dilakukan
oleh Dinkes terhadap UTD
• Persepsi sebagian besar masyarakat maupun tenaga kesehatan
bahwa darah hanya merupakan tanggung jawab PMI
Kondisi di Lapangan
• Keterbatasan jumlah donor darah sukarela (terutama pada bulan
puasa)
• Sistem informasi, pencatatan dan pelaporan tentang pelayanan
transfusi darah belum optimal
• Keterbatasan SDM, sarana dan prasarana di UTD (pendidikan untuk
teknisi transfusi darah baru pada jenjang D1)
• UTD di Indonesia belum memenuhi standar (input-proses-output)
yang sama
• Mahalnya harga peralatan dan reagensia untuk mengoptimalkan
pelayanan darah
• Pemanfaatan plasma masih terbentur masalah legalitas
(komersialisasi produk darah)
Arah Strategi
Pelayanan darah yang terorganisasi dengan baik
dan terkoordinasi secara nasional untuk
menjamin ketersediaan darah yang cukup, aman,
tepat waktu dan dengan indikasi yang tepat
• Melestarikan DDS (Donor Darah Sukarela), donor risiko
rendah, menuju donasi sukarela 100%
• Uji saring darah terhadap semua Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah (IMLTD), serologi golongan darah dan
kompatibilitas
• Pelayanan transfusi darah dengan sistem distribusi tertutup
(tanpa melibatkan keluarga pasien) dan metode rantai dingin
Sistem Distribusi Tertutup
UTD:
 Permintaan darah  Rekruitmen DDS
RS (BDRS):  Prediksi kebutuhan  Seleksi donor
 Stok darah  Penyadapan darah
 Crossmatch  Uji saring dan
Produk darah pemisahan
komponen DDS
 Penyimpanan darah
Transfusi  Distribusi
 Rujukan

Pasien
Jejaring Pelayanan Darah
PMI Pusat UTD PMI Pusat

PMI Prov UTD PMI Tipe A BDRS

PMI Kab/Kota UTD PMI Tipe B BDRS

UTD RS UTD Tipe C


Mall/Kampus
Donor Darah
• Persyaratan:
 Umur ≥ 17 tahun
 BB ≥ 45 kg
 Hb ≥ 12,5 g/dL
 Ht ≥ 38%
 Temp ≤ 37,5oC (oral)
 TD ≤ 180/100 mmHg
 Nadi 50-100 x/m
 Tidak ada lesi kulit di lokasi pengambilan darah
 Interval donasi: 12 minggu setelah donor WB
Donor Darah
• Keamanan darah:
1. Rekruitmen donor yg aman melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan Hb donor
2. Skrining infeksi mikroorganisme (HIV, HBV,
HCV, VDRL)
3. Skrining darah donor melalui pemeriksaan
gol.darah ABO, Rhesus, cross match

Anda mungkin juga menyukai