Anda di halaman 1dari 92

TRANSFUSI DARAH

Oleh:
Bima subasa putra ikhtiar

Pembimbing :
Tety subarniyanti S.km
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen
darah dari donor ke sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh
darah vena.
Darah

komponen korpuskuler komponen cairan.


atau seluler Atau plasma

• sel darah merah • Air 90 %


• sel darah putih • protein plasma
• trombosit, • elektrolit

• albumin,
• berbagai fraksi globu-
lin
• protein
Sebagai organ transportasi

Sebagai organ pertahanan tubuh


darah
(imunologik)

Peranan darah dalam menghentikan


perdarahan (mekanisme homeosta-
sis)
System antigen telah
dikenal System ABO

> 20 golongan darah

Sebagian besar System Rh+ (85%)


System Rh dan sisanya System Rh- (15%)
Golongan Darah

Sistem ABO Sistem Rh


Tes Kompatibilitas

Crossmatching Screening Anti-


Tes ABO-Rh
(Reaksi Silang) bodi
Tes ABO-Rh

Antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi


melawan antigen dari transfusi (asing)

mengaktifkan kom-
plemen,

mengakibatkan
hemolisis intravasku-
lar.

ABO Rh
Crossmatching
(Reaksi Silang)

Pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai/tidak sesuainya darah


donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum *transfusi darah dan
bila terjadi reaksi transfusi darah.

1. mencampur eritrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resip-


ien (aglutinin resipien); crossmatch mayor;

2. mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum


donor (aglutinin donor); crossmatch minor.
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengaki-
batkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai den-
gan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan;

b) bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan


hasil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan
darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan darah donor itu;

c) bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan


crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi
dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan
terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah
masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut, hal ini
disesuaikan dengan keadaan pada waktu transfusi. Bila pemeriksaan den-
gan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah
donor itu tidak dapat ditransfusikan..
Screening Anti-
bodi

Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi yang
biasanya dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-ABO

mencampur serum pasien dengan sel darah merah dari antigen yang dikenal;
jika ada antibodi spesifik, membran sel darah merah dilapisi, dan penambahan
dari suatu antibodi antiglobulin menghasilkan aglutinasi sel darah
Transfusi
Darah

Tujuan Indikasi

• Perdarahan akut sampai


Hb < 8 gr% atau Ht < 30%.
untuk menaikkan •Bedah mayor kehilangan
kapasitas pen- darah >20% volum darah.
gangkutan oksi- •Pada bayi anak yang kehi-
gen dan volume langan darah >15%,
intravascular •Pada orang dewasa yang
kehilangan darah sebanyak
20%, dengan kadar Hb
normal
Pengawet Usia Eritrosit pH 2,3 DPG K+ Zat Pembeku Darah
Segar
ACD 21 hari >> > <6 jam
CPD 28 hari > >> < 24 jam
CPDA 35 hari > >> <48 jam
Heparin 24 jam
Whole Blood (Darah
Utuh)
..cont
PRC (Sel Darah Merah)
Platelets (Trombosit
Pekat)
…cont
Fresh Frozen Plasma
(FFP)
…cont
Cryoprecipitated AHF
…cont
Granulosit
Untuk mengetahui jumlah Makin aktif secara fisik
volume darah seseorang bi- seseorang, makin besar pula
asanya digunakan patokan volume darahnya untuk se-
berat badan tiap kilogram berat badan-
nya

Tabel volume darah


Kebutuhan transfusi
Komplikasi Transfusi
Darah

Reaksi transfusi hemolitik ( intravaskuler dan ek-


stravaskuler )
Infeksi :
virus
bakteri
parasit
Lain –lain seperti demam,urtikaria, anafilatik, edema
paru non kardial, purpura, Overload Cairan, Iron
Overload
REAKSI HEMOLITIK
Reaksi Hemolisis pada umumnya melibatkan destruksi spesifik
dari sel darah merah yang ditransfusikan oleh antibodi resipien

Pasien sadar, gejala : pasien yang dianestesi


rasa dingin, demam, : suhu meningkat,
Reaksi hemolisis akut tachycardia tak dapat
nausea, dan sakit
dada dijelaskan, hypotensi,
hemoglobinuria,DIC.

Manajemen :
•Jika dicurigai suatu reaksi hemolisis, transfusi harus dihentikan dengan segera.
•Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.
•Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.
•Osmotic diuresis harus diaktifkan dengan mannitol dan cairan kedalam pembuluh
darah.
•Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP
REAKSI HEMOLITIK

Reaksi hemolisis lambat

gejala : malaise, jaundice, dan demam.


Hematokrit pasien tidak meningkat setelah
transfusi dan tidak adanya perdarahan.
Serum bilirubin unconjugated meningkat se-
bagai hasil pemecahan hemoglobin.

Manajemen: perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, blood film, LDH, direct
antiglobulin test, renal profile, serum bilirubin, haptoglobin, dan urinalysis.
Fungsi ginjal harus dimonitoring ketat. Terapi spesisfik sangat jarang dibu-
tuhkan, hanya saja pada transfusi selanjutnya perlu berhati-hati dengan
melakukan screening golongan darah dan antibodi
Transfusi darah massif
Perdarahan massif ialah perdarahan lebih dari sepertiga volum darah
dalam waktu <30 menit.
Definisi tentang transfusi darah massif masih tak jelas dan banyak versi,
misalnya:
• Transfusi darah sebanyak lebih dari 1-2 kali volum darah dalam waktu
lebih dari 24 jam.
• Transfusi darah lebih besar dari 50% volum darah dalam waktu singkat
(misalnya, 5 unit dalam 1 jam untuk berat 70 kg).
Respon tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan dan
lama perdarahan. Pada orang dewasa sehat perdarahan 10% jumlah volume
darah tidak menyebabkan perubahan tanda-tanda fisiknya.

Bayi dan Anak Orang dewasa

Dengan kadar hemoglobin Bila kehilangan darah > 20%


normal, kehilangan darah harus di transfusi.
sebanyak 10-15% volum Dalam pembedahan kehi-
darah, cukup diberi cairan langan darah <20% atau Ht
kristaloid atau koloid, sedan- >30% cairan pengganti
gkan diatas 15% perlu trans- kristaloid yang komposisinya
fusi darah, karena ada sama dengan darah (RL,
gangguan pengangkutan ok- asering) untuk mengisi ruang
sigen intravaskuler

Untuk mengganti jumlah darah


yang hilang diberikan
Kristaloid = 1:3
Koloid = 1:1
X T. ..
N E
Uji Silang Serasi
( Crossmatch )

Oleh :
Bima subasa putra ikhtiar
Pembimbing :
Tety subarniyanti S.km
Uji Silang Serasi

Merupakan suatu seri pemeriksaan yang


dilakukan pretransfusi untuk menjamin kecocokan
darah yang akan ditransfusikan bagi resipien dan
mendeteksi kemungkinan adanya Ab yang tidak
diharapkan dalam serum resipien yang dapat
mengurangi umur hidup atau menghancurkan
eritrosit donor
Tujuan

1.Mencegah terjadinya reaksi transfusi


2.Memberi keyakinan akan manfaat transfusi yang
maksimal untuk penderita
( Menaikkan kesempatan hidup sel darah
donor dalam tubuh pasien )
Macam Uji Silang Serasi

1.Mayor Crossmatch
-Sel darah donor dicampur dengan serum resipien
-Bila dalam serum resipien terdapat Ab terhadap sel donor
maka terjadi destruksi sel donor

2.Minor Crossmatch
-Serum donor dicampur dengan sel darah resipien
-Bila dalam serum donor terdapat Ab terhadap sel resipien,
maka terjadi destruksi sel resipien
APLIKASI KLINIS UJI SILANG SERASI

• Mendeteksi ada tidaknya antibodi , baik antibodi kom-


plet (IgM) maupun antibodi inkomplet (IgG) yang terda-
pat dalam serum / plasma pasien maupun dalam plasma
donor yang mempunyai arti klinis yang dapat menye-
babkan kerusakan sel darah merah
• Memastikan bahwa transfusi darah yang diberikan sesuai
/kompatibel dan tidak menimbulkan reaksi apapun pada
pasien serta sel-sel darah dapat mencapai masa hidup
maksimum setelah diberikan
• Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO
Catatan

-Tes ini tidak akan menemukan kesalahan pada Rh typing


Misalnya :
Jika darah donor Rh + tapi salah diperiksa sebagai Rh –
maka bila diadakan Crossmatch dengan darah resipien
yang Rh – akan menghasilkan tes yang cocok (compatible),
kecuali bila dalam serum resipien terdapat anti-Rh

-Sedangkan penggolongan ABO yang salah dari penderita


atau donor biasanya akan menghasilkan crossmatch yang
tidak cocok (incompatible)
METODE

-KONVENSIONAL ( Tube Test )


-Gel Test
PRINSIP DASAR UJI SILANG SERASI

• REAKSI ANTIGEN ANTIBODI


• DILAKUKAN DALAM FASE DAN MEDIUM
BERBEDA . MENGAPA ?
MENGAPA DILAKUKAN PADA FASE /
MEDIUM YANG BERBEDA?
• Reaksi antigen antibodi yang dilakukan pada fase dan medium
yang berbeda karena jenis2 antibodi golongan darah mem-
punyai karakter yang berbeda
• Antibodi seperti anti M,N,P, Lua ,Lub bereaksi baik dalam
medium saline di suhu kamar, tapi kurang baik reaksinya
dalam medium albumin
• Antibodi sistim Rhesus bereaksi baik dalam medium albumin
tetapi tidak dalam medium saline( kecuali anti E)
• Anti Kell, Duffy, Kidd baru tampak reaksinya dengan
antiglobulin
TAB I Tab II
Albumin Saline

A1 A1
Fase Suhu Kamar M M
P1
(20 – 25 °C ) I-H
P1
I-H
Lea Lea
D-E-e
Fase Inkubasi
( 37 °C) D-E-c E
Lea-Leb Lea

Fase Antiglobulin D-E-c D-E-c


K K
Fya Fya
Jka Jka
S S
HUBUNGAN ANTARA SUHU Lea-Leb Lea-Leb
& MEDIUM UNTUK DETEKSI
ANTIBODI SPESIFIK PADA
TES COMPATIBILITAS
SEBELUM MELAKUKAN UJI SILANG SERASI

Lakukan tes validasi reagensia / alat:


• Anti serum A
• Anti Serum B
• Anti D
• Coomb’s serum
• Bovine Albumin 22 %
Uji Silang Serasi

• Harus dilakukan 3 fase, mayor, minor dan auto


• Untuk permintaan lebih dari satu kantong, tidak
boleh dilakukan metoda pooling, baik pada uji
cocok serasi mayor maupun minor.
• Ada instruksi kerja / SOP , lembar kerja/lembar
pemeriksaan
• Hasil terdokumentasi dengan baik
BAHAN PEMERIKSAAN

• CONTOH DARAH PASIEN : darah tanpa anti


koagulan / darah dengan antikoagulan yang berumur ku-
rang dari 48 jam
• CONTOH DARAH DONOR : darah dalam antikoagulan
yang diambil dari slang kantong darah
• REAGENSIA : Saline / NaCl 0,9 %
Bovine Albumin 22 %
Coomb’s serum
Coombs Control Cell ( CCC)
PERALATAN

• Tabung gelas ukuran 12 X 75 mm


• Inkubator ( waterbath ) 37ºC
• Serofuge
• Objekglass
• Mikroskop
BOVINE ALBUMIN 22 %

• menurunkan zeta potensial


• menyebabkan sel yang coated dengan antibodi
berdekatan satu sama lain
(BOVINE ALBUMIN 22 %
MENURUNKAN ZETAPOTENSIAL )

ZETA POTENSIAL
PERSIAPAN UJI SILANG SERASI

• SERUM RESIPIEN : jernih bebas dari SDM


• SUSPENSI S.D.M. RESIPIEN 3-5% DALAM
SALINE , setelah sel dicuci
• PLASMA DONOR yang jernih bebas dari sel2 darah
• SUSPENSI S.D.M. DONOR 3-5% DALAM SALINE ,
setelah sel dicuci
TEKNIK UJI SILANG SERASI

FASE I ( FASE SUHU KAMAR )


1 tts sel donor susp 5 % 1 tts sel pasien susp 5 %

2 tts serum pasien 2 tts plasma donor 2 tts serum pasien

I ( MAYOR ) II ( MINOR ) III AC


TABUNG I & II KOCOK-KOCOK
CENTRIFUGASI 3000 rpm/15” atau 1000 rpm/ 1 menit
BACA REAKSI ---Hemolisis / agglutinasi . Bila tidak ada reaksi---
lanjut fase II
TEKNIK UJI SILANG SERASI

FASE II ( FASE INKUBASI 37 º C)


2 TTS BOVINE ALB 22 %

I (MAYOR) II (MINOR)
III AC

 KOCOK-KOCOK
 INKUBASI 37 ° C SELAMA 15 MENIT
 CENTRIFUGASI 3000 rpm / 15” atau 1000 rpm / 1 menit
 BACA REAKSI ------Bila tidak ada reaksi ----lanjut fase III
TEKNIK UJI SILANG SERASI
FASE III ( FASE ANTIGLOBULIN )
 TABUNG I& II CUCI DENGAN SALINE 3 X
 2 TTS COOMB’S SERUM

I (MAYOR) II (MINOR)
III AC
 KOCOK KOCOK
 CENTRIFUGASI 3000 rpm/15 “ atau 1000 rpm/ 1 menit
Bila tidak ada reaksi , hasil kompatibel
• Tambahkan 1 tetes CCC
1 tetes CCC

I ( MAYOR ) II (MINOR) III AC

Putar 3000 rpm15 ‘’


Baca bila aglutinasi  pemeriksaan benar
TUJUAN PENAMBAHAN ANTIHUMAN
GLOBULIN ( COOMB’S SERUM )
• 1/3 dari semua antibodi yang dapat menyebabkan reaksi transfusi hanya
dapat dideteksi dengan teknik antiglobulin
• Reagen harus mampu bereaksi dgn antibodi/ komplemen yang diikat ag-ab
tertentu
• Contoh reaksi:

Agglutinasi ( CM POSITIP)
AGLUTINASI

IgG

ANTI HUMAN GLOBULIN


AGLUTINASI

COMPLEMENT

ANTI HUMAN GLOBULIN


COOMB’S CONTROL CELLS
( CCC)
• Sel eritrosit normal yang dibuat coated oleh suatu
antibodi inkomplet
• CCC umumnya dibuat dari sel normal golongan O
Rh positip, dengan anti D inkomplet.
TUJUAN PENAMBAHAN CCC
• Untuk mengontrol Coomb’s serum apakah
reagen Coomb’s serum masih baik /layak digu-
nakan
• Menguji semua hasil pemeriksaan yang negatip,
apakah hasil valid/ invalid

CCC CCC

CCC
CARA MEMBUAT CCC

Bahan ;
• Sel O Rhesus positip
• Anti D modified ( IgG) yang sudah diketahui
titernya
• Saline 0,9 %
CARA MEMBUAT CCC
Mengukur titer anti D slide test
• Siapkan suspensi sel O Rh pos 5 % dalam saline sesudah
dicuci 3X
• Sediakan 10 tabung untuk pengenceran anti D
• Isi masing2 tabung dengan 2 tetes saline
• Isi 2 tetes anti D kedalam tabung ke 1 yang sudah berisi
saline, selanjutnya buat enceran berganda kedalam
tabung2 berikutnya sampai tabung ke 10
• Teteskan suspensi sel O Rh pos 5% kedalam semua
tabung yang sudah berisi masing2 2 tetes enceran anti -
D
lanjutan
• Kocok2 semua tabung dan inkubasi 37 ºC / 30
menit
• Putar semua tabung 3000 rpm/ 15 “, baca dan catat
reaksinya.
• Pada semua tabung yang belum tampak reaksi
aglutinasi , selnya dicuci dengan saline ( 3 X )
• Tambahkan 2 tetes Coomb’s serum kepada sedi-
ment sel yang sudah dicuci
• Kocok2 dan centrifugasi 3000 rpm / 15 “
• Baca reaksinya
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 4 8 16 32 64 128 256 512 1024

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
37ºC/30 ‘
2+ + (+) - - - - - - -
Coomb’s
Test
4+ 3+ 2+ 2+ + (+) -

Titer Anti-D incomplet = 512


Enceran Anti –D modified yang bereaksi sensitasi ( Coated ) dan memberikan
hasil Coomb’s test 2+ pada enceran 128 X
lanjutan
• Dari percobaan diatas hasil 2+ Coomb’s Test
jatuh pada enceran 128X
• Untuk membuat CCC dimodifikasi :
Sel susp 5 % : enceran 128 X
Sel susp 10%: 64X
Sel susp 20% : 32X
Sel susp 40% : 16X
• Selanjutnya :
CONTOH
1.Buatlah suspensi sel O Rhesus positip yang sudah dicuci 3
X, 40 % dalam saline
2.Ambil 1 tetes anti-D, encerkan dengan saline 15 tetes (vol-
ume menjadi 16 tetes )
3.Tambahkan suspensi sel O Rh positip
40 % sebanyak 8 tetes
4.Inkubasi 37 º C selama 30 menit (coated)
5.Putar , kemudian supernatan dibuang
6.Cuci selnya dengan saline ( 3X)
7.Endapan sel jadikan suspensi 5%
( 40%5% , akan diperoleh 64 tetes CCC 5 % )
1 tetes anti-D
diencerkan saline
15 tts ( 16 tetes)
Suspensi sel O
40% 8 tetes

Buang Su-
pernatant
Inkubasi 37ºC
30 ‘ Cuci sel dg
Buat
Suspensi
Saline 3X 5%
Putar

Endapan sel Suspensi sel


5% ( 64 tts)
INTERPRETASI HASIL UJI
SILANG SERASI
• Bila Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 tidak
menunjukkan reaksi aglutinasi dan atau hemolisis ,
hasil diinterpretasikan kompatibel (cocok)  darah
dapat keluar
• Bila Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3
menunjukkan adanya reaksi aglutinasi dan atau
hemolisis , hasil diinterpretasikan inkompatibel (tidak
cocok)  darah tidak dapat keluar
REAKSI TRANSFUSI
TAB I Tab II
Albumin Saline

A1 A1
Fase Suhu Kamar M M
(20 – 25 °C ) P1 P1
I-H I-H
Lea Lea
D-E-e

Fase Inkubasi
D-E-c
( 37 °C) Lea-Leb E
Lea

Fase Antiglobulin D-E-c D-E-c


K K
Fya Fya
Jka Jka
S S
Lea-Leb Lea-Leb
ANTIBODI PADA FASE UJI
SILANG SERASI
FASE I : Fase suhu kamar dengan medium saline
• Fase ini dapat mendeteksi :
1. Antibodi yang komplet ( IgM / Cold antibodi )
misalnya terdapat pada ketidak cocokan pada
penetapan golongan darah ABO
2. Adanya Alloantibodi (antibodi komplet )seperti :
anti M, anti Lewis, anti N, anti P1, anti A1
3. Adanya auto antibodi : anti-H, anti-I
• FASE II : Fase inkubasi 37ºC didalam medium
Bovine Albumin
• Fase ini dapat mendeteksi :
beberapa antibodi sistim Rhesus
seperti : anti D, anti E, anti c
antibodi inkomplet lain :anti- K, Fya, Fyb,Jka,
S, Lea, Leb
Mengapa 37ºC ?
Memberi kesempatan kepada antibodi untuk
coated pada sel
• FASE III : Fase antiglobulin .
• Pada fase ini akan terdeteksi aglutinasi antibodi
inkomplet : anti D, anti E, anti C, anti Duffy, anti
Kell, anti Kidd, anti S dll.
YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Suhu inkubasi 37 º C
• Lama inkubasi minimal 15 menit, jika waktu diku-
rangi maka antibodi inkomplet tidak akan coated
dengan sempurna sehingga akan lepas pada waktu
pencucian
• Cara pencucian sel untuk menghilangkan sisa
globulin yang bebas harus sempurna. Karena sisa
glubulin yang tertinggal akan dapat menetralisir
anti globulin serum ( Coomb’s serum )
CONTOH AHG YANG MENETRALISIR
ANTIBODI BEBAS

NEGATIP PALSU
AGAR REAKSI SILANG TIDAK MEM-
BERIKAN HASIL NEGATIP PALSU

• Saline harus bersih, jernih, tidak berwarna, tidak


terkontaminasi serum
• Suhu inkubator harus tepat
• Lama inkubasi harus tepat
• Pencucian sel darah merah harus bersih
• Hasil negatip harus dikontrol dengan menggunakan
CCC
CROSSMATCHING
DENGAN METODE
GEL
METODA GEL
 Ditemukan oleh Dr Yves Lapierre dari Perancis
tahun 1985
3 tahun R+D di DiaMed, Switzerland
Pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada
tahun 1988 di Eropa
 Sederhana, mudah dan cepat
 Hasil reaksi stabil dapat disimpan / foto
copy
 “No-washing step”
 Sampel yang diperlukan sedikit
 Pembacaan reaksi makroskopis
 Mengurangi limbah
MATERIAL

• ID Dispensor
• Autopipette 10, 25, 50 ul
• Pipette tips
• Test tubes
• Working table
• Incubator 37ºC
• ID-centrifuge
• Pen marker
Reagents

• LISS/Coombs card

• ID Diluent 2 (modi-
fied LISS)
Prinsip Teknologi Gel Test
 Material gel dengan “Sephadex”
 Aglutinasi yang berukuran besar akan berada
pada permukaan gel
 Aglutinasi yang lebih kecil ukurannya dapat
lewat pori-pori gel, tergantung ukurannya
 Sel yang tidak beraglutinasi akan langsung
mengendap di dasar
PRINSIP GEL TEST
PEMBUATAN SUSPENSI SEL 1%

Ambil ID Diluent 2 Pipet 10 ul sel donor Campur sel donor 1%


1 ml (PRC) kedalam tabung dan ambil 50 ul masukkan
yang berisi 1 ml ID kedalam microtube
Diluent 2
50 μl suspensi sel 1% 25 μl serum/plasma
TEKNIK PEMIPETAN GEL TEST
Inkubasi 37ºC 15 menit

Sentrifus selama 10 menit


HASIL REAKSI METODA GEL
A 4+
B 3+
C 2+
D 1+
E Negatip
KEGUNAAN GEL TEST

Penetapan golongan darah ABO/Rh


Penetapan golongan darah lain
Skrining dan identifikasi antibodi
Crossmatching.
Partial D

Anda mungkin juga menyukai