Anda di halaman 1dari 40

Transfusi Darah

Presentan :

Rivaldi Rizal 12100116250


Nurlia Fitriyani 12100116201

INSTALASI ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


RSUD AL-IHSAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2016
Definisi

Transfer darah atau komponen darah dari donor ke resipien.


Indikasi
 Hb < 8 g/dl
 Pre operasi
- Tanpa iskemi Hb < 8 g/dl
- Dengan iskemi Hb < 10 g/dl
Untuk nilai hb 6-10 g/dl, indikasi berlangsung pada risiko
komplikasi
 Pemberian transfusi mempertimbangkan fisiologis tubuh
 Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan transfusi autolog
 Indikasi transfusi sel darah merah autolog lebih banyak karena
risiko lebih rendah
Kontraindikasi Pendonor
1. Mempunyai penyakit jantung dan paru paru
2. Menderita kanker
3. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Menderita kencing manis (diabetes militus)
5. Memiliki kecenderungan perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya.
6. Menderita epilepsi dan sering kejang
7. Menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau
8. Mengidap sifilis
9. Ketergantungan Narkoba.
10. Kecanduan Minuman Beralkohol
11. Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS
12. Dokter menyarankan untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan
kesehatan.
Syarat Donor

 Keadan umum baik


 Usia 17-65 tahun
 BB 50 kg atau lebih
 Tidak demam ( < 37,5’C )
 Denyut nadi normal (reguler, normokardi)
 Tekanan darah :
- terendah 90/50 mmHg
- tertinggi 180/100 mmHg
 Donor terakhir 8 minggu
 Tidak hamil
 Bukan tuberkulosis aktif
 Bukan asma bronkiale simtomatik
 Paska pembedahan :
- 6 bulan setelah operasi
- Luka operasi sembuh dari operasi kecil
- 3 hari setelah ektraksi gigi
 Tidak ada riwayat perdarahan abnormal
 Tidak ada riwayat kejang
Menunda menjadi Pendonor
1. Sedang sakit demam atau influenza, tunggu 1 minggu setelah sembuh.
2. Setelah cabut gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh.
3. Setelah operasi kecil, tunggu 6 bulan.
4. Setelah operasi besar, tunggu 12 bulan.
5. Setelah tranfusi, tunggu 1 tahun.
6. Setelah tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, tunggu 1 tahun.
7. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis, tunggu 12 bulan.
8. Sedang hamil, tunggu 6 bulan setelah melahirkan.
9. Sedang menyusui, tunggu 3 bulan setelah berhenti menyusui.
10. Setelah sakit malaria, tunggu 3 tahun setelah bebas dari gejala malaria.
11. Setelah berkunjung pulang dari daerah endemis malaria, tunggu 12 bulan.
12. Bila tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut, tunggu 3
tahun setelah keluar dari daerah tersebut.
13. Bila sakit tipus, tunggu 6 bulan setelah sembuh.
14. Setelah vaksin, tunggu 8 minggu.
15. Ada gejala alergi, tunggu 1 minggu setelah sembuh.
16. Ada infeksi kulit pada daerah yang akan di tusuk, tunggu 1 minggu setelah sembuh.
Reaksi bagi donor
 Sinkop
 Lemas
 Takipnue
 Pusing
 Pucat
 Mual
 Kejang
 Penurunan kesadaran
UJI DARAH DONOR
 Uji darah golongan ABO
 Uji darah golongan rhesus
 Uji antibodi yang tidak diharapkan (pada orang yang pernah
tranfusi atau hamil)
 Uji terhadap penyakit infeksi
 Uji crossmatch
BEBERAPA PANDUAN DONOR DARAH

1. Tidur minimal 4 jam sebelum donor.


2. Makanlah 3 - 4 jam sebelum menyumbangkan darah. jangan
menyumbangkan darah dengan perut kosong.
3. Minum lebih banyak dari biasanya pada hari mendonorkan darah (paling
sedikit 3 gelas)
4. Setelah donor beristirahat paling sedikit 10 menit sambil menikmati
makanan donor, sebelum kembali beraktifitas.
5. Kembali bekerja setelah donor darah tidak berbahaya untuk kesehatan.
6. Untuk menghindari bengkak di lokasi bekas jarum, hindari mengangkat
benda berat selama 12 jam.
7. Banyak minum sampai 72 jam ke depan untuk mengembalikan stamina.
GOLONGAN DARAH ABO
Volume darah sesuai usia
Usia Volume darah (ml/KgBB)
Premature 95
Cukup bulan 85
Anak kecil 80
Anak besar 75-80
Dewasa
- Laki laki 75
- Perempuan 65
Klasifikasi

1. Whole blood (WB)

 Mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.

 Satu kantong WB terdiri dari 250 ml darah dan 37 ml anti-koagulan.

sediaan lain 350mL, 450 mL.

 WB digunakan pada kasus untuk mengatasi perdarahan/ kehilangan cairan yang

akut dan masif (syok hemoragic, trauma atau luka bakar)

 Kontraindikasi WB adalah pasien anemia kronis normovolemik, atau pada pasien

yang hanya membutuhkan sel darah merah saja.


 Dosis pada pediatrik rata rata 20 mL/kgBB.

 Satu unit WB meningkatkan Hb sebanyak 1 gr/dl atau Ht sebanyak

3-4%.

Rumus :

6 x  ∆Hb (Hb normal –Hb pasien) x BB


2. Packed red cell (PRC)
 Mengandung eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma. Nilai Ht nya
60-70%. Satu kantong PRC (150-300 ml) terdiri dari eritrosit sebanyak
100-200 ml.

 Produk darah ini digunakkan pada kondisi yang membutuhkan


penambahan sel darah merah saja.

thalasemia, anemia aplastik, leukemia dll.

 Tujuan : menaikan HB tanpa menaikan volume darah.


 Target Hb >8g %

Klasifikasi :

1. Frozen wash concentrated RBC

2. Washed PRC adalah PRC khusus yang sudah dicuci dengan nilai
hematokrit lebih tinggi (70-80%) dengan volume 180 ml.

3. Darah merah pekat miskin leukosit

Rumus
PRC : 3 x ∂ Hb x BB
3. Thrombocyte concentrate (TC)
 Mengandung trombosit, dengan sedikit leukosit, eritrosit, dan plasma.

 Satu kantong memiliki volume 50 ml.

 TC dibutuhkan pada kasus perdarahan akibat trombositopenia atau


pasien dengan penyakit trombositopenia congenital/didapat.

 Transfuse profilaksis dapat diberikan pada pasien dengan jumlah


trombosit 5000 – 10.000 /µl.

 Rumus :

BBx 1/13x0,3
4. Fresh frozen plasma (FFP)
 Mengandung semua protein plasma dan faktor pembekuan darah.

 Diberikan pada pasien dengan defisiensi faktor pembekuan, koreksi


koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin.

 Setiap unit FFP menaikkan faktor pembekuan sebanyak 2-3% pada pasien
dewasa. Dosis FFP biasanya 10-15 ml/kg.

 sebelum pemberian FFP disarankan pengujian kompabilitas ABO


meskipun tidak wajib.
 Indikasi :
 Hemofilia B
 Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin
 Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi
abnormal setelah transfusi massif
 Gangguan pembekuan : penyakit hati, DIC, TTP,
Dilusi koagulopati tranfusi masif

 RUMUS:
FFP : 10 x ∂ Hb x BB
5. Granulosit

 Diperoleh melalui leukoforesis, diindikasikan


pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri
yang tidak responsive terhadap antibiotic.

 Transfuse granulosit memiliki masa hidup yang


pendek pada sirkulasi resipien.
6. Cryopersipitate
 Komponen : faktor VIII, XIII, von willebrand, fibrinogen.
 Indikasi : hemofilia A, perdarahan akibat gangguan faktor
koagulasi, von willebrand disease.
 Cara : disuntikan IV secara langsung
 1 kantung 30 mL mengandung 75-80 unit f VIII, 150-200
VWB, f XIII

 Cryopresipitat : 0,5 x ∂ Hb x BB
Untuk mengetahui kebutuhan
darah :
Hctf = EBV X (Hcti / (EBV + cairan yang sudah diberikan))

Keterangan :

Hctf : Hematokrit terendah yang dimungkinkan pada penderita

EBV : Estimasi volume darah penderita (BB x 70 cc)

Hcti : Hematokrit awal sebelum operasi


 Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan
Hb yang diinginkan.

 6 x  ∆Hb (Hb normal –Hb pasien) x BB


Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Rumus Transfusi Darah

1. Whole Blood : 6 x ∂ Hb x BB
 
2. PRC : 3 x ∂ Hb x BB
 
3. Konsentrat : 0,5 x ∂ Hb x BB
 
4. FFP : 10 x ∂ Hb x BB
 
5. Cryopresipitat : 0,5 x ∂ Hb x BB
RESIKO TRANFUSI

 Didapatkan reaksi tranfusi sebanyak 6,6 %


 Dari yang alami reaksi tranfusi :
1. Demam 55%
2. Menggigil 14%
3. Alergi (urtikaria, gatal) 20%
4. Hepatitis serum positif 6%
5. Reaksi hemolitik 4%
6. Overload sirkulasi 1%
Komplikasi transfusi
Berdasarkan Cakupannya
Komplikasi :
- Kegagalan memperoleh akses vena
- Fiksasi vena tidak baik
- Masalah ditempat tusukan
- Vena pecah saat ditusuk, dll
Berdasarkan Cepat Lambanya

a. Reaksi Akut
Reaksi yang terjadi <24 jam
b. Reaksi Lambat
Reaksi yang terjadi lebih lambat
Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Komplikasi Imunologis
Komplikasi imun setelah transfusi darah terutama berkaitan dengan
sensitisasi donor ke sel darah merah, lekosit, trombosit atau protein
plasma.
1) Reaksi hemolitik
Reaksi hemolitik ini terdiri dari reaksi hemolitik akut dan reaksi
hemolitik lambat.

a) Reaksi Hemolitik Akut (Intravaskuler)


Reaksi hemolitik akut terjadi segera pada waktu transfusi baru
berlangsung. Lima puluh mililiter darah dari golongan yang tidak
cocok sudah dapat menimbulkan reaksi.Gejala berupa rasa panas
sepanjang vena dimana infus dipasang, nyeri tertekan di dada, sakit
kepala, muka merah, pireksia, mual, muntah, dan ikterus.
Manajemen reaksi hemoiytic dapat simpulkan sebagai
berikut:

 Jika dicurigai suatu reaksi hemolytic, transfusi


harus dihentikan dengan segera.
 Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan
identitas pasien.
 Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek
adanya hemoglobin.
 Osmotic diuresis harus diaktipkan dengan
mannitol dan cairan kedalam pembuluh darah.
 Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets
dan FFP.
 Ambil darah pasien untuk diperiksa kadar Hb, trombosit,
uji kompatibilitas, dan tes koagulasi.
b) Reaksi Hemolitik Lambat (Ekstravaskuler)
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi
dengan gejala dan tanda demam, anemia, ikterik dan
hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang
terjadi.
Reaksi hemolitik lambat terjadi pada penderita yang
sering mendapat transfusi. Reaksi timbul beberapa jam atau
beberapa hari sesudah transfusi dan biasanya pada labu ke 2
atau lebih. Biasanya terjadi pada golongan darah O dengan
titer anti A dan anti B yang tinggi kepada golongan lain.
Gejalanya sama dengan reaksi hemolitik akut.
2). Reaksi Imunologis Non Hemolitik
- Demam
- Reaksi alergi (Urtikaria)
- Reaksi anafilaktik
- Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-
associated acute lung injury = TRALI)
- Purpura pasca transfuse
- Edema Pulmonary Noncardiogenic
- Imun Supresi
komplikasi non imumologis
1)Transfusi darah masif

a) Koagulopati
Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah masif
adalah dilutional thrombocytopenia. Secara klinis dilusi dari
factor koagulasi tidak biasa terjadi pada pasien normal. Studi
Koagulasi dan hitung trombosit, jika tersedia, idealnya
menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP. Analisa
Viscoelastic dari pembekuan darah (thromboelastography dan
Sonoclot Analisa) juga bermanfaat.
 Trombositopenia
Terjadi setelah transfusi darah simpan lama lebih dari 80
ml/kgBB. Diatasi dengan pemberian trombosit bila jumlah
trombosit <50.000/mm3 atau memberi unit darah utuh segar
setiap transfusi 4 unit darah simpan.
b) Keracunan Sitrat
Tubuh memiliki kemampuan yang besar untuk
metabolisme sitrat, kecuali pada keadaan shock, penyakit hati,
dan lanjut usia. Pada kasus ini dapat diberikan Calcium
Glukonas 10% 1 gram IV pelan-pelan setiap telah masuk 4
unit darah.
c) Hiperkalemia
Kalium dalam darah simpan 21 hari dapat naik setinggi 32
mEq/L, sedangkan batas dosis infus kalium adalah 20 mEq/jam.
Hiperkalemia menyebabkan aritmia sampai fibrilasi ventrikel/cardiac
arrest. Untuk mencegah hal ini diberikan Calsium Glukonas 5
mg/kgBB I.V pelan-pelan. Maksud pemberian kalsium disini karena
kalsium merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.

d) Hypothermia
e) Keseimbangan asam basa
f) DIC ( disseminated intravaskular coagulation)
2) Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung
dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila terlalu
banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu
cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan
cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia
kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.
3) Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam
jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi besi dalam
tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal
organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis
untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi
seperti desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan
akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin
<2.000 mg/l.
4) Komplikasi Infeksi
Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah
bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit
di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status
imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini
dipergunakan model matematis untuk menghitung risiko
transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus
hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic
(HTLV), malaria, sifilis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai