Blood (WB)
Deskripsi:
Whole blood
Indikasi:
Resiko Infeksi:
Komponen darah tidak disterilisasi, sehingga kuman penyakit
yang ada di sel atau cairan darah donor dapat menularkan
penyakit ke resipien, terutama untuk penyakit yang tidak
diskrining.
Penyimpanan:
Pemberian transfusi:
Referensi:
Komponen Darah
Thrombocyte
Concentrates (TC)
TC merupakan komponen darah yang berisi trombosit, yang
diberikan dengan tujuan untuk menaikkan kadar trombosit
darah. Jumlah permintaan TC menempati urutan kedua
setelah PRC, biasanya permintaan meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus demam berdarah. Berikut penjelasan
singkat tentang kantong darah TC dari WHO – The Clinical
Use of Blood.
Kantong TC
Deskripsi:
Indikasi:
Kontraindikasi:
Dosis:
Pada orang dewasa 4-6 kantong atau 1 unit/10 kgBB,
diharapkan dapat meningkatkan trombosit sekitar 20.000-
40.000/ul
Resiko Infeksi:
Penyimpanan:
Pemberian transfusi:
Semoga bermanfaat
Referensi:
Komponen Darah
Packed Red Cells (PRC)
PRC merupakan komponen darah yang paling banyak diminta
di bank darah rumah sakit, namun kadangkala yang meminta
PRC pun kurang begitu mengerti apa sebenarnya PRC,
indikasi, dosis, maupun resikonya. Berikut sedikit deskripsi
singkat dari PRC yang saya ambil dari WHO – The Clinical Use
of Blood.
Deskripsi:
PRC
Indikasi:
Resiko Infeksi:
Penyimpanan:
Antara 2-6oC pada kulkas bank darah
Harus segera ditransfusikan kurang dari 30 menit
setelah keluar dari kulkas
Pemberian transfusi:
Referensi:
Prosedur Pelaksanaan
Transfusi Darah
Transfusi darah adalah terapi medis yang memiliki
risiko penyulit terbesar baik dalam waktu pendek
(reaksi transfusi), dalam waktu menengah (risiko
penyakit ) dan waktu panjang (reaksi imunologis).
Jika keputusan melakukan transfusi darah telah
diambil, maka siapapun yang terlibat dalam proses
pelaksanaan transfusi, baik itu dokter, perawat, dan
analis bank darah mempunyai tanggung jawab guna
memastikan kantong darah yang tepat diberikan
pada pasien yang tepat pada waktu yang tepat.
Semua rumah sakit wajib mengikuti pedoman nasional
penggunaan darah. Jika pedoman nasional masih belum ada,
maka tiap rumah sakit harus membuat pedoman sendiri dan
membentuk komite transfusi darah untuk mengawasi
penggunaan darah dan menyelidiki jika terjadi reaksi
transfusi.
Semoga bermanfaat
Referensi:
1. Lihat pH
Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah
antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti
asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
2. Lihat CO2
3. Lihat HCO3
Melihat Mekanisme
Kompensasi Melalui
BGA
1. Lihat pH
Untuk menentukan asidosis atau alkalosis
2. Lihat PaCO2
3. Lihat HCO3
Semoga bermanfaat
Pemeriksaan Darah
Lengkap
Cara Membaca
Scattergram Print Out
Darah Lengkap (bagian
1)
Semoga bermanfaat
b. multiple myeloma
4. Defisiensi B12/Folat.
5. Polycitemia vera.
6. Infeksi mononucleosis.
Trombositopenia dan
Trombositosis
Saat terjadi wabah demam berdarah, mungkin kata-kata
yang paling populer muncul adalah trombosit. “Bagaimana
trombosit anak saya dokter?”, “Berapa kadar trombositnya
dokter?” “Waduh, trombositnya turun terus ya dok?” Dan lain
sebagainya. Pada kasus demam berdarah, memang dapat
terjadi kadar trombosit yang turun atau istilahnya
trombositopenia. Namun trombositopenia bukan milik demam
berdarah saja, terdapat beberapa penyakit lain yang dapat
menunjukkan kadar trombosit yang rendah. Begitu juga
terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
peningkatan kadar trombosit di atas nilai normal atau disebut
juga trombositosis.
Trombositopenia
Trombosit clumping
Trombositosis
Semoga bermanfaat.
turun.
Perlu diingat bahwa nilai LED yang naik tidak melulu karena
penyakit. Terdapat beberapa keadaan yang secara normal
dapat meningkatkan nilai LED, antara lain kehamilan (setelah
minggu ke-12), setelah melahirkan, menstruasi, dan
pengobatan dengan metildopa, kontrasepsi oral, penisilamin,
dan teofilin.
2. Keganasan
5. Penyakit endokrin
1. Mesoblastik
2. Hepatik
3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam
sumsum tulang, kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum
tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama
menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar
limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus
yaitu limfosit, terutama limfosit T.
2. Keping darah/trombosit
Ukuran: 1 – 4 mm
Bentuk: bulat atau oval, dengan pinggir tidak teratur
Warna sitoplasma: biru
Granularitas: granul ungu halus mengisi bagian tengah
trombosit Pinggir tipis tanpa granul pada bagian tepi sel
3. Limfosit
Ukuran: 10 – 15 mm
Bentuk: bulat, kadang-kadang oval
Warna sitoplasma: biru
Granularitas: tidak ada
Bentuk inti: bulat atau agak oval
Tipe kromatin: homogen, padat
Rasio inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi
Nukleolus: tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak
terlihat , satu nukleolus kecil
Distribusi: darah: 25 – 40 % ; sumsum tulang: 5 – 20 %
4. Netrofil Stab
Ukuran sel: 14 – 20 mm
Bentuk sel: oval atau bulat
Warna sitoplasma: pink
Granularitas: a few azurofilik and neutrofilik, different in
number
Bentuk inti: semicircular
Tipe kromatin: condensed
Ratio inti/sitoplasma: low or very low
Nukleolus: not visible
Keberadaan: darah: < 5% ; sumsum tulang: 5 – 20 %
5. Netrofil Segmen
Ukuran sel: 14 – 20 mm
Bentuk sel: oval atau bulat
Warna sitoplasma: pink
Granularitas: a few azurofilik and neutrofilik, different in
number granulation
Bentuk inti: lobulated (normally less than 5 lobes)
Tipe kromatin: condensed
Ratio inti/sitoplasma: low or very low
Nukleolus: not visible
Keberadaan: darah: 40 – 75 % ; sumsum tulang: 5 – 20
%
6. Eosinofil
Ukuran sel: 15 – 25 mm
Bentuk sel: oval atau bulat
Warna sitoplasma: pale, covered by granules
Granularitas: abundant eosinofilik (orange-red)
Bentuk inti: lobulated, semicircular
Tipe kromatin: condensed
Ratio inti/sitoplasma: low or very low
Nukleolus: not visible
Keberadaan: darah: 2 – 4 %; sumsum tulang: < 2 %
7. Monosit
Ukuran: 15 – 25 mm
Bentuk: bulat, oval atau tidak teratur
Warna sitoplasma: abu-abu biru
Granularitas: tidak ada atau sedikit granul azurofilik
halus
Bentuk inti: biasanya tidak teratur
Tipe kromatin: kromatin kasar, berkelompok
Rasio inti/sitoplasma: sedang atau rendah
Nukleolus: tak terlihat
Distribusi: Darah: 4 – 8 % ; sumsum tulang: < 2 %
8. Basofil
Ukuran sel: 12 – 18 mm
Bentuk sel: round or oval
Warna sitoplasma: light-pink, mostly covered by
granules and nucleus
Granularitas: veri dark, basofilik, granules of various
size. The amount varies
Bentuk inti: oval shaped in not mature forms; lobular
shaped in mature forms
Tipe kromatin: condensed, pale
Ratio inti/sitoplasma: low or very low
Nukleolus: not visible
Keberadaan: darah: < 1 % ; sumsum tulang: < 1 %
Gambaran Eritrosit
Abnormal
Hipochrome
Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan
pada anemia kurang besi (defisiensi fe), sickle cells anemia,
thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis. Selain dari
hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil pemeriksaan darah
MCH < 26 pg dan MCHC < < 32%
Makrositik
Gambaran makrositik berarti volume eritrosit lebih besar dari
normal. Dapat ditemukan pada penyakit anemia
megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia
setelah perdarahan akut, atau anemia karena penyakit hati
kronik. Dari data pemeriksaan darah ditemukan MCV > 94 fl
Target Cell
Gambaran ini dinamakan sel target karena bentukannya
mirip dengan sasaran tembak. Dapat ditemukan pada
Thalassemia disertai gambaran aniso-poikilositosis,
polikromasi, hipokrom-mikrositik, dan bintik basofil.
Bintik basofil
Poikilositosis
Seperti telah dibahas di atas, dua gambaran ini bisa
ditemukan di thalassemia. Selain itu, bintik basofil dapat
ditemukan pada anemia sideroblastik dan keracunan timbal.
Sedangkan poikilositosis merupakan kondisi kelainan bentuk
baik sebagian bentuk dari eritrosit normal atau bentuk yang
benar-benar berbeda. Kondisi ini bisa ditemukan pada
berbagai kelainan karena tidak spesifik, seperti pada
thalassemia, anemia karena defisiensi vitamin B12 atau asam
folat, atau bisa juga pada coeliac disease.
Gametosit Ring
Form
Kedua gambaran ini dapat ditemukan pada pasien malaria.
Prosedur pemeriksaannya dengan tetes tebal dan tetes tipis.
Pada pemeriksaan ini dapat juga ditemukan skizon dan
eritrosit yang telah pecah karena hemolisis.
Aglutinasi
Akantosit
Skistosit