BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data WHO melaporkan bahwa kebutuhan akan darah secara global setiap
tahunnya meningkat 1%, sementara jumlah darah yang didonasikan turun 1%
setiap tahunnya. Di Indonesia, dari sekitar 4,8 juta kantong yang dibutuhkan per
tahun (2% jumlah penduduk Indonesia), jumlah donasi masih sekitar 2,3 juta
kantong dan baru sekitar 85% di antaranya yang berasal dari donor sukarela. Unit
Transfusi Darah merupakan suatu pelayanan yang masuk di dalam ruang lingkup
pelayanan kesehatan.
Transfusi darah adalah pemberian darah kepada seseorang dari orang lain
atau biasa disebut juga istilah donor. Darah transfusi harus berasal dari donor
yang sehat jasmani dan rohani, oleh karena itu sebelum diambil darahnya donor
harus melalui sejumlah pemeriksaan. Transfusi dapat dilaksanakan bila memenuhi
persyaratan; yaitu, untuk donatur ditentukan dari umur, berat badan, golongan
darah sistem ABO, tekanan darah, Hb darah dan riwayat penyakit. Sedangkan
untuk resipien ditentukan golongan darah dan cross-match antara darah donatur
dan resipien. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka transfusi dapat
dilaksanakan.
Darah terdiri dari beberapa komponen, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), keping darah (trombosit), dan plasma. Reaksi silang perlu
dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah
penderita sesuai dengan darah donor.
Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien
dengan darah donor yang akan ditransfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk
mencari tahu apakah darah donor cocok dengan darah pasien yang akan menerima
donor, hal ini berguna untuk mencegah reaksi tranfusi darah bila darah
didonorkan sehingga aman dan benar- benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pelayanan yang dilakukan
pada Bagian Laboratorium Patient Service/ Distribusi Unit Donor Darah PMI
Kabupaten Lombok Barat mulai dari penerimaan sampel darah dan formulir
1
2
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Transfusi darah merupakan proses mentransfer darah dari satu orang ke
dalam sistem peredaran darah orang lain. Darah yang tersimpan di dalam kantong
darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus. Transfusi darah diperlukan
saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau
operasi pembedahan yang besar, penyakit yang menyebabkan terjadinya
perdarahan misal maag khronis dan berdarah, juga penyakit yang menyebabkan
kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal anemia hemolitik atau
trombositopenia. Orang yang menderita hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin
memerlukan transfusi darah sering.
Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah
lengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor
pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah
putih). Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang diberikan hanya
terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien. Memberikan
komponen tertentu lebih aman dan tidak boros.
Masalah utama transfusi darah yang saat ini masih ada adalah kecelakaan
akibat ketidakcocokan golongan darah. Meskipun angka kejadiannya boleh
dikatakan sangat kecil namun inkompabilitas transfusi darah ini beresiko
menyebabkan penderita mengalami reaksi yang sangat serius dan mengancam
nyawa. Beberapa penderita mendonorkan darahnya beberapa minggu sebelum
dioperasi. Jika dalam operasi dibutuhkan darah maka dia dapat menggunakan
darahnya sendiri sehingga reaksi transfusi dapat dikurangi. Darah transfusi di
Indonesia relatif aman dan bebas dari segala macam penyakit berbahaya. Setiap
darah donor akan dilakukan pemeriksaan yang ketat sehingga jarang sekali
seseorang mendapatkan penyakit dari darah donor.
Ada beberapa pemeriksaan penyaring yang dilakukan pada proses
transfusi darah sebelum darah di berikan kepada penerima diantaranya :
Pemeriksaan HIV, Sifilis (VDRL), Hepatitis B dan C. Pemeriksaan Crossmatch
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
donor, apabila DCT sel donor negatif, artinya ada irregular antibodi
pada serum OS.
3) Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil Cross
negatif pada mayor dan minor.
4) Apabila tidak ditemukan hasil Crossmatch yang kompatibel meskipun
darah donor telah diganti maka harus dilakukan skrining dan
identifikasi antibodi pada serum OS dalam hal ini sampel darah dikirim
ke UTD Pembina terdekat.
5) Crossmatch Mayor = negatif, Minor = Positif, dan Autocontrol =
negatif. Artinya ada irregular antibodi pada serum / plasma Donor.
Solusi : Ganti dengan darah donor yang lain lakukan Crossmatch lagi.
6) Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, dan Autocontrol =
positif.
Lakukan Direct Coombs Test pada OS
Apabila DCT positif, hasil positif pada Crossmatch Minor dan AC
berasal dari Autoantibodi atau ada immune antibodi dari transfusi
sebelumnya terhadap sel darah merah donor dari transfusi
sebelumnya.
Apabila derajat positif pada Minor sama atau lebih kecil
dibandingkan derajad positif pada AC/DCT darah boleh
dikeluarkan.
Apabila derajat positif pada Minor lebih besar dibandingkan
derajad positif pada AC/DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti
darah donor, akukan Crossmatch lagi sampai ditemukan positif
pada Minor sama atau lebih kecil dibanding AC/DCT.
F. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada uji serologi
1. Pra Analitik
a. Syarat sampel serum tidak lisis, tidak ikterik, tidak lipemik/keruh
b. Pada pengembilan darah tidak boleh terlalu lama memasang tourniquet
karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi
12
13
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam proses uji cocok serasi atau cross match hasil yang didapatkan
haruslah compatible (cocok) agar darah dapat dikeluarkan atau
didistribusikan. Apabila hasil incompatible (tidak cocok) maka darah tidak
bisa dikeluarkan.
B. Saran
Dalam uji cocok serasi atau cross match, sebaiknya petugas haruslah
teliti dalam pengerjaan prosesnya agar hasil yang didapatkan tepat dan tidak
membahayakan pasien.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Contreras Marcella, MD. 1995. Petunjuk Penting Transfusi Darah. Edisi Kedua,
EGC, Jakarta.
Giri, D. 2015. Cross-Matching : Types, Purpose, Principle, Procedure and
Interpretation [Online]. Tersedia: http://laboratoryinfo.com/cross-
matching/.
Munandar, Haris. 2008. Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) & Badan
SARNasional (BASARNAS). Erlangga. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 83.2014. Unit Transfusi Darah, Bank
Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah.
Jakarta: Mntri Keshatan
PMI Pusat. 1998. Kumpulan Peraturan perundang-undangan Bidang
Kesehatan/Transfusi Darah dan Surat Keputusan Pengurus PMI
Tentang Transfusi Darah. Jakarta.
Sadikin, Moh. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika,
Syarifah. nd. Crossmatch (Reaksi Silang Serasi) II [Online]. Laboratorium Klinik
RSKD. Jakarta. 23
Wahyuningsih, Witri Palupi Retno. 2016. Cara Kerja Cross Match dengan
Diamed Gel Tes. RS PKU Muhammadiyah Gombong
Wahyuningsih, Witri Palupi Retno. 2016. Interpretasi Hasil Cross Match. RS
PKU Muhammadiyah Gombong
WHO dan BANBCT 2013. Standard Operating Procedure For Blood
Transfusion, Bangladesh, OPEC Foundation for International
Development.
Tersedia: https://labku1rskd.wordpress.com/tag/crossmatch-reaksi-silang-serasi/.
15