Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TRANSFUSI DARAH

Coomb Test

Disusun Oleh :
I Gede Angga Adnyana
Neja Izzawati
Ni Ketut Dhita Visthiani
Ni Luh Putu Sudarnita S. D.
Sri Yuliatni
Yessy Dwi Andika
Zurryatun Thoyyibah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
T.A 2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam makalah ini kami membahas
tentang Coomb Test
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk mengetahui tentang Coomb Test.Dalam
proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapat bimbingan, arahan, dan
pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang mendalam kami ucapkan kepada :
1

Dosen pembimbing mata kuliah Transfusi Darah, Ibu Gunarti, S.Si., M.Kes

Semua pihak yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.


Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari

materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman


penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya dalam memahami tentang Coomb Test.

Mataram, Oktober 2015


Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................1
Tujuan Penulisan.................................................................................................1
Manfaat Penulisan Makalah................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

Definisi Coomb Test............................................................................................3


Coomb Test Direct..............................................................................................4
Coomb Test Indirect............................................................................................5
Pemeriksaan Coomb Test....................................................................................7
2

BAB III PENUTUP


3.1.
2.3.

Kesimpulan.......................................................................................................13
Saran..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tes antibodi dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi tertentu yang
menyerang sel darah merah. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan
tubuh yang berfungsi untuk melawan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh dan
kemudian memusnahkannya, seperti bakteri dan virus.
Darah manusia mempunyai tanda sendiri (disebut antigen) pada permukaan sel
darah merah. Dalam proses transfusi darah, darah yang ditransfusikan harus cocok
dengan tipe darah si penerima. Itu berarti darah yang ditransfusikan harus memiliki
antigen yang sama seperti sel darah merah pasien. Jika dilakukan transfusi darah dengan
antigen yang berbeda (darah yang tidak cocok), maka sistem kekebalan tubuh akan
menghancurkan sel-sel darah yang ditransfusikan. Ini disebut reaksi transfusi dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian. Inilah sebabnya mengapa
pencocokan golongan darah sangat penting.
3

1.2. Rumusan Masalah


a.
b.
c.
d.

Apa definisi dari Coomb Test ?


Apa yang dimaksud dengan Coomb Test Direct ?
Apa yang dimaksud dengan Coomb Test Indirect?
Bagaimana cara pemeriksaan Coomb Test ?

1.3. Tujuan Penulisan


a.
a.
b.
c.

Mengetahui definisi dari Coomb Test


Mengetahui apa yang dimaksud dengan Coomb Test Direct
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Coomb Test Indirect
Mengetahui cara pemeriksaan Coomb Test

1.4. Manfaat Penulisan Makalah


a. Menambah pengetahuan mengenai Analisi SWOT
b. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Laboratorium

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pemeriksaan Coomb Test
Pemeriksaan Coombs test adalah pemeriksaan

yang digunakan untuk

mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam
serum. Anti body ini menyelimuti permukaan sel eritrosit yang meyebabkan umur
eritrosit menjadi lebih pendek dan sering menyebabkan reaksi inkompetibel pada
transfuse darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya ab
pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit pada serum. Prinsip pemeriksaannya
adalah eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan
diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung
pemeriksaan.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi adalah
sebagai berikut :
a. Reaksi transfuse
Darah manusia digolongkan berdasarkan penanda tertentu (yang disebut
antigen) pada permukaan eritrosit. Untuk transfuse diperlukan tipe darah yang
sama berdasarkanantigennya. Jika antigen yang diberikan berbeda maka
sistem imun akan menghancurkandarah yang ditransfusikan. Ini dinamakan
reaksi transfuse yang dapat menyebabkan penyakitserius bahkan kematian
5

b. Sensitisasi Rh
Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu antigen. Jika seorang ibu hamil
dengan golongan darahRh negatif dan bayi yang dikandungnya RH positif
maka akan terjadi sensitisasi Rh. Bayinyamungkin memiliki Rh positif dari
ayahnya. Sensitisasi Rh terjadi bila darah janin bercampur dengan darah ibu
selama

kehamilan

atau

persalinan.

Ini

menyebabkan

sistem

imun

ibumembentuk antibodi untuk melawan sel darah janin pada kehamilan


selanjutnya. Responantibodi ini dinamakan sensitisasi Rh dan bila ini terjadi,
dapat menghancurkan sel adarhmerah janin sebelum atau setelah dia lahir.
Jika sensitisasi terjadi, janin atau bayi baru lahir dapat berkembang menjadi
masalah ringan hingga berat (dinamakan penyakit Rh atauerythroblastosis
fetalis).
Dalam kasus yang jarang, jika penyakit Rh tidak ditangani, janin atau
bayi baru lahir akan mengalami kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa
mendapatkanimmunoglobulin Rh (misalnya RhoGAM) yang hampir selalu
menghentikan kejadiansensitisasi. Masalah sensitisasi Rh menjadi sangat
jarang sejak dikembangkannyaimmunoglobulin Rh.
c. Anemia hemolitik autoimun
Jenis anemia hemolitik yang dinamakan anemia hemolitik autoimun
merupakan penyakityang jarang yang disebabkan oleh pembentukan antibodi
yang melawan eritrositnya sendiri.

2.2. Coomb Test Direct


Direct Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit secara langsung.
Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan
menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksi eritrosit (hemolisis)
Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan
mendeteksi antibodi yang ada di permukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi ini
karena adanya penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes ini juga dapat
dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif dimana ibunya mempunyai
6

Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan apakah ibunya telah membentuk antibodi
dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obatobatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu produksi antibodi ini.
Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan menyebabkan anemia. Tes ini
terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.

A. Indikasi Diagnosis
Indikasi : untuk diagnosis

HDN (Hemolytic Disease of the Newbor )

AIHA Anemia (Autoimmune Hemolytic Anemia)

Reaksi transfusi hemolytik


7

Drug Induced Hemolytic


Untuk mendeteksi incomplete antibody yang melapisi eritrosit

penderita in vivo dengan cara :

Eritrosit penderita dicuci dengan salin untuk menghilangkan globulin


plasma yang tidak bersifat antibodi spesifik

Campur dengan serum Coombs tambahkan pada antibodi spesifik


incomplete yang diabsorbsi/melapisi eritrosit in vivo

2.3. Coomb Test Indirect


Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian cair dari darah (serum). Tes ini
akan mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit
tertentu yang memicu terjadinya masalah bila terjadi percampuran darah. Tes ini
biasanya dilakukan untuk menemukan antibodi pada darah donor atau resipien
sebelum dilakukan transfusi.

Indikasi :

Deteksi thd variant Rh yg bereaksi lemah, Ag Kell & Duffy


8

Pada keadaan hipo/a- gamaglobuliemia/a-gamaglobulinemia

Pada cross matching (reaksi silang)


Untuk mendeteksi incomplete antibody IgG incomplete yang terdapat

didalam serum penderita dengan cara :

Eritrosit Skrining Antibodi : Deteksi Ab IgG; IgG anti Rh (D), lain2 Ig G

normal dari golongan darah yg sama atau gol darah O disuspensikan ke dalam
serum penderita dan diinkubasikan pada 370 C

Sesudah dicuci dengan salin, tambahkan serum Coombs, disentrifus 1 menit


pada 1000 rpm agglutinasi berarti serum penderita mengandung antibodi tsb
sehingga hasilnya positif.

2.4. Pemeriksaan Coomb Test


A. METODE PEMERIKSAAN
1) Aglutinasi Langsung (direct Coombs test)
2) Aglutinasi Tidak Langsung
B. REAGENSIA
1) Sel golongan darah O normal 2-5 %
2) Coombs control cell positif (CCCP)
3) Bovin albumin 22% (BA)
4) Coombs Serum ( AHG) yaitu anti human globulin antibody yang
dihasilkan oleh binatang yang disuntikkan serum atau protein manusia
untuk mendeteksi Ab yang melekat pada permukaan eritrosit dan
menyingkirkan Ab lain yang tidak diinginkan.
5) Saline

C. PERALATAN
1) Incubator (waterbath 0 suhu 37 0 c
2) Centrifuge
3) Mikroskop
4) Timer
5) Rak tabung
6) Tabung reaksi ukuran 12 x75 mm
7) Pipet tetes
8) Botol semprot
9) Slide test
10) Beaker glass
11) Wadah limbah

D. CARA KERJA
1) Aglutinasi Langsung (direct Coombs test)
a) Siapkan alat dan bahan
b) Tambahkan 2 tetes suspense eritrosit 2-5 % ke dalam tabung I dan
IIa
c) Cuci suspense eritrosit 2-5 % 3-4 kali dengan saline
d) Tambahkan kedalam sedimen sel ( tabung I 2 tetes AHG dan
tabung II, 2 tetes saline sebagai negative control)
e) Putar 1000 rpm selama 1 menit atau 3500 rpm selam 15 detik
f) Amati ada tidakny aglutinasi
g) Apabila negative tambahkan 1 tetes cccp dan diputar kembali
selama 1 menit kecepatan 1000 rpm
h) Apabila positif berarti pekerjaan benar dan apabila negative
pemeriksaan harus diulang kembali.
2) Aglutinasi Tidak Langsung

10

a) Masukkan 2 tetes serum atau plasma yang akan dipriksa ke dalam


tabung reaksi
b) Tambahkan 1 tetes suspense eritrosit 2-5 %

kedalam tabung

tersebut
c) Inkubasi pada suhu 370 C selam 15-60 menit
d) Tambahkan BA 22% kemudian diputar 1 menit pada 1000 rpm
dan baca hasil reaksinya. Setelah itu inkubasi selam 15 menit
e) Cuci suspense eritrosit 2- 5% 3-4 x dengan salin. Salin pencucian
terakhir

dibuang

sebanyak-banyaknya

untuk

mencegah

pengenceran serum coombs


f) Kemudian tambahkan 2 tetes serum coombs dan kemudianputar
selam 1 menit 1000 rpm
g) Baca hasil reaksinya
h) Apabila hasil negative tambahkan 1 tetes CCCP dan diputar
kembali 1000 rpm selam 1 menit
i) Apabila positif berarti pekerjaan benar dan apabila negative
pemeriksaan harus diulang kembali
E. INTERPRETASI HASIL
1) Normal
a) Tidak ditemukan antibodi (hasil test negatif)Direct Coombs Test
negatif berarti tidak ada antibodi dalam sel darah merah
b) Indirect Coombs Test negatif berarti darah pendonor dan darah
penerima kompatibel (cocok)
c) Indirect Coombs Test negatif pada wanita Rh- yang hamil berarti
tidak ada antibodi anti Rh+ dalam darah dan belum terjadi
sensitisasi
2) Abnormal
a) Direct Coombs Test positif berarti ada antibodi yang akan
melawan dan menghancurkan sel darah merah. Hal ini dapat
11

disebabkan oleh transfusi darah yang tidak cocok atau penyakit


anemia hemolitik
b) Indirect Coombs Test positif berarti darah pendonor tidak cocok
dengan darah si penerima
c) Indirect Coombs Test positif pada wanita Rh- yang hamil atau
berencana untuk hamil berarti dia memiliki antibodi terhadap
darah Rh+ (sensitisasi Rh). Saat awal kehamilan jenis darah bayi
akan diperiksa, jika darah bayi Rh+ maka ibu harus mendapat
pengawasan ketat selama kehamilan untuk mencegah masalah
dengan sel darah merah bayi. Jika sensitisasi belum terjadi maka
dapat dicegah dengan suntikan Immunoglobulin anti RhD

F. Faktor yang mempengaruhi perlekatan Ab pada sdm invitro :


1) Temperatur
Ab yang menyeubungi eritrosit dan serum breaksi oftimal pada
suhu 37

C. suhu yang terlalu rendah akan mempengaruhi kecepatan

asosiasi Ag dan Ab. Sebaliknya suhu yang terlalu tinggi akan merusak
eritrosit dan molekul Ab.
2) Ionic Strength.
Eritrosit

dapat disuspensikan kedalam berbagai media misal

dalam lar saline fisiologis, lar albumin, LISS dan reag additive seperti
polyethylene glycol (PEG)/hexadimethrine bromide (polybrene). Dalam
cairan isotonik, Na ion dan Cl ion bergerombol sekeliling sel dan
sebagian menetralisir muatan yang berseberangan pada Ag dan molekul
Ab. Effek penyelubungan ini yang merintangi assosiasi Ab dengan Ag
dan dapat dikurangi dengan cara mengurangi ionic strength dari media
reaksi. Konsekuensi menurunkan konsentrasi garam dari media reaksi
meningkatkan Ab yang melekat pada eritrosit. Penggunaan albumin
kec bila digunakan dibawah kondisi ion yang rendah juga dapat
melakukan perlekatan molekul Ab.
12

3) Proporsi Serum Terhadap Sel


Suspense eritrosit yangterlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mempengaruhi

drajat Ab

yang menyelimuti

eritrosit.

Dengan

meningkatkan ratio serum terhadap sel dapat mendeteksi Ab yang


bereaksi lemah yang tidak terdeteksi dibawah suspensi normal eritrosit.
4) Waktu Inkubasi
Tehnik albumin waktu inkubasi 15 30 menit suhu 370 C
waktu yang adekwat untuk mendeteksi Ab yang menyelimuti sdm yang
secara klinis berarti. Ab yang bereaksi lemah, reaksi Ag Ab tidak dapat
mencapai keseimbangan dalam waktu inkubasi selama 30 menit dan
dengan

memperpanjang

waktu

inkubasi

dapat

membuktikan

keberadaannya.

G. Sumber Kesalahan
Hasil pemeriksaan dapat menunjukan nilai negatif palsu disebabkan
oleh :
1) Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik, karena globulin yang
bebas yang tidak berikatan dengan sel akan menetralisir AHG.
2) Pemeriksaan terganggu atau tertunda.
3) Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk
mengurangi kehilangan Ab yang terlepas dari sel.
4) AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai karena
Ab yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali.
5) Setelah AHG ditambahkan harus segera diputar dan dibaca, karena
reaksi igg yang menyelimuti sdm akan melemah setelah inkubasi.
6) Reagen kehilangan reaktivitas yang disebabkan oleh

penyimpanan

yang tidak baik, kontaminasi bakteri / serum manusia. Penyimpanan


AHG dianjurkan pada 2 80 C, jangan dibekukan, bila warna berubah
13

tidak digunakan lagi. AHG mengalami netralisasi bila terkontaminasi


dengan serum manusia / antiD sera. Hal ini tidak terlihat dengan mata
(makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan CCC, hasil reaksi
yang seharusnya pos menjadi neg.
7) Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal
ini dapat dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
8) Penggunaan

centrifugasi

yang

tidak

baik

Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk


aglutinasi, sebaliknya centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel,
sehingga sel sukar untuk terurai.
9) Jumlah eritrosit yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas.
Reaksi yang lemah karena terlalu banyak eritrosit, sebaliknya eritrosit
yang terlalu sedikit menyulitkan pembacaan aglutinasi dengan baik.
10) Reaksi

prozone

sebagai

kemungkinan

penyebab

pemeriksaan

antiglobulin tidak reaktif.


Hasil pemeriksaan dapat menunjukan nilai negatif palsu disebabkan
oleh :
1) Sdm sudah dicentrifugasi sebelum dilakukan pencucian. Apabila tidak
terlihat aglutinasi yang tampak setelah penambahan AHG dapat disalah
interpretasikan pembacaannya sebagai akibat perselubungan IgG /
komplemen. eritrosit penderita cold react auto Ab yang kuat
beraglutinasi pada contoh darah yang disimpan pada suhu kamar atau
dibawah suhu kamar.
2) Tabulasi gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu,
detergent / material lain yang menyebabkan sdm menggumpal /
aggregasi.
3) Over centrifugation dapat memadatkan eritrosir yaitu agregasi disalah
artikan dengan aglutinasi.
4) Reagen yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang
mengakibatkan aglutinasi pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme
14

treated red blood cells dapat meningkatkan reaktivitas dengan


antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan reag AHG yang
mengandung kontaminasi aktivitas.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan Coombs test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam
serum. Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua yaitu metode direct dan indirect.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya ab pada
permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit pada serum. Prinsip pemeriksaannya
adalah eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan
diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung
pemeriksaan.
3.2. Saran
15

Dalam melakukan pemeriksaan Coombs Test perlu memperhatikan factor


factor yang ada supaha hasil yang didapat bukanlah Positif palsu ataupun Negatif
palsu. Akan tetapi sesuai dengam keadaan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://armantonnynasution.blogspot.co.id/2013/01/cara-pemeriksaan-coombs-

test.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
http://fecoffee.blogspot.co.id/2014/08/makalah-coombs-test-tranfusi-darah.html
https://tentangkedokteran.wordpress.com/2011/03/05/coombs-test/

16

Anda mungkin juga menyukai