I. PENDAHULUAN
Apt test atau Apt-Downey test, tes ini pertama kali dikembangkan oleh
Leonard Apt (1922-2013). Apt test merupakan salah satu modifikasi dari alkali
denaturation test. Tes ini digunakan untuk membedakan asal darah pada feses
atau muntah neonatus, darah dapat berasal dari perdarahan gastrointestinal
neonatus atau akibat tertelan darah ibu saat proses persalinan maupun luka
lecet pada payudara ibu sewaktu menyusui. Perdarahan gastrointestinal pada
neonatus dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin K, Necrotizing Enterocolitis
(NEC), fisura anorektal, malrotasi usus, dll.1,2
Hasil Apt test positif menandakan darah berasal dari perdarahan
gastrointestinal atau pulmonal neonatus. Hasil Apt test negatif menandakan
darah ibu mungkin tertelan atau terhisap oleh neonatus saat proses kelahiran
atau saat menyusui. Tes ini berdasarkan perbedaan jenis hemoglobin ibu dan
neonatus. 1
Hemoglobin (Hb) adalah pigmen yang terdapat di dalam eritrosit,
terdiri dari persenyawaan antara heme dan globin yang mempunyai BM
64.400 dalton. Heme adalah suatu persenyawaan kompleks yang terdiri dari
beberapa cincin tetrapirol, yang membentuk protoporfirin, dengan atom Fe di
tengahnya. Globin adalah suatu protein yang terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida. Rantai polipeptida ini terdiri dari 2 pasang rantai dengan jumlah,
jenis dan urutan asam amino tertentu. Masing-masing rantai polipeptida
mengikat 1 gugus heme.3
Manusia mempunyai 6 rantai polipeptida globin yaitu rantai α dan non α
(rantai β, γ , δ, ε, dan ζ). Rantai α mempunyai 141 asam amino sedangkan
rantai β, γ dan δ mempunyai 146 asam amino. Produksi rantai α diatur oleh
kromosom 16 dan produksi rantai-rantai non-α diatur oleh kromosom 11,
III. METODE
A. PRA ANALITIK7
1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus.
2. Persiapan Sampel
Sampel berupa feses atau muntah berdarah segar (tidak boleh
menggunakan spesimen yang sudah menghitam karena
oksihemoglobinnya sudah berubah menjadi hematin) . Spesimen segera
(<30 menit) dibawa ke laboratorium menggunakan wadah steril
berpenutup
3. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet volumetrik
3. Sentrifus
4. Kapas lidi
B. ANALITIK7
1. Prinsip Tes
Tes ini menggunakan prinsip ketahanan Hb F terhadap alkali
dibandingkan dengan Hb A . Ikatan tetramer pada Hb F lebih stabil
dibanding Hb A sehingga Hb F resisten terhadap alkali.
Oksihemoglobin (berwarna merah muda) segera berubah menjadi
hematin alkali (berwarna kuning kecokelatan) pada darah dewasa
normal (kadar Hb F <7%) jika ditambahkan NaOH, sedangkan darah
fetus (kadar Hb F 50-90%) larutan akan tetap berwarna merah muda.
2. Cara Kerja
1. Ambil spesimen masukkan ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan
air suling dengan perbandingan 1 : 5 untuk menghemolisiskan sel
darah merah sehingga membebaskan hemoglobin
2. Tabung reaksi disentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 2
menit
3. Ambil 5 ml supernatan yang terbentuk lalu campurkan dengan 1 ml
NaOH 1%
4. Nilai perubahan warna setelah 2 menit
Gambar 4. Interpretasi hasil : Hasil positif (A) dan hasil negatif (B)7
C. PASCA ANALITIK1,2
Interpretasi Hasil :
Hasil positif berarti darah dari spesimen yang diperiksa berasal dari
perdarahan neonatus. Hal ini dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin
K, Necrotizing Enterocolitis (NEC), fisura anorektal, malrotasi usus,
dll.
Hasil negatif berarti darah dari spesimen yang diperiksa berasal dari
darah yang tertelan oleh bayi dalam proses kelahiran atau darah dari
luka payudara ibu yang tertelan sewaktu menyusui
Keterbatasaan Pemeriksaan7
Tes ini memiliki beberapa syarat seperti feses atau muntahan harus
berdarah segar dan jumlah darah banyak. Feses yang sudah berubah
menjadi kehitaman dan jumlah darah yang sedikit dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan invalid. Ibu dengan Thalasemia mayor dimana darah
ibu banyak mengandung HbF dapat menyebabkan hasil positif palsu.
Penilaian perubahan warna pada tes ini bersifat subjektif.