Anda di halaman 1dari 44

(Suryo, 2005)

Kondisi inkompatibilitas tjd pd perkawinan yg inkompatibel


dimana darah ibu dan bayi yg mengakibatkan zat anti dari
serum darah ibu bertemu dgn antigen dari eritrosit bayi dlm
kandungan. Sehingga tdk jarang embrio hilang pd waktu yg
sangat awal secara misterius atau tiba-tiba, bahkan sebelum
ibu menyadari bahwa ia hamil
(Wagle, 2010)
salah satu penyebab dari penyakit hemolitik pd
neonatus yg biasanya tjd pd janin dgn golongan darah A,B
atau AB dari ibu yg bergolongan darah O, krn antibodi yg
ditemukan pd golongan darah O ibu adalah dari kelas IgG yg
dpt menembus plasenta

(Ann Longsdon, 2012)


Inkompatibilitas ABO merupakan suatu kondisi sebagai
akibat dari ketidaksesuaian golongan darah antara ibu dan
janin yang dikandungnya.
ETIOLOGI

1. Inkompabilitas kesalahan Tranfusi Darah


Ketidaksesuaian golongan darah antara
penerima & pendonor.
Reaksi penghancuran pd sel darah merah
donor oleh antibodi penerima. Keadaan ini
disebut lethal tranfusion reaction
Kesalahan Pemberian transfusi darah :
 Golongan A, B, atau AB kpd penerima yg bergolongan
darah O
 Golongan darah A atau AB kpd penerima yg
bergolongan darah B
 Golongan darah B atau AB kpd penerima yg
bergolongan darah A
2. Inkompabilitas pada Kondisi Kehamilan
(Neonatus)
ketidakcocokan dari golongan darah ibu
dgn golongan darah janin, dimana
umumnya ibu bergolongan darah O &
janinnya bergolongan darah A, atau B,
atau AB.
 Dikarenakan dlm kelompok golongan darah O,
terdapat antibodi anti-A & anti-B (IgG) yang
muncul secara natural, & dpt melewati sawar
plasenta.
 Situasi ini dpt juga disebabkan oleh krn robekan
pd membran plasenta yg memisahkan darah
maternal dgn darah fetal, sama halnya Spt :
previa plasenta, abruptio placenta, trauma &
amniosentesis.
MANIFESTASI KLINIS
Inkompabilitas pada Kesalahan Tranfusi Darah
1. demam menggigil
2. nyeri kepala
3. nyeri pada panggul
4. sesak napas
5. hipotensi
6. Hiperkalemia
7. urin berwarna kemerahan atau keabuan
(hemoglobinuria).
Pada reaksi hemolitik akut yg tjd di intravaskular dpt
timbul komplikasi yg berat berupa disseminated
intravascular coagulation (DIC), gagal ginjal akut
(GGA) & syok
Inkompabilitas pada Kondisi Kehamilan (Neonatus)
1. Asfiksia
2. Pucat (oleh karena anemia)
3. Distres pernafasan
4. Jaundice
5. Hipoglikemia
6. Hipertensi pulmonal
7. Edema (hydrops, berhubungan dgn serum albumin yg rendah)
8. Koagulopati (penurunan platelets dan faktor pembekuan darah)
9. Ikterus mengarah pd Kern ikterus oleh krn hiperbilirubinemia
PATOFISIOLOGI

Inkompatibilitas ABO pada transfusi darah


Kesalahan transfusi : Kesalahan dlm pemberian darah
dimana golongan darah resipien berbeda dgn gol.
darah pendonor.
Hal ini mengakibatkan antibodi didlm gol. darah resipien
akan melisiskan sel darah merah yg inkompatibel.
Reaksi hemolitik pada kejadian inkompatibilitas ABO
dapat terjadi secara akut dan secara lambat.
Reaksi hemolitik akut

Tjd destruksi eritrosit donor yg sangat cepat (kurang dari 24 jam).


Pada umumnya dikarenakan kesalahan dlm mencocokan
sample darah resipien & donor.
Proses hemolitik tjd di dlm pembuluh darah (intravaskular), yaitu
sbg reaksi hipersensitivitas tipe II. Plasma donor yg mengandung
eritrosit dpt merupakan antigen yg berinteraksi dgn antibodi pd
resipien berupa IgM anti-A, anti –B atau anti-Rh. Proses
hemolitik dibantu oleh reaksi komplemen smp terbentuk
membran attack complex.
Pada beberapa kasus tjd interaksi plasma donor sbg
antibodi & eritrosit resipien sbg antigen.
Pd reaksi hemolitik akut jg dpt melibatkan IgG dgn atau
tanpa melibatkan komplemen & proses ini dapat terjadi
secara ekstravaskular. Ikatan antigen dan antibodi akan
meningaktivasi reseptor Fc dari sel sitotoksik atau sel K
yang menghasilkan perforin & mengakibatkan lisis dari
eritrosit
Reaksi hemolitik lambat
Pd transfusi diawali dgn reaksi antigen-antibodi yg tjd di
intravaskular, namun proses hemolitik tjd secara ekstravaskular.
Plasma donor yg mengandung eritrosit merupakan antigen yg
berinteraksi dgn IgG atau C3b pd resipien. Selanjutnya eritrosit
yg telah diikat IgG & C3b akan dihancurkan oleh makrofag di
hati. Jika eritrosit donor diikat oleh antibodi (IgG1 atau IgG3)
tanpa melibatkan komplemen, maka ikatan antigen-antibodi
tersebut akan dibawa oleh sirkulasi darah & dihancurkan di limpa
KOMPLIKASI

Inkompabilitas pada Kesalahan Tranfusi Darah


Komplikasi yang mungkin muncul pada
inkompatibilitas ABO sebagai akibat reaksi
tranfusi adalah gagal ginjal, syok anafilaktik,
dan kematian
Inkompabilitas pada Kondisi Kehamilan (Neonatus)
Apabila janin sampai aterm dilahirkan hidup
maka dat terjadi ikterus yg dapat mengarah pd
ikterus patologis atau hiperbilirubinemia.
Apabila hal ini tdk ditangani secara tepat dpt
menimbulkan kematian atau kelainan
perkembangannya spt : gangguan
perkembangaan mental, tuli, lambat bicara dan
lain-lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada inkompatibilitas ABO kesalahan
tranfusi
1. Pemeriksaan crossmatch ulang antara darah pendonor &
penerima
2. Direct Antiglobulin Test (DAT)
3. Pemeriksaan serologis rhesus
4. Urinalisis didapatkan adanya hemoglobinuria
5. Pemeriksaan lain utk mengetahui komplikasi dari reaksi
hemolitik, antara lain:
Renal function test
LDH, bilirubin dan haptoglobin
Status koagulasi (prothrombin time, partial thromboplastin
time, dan fibrinogen)
Pemeriksaan penunjang pada Inkompatibilitas
ABO neonatus
a. Pemeriksaan Klinis
Ikterus neonatorum → secara klinis neonatus dgn
inkompatibilitas ABO akan mengalami ikterus/
hiperbilirubinemia.

(Ikterus/ hiperbilirubinemia : pewarnaan di kulit, konjungtiva,


dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah)

Kadar bilirubin dalam serum adalah ≥ 5mg/dl (85µmol/L).


Disebut hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum
mencapai 13 mg/dl
Pemeriksaan tanda klinis lain :
1. adanya gangguan minum
2. keadaan umum
3. apnea
4. suhu yang labil
b. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hitung sel darah merah


Pada kasus inkompatibilitas ABO pada neonatus,
pemeriksaan sel darah merah menunjukkan adanya
retikulositosis (retikulosit > 4, 6%) dan mikrosferosit pada
hapusan darah tepi

Retikulosit : Sel darah merah imatur. Jika tjd anemia,


sumsum tulang berusaha mengkompensasi dgn
meningkatkan aktivitas eritropoiesis, yg tercermin pd
peningkatan hitung retikulosit.

(Jika produksi sumsum tulang terganggu maka hitung retikulosit


akan tetap rendah)
2. Direct Coomb Test (DCT)
Neonatus yg mengalami inkompatibilitas ABO, menunjukkan
hasil positif pd pemeriksaan ini.

Tujuan dari pemeriksaan DCT utk mengetahui apakah sel


darah merah diselubungi oleh IgG atau komplemen, artinya
apakah ada proses sensitisasi pada sel darah merah di invivo
(pada tubuh pasien).

Bahan yang dipergunakan: sel darah merah pasien. Pada


pemeriksaan ini menggunakan sampel darah dgn
antikoagulan EDTA
Contoh Kasus

 Seorang bayi perempuan berusia 5 hari di bawa ke


puskesmas dengan keluhan utama kuning sejak
lahir.
 Identifikasi istilah yang tidak diketahui Tidak ada
Rumusan masalah Bayi perempuan berusia 5 hari
mengalami kuning sejak 10 jam setelah dilahirkan
 Hipotesis Bayi tersebut di duga menderita
inkompabilitas ABO
Mind Map
Golongan Darah
Anamnese (Allo Anamnese)

1. Identitas pasien, yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,


anak ke-berapa
2. Keluhan utama, sejak kapan.
3. Riwayat penyakit sekarang Pada pasien terjadi ikterus (bayi
kuning), maka ditanyakan: * Sejak kapan? * Bagaimana
riwayat kelahiran? * Apakah bayi sudah diberiASI atau
belum? * Apakah sebelumnya mendapat transfusi darah?
4. Keluhan penyerta/keluhan lain
5. Riwayat penyakit dahulu (ditujukan pada ibu pasien) *
 Usia kehamilan?
 Pasien anak ke-berapa? Jika pasien bukan anak pertama,
tanyakan apakah terjadi hal yang sama (ikterik juga/tidak)
pada anak yang sebelumnya?
 Apakah selama atau sebelum masa kehamilan ibu sedang
menderita penyakit infeksi tertentu? (contoh: hepatitis,
malaria, dll)
 Apakah selama atau sebelum kehamilan ibu sedang
mengkonsumsi obat-obatan tertentu?
 Apakah golongan darah ibu dan ayah? Apakah rhesus ibu
dan ayah? (golongan darah ibu O dan golongan darah
ayah B)
 Apakah dulu pernah mengalami sakit yang cukup
berat sehingga harus dirawat di rumah sakit?
 Adakah riwayat diabetes melitus?
 Adakah riwayat penyakit berat yang lain?

6. Riwayat pribadi (ditujukan pada ibu pasien)


 Bagaimana riwayat vaksinasi pasien?
(Lengkap/tidak)
 Bagaimana kebiasaan pasien? (seperti
makanan, minuman, pengguna obat-obatan, dan
lain sebagainya)
 Apakah ada riwayat alergi?
 Apakah melahirkannya cukup bulan? Normal atau
tidak?
 Dimana terjadi proses kelahiran si bayi?
 Apakah si bayi minum asi?

7. Riwayat keluarga
 Apakah di keluarga juga ada yang sedang atau
pernah menderita penyakit yang sama?
 Apakah ada riwayat penyakit yang diturunkan
Pemeriksaan Fisik
• suhu 36,8 °C
• denyut nadi 130x/menit
• napas 40x/menit
• skelera dan kulit ikterik (+) hingga daerah
abdomen
• hepato-splenomegali (-)
Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksan Coombs
Etiologi
Terjadi eritoblastosis karena IgG bayi dengan
golongan darah B atau A melewati plasenta ibu yang
memiliki antibodi A dan B (golongan darah O)

Epidemologi
 25% kasus kehamilan
 75% disebabkan ibu bergolongan darah O
 40% mengenai anak pertama
 Lebih sering pada ras kulit hitam
 Cenderung menyerang bayi golongan
Patofisiologi
Manifestasi klinik
 Anemia
 Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan

• Transfusi tukar
• Foto terapi
Pencegahan
 Uji antiglobulin direk atau indirek untuk anti-A atau anti-B
pada setiap bayi bergolongan darah A atau B.
 transfuse darah dengan gol. O Rh (-) imunisasi pasif
pada ibu (imunoglobulin anti-A/B)
 Pengawasan antenatal yang baik

Prognosis
 Secara keseluruhan, angka survival dapat mencapai 85-
90%,
Kesimpulan

Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan penunjang dan


pemeriksaan fisik, bayi ini terdiagnosa inkompatibilitas
ABO, ditegakkan dengan keterangan bahwa anak
dilahirkan dari orang tua dengan golongan darah yang
berbeda. (ibu gol O dan ayah B)
TERIMA KASIH
INKOMPATIBILITAS

 Terkait Crossmatch

 Memiliki arti yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai