ABO INKOMPABILITAS
Oleh:
Azha Azzuna amsaka
1102017045
Pembimbing :
dr. Dhanny Primantara Johari Santoso, Sp.OG(K)-KFM,M.
2.1 Definisi
Inkompatibilitas ABO adalah kondisi ketika seseorang menerima tipe
golongan darah yang berbeda dalam prosedur transfusi darah, kehamilan dan
transplantasi organ. Hal ini dapat memicu reaksi sistem kekebalan tubuh
sehingga menimbulkan gejala seperti demam, mual, hingga sesak napas.1,2
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Etiologi inkompatibilitas ABO secara garis besar adalah munculnya reaksi
ikatan antibodi dan antigen karena golongan darah yang tidak kompatibel.
Seperti pada kehamilan, inkompatibilitas terjadi umumnya pada ibu yang
memiliki golongan darah O mengandung janin yang memiliki golongan darah
A, B atau AB dimana ibu tidak memiliki antibodi tersebut dan memicu
imunitas tubuh dan reaksi komplemen.
Begitu pula pada proses transfusi darah yang tidak kompatibel, dapat
menimbulkan reaksi transfusi baik berupa reaksi lambat ataupun reaksi cepat
yaitu hemolisis. Sedikit berbeda pada transplantasi organ, inkompatibilitas
ABO merupakan reaksi hiperakut karena adanya antibodi yang telah
terbentuk sebelum proses transplantasi pada penerima donor, mengikat
antigen sel-sel donor.1,2,3
Faktor Risiko
Faktor risiko inkompatibilitas ABO pada kehamilan yaitu: 2
Antigen A1 pada janin. Dibandingkan dengan semua antigen, antigen A1
memiliki antigenisitas yang paling besar yang dikaitkan dengan beberapa
penyakit
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi inkompatibilitas ABO secara umum terjadi akibat adanya
reaksi dari ikatan antibodi plasma dengan antigen sel darah merah. Secara
umum, paparan awal terhadap antigen, secara alami membutuhkan respon
antibodi dan paparan ulang dibutuhkan untuk membuat suatu antibodi
mengingat paparan tersebut. Kondisi tersebut normal pada banyak antigen.
Akan tetapi pada kasus inkompatibilitas ABO, pada sebagian besar individu,
akan secara alami memiliki respon antibodi terhadap antigen ABH walaupun
tidak pernah ada riwayat transfusi atau hamil sebelumnya dan respon antibodi
tersebut menyebabkan proses hemolisis.1,5
B. Pemeriksaan Fisik
Pada bayi baru lahir dengan inkompatibilitas ABO menunjukan
manifestasi klinis yang bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi
yang dialami. Tanda khas umum yaitu: pucat, hepatosplenomegali, dan hidrop
fetalis pada kasus berat. Ikterik bermanifestasi saat lahir atau 24 jam setelah
kelahiran dengan peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi.1,7,8
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Visual Plasma dan Urin
Begitu pula dengan pemeriksaan visual urin, beberapa menit setelah darah
yang tidak kompatibel ditransfusikan, urin penerima transfusi dapat berubah
warna menjadi merah. Untuk membedakan antara hematuria dan
hemoglobinuria dilakukan dengan cara sentrifugasi. Pada hematuria, hasil
sentrifuge menunjukan adanya endapan sel darah merah pada dasar tabung
pemeriksaan dan urine menjadi jernih, namun pada hemoglobinuria hasil
sentrifuge akan tetap berwarna merah.2
Direct Coombs Test
Reaksi Alergi
Reaksi alergi selama proses transfusi juga merupakan salah satu diagnosis
banding dari reaksi akut hemolitik. Pada reaksi alergi, gejala berupa ruam
makulopapular, urtikaria tanpa disertai demam atau hipotensi. Pada kondisi
yang lebih berat, dapat bermanifestasi sebagai reaksi anafilaktik.2
Reaksi alergi dimediasi oleh IgE. Reaksi ini biasanya dikaitkan dengan
hipersensitivitas terhadap protein alogenik dalam plasma atau alergen-alergen
yang terlarut yang ditemukan pada komponen darah yang
ditransfusikan.pemeriksaan penunjang visual plasma dan urin menunjukkan
hasil normal, begitu pula pada pemeriksaan direct coombs test untuk reaksi
alergi akan menunjukan hasil negatif.2
2.7 Tatalaksana
Pada kasus HDN, begitu diagnosis sudah ditegakkan, tatalaksana yang
dilakukan adalah memantau kadar bilirubin serum, melakukan hidrasi secara
oral dan fototerapi. Pada bayi dengan klinis jaundice, pemeriksaan bilirubin
serum harus dilakukan dalam waktu 24 jam kelahiran. Kebutuhan
pemeriksaan ulang kadar bilirubin tergantung pada kategori klinis jaundice
sesuai kriteria pedoman American Academy of Pediatrics (AAP).1,9
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis
KESIMPULAN