Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS DAN REFERAT

REGIONAL ANESTESI PADA PEMBEDAHAN


SECTIO CAESARIA

disusun oleh : Endito Pamungkas Sadewo (4112021202)


Dokter pembimbing : dr. Olivia Des Vinca, M.Ked(An) Sp.An. KIC
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI RUMAH SAKIT TK II. MOH. RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 13 FEBRUARI – 18 MARET 2023
BAB I REFERAT

1. ABSTRAK
2. PENDAHULUAN
3. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II LAPORAN KASUS

4. IDENTITAS PASIEN
5. ANAMNESIS
6. PEMERIKSAAN
7. RENCANA ANESTESI
8. MONITORING OPERASI
9. POST-OPERASI
BAB I ●REFERAT
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN

• Anestesi regional adalah jenis manajemen nyeri untuk pembedahan yang membuat sebagian besar
tubuh mati rasa, obat diberikan melalui suntikan atau tabung kecil yang disebut kateter dan digunakan
ketika suntika anestesi lokal sederhana tidak cukup, dan ketika lebih baik bagi pasien untuk bangun.
Waktu pemulihan pascaprosedur telah terbukti berkurang dengan tingkat nyeri yang jauh lebih rendah
setelah operasi dan partisipasi lebih awal dalam terapi fisik. Anestesi regional dapat digunakan
bersamaan dengan anestesi umum, postprosedural, dan seringkali untuk banyak kondisi nyeri akut dan
kronis (Folino et al., 2020)
• Beberapa teknik yang dilakukan pada jenis anestesi ini seperti spinal anestesi ataupun epidural sering
digunakan untuk persalinan, hal ini memungkinkan ibu untuk bangun dan bisa mengejan saat waktunya
melahirkan tetapi menghilangkan rasa sakitnya. Spinal anestesi jenis yang lebih kuat dan digunakan
selama prosedur seperti operasi seksio caesaria yang bertujuan tanpa menyebabkan rasa sakit pada
ibu, dan tanpa membuat bayi terkena obat sedatif yang mungkin berbahaya (Folino et al., 2020).
PENDAHULUAN

• Anestesi regional sangat aman dan tidak melibatkan potensi komplikasi dan efek samping yang dapat
terjadi dengan sedasi dan anestesi umum. Meskipun dapat terjadi beberapa faktor risiko maka dari itu
penting untuk pasien selalu dievaluasi, dipantau, dan diawasi oleh tenaga dokter dan tim ahli di bidang
anestesi dari sebelum pembiusan, sampai operasi selesai dan penilaian pasien pasca operasi untuk
memastikan keamanan optimal pada pasien operasi (Folino et al., 2020).
● Anatomi Columna Vertebralis
● Anestesi Regional pada
TINJAUAN Kebidanan
● Definisi dan Klasifikasi Anestesi
PUSTAKA Regional
● Neuraxial/Central
● Anestesi Spinal
● Anestesi Epidural
Anatomi Columna Vertebralis
● Tulang belakang terdiri dari tulang vertebra dan diskus
intervertebralis
● Tulang belakang secara keseluruhan memberikan structural
bagi tubuh sebagai perlinndungan bagi tubuh sumsum tulang
belakang dan saraf memungkinkan tingkat mobilitas di
berbagai bidang spasial.
● Pada setiap tingkat tingkat tulang belakang, saraf tulang
belakang berpasangan keluar dari sistem saraf pusat
Anatomi Columna Vertebralis

• Tulang vertebrae berbeda dalam bentuk dan


ukuran di berbagai tingkat.
• Ada empat sendi sinovial kecil di setiap
vertebrae, dua berartikulasi dengan vertebrae
di atasnya dan dua lainnya dengan vertebrae
di bawahnya atau nama lainnya merupakan
sendi facet yaitu sendi kecil yang berada di
antara tulang-tulang belakang yang
berdekatan dengan procesus transversus.
Anatomi Columna Vertebralis

• sacral vertebrae menyatu


menjadi tulang besar yaitu
sacrum, masing-masing
mempertahankan anterior-
posterior foramen intravertebralis
The Spinal Cord

• Kanal Spinal berisi sumsum


tulang belakang dengan
penutupnya (meninges),
jaringan lemak, dan venous
plexous. Meninges terdiri dari
tiga lapisan yaitu, Pia mater,
arachnoid mater, dan dura
mater.
ANESTESI REGIONAL PADA KEBIDANAN

• Anestesi Neuraxial memiliki dampak yang besar di bidang kebidanan. Saat ini,
anestesi epidural banyak sering digunakan untuk analgesik pada wanita dalam
persalinan dan selama persalinan pervaginam.
• Pada operasi sectio caesaria paling sering dilakukan dengan anestesi epidural atau
spinal, kedua blok ini memungkinkan seorang ibu untuk tetap terjaga atau 6
terbangun selama menjalani masa operasi dalam melahirkan anaknya.
ANESTESI REGIONAL PADA KEBIDANAN (EPIDEMIOLOGI)

• Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa
anestesi regional untuk operasi caesar berhubungan dengan tingkat morbiditas maternal
yang lebih rendah dan kematian daripada anestesi umum. Hal ini disebabkan oleh
penurunan insiden aspirasi paru ataupun gagal intubasi ketika anestesi neuraksial ini
semenjak dijalankan anestesi untuk operasi caesar (Morgan et al., 2013).
• Pada Anestesi regional telah terbukti menurunkan sirkulasi tingkat katekolamin pada ibu,
dapat meredakan perubahan hemodinamik yang sangat tajam selama operasi, menangani
hiperventilasi, dan mampu menurunkan respon stres terkait selama persalinan aktif.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ANESTESI REGIONAL
• Berikut beberapa klasifikasi dari anestesi regional meliputi :

• Anestesi regional terdiri dari infiltrasi


saraf perifer dengan agen anestesi dan
memblokir transmisi untuk menghindari
atau menghilangkan rasa sakit, berbeda
dengan anestesi umum karena tidak
memengaruhi ke tingkat kesadaran
pasien untuk menghilangkan rasa sakit.
NEURAXIAL/CENTRAL

• Keuntungan anestesi neuraksial → menghindari dosis anestesi dan


opioid yang lebih besar, sehingga menurunkan risiko :
• - Trombosis vena dan emboli paru
• - Komplikasi kardiak di pasien high risk
• - Perdarahan
• - Pneumonia dan respiratory depression (Morgan et al., 2013).
• Spinal, Epidural, dan Caudal.
NEURAXIAL/CENTRAL
NEURAXIAL/CENTRAL
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
• Anestesi spinal / subarachnoid block dapat menginhibisi konduksi pada nerve roots ketika agen
anestesi melewati subarachnoid space (memanjang dari foramen magnum sampai S2 pada dewasa
dan S3 pada anak anak). Agen anestesi akan menembus spinal cord dan berinteraksi dengan
target.
• Anestesi lokal diinjeksikan ke CSF dan membasahi nerve roots di subarachnoid space maka klinisi
akan merasakan 2 pops. Pop 1 : penetrasi ligamentum flavum, Pop 2: penetrasi duraarachnoid
membrane.
• Spinal anestesi hanya dilakukan pada area lumbal L3/L4 atau L4/L5 (mid to low lumbar levels) untuk
mencegah damage pada spinal cord
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK

● INDIKASI
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
Tabel 2.3 Factor Influencing Dermatomal Spread of Spinal Anesthesia (Morgan et al., 2013).
Factors  
Most Important Factors Baricity of anesthetic solution

  Position of the patient


During Injection
Immediately after injection
Drug dosage
Site of Injection
 

Other Factors Age


CSF
Curvature of the spine
Drug Volume
Intraabdominal pressure
Needle direction
Patient height
Pregnancy
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK
ANESTESI SPINAL SUBARACHNOID BLOCK

Komplikasi
• Postdural puncture headache
• Nausea – Vomiting
• Hypotension
• Total Spinal Anesthesia
• Neurological Injury
• Spinal Hematoma
ANESTESI EPIDURAL

• Injeksi anestesi lokal ke epidural space → memenuhi epidural space


• Ruang epidural mengelilingi dura mater posterior, lateral, dan anterior. Akar saraf
perjalanan ini keluar secara lateral melalui foramen intervertebralis menjadi saraf
perifer.
• Membutuhkan volume dan kuantitas anestesi lokal >> ketimbang anestesi spinal
untuk mencapai konsentrasi anestesi lokal yang sama.
• Lokasi injeksi harus dekat dengan nerve roots yang akan dianestesi
• Jenis anestesi ini digunakan untuk operasi, analgesik obstetri, postoperaive pain
management control, dan chronic pain mangement.
ANESTESI EPIDURAL
 Menggunakan teknik midline atau
paramedian jarum epidural masuk
melewati kulit dan ligamentum
flavum. Jarum harus berhenti ketika
menusuk dura mater, untuk
TEKNIK ANESTESI EPIDURAL menentukan apakah ujung jarum
epidural sudah masuk daerah
potential (epidural) terdapat teknik
Space: The “Loss of Resistance”
dan “Hanging drop”. (Morgan et al.,
2013).
KNIK ANESTESI EPIDURAL
ANESTESI EPIDURAL

Jarum
 17-18 Gauge, 3 or 3,5 inches long, blunt bevel with a gentle curve of 15-30 ° at the
tip
 Paling umum menggunakan Tuohy
 
Kateter
 Untuk continous infusion atau interm bolus
 Intraoperative epidural anestesi dan postoperative analgesik
 a 19- or 20-gauge catheter is introduced through a 17- or 18-gauge epidural
needle.
ANESTESI EPIDURAL
Agent Concentration Onset Sensory Block Motor Block
Chloroprocaine 2% Fast Analgesic Mild to moderate
3% Fast   Dense
Dense
Lidocaine <1% Intermediate Analgesic Minimal
1,5% Intermediate Dense Mild to Moderate
2% Intermediate   Dense
Dense
Mepivacaine 1% Intermediate Analgesic Minimal
2-3% Intermediate Dense Dense
Bupivacaine <0,25% Slow Analgesic Minimal
0,5% Slow Dense Mild to Moderate
0,75% Slow   Moderate to
Dense dense

Ropivacaine 0,2% Slow Analgesic Minimal


0,5% Slow Dense Mild to
0,75 – 1,0% Slow   Moderate
Dense Moderate to
dense
●LAPORAN
BAB II
KASUS
1. Identitas Pasien

● Nama : Ny. D

● Umur : 39 tahun

● Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Januari


1984

● Alamat : Kelurahan Makasar

IDENTITAS ●
RT/RW : 14/02, Jakarta Timur

Pekerjaan : Wirausaha

PASIEN ●


Agama

Pendidikan
: Islam

: D3

● Status Pernikahan : Sudah Menikah


● Masuk RS : 20 Februari 2023
● Jadwal Operasi : 21 Februari 2023
ANAMNESIS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dengan pasien di bangsal
krissan Rumah Sakit TK II Moh Ridwan Maureksa pada hari Rabu, 22
Februari 2023 pada pukul 16.00 WIB.

Keluhan Utama

Pasien tidak mengalami keluhan apapun selama masa kehamilan berlangsung

Keluhan Tambahan

Tidak ada.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien Ny.D dengan G1P0A0 hamil 40 minggu kontrol ke poli kebidanan RS TK II


Moh Ridwan Maureksa. Keluhan mulas, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air-
air disangkal. Riwayat terakhir berobat ke poli obgyn pada tanggal 20 Februari 2023,
pasien sudah dinyatakan Mid Late Pregnancy dan Pasien terdiagnosis CPD
“Cephalopelvic Disproportion” ketika dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang. Pasien direncanakan untuk operasi SC keesokan harinya karena sudah
lewat waktu tafsiran. Selama kehamilan, pasien rajin mengonsumsi vitamin ibu hamil,
memeriksakan kehamilannya ke bidan dan dokter, dan dinyatakan tidak ada masalah
pada kehamilannya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Hipertensi : Disangkal
Penyakit Jantung : Disangkal
Penyakit Paru : Disangkal
Maagh : Disangkal
Penyakit Gangguan Pencernaan : Disangkal
Penyakit ISK : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : Disangkal
Penyakit Jantung : Disangkal
Penyakit Paru : Disangkal
Maagh : Disangkal
Penyakit Gangguan Pencernaan : Disangkal
Penyakit ISK : Disangkal
Riwayat Pengobatan
Riwayat konsumsi obat-obatan disangkal.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi terhadap makanan atau cuaca disangkal
Riwayat Operasi dan Anestesi
Pasien tidak pernah menjalani operasi dan anestesi sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang wirausaha, dan pasien memiliki kebiasaan membersihkan rumah.
Pasien mengaku rutin berolahraga yaitu senam.
Pasien tidak pernah merokok.
Pasien tidak pernah meminum minuman beralkohol.
Riwayat Makan Terakhir
Pasien sudah berpuasa sejak 6 jam sebelum dilakukan operasi.
Kajian Sistem
Pasien tidak memakai gigi palsu dan tidak terdapat gigi goyang. Pasien dapat menggerakan
lehernya secara fleksibel.
Keadaan Psikis
Pasien mengaku merasa khawatir dan cemas terhadap operasi yang akan dijalannya. Namun
pasien tidak merasa mual dan tidak ada keinginan untuk muntah.
Pemeriksaan Fisik Pre OP
Pemeriksaan Fisik Post Operasi SC POD 1
Keadaan Umum : Sakit sedang
❖ Kepala:
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4M6V5 ⮚ Normocephal
Tanda Vital ❖ Rambut:
Tekanan Darah : 110/79 mmHg
⮚ Tidak Mudah Rontok
Nadi : 87 x/menit
Frekuensi Nafas : 19 x/menit ❖ Mata:
Suhu : 36,8°C ⮚ Konjungtiva Anemis: (-/-)
SpO2 : 100% Room-Air ⮚ Sklera Ikterik: (-/-)
Skala Nyeri :-
⮚ RCL: (+/+)
Antropometri : BB : 74 kg, TB :
152 cm, IMT : 32,1 kg/m2 ⮚ RCTL: (+/+)
❖ Hidung:
⮚ Bentuk normal
⮚ Ukuran normal
⮚ Tidak ada sekret
⮚ Tidak ada darah
PF POST OPERASI SC POD 1
❖ Telinga: ❖ Thorax ⮚ Palpasi: Nyeri tekan post op minimal
⮚ Bentuk normal ⮚ Inspeksi: Bentuk dada normal, tidak ada barrel (pasien tidak merasakan nyeri pada
⮚ Ukuran normal chest, pigeon chest ataupun funnel chest perut semenjak post op)
⮚ Tidak ada lendir ⮚ Palpasi: fremitus taktil dan fremitus vokal ⮚ Obstetrik :Tinggi Fundus Uteri 2 jari di
⮚ Tidak ada darah normal bawah umbilikus. Kontraksi (+)
❖ Mulut: ⮚ Perkusi: sonor di seluruh lapangan paru ⮚ Perkusi: Tidak dilakukan
⮚ Bibir tidak sianosis ⮚ Auskultasi: suara napas normal, tidak ada ⮚ Auskultasi: bising usus normal (+)
⮚ Gigi tidak ada yang goyang ronkhi, tidak ada wheezing, Bunyi jantung I – II
❖ Genitalia
⮚ Gusi tidak ada sariawan Irama Reguler, takikardi (-) bradikardi (-)
⮚ Lochea Rubra (+)
⮚ Tonsil tidak membesar ⮚ Pemeriksaan Payudara : ASI kanan-kiri (+)
⮚ 2-3 ganti pembalut dalam sehari
❖ Leher: ❖ Abdomen
⮚ Urine output 900 ml/24 Jam, Kuning
⮚ JVP tidak meningkat ⮚ Inspeksi: Bentuk perut tampak cembung, tidak Jernih
⮚ KGB tidak membesar ada sikatriks, kaput medusa, ataupun spider ❖ Ektremitas
⮚ Tiroid tidak membesar navy, luka post op tertutup verband (+), ⮚ Akral hangat
  rembesan (-), pus (-) ⮚ Edema (-) pada keempat ekstremitas
Status ASA
Status Asa 2 (Hamil dengan CPD + Primitua, hipotensi)

Diagnosis
G1P0A0 H 39-40 Minggu dengan CPD + Primitua
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab (PRE-OP 20/03/2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Hb (g/dL) 12,1 11,7-15,5


Leukosit (103 μl) 9200 5.000 – 10.000

Hematokrit (%) 37 35-47


Pemeriksaan Lab (POST-OP 21/03/2023)
Trombosit (103 μl) 256,000 150.000 –
Pemeriksaan Hasil Nilai
440.000
GDS (mg/dl) 101 <140 rujukan
Waktu Perdarahan BT 2 1’00’’ - 3’00’’ Hemoglobin 10,4 11,7-15,5
(mmol/L) (g/dL)
Waktu Pembekuan CT 5 2’00’’- 6’00’’ Leukosit (103 18,3 5.000 –
(mmol/L) μl) 10.000
Chloride (mmol/L) 100 98-108 Hematokrit 31 35-47
HbsAg Rapid Non-Reaktif Non-Reaktif (%)
Anti HIV Non-Reaktif Non-Reaktif Trombosit (103 129.000 150.000
μl) –
SARS COV-2 RT-PCR Negatif Negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN RADIOLOGI USG (13/02/23)

Janin tunggal hidup, letak oblique,


ketuban cukup, plasenta terletak di
fundus. TBJ : 3600 g
Jenis Kelamin : perempuan
Kesan : G1P0A0 H-39 minggu
KESIMPULAN

Pasien Ny.D dengan G1P0A0 hamil 40 minggu kontrol ke poli kebidanan RS TK II


Moh Ridwan Maureksa. Riwayat terakhir berobat ke poli obgyn pada tanggal 20
Februari 2023, pasien sudah dinyatakan Mid Late Pregnancy dan Pasien
terdiagnosis CPD “Cephalopelvic Disproportion” Pasien direncanakan untuk
operasi SC keesokan harinya karena sudah lewat waktu tafsiran.
RENCANA ANESTESI
● Pra- Medikasi:
● Persiapan Operasi.
o Inj. Ondansetron 4 mg IV
● Menuliskan persetujuan tertulis informed
o Inj. Dexametason 5 mg IV
consent terhadap pasien dan keluarga
 
mengenai tindakan operasi dan anestesi.
● Intra- Operasi
● Malakukan pemeriksaan tanda tanda vital
o Lama anestesi : 11.20 – 13.00 (100 menit)
dan keadaan umum pasien.
o Lama operasi : 11.30 – 12.30 (60 menit)
● Pasien berpuasa sejak 6 jam sebelum
o Lahir bayi perempuan pukul 11.46 WIB,
operasi.
BB :3200 gram, PB: 49 cm, LK:34 cm, LD:32
● Memeriksa obat- obatan dan alat alat
cm, LP: 31cm APGAR SCORE : 7-9
anestesi.
● Induksi anestesi:
o Monitor, handscoon steril,
o Bupivacaine spinal 0,5% sebanyak 15 mg +
needle spinal, handsaplast,
Fentanyl 25 mcg intratekal disuntikkan ke
kasa steril, spuit, botol
ruang subarachnoid dengan posisi duduk
betadine
antara L3-L4 dengan jarum spinal
RENCANA ANESTESI
● Maintenance:
o Monitor tekanan darah, nadi, dan
saturasi O2 setiap 15 menit
o Diberikan O2 3 liter/menit
o IVFD RL 500 cc + 500 cc (drip oxytocin
20 IU dalam RL 500)
o Diberikan obat:
- Inj. Ephedrine HCl 10 mg + 10 mg iv
- Inj. Oxytocin 10 IU iv
- Inj. Methylergometrine Maleate 0.2 mg
iv
- Inj. Asam Tranexamat 500 mg iv
Lampiran Monitoring Tindakan
Jam
Operasi :
Tindakan Vital Sign
11.20 ● Pasien masuk ke kamar operasi, dan TD : 110/79
dipindahkan ke meja operasi SpO2 : 99-100%
▪ Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi, rr : 18x menit
saturasi O2 hr : 85xmenit
▪ Infus RL terpasang pada tangan kanan

11.25 ▪ Injeksi ondansetron 4 mg IV TD : 105/60 mmHg


▪ Injeksi Dexamethason 5 mg IV SpO2 : 99-100%
▪ Desinfeksi lokal lokasi suntikan anestesi rr : 18x menit
lokal. Posisi pasien duduk tegak dengan hr : 85xmenit
kepala menunduk, dilakukan tindakan
anestesi spinal dengan menggunakan jarum
spinal diantara L3-L4 dengan Bupivacaine 15
mg + Fentanyl 25 mcg intratekal , LCS (+),
darah (-)
▪ Maintanance oksigenasi dengan O2
menggunakan selang kanul oksigen (3
L/menit)
Lampiran Monitoring Tindakan
Operasi :
11.30 ▪ Operasi dimulai TD : 90/70 mmHg
▪ Inj. Ephedrine HCl 10 mg IV SpO2 : 99-100%
rr : 18x menit
hr : 85xmenit
11.46 ▪ Bayi lahir TD : 108/80 mmHg
▪ Kondisi terkontrol selama proses penjahitan SpO2 : 99-100%
dinding rahim/uterus rr : 18x menit
▪ Ganti Infus RL 500 ml + drip 2 amp oxytocin hr : 85xmenit
(20 I.U)
▪ Inj. Oxytocin 10 I.U IV
▪ Inj. Methylergometrine Maleate 0.2 mg IV
12.00 ▪ Inj. Ephedrine HCl 10 mg IV TD : 89/53 mmHg
▪ Kondisi terkontrol selama proses penjahitan SpO2 : 99-100%
subkutis, pasien tampak tidak kesakitan rr : 18x menit
keadaan umum tampak tenang hr : 85xmenit
▪ Inj. Asam Tranexamat 500 mg IV
Lampiran Monitoring Tindakan
Operasi :

12.30 ▪ Operasi selesai TD : 108/85 mmHg


SpO2 : 99-100%
rr : 18x menit
hr : 85xmenit
13.00 – 13.30 ▪ Pasien dipindahkan ke ruang Recovery TD : 110/70 mmHg
Room SpO2 : 99-100%
▪ Dilakukan monitoring pada Recovery Room rr : 18x menit
hr : 85xmenit
POST OPERASI
● Pasien dipindahkan ke recovery room
● Keluhan: Tidak ada keluhan, nyeri (-)
● Maintenance cairan tubuh
● Dilakukan observasi TTV dan penilaian
berdasarkan Bromage Score jika ≤2 boleh Bromage Score
dipindahkan ke ruang perawatan
POST OPERASI
● Instruksi Pasca Anestesi Selama di Ruang Pemulihan :
Bila kesakitan : IVFD RL 500 ml (Ketorolac 60 mg + Ondansetron 8 mg + Oxytocin 20 I.U) 20 tpm
Bila Mual-Muntah : Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 Jam, Inj. Ondansetron 4 mg/IV/8 Jam
Obat-obatan : Sesuai DPJP
Infus : IVFD RL 1000 cc/24Jam
Pemantauan tensi, Nadi, Napas setiap : 30 menit selama 12 jam
Lainnya :
- Bed Rest total kurang lebih 12 jam post operasi (tidak angkat kepala ataupun duduk)
- Minum sedikit-sedikit, kurang lebih 2 jam pasca pulih sadar, selanjutnya makan biasa bila tidak mual-
muntah
- Cek HB Post Operasi, bila Hb <10 mg/dl  transfusi PRC
POST OPERASI
ALDERETE SCORE :
Aktivitas : Bergerak 2 ekstremitas atas perintah/Volunter (1)
Sirkulasi : Baik (2)
Pernapasan : Spontan (2)
Kesadaran : Compos Mentis (2)
Warna Kulit : Merah (2)
Total : 9
Pindah ruangan
1. Anestesi regional terdiri dari infiltrasi saraf perifer dengan agen anestesi
dan memblokir transmisi untuk menghindari atau menghilangkan rasa
sakit, berbeda dengan anestesi umum karena tidak memengaruhi ke
tingkat kesadaran pasien untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa
KESIMPULAN keuntungan dibandingkan anestesi umum, seperti menghindari gangguan
airway napas, pengurangan dosis, efek samping obat sistemik, waktu
pemulihan lebih cepat, dan tingkat nyeri yang jauh lebih rendah setelah
operasi
2. Pada Anestesi regional telah terbukti menurunkan sirkulasi tingkat
katekolamin pada ibu, dapat meredakan perubahan hemodinamik yang
sangat tajam selama operasi, menangani hiperventilasi, dan mampu
menurunkan respon stres terkait selama persalinan aktif.
3. Sebelum melakukan tindakan anestesi spinal, akan lebih
baik untuk selalu dilakukan anamnesis awal terlebih dahulu
terkait alergi pada obat tertentu, atau pernah dilakukan

KESIMPULAN tindakan operasi seperti ini sebelumnya, tanyakan apakah


pernah di bius di daerah punggung, tanyakan riwayat-riwayat
penyakit dahulu, singkirkan sebaik mungkin kemungkinan
apakah akan terjadi komplikasi berdasarkan tabel-tabel
kontraindikasi yang sudah dipaparkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Butterworth J, Mackey D, Wasnick J, Morgan G, Mikhail M, Morgan G. Morgan & Mikhail's
clinical anesthesiology. New York: McGraw-Hill; 2013.
Folino, T.B. and Mahboobi, S.K., 2020. Regional Anesthetic Blocks.
Olesen, J., Bendtsen, L. and Goadsby, P., 2018. International Headache Society (IHS) Headache
Classification Committee, International Headache Classification III Edition. Cephalalgia, 38(1),
hal.1-211.
Russell, R., Laxton, C., Lucas, D.N., Niewiarowski, J., Scrutton, M. and Stocks, G., 2019.
Treatment of obstetric post-dural puncture headache. Part 2: epidural blood patch. International
journal of obstetric anesthesia, 38, pp.104-118.
Asfaw, G. and Eshetie, A., 2020. A case of total spinal anesthesia. International Journal of Surgery
Case Reports, 76, pp.237-239.
DAFTAR PUSTAKA
Maddali, P., Walker, B., Fisahn, C., Page, J., Diaz, V., Zwillman, M.E., Oskouian, R.J., Tubbs, R.S.
and Moisi, M., 2017. Subdural thoracolumbar spine hematoma after spinal anesthesia: a rare
occurrence and literature review of spinal hematomas after spinal anesthesia. Cureus, 9(2).
Rabinstein, A.A. and Keegan, M.T., 2013. Neurologic complications of anesthesia: A practical
approach. Neurology: Clinical Practice, 3(4), pp.295-304.
PERDATIN. PNPK Anestesiologi dan Terapi Intensif.
PERDATIN. 2019. Buku Anestesiologi dan Terapi Intensif Edisi Pertama.

Anda mungkin juga menyukai