Anda di halaman 1dari 25

Regional Anesthesia

Puteri Nashuha Shobirin


1810221017

Pembimbing: dr. Naufal, Sp. An


Definisi
• Adalah anestesi yang ditujukkan untuk menghentikan transmisi saraf
motorik, sensorik, maupun otononom pada bagian tubuh tertentu yang
bersifat sementara

PEMBAGIAN ANESTESI
REGIONAL
1. Blok sentral (blok neuroaksial)  blok spinal, epidural, dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf)  blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia regional
intravena.
Kelebihan Anestesi Regional

• Alat yang dibutuhkan tidak banyak dan teknik


relatif sederhana  biaya relatif lebih murah.
• Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa
(operasi darurat, keadaan lambung penuh) Kekurangan Anestesi Regional
karena penderita sadar.
• Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
• Perawatan post operasi lebih ringan. • Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi
secara regional.
• Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
• Sulit diterapkan pada anak-anak.
• Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi
regional.
• Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik
anestesi regional
Anestesi Spinal / blok spinal intradural
• Anestesi spinal adalah pemberian obat
anesteti lokal ke dalam ruang
subarachnoid sehingga memblokade
saraf sensorik, motoric dan otonom.

• Untuk mencapai cairan serebrospinal,


maka jarum suntik akan menembus :
kutis  subkutis  Lig.
Supraspinosum  Lig. Interspinosum
 Lig. Flavum  ruang epidural 
durameter  ruang subarachnoid
Indikasi Anestesi Spinal Kontra Indikasi Anestesi Spinal
• Pasien menolak
• Bedah ekstremitas bawah
• Infeksi pada tempat suntikan
• Bedah panggul
• Hipovolemia berat atau syok
• Tindakan sekitar rektum perineum
• Koagulapati atau mendapat terapi
• Bedah obstetrik-ginekologi koagulan
• Bedah urologi • Tekanan intrakranial meningkat
• Bedah abdomen bawah • Fasilitas resusitasi minimal
• Kurang pengalaman tanpa didampingi
konsulen anestesi
• Terdapat perdarahan intra atau ekstra
kranial
Persiapan anestesi • Peralatan anestesi spinal :
Spinal • Monitor  TD, Nadi, SPO2, Dll
• Perlatan resusitasi
a. Inform consent  kita tidak
• Jarum spinal  Jarum spinal dengan ujung
boleh memaksa pasien untuk tajam (ujung bambu
menyetujui anestesi spinal runcing/quinckebacock) atau jarum spinal
b. Px fisik  tidak dijumpai adanya dengan ujung pensil (pencil point
kelainan tulang belakang whitecare)
c. Px lab anjuran  Hemoglobin,
Hematokrit, PT (Prothrombine
Time), PTT (Partial
Thromboplastine Time), BT
(Bleeding Time), dan CT (Clotting
Time
Teknik Anestesi Spinal
1. Setelah dimonitor, tidurkan posisi lateral dekubitus. Beri
bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang
belakang stabil dan buat pasien membungkuk maximal agar
processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk
2.Cari perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua
garis Krista iliaka yaitu L4-L5
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol
4. Beri anestesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan
lidokain 1-2% sebanyak 2-3 ml
5. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal,
kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang
jarum tersebut.
6. Kalau yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor
tidak keluar, putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar
7. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang spuit obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan
posisi jarum tetap baik
Anestestik lokal untuk anestetik spinal

Yang sering di gunakan :


• Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat
isobarik, dosis 20-100 mg (2-5 ml)
• Lidokaine (xylocain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat
jenis 1.033, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat
isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)
• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis
1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
Komplikasi tindakan anestesi spinal Komplikasi pasca pembedahan

• Hipotensi berat • Nyeri tempat suntikan


• Bradikardia • Nyeri punggung
• • Nyeri kepala karena kebocoran likuor
Hipoventilasi
• Retensio urine
• Trauma pembuluh saraf
• Meningitis
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Gangguan pendengaran
• Blok spinal tinggi atau spinal total
Anestesi Epidural
• Anestesia epidural  blokade
saraf terutama sensorik dengan
menempatkan obat di ruang
epidural (antara ligamentum
flavum dan duramater)

• akar saraf spinal yang terletak di


lateral
• Sebagai adjuvant
Indikasi Kontraindikasi

• Penanggulangan nyeri pasca • Syok


pembedahan • Dehidrasi
• Untuk mengurangi nyeri saat bersalin • Anemia
• Menurunkan tekanan darah saat • SIRS
pembedahan
• Pasien tidak kooperatif
• Agar tidak banyak perdarahan
• Gangguan faal hemostasis
• Sebagai tambahan pada anestesi
umum ringan oleh karena peny
tertentu pasien
Teknik anestesi Epidural
1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal
2. Tusukan dilakukan pada ketinggian L3-4 (Jarum ujung tajam
(Crawford)
3. Teknik mengenal ruang epidural : teknik hilangnya resistensi
menggunakan spuit kaca atau plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara
atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat
suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl
disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural
sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul
hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural,
lakukan uji dosis (test dose).
4. Uji dosis (test dose) dilakukan setelah ujung jarum diyakini berada dalam
ruang epidural, masukkan anestetik local sebanyak 3ml
• Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah benar
• Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid karena
terlalu dalam.
• Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena epidural.
5. Suntikkan anesteti lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5
ml sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat  tekanan dalam
ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian
tekanan intrakranial, nyeri kepala dan gangguan sirkulasi pembuluh
darah epidural.
Uji keberhasilan dengan bromage test:
Komplikasi
• Blok tidak merata
• Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
• Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
• Mual-muntah
Anestesi kaudal
• Kanalis kaudalis adalah
kepanjangan dari ruang
epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal
melalui hiatus sakralis.
• Ruang kaudal berisi saraf
sakral, pleksus venosus, felum
terminale dan kantong dura.
Teknik anestesi KAUDAL
1.Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala
lebih rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita
hamil.
2.Menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena uk:
20-22 pada pasien dewasa.
3.Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan
dan kiri dan spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan
ketiga tonjolan tersebut diperoleh hiatus sakralis.
4.Setelah a dan antisepsis, tusukkan jarum mula-mula 90 o terhadap kulit.
Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, ubah jarum jadi 45 0-600 dan
jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl sebanyak 5
ml sambil meraba apakah ada pembengkakan di kulit untuk menguji
apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.
Indikasi dan kontraindikasi
• Indikasi: bedah sekitar daerah perineum dan anorectal spt
hemmoroid dan fistula perianal
• Kontraindikasi: sama dengan epidural
• Komplikasi: sama dengan epidural
Blok perifer
• Indikasi:
pasien yang tidak toleransi baik thdp GA maupun regional
Pembedahan minor
Pembedahan superfisial
• Kontraindikasi:
Pasien yang tidak kooperatif
Anak kecil
Pasien dengan demensia/ gangguan gerakan lainnya
Gangguan perdarahan
Blok perifer
• Komplikasi;
Kerusakan saraf
Prolonged/permanent blocked sensorik
Kejang
Lokal anestesi toxic reaction
Collapse cardiovascular
• Penyebab:
Tekanan yang meningkat saat injeksi sebabkan iskemia
Vasokonstriksi sebabkan iskemia
Neurotoxic efek o/k obat anestesia
Trauma langsung pada saraf
Field block
• Brachial plexus blocked
• Femoral nerve blocked
• Superficial cervical plexus blocked
• Intercostal blocked
• Paravertebral blocked
• Terminal nerve blocked
• Transversus abdominis plane block
• IV regional regional anestesia
IV regional anestesia

Anda mungkin juga menyukai