0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan25 halaman
Anestesi regional memberikan manfaat seperti biaya yang lebih murah, pasien tetap sadar, dan perawatan pasca operasi yang lebih ringan. Terdapat beberapa jenis anestesi regional seperti blok sentral, blok perifer, dan blok saraf tertentu. Anestesi ini memiliki indikasi dan kontraindikasi tertentu, serta dapat menimbulkan komplikasi jika tidak dilakukan dengan benar.
Anestesi regional memberikan manfaat seperti biaya yang lebih murah, pasien tetap sadar, dan perawatan pasca operasi yang lebih ringan. Terdapat beberapa jenis anestesi regional seperti blok sentral, blok perifer, dan blok saraf tertentu. Anestesi ini memiliki indikasi dan kontraindikasi tertentu, serta dapat menimbulkan komplikasi jika tidak dilakukan dengan benar.
Anestesi regional memberikan manfaat seperti biaya yang lebih murah, pasien tetap sadar, dan perawatan pasca operasi yang lebih ringan. Terdapat beberapa jenis anestesi regional seperti blok sentral, blok perifer, dan blok saraf tertentu. Anestesi ini memiliki indikasi dan kontraindikasi tertentu, serta dapat menimbulkan komplikasi jika tidak dilakukan dengan benar.
Definisi • Adalah anestesi yang ditujukkan untuk menghentikan transmisi saraf motorik, sensorik, maupun otononom pada bagian tubuh tertentu yang bersifat sementara
relatif sederhana biaya relatif lebih murah. • Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi darurat, keadaan lambung penuh) Kekurangan Anestesi Regional karena penderita sadar. • Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi. • Perawatan post operasi lebih ringan. • Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional. • Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif. • Sulit diterapkan pada anak-anak. • Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional. • Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional Anestesi Spinal / blok spinal intradural • Anestesi spinal adalah pemberian obat anesteti lokal ke dalam ruang subarachnoid sehingga memblokade saraf sensorik, motoric dan otonom.
• Untuk mencapai cairan serebrospinal,
maka jarum suntik akan menembus : kutis subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid Indikasi Anestesi Spinal Kontra Indikasi Anestesi Spinal • Pasien menolak • Bedah ekstremitas bawah • Infeksi pada tempat suntikan • Bedah panggul • Hipovolemia berat atau syok • Tindakan sekitar rektum perineum • Koagulapati atau mendapat terapi • Bedah obstetrik-ginekologi koagulan • Bedah urologi • Tekanan intrakranial meningkat • Bedah abdomen bawah • Fasilitas resusitasi minimal • Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi • Terdapat perdarahan intra atau ekstra kranial Persiapan anestesi • Peralatan anestesi spinal : Spinal • Monitor TD, Nadi, SPO2, Dll • Perlatan resusitasi a. Inform consent kita tidak • Jarum spinal Jarum spinal dengan ujung boleh memaksa pasien untuk tajam (ujung bambu menyetujui anestesi spinal runcing/quinckebacock) atau jarum spinal b. Px fisik tidak dijumpai adanya dengan ujung pensil (pencil point kelainan tulang belakang whitecare) c. Px lab anjuran Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial Thromboplastine Time), BT (Bleeding Time), dan CT (Clotting Time Teknik Anestesi Spinal 1. Setelah dimonitor, tidurkan posisi lateral dekubitus. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil dan buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk 2.Cari perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka yaitu L4-L5 3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol 4. Beri anestesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% sebanyak 2-3 ml 5. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. 6. Kalau yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum 90º biasanya likuor keluar 7. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang spuit obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik Anestestik lokal untuk anestetik spinal
Yang sering di gunakan :
• Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100 mg (2-5 ml) • Lidokaine (xylocain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml) • Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml) • Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml) Komplikasi tindakan anestesi spinal Komplikasi pasca pembedahan
• Hipotensi berat • Nyeri tempat suntikan
• Bradikardia • Nyeri punggung • • Nyeri kepala karena kebocoran likuor Hipoventilasi • Retensio urine • Trauma pembuluh saraf • Meningitis • Trauma saraf • Mual-muntah • Gangguan pendengaran • Blok spinal tinggi atau spinal total Anestesi Epidural • Anestesia epidural blokade saraf terutama sensorik dengan menempatkan obat di ruang epidural (antara ligamentum flavum dan duramater)
• akar saraf spinal yang terletak di
lateral • Sebagai adjuvant Indikasi Kontraindikasi
• Penanggulangan nyeri pasca • Syok
pembedahan • Dehidrasi • Untuk mengurangi nyeri saat bersalin • Anemia • Menurunkan tekanan darah saat • SIRS pembedahan • Pasien tidak kooperatif • Agar tidak banyak perdarahan • Gangguan faal hemostasis • Sebagai tambahan pada anestesi umum ringan oleh karena peny tertentu pasien Teknik anestesi Epidural 1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal 2. Tusukan dilakukan pada ketinggian L3-4 (Jarum ujung tajam (Crawford) 3. Teknik mengenal ruang epidural : teknik hilangnya resistensi menggunakan spuit kaca atau plastik rendah resistensi yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis (test dose). 4. Uji dosis (test dose) dilakukan setelah ujung jarum diyakini berada dalam ruang epidural, masukkan anestetik local sebanyak 3ml • Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah benar • Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid karena terlalu dalam. • Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena epidural. 5. Suntikkan anesteti lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak 3-5 ml sampai tercapai dosis total. Suntikan terlalu cepat tekanan dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala dan gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural. Uji keberhasilan dengan bromage test: Komplikasi • Blok tidak merata • Depresi kardiovaskuler (hipotensi) • Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat) • Mual-muntah Anestesi kaudal • Kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. • Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura. Teknik anestesi KAUDAL 1.Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil. 2.Menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena uk: 20-22 pada pasien dewasa. 3.Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut diperoleh hiatus sakralis. 4.Setelah a dan antisepsis, tusukkan jarum mula-mula 90 o terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, ubah jarum jadi 45 0-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl sebanyak 5 ml sambil meraba apakah ada pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis. Indikasi dan kontraindikasi • Indikasi: bedah sekitar daerah perineum dan anorectal spt hemmoroid dan fistula perianal • Kontraindikasi: sama dengan epidural • Komplikasi: sama dengan epidural Blok perifer • Indikasi: pasien yang tidak toleransi baik thdp GA maupun regional Pembedahan minor Pembedahan superfisial • Kontraindikasi: Pasien yang tidak kooperatif Anak kecil Pasien dengan demensia/ gangguan gerakan lainnya Gangguan perdarahan Blok perifer • Komplikasi; Kerusakan saraf Prolonged/permanent blocked sensorik Kejang Lokal anestesi toxic reaction Collapse cardiovascular • Penyebab: Tekanan yang meningkat saat injeksi sebabkan iskemia Vasokonstriksi sebabkan iskemia Neurotoxic efek o/k obat anestesia Trauma langsung pada saraf Field block • Brachial plexus blocked • Femoral nerve blocked • Superficial cervical plexus blocked • Intercostal blocked • Paravertebral blocked • Terminal nerve blocked • Transversus abdominis plane block • IV regional regional anestesia IV regional anestesia