Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inkompabilitas adalah suatu fenomena fisik kimia seperti presipitasi, terkait


konsentrasi dan reaksi asam basa dengan manifestasi produk hasil reaksi berupa
perubahan status fisik atau keseimbangan protonasi-deprotonasi. Sistem ABO adalah
sistem penggolongan darah yang didasarkan pada keberadaan antigen dan antibodi
pada tubuh manusia. Secara singkat antigen adalah suatu substansi yang ada di
permukaan sel darah merah atau eritrosit yang menjadi penentu golongan darah. Pada
sistem ABO dikenal ada dua antigen yang dapat menentukan golongan darah, yaitu
antigen A dan antigen B.
Sementara itu antibodi dapat ditemukan pada serum darah manusia yang mana
pada penggolongan darah secara ABO tidak mungkin pada suatu tubuh seseorang
terdapat antigen dan antibodi yang sejenis karena dapat berakibat fatal.
Inkompatibilitas sel darah merah (inkompatibilitas ABO) dapat disebabkan oleh dua
hal, yang pertama akibat ketidakcocokan (Inkompatibilitas) golongan darah ABO saat
melakukan transfusi sehingga terjadi reaksi hemolisis intravaskular akut dan juga
dapat disebabkan oleh reaksi imunitas antara antigen dan antibodi yang sering terjadi
pada ibu dan janin yang akan dilahirkan.

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat.


Efek-efeknya inkompatibilitas obat bisameningkatkan atau mengurangi aktivitas
obat,atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi ini bisa
terjadi tidak hanya antara satu obat dengan obat lain Tetapi, interaksi bisa saja terjadi
antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat
injeksi dengan kandungan infus. Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang
tak dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan
mempengaruhi prognosis.Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal
pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat kami ambil yakni

1.2.1 Apakah Pengertian Sistem ABO?


1.2.2 Apakah Pengertian dari Inkompatibilitas Golongan Darah?
1.2.3 Bagaimana Penyebab Inkompatibilitas?
1.2.4 Bagaimana Penatalaksanaan dari Inkompatibilita?
1.2.5 Pengertian inkompatibilitas obat?
1.2.6 Penggolongan inkompatibilitas obat ?
1.2.7 Bahan pembantu obat

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan dari penulisan makalah ini
yakni

1.3.1 Mengetahui Pengertian Sistem ABO.


1.3.2 Mengetahui Pengertian dari Inkompatibilitas Golongan Darah.
1.3.3 Mengerti apa saja Penyebab Inkompatibilitas.
1.3.4 Mengerti Penatalaksanaan dari Inkompatibilitas.
1.3.5 Mengetahui arti dari inkompatibilitas obat
1.3.6 Mengetahui penggolongan inkompatibilitas obat.
1.3.7 Mengetahui bahan pembantu obat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem ABO

Sistem golongan darah ABO merupakan sistem golongan darah yang


terpenting dalam transfusi. Sistem penggolongan darah ini adalah yang paling
imunogenik dari semua antigen golongan darah. Karena penyebab paling umum kematian
akibat transfusi darah adalah kesalahan administrasi di mana jenis yang tidak kompatibel
darah ABO yang ditransfusikan.

Antigen golongan darah ABO bervariasi antara populasi yang berbeda.


Antigen golongan darah ABO dikodekan oleh satu lokus genetik, lokus ABO, yang
memiliki tiga bentuk alternatif (alel) -A, B, dan O. International Society of Blood
Transfusion baru-baru ini mengakui 33 sistem golongan darah. Terlepas dari ABO dan
sistem Rhesus, banyak jenis antigen yang terlihat pada membran sel darah merah.
Penggolongan darah dan pencocokan silang adalah salah satu tes yang penting selama
periode perioperatif Rhesus-sistem (Rh) adalah sistem golongan darah yang paling
penting kedua setelah ABO. Saat ini, Rh-sistem terdiri dari 50 antigen golongan darah
yang mana terdapat hanya lima yang penting.

Pada setiap permukan sel darah merah, setiap individu belum tentu memiliki
faktor Rh atau D-antigen imunogenik . Dengan demikian, status diindikasikan sebagai
Rh-positif (terdapat antigen-D) atau Rh-negatif (tidak terdapat antigen-D). Berbeda
dengan sistem ABO, antibodi anti-Rh biasanya tidak ditemukan dalam darah individu
dengan sel darah merah D-negatif, kecuali sistem peredaran darah dari individu-individu
ini telah terpapar sel darah merah D-positif. Antibodi dari Rh sistem ini merupakan
Imunoglobulin G (IgG) yang dapat melewati plasenta, sehingga profilaksis diberikan
terhadap imunisasi Rh menggunakan Ig anti-D untuk ibu hamil Rh-negatif yang telah
melahirkan anak Rh-positif.

2.2 Pengertian Inkompatibilitas Golongan Darah

Secara umum, Inkompatibilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu


inkompatibilitas ABO dan inkompatibilitas Rhesus. Inkompatibilitas ABO adalah kondisi
medis dimana golongan darah antara ibu dan bayi berbeda sewaktu masa kehamilan.
Terdapat 4 jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O. Golongan darah ditentukan
melalui tipe molekul (antigen) pada permukaan sel darah merah.

Sedangkan, inkompatibilitas Rhesus adalah suatu kondisi yang terjadi ketika


seorang wanita hamil memiliki darah Rh-negatif dan bayi dalam rahimnya memiliki
darah Rh-positif. Selama kehamilan, sel darah merah dari bayi yang belum lahir dapat
menyeberang ke aliran darah ibu melalui plasenta. Jika ibu memiliki Rh-negatif, sistem
kekebalan tubuhnya memperlakukan sel-sel Rh- positif janin seolah-olah mereka adalah
substansi asing dan membuat antibodi terhadap sel-sel darah janin. Antibodi anti-Rh ini
dapat menyeberang kembali melalui plasenta ke bayi yang sedang berkembang dan
menghancurkan sel-sel darah merah bayi.

2.3 Penyebab Inkompatibilitas

2.3.1 Secara Umum

Penyebab Reaksi Hemolitik Fatal karena ABO Transfusi Darah yang Tidak Kompatibel

2.3.1.1 Adanya kesalahan identifikasi (nursing error)

Pada kasus ini pasien mendapatkan darah yang keliru karena perawat tidak
mencocokkan label pada darah dengan identitas pasien pada gelang yang digunakan oleh
pasien, selain itu menanyakan ke pasien apakah nama pasien benar atau tidak, dimana
seharusnya tidak boleh dilakukan, jadi seharusnya biarkan pasien yang menyebutkan
namanya sendiri.

2.3.1.2 Label sample darah tertukar (phlebotomist error)

Terjadi akibat banyaknya pasien yang memerlukan komponen darah sehingga tidak
menutup kemungkinan label sample darah tertukar. Akibatnya adalah pasien mendapatkan
sample darah keliru dan dampak yang ditimbulkan juga sangat fatal.

2.3.1.3 Adanya kesalahan saat mengambil sample (phlebotomist error)

Darah yang diambil oleh petugas kesehatan adalah darah orang lain sehingga akan
menimbulkan dampak yang fatal. Contoh kasus di klinik adalah petugas kesehatan
mengambil darah penunggu pasien akibat penunggu pasien tidur di bangsal dan petugas
kesehatan tidak menanyakan siapa nama seseorang yang tidur di bangsal tersebut untuk
memastikan apakah dia pasien atau penunggu pasien.

2.3.1.4 Adanya kekeliruan saat uji pretransfusi (lab error)

Contoh kasus di klinik adalah seharusnya pasien A yang diujikan dengan golongan
darah tertentu tetapi pasien B yang diujikan. Semua kesalahan diatas akan memberikan
dampak yang sangat fatal dimana pada akhirnya pasien akan mendapatkan komponen
darah yang tidak pas sehingga akan menimbulkan reaksi transfusi hemolitik yang sangat
berat.

2.4 Diagnosis Inkompatibilitas ABO

Inkompatibilitas ABO dapat terdiagnosa apabila saat transfusi darah pasien


mengindikasikan adanya reaksi-reaksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pemeriksaan darah lengkap (DL) dan urin lengkap (UL) sangat dianjurkan untuk
memastikan adanya sel darah merah yang lisis atau hemoglobin pada urin sebagai akibat
hancurnya sel darah merah.

2.4.1 Pemeriksaan Darah Lengkap


Demi menegakkan diagnosa dari terjadinya hemolisis intravaskular maka perlu
dilakukan pemeriksaan DL. Dianjurkan untuk melakukan anamensa terlebih dahulu
untuk menegakkan penyebab dan tingkat keperahan dari hemolisis intravaskular.
Anamnesa yang dianjurkan seperti riwayat anemia pada keluarga, riwayat penyakit
terakhir atau kondisi medis tertentu, konsumsi obat-obatan, paparan zat kimia, dan
penggunaan artificial heart valve atau alat medis lainnya yang kemungkinan merusak
sel darah merah. Setelah anamnesa, kemudian pemeriksaan fisik dilakukan untuk
melihat tanda dan gejala hemolisis intravaskular.

2.4.2 Pemeriksaan Urin Lengkap

Pemeriksaan Urin Lengkap dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang dengan


menemukan hemoglobin pada sampel urin. Apabila terjadi lisis sel darah merah
intravaskular, hemoglobin yang berada di plasma darah akan diikat oleh haptoglobin,
hemopexin, dan albumin. Apabila kapasitas hemoglobin melebihi protein pengikatnya,
maka hemoglobin bebas akan diabsorbsi di tubulus renalis. Apabila kapasitas
hemoglobin bebas melebihi yang dapat diabsorbsi, maka hemoglobin dapat ditemukan
dalam urine. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi lisis sel darah merah yang
sangat banyak sebagai akibat dari inkompatibilitas ABO pada sel darah merah.

2.5 Penatalaksanaan dari Inkompatibilitas

2.5.1 Penatalaksanaan Umum

Secara umum, penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada kasus


inkompatibilitas ABO adalah pemberian obat yang bersifat meredakan reaksi alergi,
seperti antihistamin; obat yang menurunkn reaksi inflamasi seperti steroid; pemberian
cairan fisiologis secara intravena; serta pemberan obat yang menaikkan tekanan darah
seperti epinefrin apabila penurunan tekanan darah terjadi secara drastis

2.5.2 Penatalaksanaan Inkompatibilitas ABO pada Transfusi

Hal pertama yang perlu dilakukan tenaga kesehatan adalah menghentikan


transfusi secepatnya, lalu memberikan infus cairan salin yang bertujuan
menghindarkan penderita mengalami kegagalan ginjal, pembekuan darah
berkepanjangan, dan penurunan tekanan darah yang drastis. Selain itu, perlu juga
dilakukan pemberian oksigen yang cukup untuk penderita dan juga obat yang dapat
menstimulasi pengeluaran urine. Apabila penderita memiliki kecenderungan untuk
mengalami pembekuan darah yang menyebar, sebaiknya mendapatkan transfusi
plasma atau trombosit.

2.5.3 Penatalaksanaan Inkompatibilitas ABO pada Neonatus

Penatalaksanaan kasus inkompatibilitas ABO pada neonatus lebih berfokus


pada penanganan hiperbilirubinemia. Pada beberapa penelitian, IVIG (Intravenous
Immunoglobulin) dinyatakan sangat efektif ketika diberikan di awal terapi. Namun,
ada pula beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa terapi dengan IVIG tidak
memberikan dampak yang signifikan, akan tetapi cocok dilakukan apabila kadar
bilirubin serum sudah mencapai ambang transfusi tukar terlepas dari fototerapi.

Pada inkompatibilitas ABO yang terjadi pada neonates dibagi menjadi 2 yakni
secara farmakologi dan non farmakologi.

1. Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi pertama adalah pemberian obat pengikat bilirubin.


Pemberian oral arang aktif atau agar menurunkan secara bermakna kadar bilirubin
rata-rata selama 5 hari pertama setelah lahir pada bayi sehat, tetapi potensi terapeutik
modalitas ini belum diteliti secara ekstensif. Penatalaksanaan farmakologis yang kedua
yaitu blokade perubahan heme menjadi bilirubin. Modalitas terapi ini ialah dengan
mencegah pembentukan bilirubin dengan menghambat heme oksigenase yang akan
menghambat penguraian heme menjadi bilirubin.

2. Non Farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi yang paling lazim dilakukan adalah fototerapi.


Fototerapi saat ini masih menjadi modalitas terapeutik pada bayi dengan ikterus dan
merupakan terapi primer pada neon atus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi.
Bilirubin yang bersifat fotolabil, akan mengalami beberapa fotoreaksi apabila terpajan
ke sinar dalam rentang cahaya tampak, terutama sinar biru (panjang gelombang420 nm
- 470 nm) dan hal ini akan menyebabkan fotoisomerasi bilirubin.

2.6 Inkompatibilitas Obat

Inkompatibilitas obat adalah pencampuran antara dua reaksiatau lebih antara obat-
obatan yang menimbulkan ketidak cocokan atau ketidak sesuaian. Inkompatibilitas biasa
dikenal dengan OTT ( obat tak tercampur ) pada sediaan cair biasanya terjadi inkompatibilitas
secara fisika atau kimia tergantung pada larutan tersebut ( Syamsuni, 2006 ).

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya


inkompatibilitas obat bisameningkatkan atau mengurangi aktivitas obat,atau menghasilkan
efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi ini bisa terjadi tidak hanya antara satu
obat dengan obat lain Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus. Karena
kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya interaksi obat
dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis.Namun, ada juga interaksi yang
sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam
jumlah besar.

Contoh interaksi obat yang kini digunakan untuk memberikan manfaat adalah
pemberian bersamaan antara karbidopa dan levodopa (tersedia sebagai
karbidopa/levodopa). Levodopa adalah obat anti Parkinson danuntuk menimbulkan efek
harus mencapai otak dalam keadaan tidak termetabolisme. Bila diberikan sendiri, levodopa
dimetabolisme di jaringan tepi di luar otak, sehingga mengurangi efektivitas obat dan malah
meningkatkan risiko efek samping. Namun, karena karbidopa menghambat metabolisme
levodopa di perifer, lebih banyak levodopa mencapai otak dalam bentuk tidak
termetabolisme sehingga risiko efek samping lebih kecil.

Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lainperubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi
(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat
farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan
agonis untuk reseptor yang sama.

2.7 Penggolongan Inkompatibilitas Obat

PENGGOLONGAN/PEMBAGIAN INKOMPATIBILITAS

Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 4 golongan :

a) Inkompatibilitas Fisik
b) Inkompatibilitas Kimia
c) Inkompatibilitas Farmasetik
d) Inkompatibilitas Terapetik

Inkompatibilitas Fisika

Inkompatibilitas fisika adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak di inginkan


pada percampuran obat dua atau lebih tanpa ada perubahan susunan kimianya. Beberapa
contoh inkompatibilitas fisika yaitu :

1. Tdak dapat larut ( serbuk dalam cairan ) atau tidak dapat campur ( cairan dalam cairan ) dua
sediaan contoh serbuk golongan sulfur sukar larut dalam air sehingga akan mengendap,
minyak ikan ( Oleum Iecoris Aselli ) tidak dapat campur dengan air
2. Peristiwa adsorbsi contohnya ekstrak belladon dengan bolus alba, ekstrak belladon indeks
karena diabsorbsi oleh bolus alba
3. Meleleh atau menjadi lembab ( liquifaction ) karena adanya penurunan titik lebur,
penurunan tekanan uap relati atau bebasnya air hablur. Contohnya menthol dicampur
campor akan menyebabkan penurunan titik lebur sehingga serbuk menjadi lembek. Kalii
bromidi dan Natrii iodida akan menyebabkan penurunan tekanan uap relatif sehingga
campuran serbuk menjadi basah. Campuran magnesii sulfat dan natrii sulfat akan
membentuk garam rangkap dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.
4. Pracipitation Obat dalam pelarutnya  kemudian ditambahakan pelarut lain yang tidak larut
maka pelarut ini akan mendesak pelarut sehingga terjadi pengendapan (senyawa asal).

Inkompatibilitas Kimia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan


oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Hal ini berhubungan dengan aktivitas senyawa /
gugus fungsi dari struktur kimia suatu senyawa.

Inkompatibilitas kimia adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena timbulnya


reaksi-a waktu mencampurkan bahan-bahan obat.
Umumnya ada 4 tipe dari Inkom Kimia :

1. Acids or acid salts


2. Alkalies or alkaline salts 
3. Reducing agents 
4. Oxidizing agents

Beberapa contoh inkompatibilitas kimia:

1. Terbentuknya endapan yang tidak larut (senyawa baru)


Contoh: AgNO3+HCl               AgCl+HNO3 (Perak klorida mengendap)
2. Kekeruhan
3. Terurainya obat
4. Reaksi asam-basa
5. Reaksi oksidasi-reduksi
Contoh: adrenalin jika terkena cahaya menjadi adrenokrom(berwarna merah) sehingga
ampul adrenalin harus kedap cahaya/dibungkus kertas karbon.
6. Reaksi ysng menghasilkan perubahan warna
7. Tak tercampurkannya dengan sediaan galenika
8. Perubahan stabilitas dalam larutan
9. Contoh: rusaknya sistem emulsi pada cream dengan penambahan asam salisilat
hidrolisis. Timbulnya gas.

Inkompatibilitas Farmasetik

Kondisi dimana bahan-bahan obat (bahan aktif maupun bahan tambahan) tidak
dapat dicampurkan untuk menghasilkan “pharmaceutically elegant dosage form” karena
adanya inkompatibilitas fisika atau / maupun kimia.

Inkompatibilitas Terapetik

Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu binasikan
dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga sifat
kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan dari pada yang diharapkan. Hasil kerjanya kadang-
kadang menguntungkan, namun dalam banyak hal justru merugikan dan malah dapat
berakibat fatal.

Sebagai contoh :Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-


sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau
bismuth). Fenobarbital dengan MAO² inhibitors menimbulkan efek potensiasi dari
barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan chinotoxine yang
tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik dan sedatif dengan kafein
hanya dalam perbandingan yang tertentu saja itupun harus diperhatikan bahwa
mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknya
tidak dianjurkan.
Kondisi ini bisa dilihat dari resep obat seperti :
1) Obat salah / kontraindikasi
2) Dosis tidak sesuai
3) Interaksi obat :
a) meningkatkan effect dari kombinasi obat
b) mengurangi effect dari kombinasi obat

2.8 Bahan Pembantu Obat

Suatu obat jadi pada umumnya terdiri dari bahan obat berkhasiat dan bahan
pembantu. Inkompatibilitas obat sering pula diakibatkan oleh bahan pembantu ini. Hal ini
terjadikarena bahan pembantu yang digunakan dalam obat jarang dicantumkan pada etiket
obat jadi (hanya diketahui oleh produsen saja). Akibatnya di luar pengetahuan dokter yang
akan menggunakan obat, khususnya pada waktu dicampur dengan obat lain mungkin timbul
kelainan-kelainan yang tidak diinginkan. Kiranya untuk ini dapat diberikan sebuah contoh
kasus yang pernah terjadi. Propyl gallate (derivat phenol) merupakan bahan pembantu yang
berfungsi sebagai zat antioksidan. Bahan ini sering ditambahkan ke dalam preparat-preparat
yang mengandung bahan berkhasiat yang mudah teroksidasi, misalnya preparat oxitetrasiklin
injeksi dll.Bila preparat ini dicampur dengan preparat lain yang mengandung zat besi, maka
akan terjadi reaksi kimia yaitu terbentuk senyawa baru (besi-phenolat) dan tergantung dari
kepekatannya dapat berwarna biru sampai biru tua. Karenalarutan obat suntik semula
berwarna kuning (oxitetrasiklin),maka larutan akhirnya akan nampak berwarna
kehijauan.Peristiwa di atas bisa terjadi melalui pemakaian satu jarum suntik yang sama untuk
pengambilan dua jenis preparat secara beruntun.
BAB III
PENUTUP

1.1 Simpulan

Inkompatibilitas ABO adalah kondisi medis dimana golongan darah antara


ibu dan bayi berbeda sewaktu masa kehamilan. Terdapat 4 jenis golongan darah, yaitu A, B,
AB dan O. Golongan darah ditentukan melalui tipe molekul (antigen) pada permukaan sel
darah merah. Terdapat empat penyebab terjadinya Inkompabilitas yaitu adanya kesalahan
identifikasi, label sample darah tertukar, adanya kesalahan saat mengambil sample, adanya
kekeliruan saat uji pretransfusi. Inkompatibilitas ABO dapat terdiagnosa dengan dua cara
yaitu melalui Pemeriksaan Darah Lengkap dan Pemeriksaan Urin Lengkap. Penatalaksanaan
Inkompabilitas sendiri terdapat tiga tahapan yaitu penatalaksanaan umum, penatalaksanaan
inkompatibilitas ABO pada transfusi, penatalaksanaan inkompatibilitas ABO pada
Neonatus.

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-


efeknya inkompatibilitas obat bisameningkatkan atau mengurangi aktivitas obat,atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya.

Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 4 golongan :

a) Inkompatibilitas Fisik
Inkompatibilitas fisika adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak di inginkan
pada percampuran obat dua atau lebih tanpa ada perubahan susunan kimianya.
b) Inkompatibilitas Kimia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh
berlangsungnya reaksi kimia/interaksi.
c) Inkompatibilitas Farmasetik
Kondisi dimana bahan-bahan obat (bahan aktif maupun bahan tambahan) tidak dapat
dicampurkan untuk menghasilkan “pharmaceutically elegant dosage form” karena adanya
inkompatibilitas fisika atau maupun kimia.

d) Inkompatibilitas Terapetik
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan
demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan dari pada yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai