PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem golongan darah pertama diterangkan oleh Karl Landsteiner pada abad ke
20. Pengetahuan tentang golongan darah telah berkembang dan hingga saat ini telah
diketahui lebih dari 400 antigen sel darah merah dalam 24 sistem golongan darah.
Masing-masing golongan darah mempunyai kelompok anggota dan masing-masing
anggota tersebut terdiri dari satu atau lebih. Setiap antigen dikontrol oleh satu gena
(Permono et al, 2010).
Incompatibility ABO adalah suatu penyakit hemolitik bayi baru lahir karena
ketidakcocokan (Incompatibility) golongan darah A dan B, yaitu bahwa biasanya ibu
memiliki golongan darah O dan bayi memiliki golongan darah Aatau B (Nelson, 2000).
Perlu diketahui bagi para calon ibu yang bergolongan darah O, ada baiknya
mengetahui golongan darah sang suami. Bila suami selain golongan darah O, perlu di
cek pula resesif atau dominan. Apabila dominan,bisa dipastikan anaknya nanti semua
akan bergolongan
antibodi yang akan menyerang sel darah merah gol A, B, AB. Jadi, antibodinya akan
"menghancurkan" sel darah merah si bayi jika bayinya golongan darahnya bukan O.
Antibodi ini masuk ke bayi dan titernya masih tinggi sampai bayi berusia 5 hari. Namun
demikian, ada juga ibu O dan anak bukan O tapi anaknya tidak mengalami jaundice yg
bermakna. Mungkin kadar antibodi si ibu tidak tinggi. Kondisi ABO incompatibility
tidak ada kaitan dengan rhesus si ibu (Wisegeek, 2013).
Penyakit hemolitik ini dapat terjadi bila antigen golongan darah mayor fetus
berbeda dari golongan darah ibunya. Golongan darah mayor adalah A, B, AB, dan O.
Pada ras kulit putih Amerika Utara, 46% mempunyai golongan darah O, 42% golongan
darah A, 9% golongan darah B, dan 3% golongan darah AB. Incompatibility ABO terjadi
pada 12% kehamilan, tetapi hanya 1% yang berkaitan dengan hemolisis berat (Nelson,
2000). Di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat dari bulan januari hingga juni 2010. Data
yang dikumpulkan sebanyak 50 bayi dengan riwayat ibu bergolongan darah O. Setelah
dilakukan pengolahan data ditemukan bayi bergolongan darah A, 18% mengalami
hiperbilirubin. Dan bayi bergolongan darah B, 20% mengalami hiperbilirubin. Data ini
menunjukkan
bahwa
ABO(Thamrin).
ikterus
dapat meningkat
incompatibility ABO dapat ditangani dengan fototerapi. Ikterus berat disertai dengan
incompatibility ABO memerlukan penanganan agresif yang sama seperti pada penyakit
Rh karena adanya bukti peningkatan resiko berkembangnya ensepalopati bilirubin. Bayibayi ini juga perlu dipantau terhadap timbulnya anemia awitan lambat pada usia 2-3
minggu(Nelson,2000) dan (Wong, 2009).
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan ABO incompatibility.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menguraikan konsep golongan darah ABO
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Darah
Darah merupakan larutan koloid cair serta elektrolit yang berfungsi sebagai
medium pertukaran antara sel tubuh (lingkungan interior) dan eksterior. Komponen darah
memiliki karakteristik yang jelas, termasuk warna yang beragam (darah arterial berwarna
merah terang dan darah vena berwarna merah gelap), viskositas (darah tiga sampai mepat
kali ;ebih kental dibandingkan air), pH (7.35 7.4), dan volume sekitar 70-75 ml/kgBB.
Plasma terdiri dari sekitar 55% volume darah, sedangkan sisanya adalah unsur selular
yang tercangkup di dalamnya terdiri dari 45%.
Fungsi penting darah adalah :
1. Mengangkut oksigen dan nutrien yang diabsorpsi kedalam sel
2. Mengangkut karbondioksida dan produk buangan lainnya ke paru-paru, ginjal, sistem
3.
4.
5.
6.
7.
aglutinogen, suatu substansi yang mampu memproduksi respons imun bila dikenali oleh
tubuh sebagai benda asing. Hubungan timbal balik antara antigen pada SDM dan
antibodi dalam plasmamenyebabkan aglutinasi (penggumpalan). Dengan kata lain,
antibodi dalam plasma salah satu golongan darah (kecuali golongan AB, yang tidak
mengandung antibodi) menghasilkan aglutinasi bila dicampur dengan antigen dari
golongan darah yang berbeda.
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada
permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang
paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih
jarang
dijumpai.Transfusi
darah dari
golongan
yang
tidak
kompatibel
dapat
darah
manusia
ditentukan
berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama ABpositif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah Onegatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah
AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia.
B. Inkontabilitas ABO
1. Pengertian
Inkompatibilitas ABO adalah ketidak sesuaian golongan darah antara ibu dan bayi.
Inkompatibilitas ABO dapat meyebabkan reaksi isoimun berupa hemolisis yang
terjadi apabila antibodi anti-A dan anti-B pada ibu dengan golongan darah O, A, atau
B dapat melewati plasenta dan mensensitisasi sel darah merah dengan antigen A, B,
atau AB pada janin.
3. Patofisiologi
Patofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya reaksi hemolitik pada
inkompatibilas ABO akibat kesalahan transfusi adalah akibat antibodi dalam plasma
pasien akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah
inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat.
Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan
risiko.
Sedangkan patofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya penyakit
inkompabilitas Rh dan ABO adalah terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan
antibodi yang melawan sel darah merah janin yang dikandungnya. Pada saat ibu
hamil, eritrosit janin dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu
yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki antigen
seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan distimulasi untuk membentuk
imun antibodi. Imun anti bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan
kemudian masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit janin akan
diselimuti (coated) dengan antibodi tersebut dan akhirnya terjadi aglutinasi dan
hemolisis, yang kemudian akan menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II).
Hal ini akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi dan melepaskan
sel-sel darah merah yang imatur yang berinti banyak, disebut dengan eritroblas (yang
berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan.
Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan pembesaran hati dan
limpa yang selanjutnya dapat menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa.
Produksi eritroblas ini melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, seperti platelet
dan faktor penting lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat berkurangnya faktor
e. Memeriksa konsentrasi bilirubin serum secara teratur, jangan percaya pada kulit
bayi untuk melihat derajat ikterus
f. Menghentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka
pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua dan bayi.
g. Memonitor konsentrasi bilirubin sehari setelah fototerapi dihentikan untuk
mendeteksi adanya kenaikan kembali dari konsentrasi bilirubin serum.
Bayi yang menjalani fototerapi dapat mengalami efek samping
diantaranya adalah kerusakan iradiasi atau komplikasi fotodinamik. Oleh karena itu
observasi yang ketat sangat diperlukan dalam menentukan penghentian fototerapi
atau saat mengadakan tindakan perbaikan. Berikut ini dijelaskan masing-masing
komplikasi dan mekanisme penyebabnya dalam sebuah tabel.
Tabel 2. Komplikasi fototerapi menurut (Klaus& Fanaroff, 1998)
Abnormalitas
Tanning (perubahan warna kulit)
Diare
Intoleransi laktosa
Hemolisis
Kulit terbakar
Paparan
berlabihan
karena
emisi
karena
energi
feton
yang
diabsorbsi
Ruam kulit
2. Transfusi tukar
Tranfusi tukar adalah tindakan menukar darah neonatus dengan darah
yang berasal dari donor, dengan tujuan mengganti darah untuk memperbaiki
keadaan bayi dan mempertahankan bilirubin serum pada tingkat yang tidak
menimbulkan keracunan pada saraf oleh sebab apapun (Klaus& Fanaroff, 1998).
a. Indikasi dilakukan transfusi tukar adalah:
1) Hiperbilirubinemia
2) Penyakit hemolisis pada neonatus
3) Koagulasi intravaskuler secara menyeluruh (DIC)
4) Hiperkalemia yang tidak berhasil dalam pengobatan (Calsium Glukonas,
Natrium Bikarbonat, Insulin)
5) Hipermagnesia disertai gangguan nafas berat
6) Gangguan metabolik
7) Sepsis
Pada tindakan transfusi tukar, darah yang diperlikan harus sesegera
mungkin didapatkan. Heparin dapat digunakan sebagai antikoagulan. Jika darah
diambil sebelum persalinan darah seharusnya diambil dari donor golongan O, Rh
negatif dengan titer anti A dan anti B yang rendah serta harus cocok dengan serum
ibu dengan uji Coomb indirek. Sesudah persalinan darah harus diambil dari donor
Rh negatif yang sel-selnya cocok dengan serum bayi maupun ibu, bila mungkin
biasanya digunakan sel donor golongan O, tetapi sel-sel golongan darah ABO bayi
dapat digunakan bila ibu mempunyai golongan yang sama. Intinya pada transfusi
tukar memakai golongan darah yang sam seperti golongan darah ibu bayi (tipe Rh
harus diuji silang dengan darah bayi) (Nelson, 2000).
Kriteria untuk dilakukan transfusi tukar pada neonatus adalah berdasarkan
evaluasi hemoglobin dan level bilirubin tali pusat atau serum seperti dalam tabel 4
di bawah ini, sedangkan apabila dalam keadaan dimana kadar antibodi ibu tidak
dapat terdeteksi maka kebutuhan transfusi tukar tergantung berat badan bayi dan
kadar bilirubin serta ada atau tidaknya komplikasi
Tabel 5. Kriteria Transfusi Tukar
Temuan
Anti D antibodi ibu
Hb tali pusat
Bilirubin tali pusat
Hb dalam kapiler
Monitoring
Pertimbangan
Transfusi tukar
< 1: 64
>14 g/dl
<4 mg/dl
>12gm/dl
transfusi tukar
>1:64
12-14 g/dl
4-5 mg/dl
<12 gm/dl
<12 g/dl
>5 mg/dl
<12
gm/dl
dan
menurun dalam 24
jam
pertama
post
natal
e) Trombositopenia
f) Gangguan pembekuan darah
g) Infeksi melalui darah donor
3. Terapi Obat
Ada beberapa obat yang mungkin digunakan dan beberapa yang
lebih lazimdigunakan dalam terapi hiperbilirubin.
a. Fenobarbital
Obat ini memperbesar konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberiannya
akan membatasi perkembangan ikterus fisiologis pada bayi baru lahir bila
diberikan pada ibu dengan dosis 90mg/24jam sebelum persalinan atau
pada bayi saat lahir dengan dosis 10mg/kg/24jam. Meskipun demikian,
fenobarbital tidak secara rutin dianjurkan untuk mengobati ikterus pada
neonatus. (1) Karena pengaruhnya pada metabolisme bilirubin biasanya
tidak terlihat sebelum mencapai beberapa hari, (2) karena efektifitas obat
ini lebih kecil daripada fototerapi dalam menurunkan kadar bilirubin, (3)
karena dapat mempunyai pengaruh sedatif yang tidak menguntungkan
serta, (4) tidak menambah respons terhadap fototerapi (Nelson, 2000).
b. Obat yang menghambat degradasi hame sehingga mengurangi kadar
bilirubinantara lain metaloporfirin, D-penisilamin, dan inhibitor peptida
(Suresh et al.,2003).
c. Obat yang meningkatkan konjugsi bilirubin antara lain fenobarbital,
klofibrat,dan ramuan herbal Cina (World Health Organization,2004).
d. Peningkatan asupan oral bayi.
Infus Albumin memperbanyak lokasi peningkatan, mengurangi resiko
bilirubin bebas melewati sawar darah-otak dan dapat digunakan bila orang
tua menolak transfusi darah atau ketika tidak ada produk darah yang
cocok.
Penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan ABO inkompatibilitas adalah
Health Education pada orang tua agar mengobservasi ikterus (warna kuning pada
badan dan sklera), bila sudah terjadi ikterus maka ibu sebaiknya rutin menjemur
bayinya di bawah sinar matahari langsung setiap pagi dan bayi harus banyak minum
dan dijemur. Jangan panik bila bayi kuning dan kadar bilirubin naik turun, tetapi
segera mencari pelayanan kesehatan terdekat (Nelson, 2000).
7. Komplikasi
a. Penyakit kernikterus
b. Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )
c. Retardasi mental - Kerusakan neurologis
d. Gangguan pendengaran dan penglihatan
e. Kematian.
8. Prognosis
Pada ABO incompatibility ini umumnya dapat kembali secara normal, tetapi
pada ikterus berat yang disertai dengan ABO incompatibility memerlukan penanganan
agresif yang sama dengan penyakit Rh karena adanya bukti peningkatan resiko
berkembangnya ensepalopati bilirubin yang dapat menyebabkan kematian(Nelson,
2000).
C. Asuhan Keperawatan
1.
Identitas
Pada beberapa ibu dengan golongan darah O memiliki hemolisin Ig G anti A dan anti
B yang menembus dinding plasenta sehingga bereaksi dengan antigen A dan antigen
B dipermukaan darah dan merusak darah bayi. Atau ibu dengan Rhesus negative
dengan bayi yang beresus positif juga akan menyebabkan reaksi lisis pada darah bayi,
keturunan asli Amerika, Jepang, Cina dan kebangsaan Korea (Ladewig, 2005).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kuning, menghisap lemah, pergerakan anak tidak aktif
3. Terjadinya Hiperbilirubin
Ikterus fisiologis muncul pada hari ke 2 atau ke 3 pasca kelahiran sedangkan ikterus
patologis muncul dalam 24 jam pertama dan sangat menggambarkan terjadinya hemolisis
hebat atau sepsis, ini merupakan salah satu tanda dari penyakit ABO incompatibiity (Nelson,
2000).
4. Riwayat Prenatal / maternal
a. Ibu dengan rhesus negatif dan ayah dengan rhesus positif
b. Ibu dengan DM, toxoplasma, rubella dan herpes
c. Infeksi seperti toksoplasmosis, hepatitis, rubella, Citomegalovirus dan herpes
yang mungkin terinfeksi intrauterin melalui plasenta selama kehamilankehamilan, pemberian obat-obatan/ hormon (Norobiosin, pregnanediol).
5. Riwayat Intranatal
a. Ketuban pecah dini, pemberian obat-obatan anastesia
b. Trauma kelahiran, kelahiran dengan vakum ekstrasi adanya hematoma atau injuri
c. Mungkin preterm
d. Bayi kecil untuk gestasi, premature, polyhidramnion
e. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterus (IUGR)
f. Bayi besar untuk usia gestasi
g. Nilai apgar untuk melihat indikasi asfixia
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penyakit golongan darah inkompatibilitas ABO atau Rh, polycythemia,
gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis).
7. Riwayat Pikososial
Orang tua terutama ibu yang mengalami anak dengan incompatibilitas ABO akan
merasakan kecemasan oleh tindakan fototerapi atau tranfusi tukar, perubahan peran
orang tua karena anak menjalani hospitalisasi.
8. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang ikterus.
A Kebutuhan dasar sehari-hari(Doenges,2005)
Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah)
sehingga BB bayi mengalami penurunan.
Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja
berwarna pucat.
Istirahat dan istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun, bayi biasanya mengalami penurunan
aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik.
Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
B Pemeriksaan fisik (Doenges, 2005)
Kepala dan leher
a. Penilaian
ikterus
secara
klinis
dengan
menggunakan
rumus
KRAMER(Surasmi,2003):
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya.
Untuk penilaian ikterus, Kramer membagi tubuh bayi baru lahir menjadi 5
bagian yang dimulai dari kepala dan leher, dada sampai dengan pusat, pusat
bagian bawah sampai tumit, tumit sampai pergelangan kaki dan dari bahu
sampai pergelangan tangan, yang terakhir kaki dan tangan termasuk telapak kaki
dan telapak tangan.
Gambar 1 Pembagian derajat ikterus menurut Kramer
Daerah ikterus
ikterus
Perkiraan
kadar Perkiraan
kadar
bilirubin
(rata- bilirubin
(rata-
rata) aterm
rata) preterm
5,4
8, 9
9,4
11,8
11,4
15,8
13,8
>16
>14
C DiagnosaKeperawatan
1
(efek
fototerapi)
3
4
5
D Intervensi
1
meningkatkan resiko dehidrasi jika jadwal pemberian minum yang sering tidak
dipertahankan.
2) Berikan ASI dengan cara pemberiannya memakai sendok, dan anjurkan
orangtua berinteraksi dengan bayi (kontak mata, bicara dengan bayi selama
pemberian minum)
R/ Membantu mengembangkan proses kedekatan, yang mungkin lambat
karena perpisahan yang diperlukan untuk foto terapi. Stimulasi visual, taktil
dan auditorius membantu bayi mengatasi penyimpangan sensori.
3) Observasi kemampuan menghisap
R/ Kemampuan menghisap baik asupan ASI / nutrisi adekuat.
4) Timbang berat badan setiap hari
R/ Penurunan berat badan >2% dapat merupakan gejala dari dehidrasi.
5) Observasi suhu tubuh setiap 3 jam atau bila perlu.
R/ Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap
pemajanan sinar, radiasi, dan konveksi.
6) Pantau masukan dan haluaran cairan (perhatikan tanda-tanda dehidrasi)
jumlash dan warna urine
R/ Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan
dehidrasi.
7) Kolaborasi dalam pemberian cairan per parenteral sesuai indikasi.
R/ Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat/ jika ada
penurunan BB > 2%, peningkatan suhu tubuh, BAB yang berlebihan, dan
mencret.
8) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
Kadar bilirubin setiap 12 jam
R/ Penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan foto terapi :
peningkatam yang kontinyu menandakan hemolisis yang kontinyu dan
Hb
Trombosit dan sel darah putih
R/ Trombositopenia selama foto terapi telah dilaporkan pada beberapa bayi
intensitas tinggi
Resiko cidera internal : kernikterus berhubungan dengan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah.
Tujuan : Klien tidak terjadi injuri internal (kernikterus)
Kriteria Hasil:
Keadaan umum baik
Kesadaran compos mentis
Tidak ada tangis melengking
Tidak kejang
Kadar bilirubin indirek <12 mg/dl (aterm) dan <10 mg/dl (preterm)
Intervensi :
1) Jelaskan pada orangtua tentang keadaan bayi dan rencana tindakan
R/ Meningkatkan pemahaman orangtua tentang kondisi bayi&rencana tindakan
sehingga dapat meningkatkan peran serta orangtua dalam perawatan anaknya
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Tindakan utama dalam pencegahan infeksi silang
3) Kaji factor resiko terjadinya hiperbilirubin
R/ Paling umum terjadi pada ibu dengan golongan darah O, yang antibodinya
anti A dan Anti B serupa dengan itu, bila ibu Rh-negatif
kapiler cepat, tidak terjadi sianosis. Saturasi kadar Oksigen tubuh normal
Intervensi :
1. Pantau tanda- tanda vital catat derajat dan durasi episode hypovolemic.
R/ Luasnya keterlibatan hipofise dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi
hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukkan upaya untuk
mengatasi asidosis metabolic.
2. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku/gerakan neonatus.
R/ Perubahan sensorium adalah indicator dini hipoksia, sianosis tanda lanjut
mungkin tidak sampai kadar Po2 turun dibawah 50 mmHg
3. Kaji dasar warna kuku mukosa mulut, gusi dan lidah serta perhatikan suhu kulit.
R/ Pada kompensasi vasokontriksi dan pirow organ vital sirkulasi pada
pembuluh darah perifer menurun mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam Pemeriksaan laboraturium. Pantau kadar
pH.
R/ Mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau asidosis yang diakibatkan oleh
Intervensi :
1)
Timbang dan catat berat badan klien pada jam yang sama setiap hari.
R/ Untuk mendapatkan pembacaan yang paling akurat.
2)
3)
4)
5)
6)
Defisit pengetahuan orang tua tentang bayinya berhubungan dengan kurangnya / tidak
mempunyai pengalaman.
Tujuan : Ibu memahami tentang kondisi bayinya
Kriteria Hasil :
Ibu mengungkapkan pemahaman tentang kondisi bayinya
Ibu mendemontrasikan perawatan bayi yang tepat
Intervensi :
1) Berikan informasi tentang kondisi bayi, rencana tindakan
R/ Memperbaiki kesalahan konsep, meningkatkan pemahaman, menurunkan rasa
takut dan perasaan bersalah. Ikterus neonatorus mungkin fisiologis akibat ASI,
atau patologis, dan protocol perawatan tergantung pada penyebabnya dan faktor
pemberat.
2) Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya.
R/ Keterlibatan orang tua dalam perawatan bayinya dapat meningkatkan rasa
percaya diri ibu
3) Ajari ibu untuk mengenali tanda peningkatan kadar bilirubin khususnya bila bayi
dipulangkan dini
R/ Memungkinkan orang tua mengeneali tanda-tanda peningkatan kadar bilirubin
dan pencari bantuan medis yang tepat.
untuk bertanya.
R/ Membantu ibu untuk mempertahankan pemahanan tentang pentingnya terapi.
Ansietas orang tua berhubungan dengan status kesehatan ( hospitalitasi dan fototerapi)
Tujuan : Keluarga mampu mengungkapkan kecemasan yang dirasakan mengenai
hospitalisasi.
Kriteria hasil :
Keluarga mampu berkomunikasi secara terbuka dengan perawat tentang keadaan
bayi.
Kontak orang tua dengan bayi tetap terjalin.
Intervensi :
1) Menjelaskan pada keluarga mengenai tujuan fototerapi.
R/ Fototerapi dapat membantu menurunkan kadar bilirubin dalam darah dimana
bilirubin dibuang melalui feces dan urin.
2) Menjelaskan prosedur pelaksanaan fototerapi.
R/ Pemasangan fototerapi dilakukan sampai kadar bilirubin dalam darah anak
normal kembali atau sesuai instruksi dokter.
3) Memberi kesempatan pada orang tua untuk kontak dengan bayi.
R/ Hubungan yang dekat antara orangtua dan bayi dapat meningkatkan hubungan
dibatasi
Intervensi:
1) Ukur berat badan anak dan kaji ulang kurva grafik pertumbuhan anak
R/ Untuk menentukan nilai tinggi dan berat badan anak saat ini dan memantau
riwayat pertumbuhannya.
2) Lakukan kolaborasi dengan bagian gizi untuk menentukan program makanan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak
R/ Untuk meyakinkan bahwa kebutuhan nutrisi anak setiap harinya terpenuhi.
3) Ajarkan orang tua atau pengasuh tentang kebutuhan anak akan interaksi
berkualitas dengan anggota keluarga yang lain
R/ untuk mendorong perkembangan intelektual, bahasa, dan sosial.
4) Bantu orang tua atau pengasuh dalam mengidentifikasi aktivitas dan mainan yang
tepat sesuai usia anak
R/ Untuk meningkatkan keterampilan motorik, sosialisasi, dan perkembangan
intelektual.
5) Anjarkan orang tua dan pengasuh tentang faktor-faktor resiko yang menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
R/ Sehingga orang tua atau pengasuh dapat mengindentifikasidan memperbaiki
lingkungan atau defisiensi stimulasi terhadap mereka.
6) Berikan salinan tertulis untuk orang tua atau pengasuh yang berisi rencana
pengajaran anak
R/ untuk mendorong implementasi rencana yang konsisten di rumah
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1
Kesimpulan
Incompatibility ABO adalah suatu penyakit hemolitik bayi baru lahir karena
Manifestasi klinis yang dapat di jumpai adalah : ikterus, kadar serum bilirubin tak
terkonjugasi meningkat pesat, anemia, eritroblastosis dengan derajat yang bervariasi,
retikulositosis, hepatosplenomegali, hiperbilirubin, dan hipoglikemia dapat terjadi sebagai
akibat hiperplasia sel pankreas.
Pemeriksaan Diagnosis Incompatibility ABO dapat ditegakkan secara :Uji Coombs
direk, adanya sferosit pada hapusan darah, hiperbilirubinemia, darah lengkap terutama Hb,
retikulosit, polikromasia, serum bilirubin tak terkonjugasi, Ultrasonografi (USG) ini sangat
penting dalam mendeteksi isoimunisasi yang berhubungan dengan plasenta, volume cairan
amnion, dan syaraf umbilikal.
Pengobatan Incompatibility ABO dapat dilakukan dengan cara (Nelson, 2000) : yaitu
Fototerapi, transfusi tukar dan, terapi Obat yang mungkin digunakan dan beberapa yang lebih
lazim digunakan dalam terapi hiperbilirubin. Diagnosis Banding nya adalah : Incompatibility
Rh, penyakit hemolitik dan anemia yang disebabkan oleh antibodi anti-kell, thalasemia,
infeksi kongenital (inklusi sitomegali, toksoplasmosis, rubella, sifilis), penyakit
ikerus
yang
memerlukan penanganan
Saran
Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini yang berisi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
meningitis dapat menambah ilmu pengetahuan
Bagi Pembaca
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber informasi yang layak dan lengkap
sebagai bahan untuk membuat makalah selanjutnya
Bagi Institusi
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber referensi yang cukup baik dan
berkompeten
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, E. Richard, 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, EGC, Jakarta
Benson, R. C. & Pernoll, M. L., 2009. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Bherman, Kliegman & Arvin & Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Bobak, Lowdermilk, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Ed 4, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Ed 3. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn.E, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Penatalaksanaan perawatan Pasien, EGC, Jakarta
Leveno, K. J. Et al. 2004. Obstetri Wiliam: Panduan Ringkas, Ed 21. Jakarta: EGC.
Permono, Bambang, H. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI