Anda di halaman 1dari 12

3.1.

1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Betz & Sowden (2009:11) pengkajian pada pasien
dengan anemia akan mendapatkan hasil adanya petekie, ekimosis,
epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, pucat, letih dan
takikardi. Aplasia sistem retikulositopenia yang disertai dengan
merendahnya kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Anak
akan terlihat pucat disertai dngan berbagai gejala anemia seperti
anoreksia, lemah, palpitasi, sesak napas karena gagal jantung. Pada
pasien ditemukan adanya ikterus, pembesaran limpa dan juga hepar.
Pada pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia dan
limfositosis relatif. Pasien dengan anemia aplastik juga memiliki
riwayat terapi radiasi (anak/orang tua), penggunaan obat-obatan seperti
kloramfenikol, metisilin, sulfonamida, tiazid dan agen kemoterapeutik,
adanya infeksi seperti hepatitis dan sepsis, keadaan alergi atau
autoimun (Muscari M. 2005: 283)
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit
kelainan darah yaitu anemia aplastik yang dialami oleh An. A.S
merupakan penyebab yang idiopatik ataupun bisa karena autoimun.
Dari hasil pengkajian juga ditemukan bibir tampak pucat, konjungtiva
anemis, CRT >2 detik. Manifestasi klinis yang di temukan pada anak
dengan anemia ini dikarenakan transport oksigen dalam darah yang
menurun.
Pasien mengalami hepatomegali dan splenomegali yang
dikarenakan depresi sumsum tulang sehingga terjadinya gangguan
pembentukan eritrosit dimana produksi eritrosit akan menurun, maka
akan terjadi suatu reaksi kompensasi sehingga hati dan limpa
menggantikan fungsi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
merah sehingga limpa dan hati menunjukkan respon negatif dengan
terjadinya hepatomegali dan splenomegali. Namun perlu dilakukannya
suatu pemeriksaan diagnostik agar dapat menjadi data pendukung dari
suatu penyakit, seperti pada An. A.S yang akan dilakukan pemeriksaan
Bone Marrow Punction (BMP) yaitu pemeriksaan mikroskopis sumsum
tulang untuk menilai sifat dan aktifitas hemopoetiknya (pembentukan
sel darah), tindakan ini dilakukan karena dalam pemeriksaan darah
didapatkan komponen dalam darah (hemoglobin, hematokrit, eritrosit,
trombosit) yang menurun dari jumlah nilai normal.
Pada saat pengkajian, pasien juga mengeluh nafsu makan
menurun yang ditandai dengan pasien hanya dapat menghabiskan 6
sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Kondisi ini
berpengaruh pada status nutrisi pasien, dimana berat badan pasien saat
dikaji adalah 18kg dan tinggi badan adalah 124cm dan berat badan
ideal 21.6kg. Disini terlihat bahwa status nutrisi An. A.S adalah gizi
kurang.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut NANDA (2015), Sesuai dengan data subjektif dan dan
objektif yang didapatkan pada saat, dibandingkan dengan batasan
karakteristik maka pada pasien anemia akan di dapat diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, defisit perawatan
diri, defisit pengetahuan, kecemasan orang tua, resiko infeksi, resiko
perdarahan.
Sedangkan pada kasus An. A.S, tidak semua diagnosa diambil
dalam penegakkan diagnosa karena ketika dilakukan pengkajian
keperawatan pada kasus ini pasien sudah dalam 4 hari perawatan di
ruang Kenanga, sehingga diagnosa yang muncul sesuai dengan teori
namun ada beberapa kesenjangan diantaranya diagnosa intoleransi
aktivitas, resiko infeksi dan resiko perdarahan yang tidak diangkat.
Diagnosa intoleransi aktivitas tidak diangkat karena pasien sudah tidak
merasa pusing, pasien hanya merasa sedikit lemas tetapi pasien dapat
melakukan aktivitas sendiri seperti duduk, makan dan minum.
Sementara untuk diagnosa resiko infeksi tidak diangkat karena pasien
tidak menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi seperti demam, jumlah
leukosit mengalami penurunan namun tidak begitu signifikan dari nilai
normal.
Namun ada nya diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik, ini dikarenakan An. A.S menjalani pemeriksaan BMP
dimana dengan dua lokasi tusukan yaitu di spina iliaka anterior superior
dan di tibialis
1.1 Diagnosa Keperawatan
1.1.1 Analisa Data
Data-data Problem Etiologi
DS: Pasien mengatakan merasa lemas Ketidakefektifan Penurunan
dan pusing saat bangun dari tempat perfusi jaringan kadar
tidur.
perifer hemoglobin
DO: Konjungtiva tampak pucat, bibir
pucat, pada pemeriksaan laboratorium dalam darah
tanggal 21 Juni 2018 pukul 03.27 Wita,
didapatkan hasil pemeriksaan APTT
44,8 detik, Hemoglobin 6,0g/dL,
Eritrosit 2,71 10^6/uL, Hematokrit
19,0%, Trombosit 71 10^3/uL.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 21
Juni 2018 pukul 13.24 didapatkan hasil
hemoglobin 4.9 g/dL, jumlah eritrosit
2.23 10^6/uL, hematokrit 15.7%,
jumlah trombosit 68 10^3/uL.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal
23 Juni 2018 didapatkan hasil
hemoglobin 6.7 g/dL, jumlah eritrosit
3.01 10^6/uL, hematokrit 21.2%,
jumlah trombosit 24 10^3/uL.
DS: Pasien mengatakan merasa mual Ketidakseimban Anoreksia
saat makan sehingga membuatnya tidak gan nutrisi
nafsu makan. kurang dari
DO: Pasien hanya menghabiskan kebutuhan tubuh
setengah dari porsi makan yang
disediakan, tinggi badan 124 cm, berat
badan saat ini 18kg, berat badan ideal
21.6 kg, lingkar perut 68cm.
DS: Keluarga pasien mengatakan saat Defisit Gangguan
pasien sakit ia jarang mandi ataupun perawatan diri: persepsi
dimandikan. mandi
DO: Kulit pasien tampak kotor, rambut
kotor dan lengket, gigi dan lidah kotor,
kuku panjang dan kotor.
DS: Keluarga pasien mengatakan Kecemasan Proses
merasa tidak nyaman dengan penyakit orang tua penyakit
yang dialami anak A.S karena selalu di anak
periksa namun belum ada hasil yang
jelas.
DO: Keluarga pasien tampak khawatir
dengan penyakit anaknya, ekspresi
keluarga selalu murung.

Perencanaan Asuhan Keperawatan Terhadap Pasien Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit) dan/atau
Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah). Nilai normal
hemoglobin pada pria dewasa 13- 17,5gr/dl pada wanita dewasa 12-15,5gr/dl. Hemoglobin adalah bagian
utama dari sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah
merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan mendapatkan oksigen yang
cukup, akibatnya tumbullah gejala anemia. Hasil yang akan di dapat adalah perawat dapat memahami
perencaan asuhan keperawatan terhadap pasien anemia dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
benar dan tepat. Dimana penyakit anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat,
baik anak -anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, bisa
karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dari kadar normal.

1. Tujuan Tujuan umum


Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan diagnosa medis
anemia.
Tujuan khusus
Melalui proses keperawatan diharapkan mampu:
a. Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit anemia.
b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
c. Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang telah diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang
diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada
pasien dengan penyakit anemia.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
g. Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi kasus.

2. Metode
Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yaitu metode yang memberikan
gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui proses keperawatan.
Adapun tehnik – tehnik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
2. Studi dokumentasi
3. Studi kepustakaan
4. Observasi
5. Pemeriksaan fisik

3. Hasil
Hasil yang akan di dapat adalah perawat dapat memahami perencaan asuhan keperawatan
terhadap pasien anemia dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
Dimana penyakit anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak - anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun
orang tua. Penyebabnya sangat beragam, bisa karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dari kadar normal.

Evaluasi

NO HARI NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


TANGGAL
1. Kamis 1 JAM JAM S : Klien mengatakan badan
07/06/2018 08:30 1. Mengobservasi status 13:30 masih terasa lemas dan
hidrasi(kelembaban membran hanyaberbaring di
mukosa). tempat tidur.
2. Mengkaji TTVPasien
09:00 3. Mengobservasi reaksi tranfusi O : Klien tampak lesu dan
lemas,tangan klien tampak
pucat.
HGB klien :9.4*
[g/dL] TD : 94/53
mmHg
N: 66x/i
A :Masalah sebagian teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
1. Observasi status
hidrasi(kelembaban membran
mukosa).
2. KajiTTVPasien.
2. Kamis 2 08:30 1. Mengkaji adanya alergi 13:30 S :Klien mengatakan nafsu
07/06/2018 makanan. makan nya sudah ada walau
2. Menganjurkan pasien untuk sedikit.
meningkatkan intake.
09:00 3. Meyakinkan diet yang O :klien tampak tidak
dimakan mngandung tinggi menghabiskan makanan
serat untuk mncegah nya(dalam 1 porsi tinggal
konstipasi. 1/3 porsi yang klien
4. Memberikan makanan yang habiskan)
terpilih( sudah di konsultasikan
dengan ahli gizi). A : Masalah sebagian teratasi
5. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi. I : Intervensi di lanjutkan.
6. Kaji kemampuan pasien untuk 3. Anjurkan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang meningkatkan intake.
dibutuhkan 4. Yakinkan diet yang dimakan
mngandung tinggi serat untuk
mncegah konstipasi.
3. Kamis 3 8:30 1. Memonitor kemampuan klien 13:30 S :Klien mengatakan badan
07/06/2018 untuk perawatan diri yang terasa segar setelah di
mandiri. mandikan perawat.
2. Memonitor kebutuhan klien
untuk alat-alat bantu untuk O :Klien tampak rapi dan
kebersihan diri, berpakaian, bersih setelah di mandikan
berhias, toileting dan makan. dan bau badan klien sudah
3. Menyediakan bantuan sampai berkurang.
klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care. A : Masalah sebagian teratasi
4. Mendorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri P : Intervensi dilanjutkan.
bantuan ketika klien tidak 3. Menyediakan bantuan sampai
mampu melakukannya. klien mampu secara utuh
5. Mengajarkan klien/ keluarga untuk melakukan self-care.
untuk mendorong kemandirian, 4. Mendorong untuk melakukan
untuk memberikan bantuan secara mandiri, tapi beri
hanya jika pasien tidak mampu bantuan ketika klien tidak
untuk melakukannya. mampu melakukannya.
NO HARI NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
TANGGAL
1. Jum`at 1 JAM JAM
09:00 1. Mengobservasi status 13:00 S : Klien mengatakan lemas
08/06/2018 hidrasi(kelembaban membran dibadannya sudah
mukosa). berkurang dan klien hanya
2. Mengkaji TTVPasien dapat berbaring di tempat
3. Mengobservasi reaksi tranfusi tidur saja.

O :Klien sudah mulai tampak


lebih segar dari yang
sebelum nya.
HGB klien :11.8*
[g/dL] TD : 98/53
mmHg
A :Maslah teratasi sebagian
P :Intervensidi pertahankan
2. Kaji TTVPasien
2. Jum`at 2 09:00 1. Mengkaji adanya alergi 13:00 S :Klien mengatakan
makanan. Sudah dapat menghabiskan
08/06/2018 2. Menganjurkan pasien untuk makanan nya
meningkatkan intake.
3. Meyakinkan diet yang dimakan O :Klien dapat menghabiskan
mngandung tinggi serat untuk makanannya dalam satu
mncegah konstipasi. porsi yang diberikan.
4. Memberikan makanan yang
terpilih( sudah di konsultasikan A:Maslahteratasi.
dengan ahli gizi).
5. Memberikan informasi tentang P :Intervensi di hentikan.
kebutuhan nutrisi.
6. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
3. Jum`at 3 09:00 1. Memonitor kemampuan klien 13:00 S :Klien mengatakan badan
08/06/2018 untuk perawatan diri yang terasa segar dan bau badan
mandiri. sudah berkurang.
2. Memonitor kebutuhan klien
untuk alat-alat bantu untuk O :Klien tampak rapi den lebih
kebersihan diri, berpakaian, segar dari sebelum nya bau
berhias, toileting dan makan. badan sudah tidak ada.
3. Menyediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh untuk A :Masalah teratasi sebagian
melakukan self-care.
4. Mendorong untuk melakukan P :Intervensi di pertahankan
secara mandiri, tapi beri bantuan 3. Menyediakan bantuan sampai
ketika klien tidak mampu klien mampu secara utuh untuk
melakukannya. melakukan self-care.
5. Mengajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai