Anda di halaman 1dari 17

Hemoglobin

Kelompok 2:
Fitriana Boru samosir 2013353058
Giofani Mareta Asmara 2013353059
M Afif Ridho 2013353066
Martalia Sari 2013353067
Rianita Agustina 2013353076
Rofixri Setiawan 2013353082
Salsabila Elsa 2013353083
Satriana Agresia 2013353084
Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat
besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh .
Hemoglobin juga pengangkut karbon dioksida (CO2) kembali
menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh.
Fungsi Hemoglobin

01 02
Mengikat Oksigen Pertahanan Tubuh
Mengatur pertukaran oksigen Sirkulasi darah yang terus dipompa oleh
dengan karbondioksida dalam jantung dapat mempertahankan tubuh
jaringan tubuh dari serangan virus, bahan kimia,
maupun bakteri

03
Mempertahankan Bentuk
04
Sel Darah Merah Menyuplai Nutrisi
Darah juga akan menyuplai nutrisi
Agar sel darah merah akan dengan mudah ke jaringan tubuh dan mengangkut
mengalir di dalam pembuluh darah untuk zat sebagai hasil dari metabolisme.
penyebarannya di seluruh tubuh
Struktur
Hemohlobin
Hemoglobin adalah protein yang terdiri dari empat rantai
asam amino. Masing-masing rantai ini mengandung heme,
yakni senyawa yang memiliki zat besi dan mengangkut
oksigen dalam darah.
Setruktur Hemoglobin
Terdiri dari 4 subunit ada 3 jenis utama hemoglobin

HbF HbA2
Hemoglobin janin Varian normal
atau HbF memiliki hemoglobin dewasa
2 rantai globin atau Hb a2 memiliki
alfa dan gamma 2 rantai globin delta
dan gamma

Hb a
hemoglobin orang
dewasa atau Hb a
memiliki 2 globin
alfa dan dua beta
Sintesis
Hemoglobin
Sintesis hemoglobin terjadi di dalam mitokondria sel darah merah yang
sedang berkembang dan sel darah merah bekembang di sumsum
tulang belakang melalui hematopoisis dan eritropoisis
Sintesis Hemoglobin
Pembentukan heme dimulai di mitokondria melalui reaksi antara
Glycine dan succinyl-CoA membentuk senyawa aminolevilini acid
(ALAD). Enzim ALAD yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol dan
dengan perantara enzim ALAD dehydratase membentuk
porphobilinogen yang merupakan prazat pertama pirol. ALAD
deyidratase sangat sensitif terhadap inhibisi oleh timbal
(Adiwijayanti, 2015).
Sintesis Hemoglobin
Empat porphobilinogen berkondensasi membentuk tetrapirol linier
yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim PBG
deaminase. Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi
spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah
menjadi uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim
tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase pada kondisi normal
hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III. Uroporfirinogen III
selanjutnya mengalami dekarboksilasi membentuk Corproporfirin
yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen dekarboksilase
(Adiwijayanti, 2015).
Sintesis Hemoglobin
Corproporfirin masuk ke dalam mitokondria serta mengalami
dekarboksilasi dan oksidasi. Reaksi ini dikatalisis oleh Corproporfirin
oksidase dan membentuk protoporphyirinogen.
Protoporphyirinogen selanjutnya mengalami proses penyatuan
dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang dikatalisis oleh
ferrochelatase membentuk heme. Heme bereaksi dengan globin
membentuk hemoglobin (Adiwijayanti, 2015).
Proses pembentukan Hemoglobin
Proses pembentukan hemoglobin bermula dalam tahap
eritroblas dan terus berulang hingga tingkat normoblas atau
retikulosit. Meskipun eritrosit muda telah meninggalkan sumsum
tulang kemudian masuk ke peredaran darah, akan tetapi
pembentukan hemoglobin tetap berlangsung dalam beberapa
hari berikutnya.
Untuk pembentukan Hb tergantung dari pembentukan sel darah
merah, pembentukan sel darah merah berada di daerah
sumsung tulang belakang. Apabila tulang belakang berfungsi
baik maka pembentukan sel darah merah dan eritrosit
membutuhkan waktu sekitar 5-9 hari, dan umur sel arah merah
dan Hb adalah sekitar 120 hari.
Proses pembentukan Hemoglobin
Mutasi gen pada protein hemoglobin menyebabkan sekelompok
penyakit keturunan yang disebut hemoglobinopati. Yang paling
umum yang kami temukan adalah anemia sel sabit dan
talasemia. Pada fase pembentukan hemoglobin, batas yang
disintesis sebagian besar terdiri dari asam asetat dan glisin.
Sebagian besar sintesis pembentukan hemoglobin ini
berlangsung di mitokondria.
Fase Pembentukan Hemoglobin
Pada fase pembentukan hemoglobin, batas yang disintesis sebagian besar terdiri dari
asam asetat dan glisin. Sebagian besar sintesis pembentukan hemoglobin ini
berlangsung di mitokondria.

Langkah pertama dalam sintesis ini adalah pembentukan senyawa pirol, kemudian
4 senyawa pirol bergabung membentuk senyawa protoporfirin. Yang pada
gilirannya mengikat besi untuk membentuk molekul jahitan.
Pada akhirnya, empat molekul perbatasan dihubungkan dengan sebuah molekul
globin. Globin disintesis di ribosom retikulum endoplasma dengan pembentukan
hemoglobin.
Sintesis Hb diawali dengan suksinil-koA, yang terbentuk dalam siklus Krebs.
Pengikatan glisin dipengaruhi oleh molekul enzim pyrrole aminolvulinic acid (ALA).
Fase Pembentukan Hemoglobin
Koenzim dalam reaksi pembentukan hemoglobin adalah fosfat piridoksal, yang
dirangsang oleh eritropoietin. Kemudian 4 pirol bergabung membentuk protoporphyrin
IX. Kemudian gabungkan rantai polipeptida panjang (globin) yang disintesis pada
ribosom sehingga membentuk unit adisi yang disebut rantai Hb.

Pembentukan Hb dalam sitoplasma terjadi bersamaan dengan proses pembentukan


DNA di dalam inti sel. Hemoglobin ini adalah elemen terpenting dalam plasma eritrosit.
Molekul Hb terdiri dari globin, protoporphyrin dan besi.
Globin terbentuk di sekitar ribosom, protoporphyrin di sekitar mitokondria, kemudian
besi dari transferin. Selama inisiasi sel, eritrosit terbentuk pada reseptor transferin.
Gangguan pengikatan besi pada produksi Hb dapat menyebabkan pembentukan
eritrosit. Kemudian sitoplasma berukuran kecil dan mengandung lebih sedikit Hb.
Degenerasi Hemoglobin

Degenerasi merupakan kerusakan sel yang bersifat


reversible, yang dapat berlanjut menjadi nekrosis sel.
Degenerasi ditandai dengan kerusakan struktur sel
normal sebagai respon dari suatu jejas. Secara
histologis dapat ditandai dengan pembengkakan sel
(degenerasi parenkimatosa), timbulnya vakuola di
dalam sitoplasma (degenerasi hidrofik), serta
perlemakan sel (Bhara, 2009).
Anemia defesiensi besi
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan besi dalam darah, yaitu konsentrasi hemoglobin dalam
darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat
besi dalam darah (Kiswari,2014 ).

Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati
anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang kurang dan sangat
rendah tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang belakang,
sehingga kadar hemoglobin dalam darah jika mengalami turun menurun dibawah batas normal, maka
keadaan ini yang disebut anemia gizi besi
Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. Hemoglobin akan
mengangkut oksigen ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme lemak, glukosa dan
protein menjadi energy (ATP).

Besi juga merupakan bagian dari enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip hemoglobin
yang terdapat di dalam sel-sel otot. Mioglobin yang berikatan dengan oksigen inilah yang
menyebabkan daging dan otot-otot menjadi bewarna merah.

Selain sebagai komponen hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari
enzim oksidase pemindah energi, yaitu sitokrom oxidase, xanthin oksidase, suksinat dan
dehydrogenase, serta katalase dan peroksidase (Kiswari, 2014).
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai