Disusun oleh :
2019/2020
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoglobin terdiri dari kata "haem" dan kata "globin", dimana haem
adalah Fe dan protoporfirin adalah mitokondria, globin adalah rantai asam
amino (1 pasang rantai α dan 1 pasang non α). Hemoglobin adalah protein
globular yang mengandung besi. Terbentuk dari 4 rantai polipeptida (rantai
asam
amino), terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta [4].Masing-masing rantai
tersebut terbuat sadri 141-146 asam amino. Struktur setiap rantai polipeptida
yang tiga dimensi dibentuk dari delapan heliks bergantian dengan tujuh segmen
non heliks. Setiap rantai mengandung grup prostetik yang dikenal sebagai
heme, yang bertanggug jawab pada warna merah pada darah. Molekul heme
mengandung cincin porphirin. Pada tengahnya, atom besi bivalen
dikoordinasikan. Molekul heme ini dapat secara reversible dikombinasikan
dengan satu molekul
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Haemoglobin .
Sel darah merah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di
dalam cairan yang disebut plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Masing-masing morfologisel
mempunyai ukuran (diameter). Darah terdiri dari sel darah dan plasma. Dalam sel
darah terdiri dari hemoglobin, eritrosit, hematokrit (PCV), retikulosit, laju endap
darah, trombosit, lekosit dan hitung jenisnya dan hapusan darah tepi.
Hemoglobin terdiri dari kata "haem" dan kata "globin", dimana haem adalah
Fe dan protoporfirin adalah mitokondria, globin adalah rantai asam amino (1
pasang rantai α dan 1 pasang non α). Hemoglobin adalah protein globular yang
mengandung besi. Terbentuk dari 4 rantai polipeptida (rantai asam amino), terdiri
dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta [4].Masing-masing rantai tersebut terbuat sadri
141-146 asam amino. Struktur setiap rantai polipeptida yang tiga dimensi dibentuk
dari delapan heliks bergantian dengan tujuh segmen non heliks. Setiap rantai
mengandung grup prostetik yang dikenal sebagai heme, yang bertanggug jawab
pada warna merah pada darah. Molekul heme mengandung cincin porphirin. Pada
tengahnya, atom besi bivalen dikoordinasikan. Molekul heme ini dapat secara
reversible dikombinasikan dengan satu molekul oksigen atau karbon dioksida.
Hemoglobin mengikat empat molekul oksigen per tetramer (satu persubunit heme),
dan kurva saturasi oksigen memiliki bentuk sigmoid [5]. Sarana yang
menyebabkan oksigen terikat pada hemoglobin adalah jika juga sudah terdapat
molekul oksigen lain pada tetramer yang jjsama. Jika oksigen sudah ada,
pengikatan oksigen berikutnya akan berlangsung lebih mudah. Dengan demikian,
hemoglobin memperlihatkan kinetika pengikatan komparatif, suatu sifat yang
memungkinkan hemoglobin mengikat oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin
pada organrespirasi dan memberikan oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin
pada partial oksigen jaringan perifer. Struktur tetramer hemoglobin yang umum
dijumpai adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin dewasa normal) = α2β2, HbF
(hemoglobin janin) = α2γ2, HbS (hemoglobin sel sabit) = α2S2 dan HbA2
(hemoglobin dewasa minor)= α2δ2. Disamping mengangkut oksigen dari paru ke
jaringan perifer, hemoglobin memperlancar pengangkutan karbon dioksida (CO2)
dari jaringan ke dalam paru untuk dihembuskan ke luar. hemoglobin dapat
langsung mengikat CO2 jika oksigen dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang
dibawa di dalam darah diangkut langsung pada molekul hemoglobin. C02 bereaksi
dengan gugus α-amino terminal amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan
melepas proton yang turut menimbulkan efek Bohr [6]. Hemoglobin mengikat 2
proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen dan dengan demikian turut
memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan pendaparan darah. Dalam
paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen berikatan dengan
hemoglobin
yang berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton dilepas dan
bergabung dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat. dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian
dihembuskan keluar [7].
Untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat
diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal, berarti
kekurangan darah. Nilai normal untuk wanita dewasa 12=14 gr/dl, sedangkan
lakilaki dewasa 14-16 gr/dl.
Hal ini akan membuat orang tersebut berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaan,
memiliki kapasitas kerja yang lebih besar dan tidak cepat lelah sehingga tingkat
produktivitasnya meningkat.
Anemia merupakan suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
tergolong rendah (<12 gr/dl) bagi remaja putri (WHO, 2011). Anemia dapat
diakibatkan oleh berbagai penyebab seperti kekurangan asam folat, vitamin B12,
vitamin A, dan zat besi. Remaja putri memiliki risiko paling tinggi untuk
menderita anemia terutama pada remaja putri usia 13-18 tahun dengan prevalensi
22,7%. Remaja putri lebih rentan terkena anemia disebabkan oleh beberapa hal,
seperti remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi
termasuk zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja putri
banyak kehilangan darah, banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat, lebih
banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungannya zat besi sedikit,
dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan zat besi tidak
terpenuhi dan asupan gizinya tidak seimbang. Setiap hari manusia kehilangan zat
besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses (tinja). Remaja putri
mengalami haid tiap bulan, dimana kehilangan zat besi 1,25 mg perhari, sehingga
kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria. Penyebab paling umum dari anemia
secara global adalah anemia defisiensi besi. (Tim Penulis Poltekkes Depkes
Jakarta, 2012)
Berdasarkan data dari WHO (2011), dua miliar penduduk dunia mengidap
anemia defisiensi zat besi. Sekitar 50% kasus anemia diakibatkan karena defisiensi
besi. Anemia defisiensi besi merupakan suatu kondisi ketika kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah tergolong rendah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
WHO (2015) menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri sebesar
29%.
Prevalensi anemia pada remaja putri usia (usia 10-18 tahun) mencapai 41,5%
di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang,
prevalensi anemia pada remaja putri diIndonesia menurut WHO sebesar 37% lebih
tinggi dari prevalensi anemia di dunia. Jawa barat memiliki angka kejadian anemia
pada remaja putri sebesar 51,7%. (SDKI, 2012)Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (2012) menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%,
ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Remaja putri mempunyai
risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang lebih banyak membutuhkan zat gizi. Remaja membutuhkan
asupan gizi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Gizi
merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan
pertumbuhan dan menghasilkan energi. (Almatsier, 2009)
Anemia dapat menimbulkan risiko pada remaja putri baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek anemia dapat menimbulkan
keterlambatan pertumbuhan fisik, dan maturitas seksual tertunda. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di Sedayu, tentang hubungan kejadian anemia
dengan prestasi pada remaja putri didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
antara kejadian anemia terhadap prestasi belajar. Hal ini menunjukkan dampak
remaja yang mengalami anemia adalah kurangnya konsentrasi sehingga akan
memengaruhi prestasi belajar remaja tersebut di kelasnya (Astriandani, 2015).
Dampak jangka panjang remaja putri yang mengalami anemia adalah sebagai calon
ibu yang nantinya hamil, maka remaja putri tidak akan mampu memenuhi zat-zat
gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya yang dapat menyebabkan
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, risiko kematian maternal, angka
prematuritas, BBLR dan angka kematian perinatal. (Akma L, 2016)
Masalah gizi dapat diatasi bila remaja putri meningkatkan kebutuhan asupan
zat besi dalam makanan sehari-hari. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan
untuk membentuk sel darah merah. Zat besi juga berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh. Setiap tablet besi mengandung 200 mg fero sulfat atau 60 mg
besi elemental dan 0,400 asam folat. Salah satu upaya yang telah dilakukan
pemerintah untuk menanggulangi masalah anemia pada remaja adalah melalui
pemberian suplemen tablet Fe berupa zat besi (60 mg FeSO4) dan asam folat
(0,400 mg). Saat ini Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tahun 2014 telah
menetapkan dosis suplementasi tablet Fe pada WUS (termasuk remaja) adalah 1
tablet/minggu dan ketika menstruasi diberikan setiap hari selama menstruasi. Bagi
remaja putri diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali sehari
selama haid. (Permenkes, 2014)
Hal ini ditunjukkan dengan status anemia pada remaja putri mencapai 45,2%.
Terdapat proporsi anemia berdasarkan klasifikasi, anemia ringan sebanyak 31,8%,
anemia berat sebanyak 2,6% dan anemia sedang sebanyak 65,8%.
larutan yang berisi kalium fen'isianida dan kalium sianida. Serapan larutan
diukur pada panjang gelombang 546 nm / filter hijau. Larutan drabkin yang
Kadar Haemoglobin yang diperiksa dali 30 ol'ang buruh wanita yang bekerja
di malam hari pada PT X, diperoleh hasil 19 (63,3%) sampel termasuk katagori
normal, sedang I I (36,70 ) tidak normal.Rata-rata kadar haemoglobinpada buruh
tersebut adalah 11,89 oh dengan rentang terendah 09,20 gram oh dan tertinggi 1
1,80 gram %,.Lamanya bekerja para buruh telsebut pada PTX dibedakan antara
yang bekerja lebih dari l0 jam I hariBdan yang bekerja 5 - 10 jam / hari.
Para buruh wanita yang bekerja pada' malam hari tersebut kebanyakan hanya
tidur kurang dari 4 jam sepulang mereka bekerja, karena alasan yang bervariasi.
Dengan waktu tidur yang kurang, mereka kehilangan kesempatan untuk
menurunkan tekanan darah dan frekuensi nadi,relaksasi saraf dan otot, serla
kecepatan basal dari metabolisme seluruh tubuh dimana kecepatan basal
metabolisme itu akan turun sampai dengan 30% selama tidur.
Selain itu setiap 120 hari sel darah merah yang mengandung haemoglobin
dilusak, sedangkan wanita setiap bulan juga mengalamimenstruasi. Perusakan sel
darah merah akan lebih dipercepat pada keadaan seorang kurang istirahat. Dengan
demikian buruh wanita yang bekerja di malam hari, sangat memerlukan adanya
makanan tambahan, untuk biosintesis haemoglobin yang hilangkarena menstruasi
dan perusakan akibat kurang istilahat
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar haemoglobin buruh
wanita tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anamisa D R.2015 Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi
Hemoglobin Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya
Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Madura