Anda di halaman 1dari 56

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Darah

Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi

sebagai

pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida

dari

jaringan ke Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari

saluran

cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui

organ

sekresi seperti Ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi

pembekuan

darah.[2]

Struktur Darah terdiri atas :

1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air (

95%),

7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah


dan

lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna

untuk

mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin

juga

mengandung antibodi ( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD,

IgE

untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam

plasma

juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen,

haptoglobin,

transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida,

glukosa,

asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit, hormon dan

vitamin-

vitamin.

2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ),

sedang

sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit.

Sel

Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.[4]

Karakteristik darah :

1. Warna : Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen


yang

berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah

Vena

berwarna merah tua / gelap karena kurang oksigen dibandingkan

dengan

darah Arteri.

2. Viskositas : Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi

dari

pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.

3. pH: pH darah bersifat alkaline dengan pHδ 7.35 sampai 7.45.

4. Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB

atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

Jenis-Jenis Sel Darah

a. Sel darah putih / Leukosit

Leukosit dalam darah atau sel darah putih berperan sebagai sistim

imunitas tubuh. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000

sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

1. Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula.


2. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai

1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula.

b. Sel Trombosit

Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah

dan hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah

dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah

dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8

hari.

c. Sel Erytrosit

Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter

sekitar 7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1

mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga

sangat mudah diffusi oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak

mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari. Setiap harinya

ada 1/120 x 5x5.1012 Eritrosit yang mati.

Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta

hemoglobin, terdiri Hem merupakan gabungan dari protoporfirin dengan

besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa

dan 2 rantai beta dan enzim-enzim seperti Glucose 6-phosphate

dehydrogenase(G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan

berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen ( menjadi


oksihemoglobin ) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk

kebutuhan

metabolisme.

2. Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah

merah.

Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam

peredaran

darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari

jaringan

tubuh ke Paru-Paru. [4,19]

Struktur Hemoglobin terdiri atas dua unsur utama yaitu :

a. Besi yang mengandung pigmen Hem

b. Protein Globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai

rantai

panjang dari asam amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha (α ),

beta

(β), delta (δ) dan gamma (ð), dan enzim-enzim spt G6PD

Ada tiga jenis Hemoglobin yaitu :

a) HbA merupakan mayoritas dari hemoglobin orang dewasa,


mempunyai

rantai globin 2 alfa dan 2 beta.

b) HbA2 merupakan minoritas dari hemoglobin orang dewasa,

mempunyai

rantai globin 2 alfa dan 2 beta.

c) HbF merupakan hemoglobin fetal, mempunyai rantai globin 2 alfa dan

gamma. Saat bayi lahir 2/3 jenis hemoglobinnya adalah jenis

hemoglobin

HbF dan 1/3nya adalah HbA. Menjelang usia 5 tahun menjadi HbA >

95

%, HbA2 < 3.5 % dan HbF < 1.5% ( Susan M, Hinchliff, 1996 ).

Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi

membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin

dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Disamping

Oksigen, hemoglobin juga membawa Karbondioksida dan dengan Karbon

monooksida membentuk ikatan Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga

berperan dalam keseimbangan ph darah.[19]

Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan

sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses

pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis ) pada orang dewasa terjadi di


sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga,

dan epifis tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi

pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa.

Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi,

vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain.

Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi

sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan

Kadar

hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.[12]

Kadar Hemoglobin normal dalam darah yaitu :

Tabel 2.1 Tabel Kadar Hemoglobin Normal

No Umur Kadar Hb

1 Bayi baru lahir 17-22 gr/dl

2 Bayi 6 bulans/d 6 th 11 gr/dl

3 Wanita hamil 11gr/dl

4 Wanita dewasa 12 gr/dl

5 Laki-laki dewasa 13 gr/dl


Sumber WHO [23]

Metode Pemeriksaan Hemoglobin

Ada beberapa cara pemeriksaan hemoglobin diantaranya adalah :

1. Pemeriksaan Hb cara Sahli , metode ini sekarang sudah banyak

ditinggalkan karena tingkat kesalahannya yang tinggi.

2. Pemeriksaan Hb metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara

pemeriksaan

hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan diukur dengan

alat

spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.[7]

Pada penelitian ini pemeriksaan hemoglobin dilakukan secara

otomatis

dengan menggunakan alat coulter AcT 80

3. Sel Darah Putih/Leukosit

Sel leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk
komponen

darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai

penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah

putih

tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan

dapat

menembus dinding kapiler /diapedesis. Jumlah dalam keadaan normal

adalah

5000-10000 sel/mm3. Jumlah sel leukosit yang lebih dari normal

atau

melebihi 10000 disebut Leukositosis, sedangkan jumlah sel leukosit

yang

kurang dari normal atau kurang dari 5000 disebut Leukopenia[12]

Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

a. Granulosit atau disebut juga polimorfonuklear yaitu sel darah putih

yang

didalamnya terdapat granula antara lain : eosinofil, basofil, neutrofil. 75

dari komponen leukosit adalah sel granulosit dan sel ini dibentuk

didalam

sumsum tulang belakang.

b. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1


sel

lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula antara lain limfosit

dan

monosit.

Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan tubuh,

bila

tubuh kemasukan benda asing misal bakteri atau virus maka oleh sel

sel

neutrofil atau limfosit benda asing tersebut akan difagositosis dimana

sel

limfosit T akan membunuh langsung atau membentuk limfokin yaitu

suatu

substansi yang memperkuat daya fagositosis sedangkan limfosit B

akan

mengeluarkan antibodi yang akan menghancurkan benda asing tersebut.

Jenis-jenis sel Leukosit

a. Neutrofil

Sel Neutrofil adalah bagian dari leukosit yang bertindak sebagai garis

depan dalam sistem kekebalan tubuh, neutrofil akan memfagositosis bakteri

dan mengencerkannya dengan enzim asam amino D oksidase dalam granula

azurofilik. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan

peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel bakteri dan

menghancurkannya. Neutrofil dibentuk dalam sumsum tulang dan


dikeluarkan dalam sirkulasi, jumlahnya dari leukosit adalah 60 -70 % . Sel

neutrofil bergaris tengah sekitar 12 um, mempunyai satu inti dan terdiri dari

2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-

0,8µm) mendekati batas resolusi optik, dengan pewarnaan giemsa tampak

berwarna keunguan.

Granul pada neutrofil ada dua :

- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.

- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat

bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.

Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit

mitokondria, apparatus golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.

b. Eosinofil

Eosinofil adalah bagian dari sel leukosit yang dapat bergerak amuboid

untuk memfagositosis bakteri atau benda asing yang masuk dalam tubuh

meskipun pergerakannya tidak secepat neutrofil. Jumlah eosinofil sedikit

hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil

dari neutrofil). Mempunyai inti biasanya berlobus dua, mempunyai granula

ovoid yang dengan eosin asidofilik sehingga kelihatan berwarna merah,

granula adalah lisosom yang mengandung fosfatase asam, katepsin,

ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.


c. Basofil

Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12µm,

inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma

basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti,

granul bentuknya ireguler berwarna biru.[15]

d. Limfosit

Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8µm, jumlah dalam

leukosit sekitar 20-30% . Sel yang normal berinti relatif besar, bulat sedikit

cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, sitoplasma sedikit sekali, sedikit

basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Sel limfosit dibentuk

didalam kelenjar limfe dan sumsum tulang. Tidak memiliki gerakan amuboid

dan tidak dapat memfagositosis bakteri tetapi sel limfosit berperan dalam

membentuk antibodi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi.

Jumlah limfosit yang meningkat dalam tubuh disebut limfositosis. Jumlah sel

limfosit akan menurun seiring bertambahnya usia, pada saat lahir jumlahnya

sekitar 5% tetapi pada usia lanjut kemampuan tubuh akan berkurang dalam

memproduksi limfosit sehingga kekebalan tubuh akan berkurang juga.[15,20]

e. Monosit

Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,

diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um,
atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk

tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, Granula azurofil,

merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Monosit ditemui

dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit

tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel). [8,15]

4. Sel Trombosit

Trombosit adalah sel tak berinti yang diproduksi oleh sumsum tulang,

yang berbentuk cakram dengan diameter 2-5 µm. Trombosit dalam darah

tersusun atas substansi fosfolipid yang berfungsi sebagai faktor pembeku

darah dan hemostasis (menghentikan perdarahan). Jumlahnya dalam darah

dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan

mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.

Pembentukan trombosit berasal dari Multipotensial Stem Cell menjadi

Unipotensial Stem Cell dibantu Trombopoitin. Sel yang paling muda yang

dapat dilihat dengan mikroskop adalah Megakarioblas, Megakarioblas akan

diubah menjadi megakariosit imatur kemudian menjadi megakariosit

matur.[13]

Fungsi Trombosit bila tubuh mengalami luka maka trombosit akan

berkumpul dan saling melekatkan diri sehingga akan menutup luka tersebut,

trombosit juga akan mengeluarkan zat yang merangsang untuk terjadinya


pengerutan luka sehingga ukuran luka menyempit dan karena mempunyai zat

pembeku darah maka dapat menghentikan perdarahan.

Umur Trombosit

Umur trombosit didalam tubuh sangat pendek yaitu sekitar 8 sampai 10

hari, berbeda dengan umur eritrosit sekitar 120 hari serta sangat mudah terjadi

destruksi, apabila trombosit rusak maka akan segera dihancurkan didalam

limpa.

Tranfusi trombosit diperlukan pada kasus-kasus tertentu misalnya :

a. Kelainan jumlah trombosit

Jumlah trombosit kurang dari 50.000 / mm3 disebut

Trombositopenia, Hal ini bisa terjadi pada kasus-kasus penyakit misalnya

demam berdarah (DBD), penyakit ini disebabkan oleh 4 virus dengue yaitu

DN-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 sebagai diagnosa awalnya adalah

penurunan jumlah trombosit terutama pada hari ke3 dan ke4 dari

serangan[18], Idiopathic Thrombocytopenia Purpura (ITP).

b. Kelainan Fungsi Trombosit

Kelainan ini terjadi bila Adenosin Difosfat ( ADP) dalam trombosit

berkurang sehingga agregasi trombosit berkurang. Hal ini terjadi pada

penyakit Lupus Eritematosus (LE), Idiopatik Trombocytopenia Purpura

(ITP), Lekemia limfositik kronik sehingga menyebabkan jumlah trombosit

kurang dari 50.000/mm3 darah.

Sel trombosit sangat mudah rusak apalagi bila berada diluar tubuh,
trombosit akan kehilangan fungsinya bila disimpan lebih dari 24 jam

dengan suhu penyimpanan yang tidak sesuai akan mempercepat proses

kerusakan trombosit. Penyimpanan juga akan membentuk mikroagregat,

Untuk itu tranfusi trombosit harus segera dilakukan sesegera mungkin dari

proses pengambilan darah dan apabila disimpan maka harus tidak boleh

lebih dari 3 hari dengan suhu 200c-240c.[1,16]

5 . Jenis-jenis Antikoagulan Untuk Darah Donor

Pemilihan jenis antikoagulan akan berpengaruh pada batas waktu

penyimpanan darah donor dan tidak merubah fungsi dan kualitas komponen

darah. Jenis antikoagulant yang baik adalah yang tidak merusak komponen –

komponen yang terkandung didalam darah dan harus sesuai dengan jenis

komponen darah yang dibutuhkan.

Ada beberapa jenis antikoagulan yang dipakai untuk darah donor antara lain

Citrat Phosphat Dextrose(CPD), Acid Citrat Dextrose(ACD), Heparin.

Darah yang diambil dari tubuh pendonor dikumpulkan di dalam kantung

plastik 250 ml yang mengandung antikoagulan 65 sampai 75 ml Citrate

Phosphate Dextrose (CPD) atau Acid Citrate Dextrose (ACD). ACD dipakai

untuk membuat sediaan trombosit, sedangkan untuk darah lengkap (whole

blood ) atau jenis komponen darah yang lain lebih baik dipakai CPD

karena:
1. Masa simpan lebih lama ( CPD 28 hari sedangkan ACD 21 hari )

2. Penurunan pH tidak begitu cepat

3. Dapat mempertahankan 80% kadar Diphosphoglycerate/DPG

(dalam darah ACD setelah 2 minggu hanya tertinggal 10% DPG).

Kadar 2,3 DPG dalam eritrosit akan menjadi normal kembali setelah darah

donor berada di dalam sirkulasi resipien selama 24 jam. Lama penyimpanan

darah (suhu 40-6°C) ditentukan dengan standar jumlah eritrosit donor yang

masih bertahan di dalam sirkulasi resipien selama 24 jam, yaitu minimum

70%.[1,,17]

Ada lagi 1 jenis antikoagulant yaitu Heparin tetapi jarang digunakan

karena masa kadaluarsa yang singkat atau tidak tahan lama. darah lengkap

dengan antikoagulan Heparin akan kadaluarsa 48 jam setelah pengambilan,

jadi komponen komponen didalam darah juga akan rusak.,[16]

6. Suhu Penyimpanan

Darah donor yang belum segera ditranfusikan akan disimpan dalam

refrigerator, suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap kualitas darah

dan usia dari darah yang disimpan. Dalam penyimpanan darah direfrigerator

suhu harus stabil dan harus dilakukan pengontrolan setiap hari dengan

memakai termometer yang berkualitas baik agar angka yang ditunjukkan


menunjukkan suhu yang sebenarnya. Penyimpanan darah donor sebaiknya

menggunakan refrigerator yang mempunyai kipas angin didalamnya supaya

suhu merata didalam ruang refrigerator dan juga harus ada penanganan bila

listrik mati.

Suhu untuk penyimpanan darah donor berkisar antara 20-60c, pada suhu

ini proses glikolisis dalam darah dapat diperlambat. Dengan suhu yang dingin

diharapkan dapat mempertahankan fungsi komponen didalam darah. Suhu

penyimpanan untuk trombosit adalah 200-240c dan harus segera ditranfusikan,

untuk pengolahan darah menjadi komponen trombosit sampai siap

ditranfusikan harus dikerjakan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam.[14]

7. Kontaminasi Bakteri

Kontaminasi bakteri terjadi bila pada waktu proses penyadapan

darah dilakukan tidak secara aseptis. Kontak antara kulit yang tidak atau

kurang steril pada waktu penusukan akan membuat bakteri masuk

kedalam

kantong darah dan terjadilah kontaminasi. Pemakaian alat yang tidak steril

dan penanganan darah yang tidak tepat oleh petugas bank darah juga bisa

mengakibatkan kontaminasi. Kontaminasi ini dapat berakibat darah menjadi

rusak dan tidak boleh digunakan untuk tranfusi karena berbahaya bagi

kesehatan penerima donor. Kontaminasi bakteri mempengaruhi 0,4%

konsentrat sel darah merah dan 1-2% konsentrat trombosit.


Jumlah kontaminasi bakteri meningkat seiring dengan lamanya

penyimpanan sel darah merah atau plasma sebelum transfusi. Penyimpanan

pada suhu kamar meningkatkan pertumbuhan hampir semua bakteri.

Beberapa organisme, seperti Pseudomonas tumbuh pada suhu 2-6°C

dan

dapat bertahan hidup atau berproliferasi dalam sel darah merah yang

disimpan, sedangkan Yersinia dapat berproliferasi bila disimpan pada suhu

4°C. Stafilokokus tumbuh dalam kondisi yang lebih hangat dan

[17

berproliferasi dalam konsentrat trombosit pada suhu 20-40°C . Oleh

karena itu risiko meningkat sesuai dengan lamanya penyimpanan. Gejala

klinis akibat kontaminasi bakteri pada sel darah merah timbul pada 1: 1 juta

unit transfusi. Darah donor yang terkontaminasi biasanya menunjukkan

warna plasma darah yang keruh atau berwarna kehijauan, akan

tetapi

perubahan warna ini sering juga tidak tampak secara fisiologis tetapi darah

ternyata sudah terkontaminan dengan bakteri, untuk itu tindakan

pengambilan, penanganan dan pengolahan darah secara aseptis dan benar

akan mengurangi resiko kontaminasi bakteri.


8. Jenis-Jenis Komponen Darah Simpan

Darah donor ada berbagai jenis dan tiap jenis darah mempunyai masa

simpan yang berbeda. Penyimpanan darah disesuaikan dengan jenis darah

dan komponen yang terkandung didalam darah yang sesuai dengan

kebutuhan tranfusi.

a. Whole Blood / Darah lengkap

Jenis darah ini mengandung semua komponen darah yaitu plasma dan

juga semua sel – sel darah. Jenis darah whole blood ini bila memakai

antikoagulan CPD Adenin maka akan mempunyai masa simpan selama 35

hari.[1,16]

b. Packet Red Cell / PRC

Jenis darah ini adalah paket sel darah merah yang sudah dipisahkan dari

sebagian plasma darah atau disebut juga sel darah merah pekat. PRC

mempunyai masa simpan 2 minggu bila pemisahan komponen dilakukan

secara tertutup.[1,17]

c. Plasma Segar Beku

Plasma segar beku adalah jenis darah yang telah dipisahkan dari sel darah

merah dan merupakan jenis darah kaya plasma yang telah

dibekukan.

Jenis darah ini bisa bertahan selama 1 tahun bila disimpan pada suhu -180

c atau lebih rendah. Selain plasma segar beku juga ada jenis darah plasma

segar cair yaitu plasma segar yang disimpan pada suhu 1-60 c.[1,16]
d. Trombosit Konsentrat

Suatu jenis darah didalamnya mengandung trombosit yang telah

dipisahkan dari sel darah merah dan sebagian plasma sehingga jenis darah

ini disebut trombosit konsentrat. Masa simpan paket trombosit sel ini

adalah 3 hari dan disimpan pada suhu 20-240 c.

9. Jenis Golongan Darah Pendonor

Golongan darah adalah merupakan suatu komponen antigenik terstruktur

dalam tubuh yang diturunkan dan diekspresikan pada permukaan sel eritrosit yang

dapat terdeteksi dengan penambahan alloantibodi spesifik. Antigen yang terdiri

dari glikoprotein dan glikolipid pada permukaan sel eritrosit ini bervariasi tiap

individu1 dengan yang lain..[21]

Jenis-jenis golongan darah menurut Landsteiner ada 4 macam, yaitu :

a. Gol darah A :Mempunyai antigen A dan antibodi B

b. Gol darah B :Mempunyai antigen B dan antibodi A

c. Gol darah O :Tidak mempunyai antigen A dan B tetapi mempunyai

antibodi A dan B.

d.Gol darah AB:Tidak mempunyai antibodi A dan B tetapi mempunyai

antigen A dan B.

Selain itu dikenal juga Jenis golongan darah Rhesus yaitu


Rhesus(-)negatif

dan Rhesus (+)/positif.

Setiap jenis golongan darah mempunyai kepekaan (more

susceptible)

dengan penyakit-penyakit tertentu misalnya pada golongan darah A mempunyai

kepekaan terhadap penyakit Ca Gastrik dan colon, Golongan B terhadap infeksi

Streptococcus Pneumoniae dan Eschericia Coli, Golongan O mempunyai

kepekaan terhadap Gastric dan Duodenal Ulcer.[21]

10. Pengaruh Penyimpanan Pada Darah Donor

Darah yang disimpan sebelum ditranfusikan akan mengalami beberapa

perubahan-perubahan baik komposisi, pH, ataupun yang lainnya. Penurunan pH

darah simpan disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi laktat, sehingga pada

darah ACD deficit basa dapat mencapai 25 sampai 30 mEq/l setelah penyimpanan

2 minggu. Dengan penyimpanan, kadar amonium, hemoglobin bebas dan kalium

di dalam plasma akan meningkat progresif, perubahan yang terjadi dalam darah

simpan biasanya baru berbahaya pada transfusi masif, gagal hati, gagal ginjal dan

gangguan pembekuan. sehingga untuk pasien gagal ginjal dan gagal hati harus

diberikan darah yang sesegar mungkin. Ion sitrat dari CPD mencegah pembekuan

dengan mengikat kalsium, sedangkan dekstrosa memungkinkan eritrosit


melakukan glikolisis, sehingga dapat mempertahankan konsentrasi ATP untuk

metabolisme di dalam eritrosit. Suhu 4°- 6° C memperlambat kecepatan glikolisis

sampai 40 kali dibandingkan dengan suhu kamar. pH CPD yang besarnya 5,5

bekerja sebagai dapar (buffer) untuk mengatasi penurunan kadar hidrogen akibat

pendinginan. Selama penyimpanan eritrosit memetabolisme glukosa

menjadi

laktat, sehingga pH makin menurun. Pendinginan memaksa / merangsang pompa

natrium, kalium sehingga eritrosit kehilangan kalium dan menimbun natrium.

Sementara itu eritrosit menjadi rapuh dan sebagian mulai lisis, sehingga

meningkatkan konsentrasi hemoglobin dalam plasma. Konsentrasi ATP dan 2,3

DPG juga menurun dengan progresif. [6,17]

Pada saat disimpan, komponen darah akan berkelompok menjadi 2, yaitu :

a. Trombosit yang mengelompok rapat dengan diameter kelompok kira-

kira 15 pm.

b. Kelompok longgar terdiri dari lekosit dan trombosit dengan diameter

5.0pm

Kedua kelompok ini disebut endapan mikro (microaggregate) yang dapat

melalui saringan yang biasa dipakai dalam set transfusi, dan akan terperangkap

dalam kapiler paru. Keberadaan kelompok komponen darah ini dapat dinilai

dengan mengukur tekanan saringan screen filtration pressure(SFP), yaitu tekanan

yang diperlukan untuk mendorong darah melalui saringan sebesar 20 pm.

Penyimpanan akan meningkatkan nilai SFP karena sifat dari trombosit yang

mudah beradesi sehingga akan membentuk agregat atau gumpalan yang terdiri
dari trombosit sendiri maupun gumpalan antara leukosit dengan

trombosit.

Microagregat ini akan semakin banyak seiring dengan lama

penyimpanan

sehingga akan meningkatkan nilai SFP.

11. Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka dan tinjauan teori didepan

maka

dibuatlah kerangka teori sbb :

Lama Penyimpanan
- Kadar Hb

- Jumlah Leukosit
Jenis Suhu
KomponenDara - Jumlah Trombosit Refrigerator
h

Jenis
Kontaminasi Antikoagulan

Jenis Golongan Darah

dan Pendonor
BAGAN 2.1 : Bagan Kerangka Teori

SUMBER: Modifikasi dari berbagai pustaka ( Dalyono, Moeloek,

Karyadi, Sumosardjuno )

12. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas maka disusunlah Kerangka konsep penelitian

ini sebagai berikut :

Variabel Pengganggu

-Jenis Golongan Darah

Dan Pendonor

-Kontaminasi Bakteri

Variabel Bebas Variabel terikat

Lama penyimpanan darah - Kadar Hb

Selama 1minggu, 2 - Jumlah Leukosit

minggu, 3 minggu - Jumlah Trombosit


- Suhu Refrigerator *

- Jenis Komponen Darah *

- Jenis Antikoagulant *

Variabel Terkendali

Keterangan : * Disamakan

BAGAN 2.2 : Bagan Kerangka Konsep

13. Hipotesis

a. Ada pengaruh lama penyimpanan darah terhadap peningkatan kadar Hb,

b. Ada pengaruh lama penyimpanan darah terhadap penurunan jumlah sel

leukosit.

c. Ada pengaruh lama penyimpanan darah terhadap penurunan jumlah sel

trombosit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Eritrosit

Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan

mengenai

banyaknya hemoglobin per-eritrosit. Pemeriksaan Indeks eritrosit digunakan

sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia

dan

mengetahui anemia berdasarkan morfologinya (Gandasoebrata R, 2013).


1. MCV atau VER

MCV (Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata-rata)

adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan satuan

femtoliter

(fl). Rumus perhitungannya :

Nilai Hematokrit (Vol%)

MCV = x 10

Jumlah Eritrosit (juta/ul)

Nilai normal MCV = 82 – 92 fl. Penurunan MCV terjadi pada pasien anemia

mikrositik, defisiensi besi, arthritis rheumatoid, thalasemia, anemia sel sabit,

hemoglobin C, keracunan timah dan radiasi. Peningkatan MCV terjadi pada

pasien anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia penyakit hati kronik,

hipotiridisme, efek obat vitamin B12, anti konvulsan dan anti metabolik
(Gandasoebrata R, 2013).

2. MCH atau HER

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit

Rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per-eritrosit yang dinyatakan dengan satuan

pikogram (pg). Rumus perhitungannya :

Nilai Hemoglobin (gr%)

MCH = x 10

Jumlah Eritrosit (juta/ul)

Nilai Normal MCH = 27– 31 pg. Penurunan MCH terjadi pada pasien anemia

mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada pasien anemia

defisiensi besi (Gandasoebrata R, 2013).

3. MCHC atau KHER


MCHC (MeanCorpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER

(Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata) adalah konsentrasi hemoglobin yang

didapat per-eritrosit yang dinyatakan dengan satuan gram per desiliter

(gr/dl).

Rumus perhitungannya :

Nilai Hemoglobin (gr%)

MCHC = x 10

Jumlah Hematokrit (vol%)

Nilai normal MCHC= 30-35 gram perdesiliter (gr/dl). Penurunan MCHC

terjadi pada pasien anemia mikrositik dan anemia hipokromik dan peningkatan

MCHC terjadi pada pasien anemia defisiensi besi(Gandasoebrata R, 2013).

Perhitungan indeks eritrosit, sebaiknya tetap dilakukan konfirmasi

indeks
eritrosit dengan sediaan apus darah tepi (SADT). Apabila morfologi eritrosit pada

sediaan apus tidak sesuai dengan nilai-nilai eritrosit rata-rata, perlu mengulangi

pemeriksaan atau sekali lagi melakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan

jumlah eritrosit kembali (Gandasoebrata R, 2013).

2. Nilai Rujukan Hematokrit


Nilai normal hematokritbayi baru lahir 44-72 % ; anak usia 1-3 tahun :

35-

43 % ; anak usia 4-5 tahun : 31-43 % ; anak usia 6-10 tahun : 33-45%,

dewasa

pria 40-48%, perempuan : 37-43% (Riswanto, 2013).

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit

Nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh :

a. Sampel darah yang apabila diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur

intra-vena, nilai hematokrit cenderung rendah karena terjadi hemodilusi.

b. Pemasangan tali torniquet yang terlalu lama berpotensi menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa meningkat.

c. Pengambilan darah kapiler : tusukan kurang dalam sehingga volume yang


diperoleh sedikit dan darah harus diperas-peras keluar, kulit yang ditusuk

masih basah oleh alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam

tetes darah karena lambat dalam bekerja (Riswanto, 2013).

D. Eritrosit

Eritrosit merupakan discus bikonkaf dengan diameter 6,9 - 9,6 µm. Bentuk

bikonkaf tersebut memungkinkan gerakan oksigen dengan cepat masuk keluar sel

sebagaimana hal tersebut juga memperpendek jarak antara membran dan

kandungan sel. Sel-sel darah merah tidak mempunyai nucleus. Sel-sel darah

merah terdiri dari suatu membran bagian luar, hemoglobin (Hb), protein

yang

mengandung zat besi (Widman,2005).


1. Pembentukan Eritrosit (Eritropoiesis)

Pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang merah, limpa, dan hati.

Perkembangannya di dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap, mula-

mula

berukuran besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobinnya, kemudian

mengikat hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleus(Widman,2005).

2. Penguraian Eritrosit

Eritrosit setelah dibentuk diedarkan di dalam tubuh. Umur eritrosit rata-

rata
120 hari, kemudian sel menjadi tua dan dihancurkan dalam sistema

retikulo-

endotelial terutama di dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah

menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan

dan

zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam

pembentukan eritrosit baru. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin

(pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan (Widman,2005).

3. Fungsi Utama Eritrosit

Eritrosit berfungsi mengangkut oksigen ke jaringan hingga produksi eritrosit

sedikit banyak ditentukan juga oleh kadar oksigenisasi jaringan sedangkan

produksi eritrosit diatur oleh eritopoetin yaitu suatu hormon yang secara langsung

mempengaruhi aktivitas sumsum tulang sangat peka terhadap perubahan kadar


oksigen di dalam jaringan (Widman, 2005).

Harga normal eritrosit pada pria 4,6 – 6,2 x 106 / μl dan wanita 4,2 – 5,4 x

106 / μl, saat lahir hitung jumlah eritrosit sedikit lebih tinggi, pada bulan ketiga

nilainya turun sampai sekitar 4,5 juta (+ 0,7/μl) dan secara perlahan meningkat

setelah usia 4 tahun sampai pubertas (Gandasoebrata R, 2013).

http://repository.unimus.ac.id

4. Faktor Pengaruh Jumlah Eritrosit

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil laboratorium jumlah eritrosit,

diantaranya adalah :
a. pH plasma, suhu, konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah.

b. Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas osmotik tinggi.

c. Sampel darah yang diambil lebih dari 3 jam dapat menunjukkan

peningkatan fragilitas osmotik (Gandasoebrata R,2013).

E. Anti Koagulan

Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan

darah. Pemeriksaan di dalam laboratorium klinik tidak hanya satu atau dua

macam

pemeriksaan, tetapi banyak pemeriksaan, tergantung pada banyak spesimen yang

masuk dan jenis pemeriksaan yang diminta, sehingga tidak semua spesimen yang

datang bisa langsung diperiksa.


1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate)

Antikoagulan ini merupakan antikoagulan yang baik dan sering digunakan

untuk berbagai macam pemeriksaan hematologi. Digunakan dalam bentuk garam

Na2EDTA atau K2EDTA. K2EDTA lebih banyak digunakan karena daya larut

dalam air kira-kira 15 kali lebih besar dari Na2EDTA. EDTA dalam bentuk kering

dengan pemakaian 1-1,5 mg EDTA / ml sedang dalam bentuk larutan EDTA 10 %

pemakaiannya 0,1 ml / ml darah. Garam-garam EDTA mengubah ion kalsium dari

darah menjadi bentuk yang bukan ion. Tiap 1 miligram EDTA menghindarkan

membekunya 1 mililiter darah (Gandasoebrata R, 2013).


EDTA cair (larutan EDTA 10 %) lebih sering digunakan, pada penggunaan

EDTA kering, wadah berisi darah dan EDTA harus dihomogenkanselama 1-2

menit karena EDTA kering lambat larutnya. Penggunaan EDTA kurang atau lebih

dari ketentuan seharusnya dihindari. Penggunaan EDTA kurang dari ketentuan

dapat menyebabkan darah membeku,sedangkan penggunaan lebih dari ketentuan

menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit rendah dari nilai yang

sebenarnya.Saat ini sudah tersedia tabung darah dan tabung hampa udara

(vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender (ungu)

atau

pink.

Darah EDTA dibuat dengan cara mengalirkan 2 ml darah vena pada tabung
atau botol yang telah berisi 2 mg EDTA kemudian botol / tabung ditutup dan

segera darah dicampur dengan antikoagulan EDTA selama 60 detik atau lebih.

Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera,

F. Spesimen

Kebanyakan pemeriksaan hematologi menggunakan darah utuh

(whole

blood), yaitu darah yang sama bentuk atau kondisinya seperti ketika

beredar

dalam aliran darah. Spesimen ini berupa darah vena atau kapiler. Untuk keperluan

ini, darah harus ditambah dengan antikoagulan (Riswanto, 2013).


1. Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler untuk orang dewasa dilakukan pada

ujung jari tangan ketiga atau keempat serta pada anak daun telinga,

sedangkan pada bayi dan anak-anak biasanya diambil dari tumit atau ibu jari

kaki.

Pengambilan sampel darah kapiler perlu memperhatikan sebelum

penusukan yang merupakan kontra indikasi adalah adanya bekas-bekas luka,

keradangan, dermatitis ataupun udema. Pengambilan darah kapiler

dilakukan bila jumlah darah yang dibutuhkan sedikit, atau dalam keadaan
emergency, karena selain jumlah darah yang diambil sedikit sehingga jika

terjadi kesalahan dalam pemeriksaan akan sulit untuk menanggulangi

(Gandasoebrata, 2013).

2. Darah Vena

Pengambilan darah vena untuk orang dewasa dilakukan pada vena

difossa cubiti, pada anak-anak atau bayi bila perlu, darah diambil dari vena

jugularis eksterna, vena femoralis bahkan dapat diambil dari sinus sagittalis

superior.

Pengambilan darah vena perlu dilakukan dengan hati-hati dan seksama,

karena bahaya yang dapat terjadi jauh lebih besar daripada pengambilan

darah kapiler. Dalam pengambilan sampel darah vena perlu diperhatikan

tempat yang akan digunakan untuk pengambilan harus diperiksa dengan


seksama antara lain letak dan ukuran vena (Gandasoebrata, 2013).

Darah vena dalam pemeriksaan perlu ditambahkan antikoagulan EDTA

untuk menghindari terjadinya pembekuan (Gandasoebrata,2013).

Pemeriksaan hematologi menggunakan antikoagulan EDTA perlu

memperhatikan batas waktu penyimpanan mengingat perubahan yang terjadi

invitro selama penyimpanan maupun oleh pengaruh antikoagulan.

Penyimpanan bahan sedapat mungkin dihindarkan, artinya darah segera


diperiksa setelah berhasil ditampungatau diambil.Tes sebaiknya dilakukan

kurang dari 2 jam dalam suhu kamar (Sutrisno B,1997).

Perubahan in vitro yang terjadi jika darah disimpan lama adalah

osmotik meningkat, waktu protrombin memanjang dan LED berkurang,

lekosit pelan-pelan mengalami autolysis (Purwanto AP, 1995).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Leukosit

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh

jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan

limpati untuk jenis tak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem

pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sutedjo, 2006).

Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar 4.000-11.000/mm3.

Berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Karena itu, jumlah leukosit

tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah benda

asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa

menimbulkan gangguan fungsi (Sadikin, 2002). Meskipun leukosit merupakan

sel darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan.

Leukosit hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh.

Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju

jaringan yang mengalami radang dengan cara menembus dinding kapiler

(Kiswari,2014).

2.1.1. Jenis-Jenis Leukosit

Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.

a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-

granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat

warna misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang,

basofil berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.

b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel

satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang termasuk


agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang

membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular.

Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T

langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit (Tarwoto, 2007).

Ada tidaknya granula dalam leukosit serta sifat dan reaksinya terhadap zat

warna, merupakan ciri khas dari jenis leukosit. Selain bentuk dan ukuran, granula

menjadi bagian penting dalam menentukan jenis leukosit (Nugraha, 2015). Dalam

keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah

dibakukan

adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan monosit.

Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna

sitoplasma

serta granula didalamnya (Mansyur, 2015).

1. Neutrofil

Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus

tipis

dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan warna

basa (metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah

muda yang samar (Nugraha 2015). Neutrofil berfungsi sebagai garis pertahanan

tubuh terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat fagosit dan dapat

masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu

sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat berada dalam jaringan

ekstravaskuler (Kiswari,2014).
Neutrofil adalah jenis sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar 50-70%

diantara sel leukosit yang lain. Ada dua macam netrofil yaitu neutrofil batang

(stab) dan neutrofil segmen (polimorfonuklear) (Kiswari,2014). Perbedaan dari

keduanya

yaitu neutrofil batang merupakan bentuk muda dari neutrofil segmen sering

disebut sebagai neutrofil tapal kuda karena mempunyai inti berbentuk seperti

tapal kuda. Seiring dengan proses pematangan, bentuk intinya akan

bersegmen dan akan menjadi neutrofil segmen. Sel neutrofil mempunyai

sitoplasma luas berwarna pink pucat dan granula halus berwarna ungu

(Riswanto,2013).

Gambar 2.1 Neutrofil Batang Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x

(Sumber: Adianto, 2013).

Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak tipis (pucat),

sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas 2-

5 segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan

dengan benang kromatin. Jumlah neutrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan bila

lebih dari 6 jumlahnya maka disebut dengan neutrofil hipersegmen

(Kiswari,2014).
Gambar 2.2 Neutrofil Segmen Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x

(Sumber: Adianto, 2013).

Peningkatan jumlah neutrofil disebut netrofilia. Neutrofilia dapat terjadi

karena respon fisiologik terhadap stres, misalnya karena olah raga, cuaca yang

ekstrim, perdarahan atau hemolisis akut, melahirkan, dan stres emosi akut.

Keadaan patologis yang menyebabkan netrofilia diantaranya infeksi akut,

radang atau

inflamasi, kerusakan jaringan, gangguan metabolik, apendisitis dan leukemia

mielositik. Sedangkan penurunan jumlah neutrofil disebut dengan neutropenia,

neutropenia ditemukan pada penyakit virus, hipersplenisme, leukemia,

granolositosis, anemia, pengaruh obat-obatan (Riswanto, 2013).

2. Eosinofil

Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi

sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang dikeluarkan

oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam

(Kiswari, 2014).

Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil, granula

sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna kemerahan disebabkan

adanya senyawa protein kation (yang bersifat basa) mengikat zat warna golongan

anilin asam seperti eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa. Granulanya
sama besar dan teratur seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih dari 3

lobus inti. Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan neutrofil (Hoffbrand,

dkk. 2012).

Gambar 2.3 Eosinofil Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x

(Sumber: Adianto, 2013).

Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan penyakit alergi,

penyakit parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis, leukemia

mielositik kronik (CML), emfisema dan penyakit ginjal. Sedangkan pada orang

stres, pemberian steroid per oral atau injeksi, luka bakar, syok dan

hiperfungsiadrenokortikal akan ditemukan jumlah eosinofil yang menurun

(Riswanto, 2013).

3. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-
kira

kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran sekitar

14 μm, granula memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga

menutupi nukleus dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan

pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu atau biru tua

dan seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen. Warna kebiruan disebabkan

karena banyaknya granula yang berisi histamin, yaitu suatu senyawa amina

biogenik yang merupakan metabolit dari asam amino histidin.

Gambar 2.4 Basofil Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x

(Sumber: Adianto, 2013).

Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses peradangan

akan menghasilkan senyawa kimia berupa heparin, histamin, beradikinin

dan

serotonin. Basofil berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan

dengan imunoglobulin E (IgE) (Kiswari,2014).

4. Monosit

Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit

memiliki dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
bakteri) sert berperan dalam reaksi imun (Kiswari,2014).

Monosit merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar

yaitu sekitar 18 μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji kacang,

sitoplasma tidak mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam dalam

sirkulasi. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal

kuda. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih

kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom

sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik,

ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit

terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong

fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-

tempat reseptor pada permukaan membrannya (Effendi, 2003).

Gambar 2.5 Monosit Pewarnaan Giemsa Pembesaran 1000 x

(Sumber: Adianto, 2013).

5. Limfosit

Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil

(20-40% dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih

banyak dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan

meningkat bila terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas

limfosit B dan limfosit T. Limfosit B matang pada sumsum tulang sedangkan


limfosit T matang dalam timus. Keduanya tidak dapat dibedakan dalam

pewarnaan Giemsa karena memiliki morfologi yang sama dengan bentuk

bulat dengan ukuran 12 μm. Sitoplasma sedikit karena semua bagian sel

hampir ditutupi nukleus padat dan tidak bergranula (Nugraha, 2015). Limfosit

B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel

plasma, yang menghasilkan antibodi. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari

sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus yang akan mengalami pembelahan

dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan

mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa

meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan

berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan (Farieh, 2008).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trombosit

2.1.1 Definisi Trombosit

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti

dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 µm, berbentuk

cakram bikonveks dengan volume 5-8 fl. Trombosit setelah keluar dari

sumsum tulang, sekitar 20-30% trombosit mengalami sekuestrasi di limpa

(Kosasih, 2008).

Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Trombosit tidak dapat

dipandang sebagai sel utuh karena berasal dari sel raksasa yang berada di

sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit. Megakariosit di dalam

pematangannya dipecah menjadi 3.000-40.000 serpihan sel, yang dinamai

sebagai trombosit atau kepingan sel (platelet) tersebut.

Trombosit mempunyai bentuk bulat dengan garis tengah 0,75-2,25 mm,

tidak mempunyai inti. Kepingan sel ini masih dapat melakukan sintesis protein,

walaupun sangat terbatas, karena di dalam sitoplasma masih terdapat

sejumlah RNA. Trombosit masih mempunyai mitokondria, butir glikogen yang

mungkin berfungsi sebagai cadangan energi dan 2 jenis granula yaitu granula-α
dan granula yang lebih padat (Sadikin, 2013).

2.1.2 Fungsi Trombosit

Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat yang

merupakan respons hemostatik normal terjadinya cedera vaskular yang

dapat terjadi kebocoran spontan darah melalui pembuluh halus. Fungsi

trombosit ada tiga yaitu perlekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi), dan

reaksi pelepasan (Hoffbrand, 2016).

Fungsi trombosit juga berhubungan dengan pertahanan, akan tetapi terutama

bukan terhadap benda atau sel asing. Trombosit berfungsi penting dalam

usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka.

Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak

mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau sel

asing. Trombosit bergerombol (agregasi) di tempat terjadinya luka, ikut

membantu menyumbat luka tersebut secara fisik dan sebagian trombosit akan

pecah dan mengeluarkan isinya, yang berfungsi untuk memanggil trombosit dan

sel-sel lekosit dari tempat lain. Isi trombosit yang pecah sebagian juga aktif

dalam mengkatalisis proses penggumpalan darah, sehingga luka tersebut

selanjutnya disumbat oleh gumpalan yang terbentuk itu (Sadikin, 2013).

Fungsi trombosit menurut DEPKES RI tahun 1989 antara lain sebagai

sumbatan dalam proses hemostasis, menghasilkan zat kimia tertentu yang

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, mempertahankan


integritas pembuluh darah (daya tahan kapiler, kontraksi kapiler), sebagai

fagositosis (pertahanan non spesifik), sebagai alat transport di substansi tertentu,

melindungi dinding pembuluh darah bagian dalam, sebagai sumber

pembentukan protrombin, pembekuan darah dan retraksi bekuan.

2.1.3 Produksi Trombosit

Trombosit dihasilkan di sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma

pada megakariosit. Prekusor megakariosit, yaitu megakarioblast

berasal dari proses diferensiasi. Megakariosit mengalami pematangan melalui

replikasi sinkron endomiotik tanpa pembelahan nukleus atau sitoplasma,

yang menyebabkan volume sitoplasma setiap kali jumlah lobus nukleus

bertambah menjadi 2 kali lipat (Hoffbrand, 2016).

Pada tahap awal terlihat invaginasi membran plasma, yang dinamai membran

pembatas yang berkembang sepanjang pembentukan megakariosit

menjadi anyaman yang bercabang-cabang. Pada tahap perkembangan

tertentu yang bervariasi, terutama pada tahap nucleus berjumlah 8,

sitoplasma membentuk granular. Megakariosit matang berukuran sangat

besar, dengan satu nukleus berlobus yang terletak di tepi dan nukleus,

sitoplasma yang rendah. Trombosit terbentuk dari fragmentasi ujung-ujung

perluasan plasma megakariosit, setiap megakariosit menghasilkan sekitar

1.000-5.000 trombosit. Interval waktu dari diferensiasi sel punca manusia menjadi

produksi trombosit sekitar 10 hari (Hoffbrand, 2016).


Gambar 2.1 Produksi Trombosit (Hoffbrand, 2016)

Anda mungkin juga menyukai