Seorang petani berusia 30 tahun bernama Bapak Irdan datang ke RS tempat kamu bekerja.
Sejak 3 bulan lalu dia mengalami kelelahan, pusing, dan merasa kondisi fisiknya lemah.
Selama 2 minggu terakhir , dia mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas dan palpitasi
jantung.
Pemeriksaan Fisik:
• Penampilan pucat, BB: 55 kg
• BP 110/70 mmHg, PR 110x/menit, ritme reguler, RR : 24x/ menit, afebril
• Kepala: Rambut rapuh, sklera normal, konjungtiva pucat, atrofi papila lidah
• Pemeriksaan leher normal
• Jantung: hyperactive ictus di medioclavicular line, sedikit kardiomegali
Auskultasi: terdengar kencang
Systolic ejection murmur gr 2/VI pada seluruh ostia
• Paru-paru: perkusi normal, suara napas normal
• Abdomen: tidak ada hepatosplenomegali
• Pemeriksaan anus: tidak ada abnormalitas
• Ekstremitas: Koilonychia (spoon nail)
• Tidak ada limfadenopati
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb 5 g/dL
Ht 15 %
RBC 2.5 x 1012/L
WBC 6.3 x 109/L
Platelet 150 x 109/L
Differential count: basophil 0 %,
eosinophil 8%, stab 1%, neutrophil
60%, lymphocyte 26% ,monocyte
5%
MCV 56 fL
MCHC 22 g/dL
MCH 16.5 pg
Serum iron 48 ug/dL (Normal
value: 60-150 ug/dL)
TIBC 500 ug/dL (Normal value:
250-435 ug/dL)
Ferritin 8 ng/ml (Normal value: 15-
200 ng/mL)
Peripheral smear morphology
6 bulan setelah Bapak Irdan mengonsumsi suplemen besi, ia merasa lebih sehat, tidak ada
keluhan lain dan dia dapat bekerja dengan normal.
3
BSCM
4
5
NARASI
Seorang pria bernama Mr. I berusia 30 tahun yang bekerja sebagai petani mengalami infeksi
hookworm. Infeksi hookworm ditandai dengan masuknya fase infeksius dari siklus hidup
hookworm yaitu larva filariform yang biasanya menembus kulit telapak kaki yang tidak
beralas. Larva akan terbawa ke alveolus melalui aliran darah, lalu beberapa waktu kemudian
larva tersebut akan sampai ke trakea. Secara anatomis, saluran trakea bersebelahan dengan
saluran esofagus (sistem pencernaan), sehingga larva tersebut akan tertelan dan sampai ke
usus, dimana larva mencapai fase dewasa.
Note: sambil bersikulasi dari site of infection, larvanya juga megalami proses maturasi
(pendewasaan).
Hookworm menjadi parasit di usus dengan cara mengisap darah melalui buccal capsulenya
sambil mengeluarkan antikoagulan sehingga luka yang ditimbulkan tidak bisa tertutup dan
darah terus dihisap, menimbulkan kehilangan darah kronis (berlangsung dlm jangka waktu
lama). Karena sistem imun tubuh manusia merespons kehadiran hookworm sebagai parasit
besar, maka eosinofil pun dikerahkan dan terjadilah eosinofilia. Hookworm yang telah
dewasa kemuadian akan berkopulasi dan bertelur, lalu telur tsb dikeluarkan bersama feses.
Kehilangan darah yang konsisten tiap harinya tidak diiringi dengan peningkatan eritropoiesis
karena Fe dalam tubuh juga berkurang.
Hal ini menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap Fe meningkat, dan tubuh berusaha
mencukupi kebutuhan tersebut dengan memakai banyak Fe yang bersirkulasi di darah (SI↓)
mengeluarkan semua cadangan Fe yang disimpan (Ferritin↓), dan meningkatkan kapasitas
pengikatan Fe pada transferin (TIBC↑). Namun, respons tersebut pada akhirnya tetap tidak
akan mencukupi kebutuhan Fe, sehingga produksi Hb akan menurun dan eritrosit yang
dihasilkan eritropoiesis akan menjadi abnormal, sehingga dinamakan inefficient
erythropoiesis. Kekurangan Fe di Hb akan terdeteksi melalui PBS (Peripheral blood smear)
sebagai eritrosit microcytic dan hypochromic atas manifestasi MCV dan MCHC yang rendah.
Manifestasi konsentrasi Hb yg rendah tercermin dari level MHC yg rendah. Hb yang
berkurang juga akan berdampak pada penurunan pengangkutan O2, sehingga distribusi O2 ke
jaringan perifer menurun, dan sintesis ATP yang merupakan reaksi aerobik menurun. Alhasil,
pasien merasa tubuhnya tak berenergi, lesu, dan pusing. Tubuh merespons ancaman tersebut
dengan melakukan mekanisme kompensasi dari dua organ utama, yaitu jantung dan paru-
paru. Jantung berusaha menyampaikan O2 lebih cepat ke jaringan dengan cara peningkatan
denyut jantung, shg kerja jantung total pun meningkat. Manifetasi peningkatan kerja ini
berupa kardiomegali pada jantung, rasa berdebar yang dialami pasien (palpitasi), dan
terdengarnya systolic murmur dan hyperactive ictus pada pemeriksaan fisik. Kompensasi
yang dilakukan organ paru paru adalah meningkatkan laju pernafasan untuk memenuhi
kebutuhan O2 jaringan, sehingga pasien merasa terengah engah. Namun pada akhirnya
kebutuhan O2 jaringan tetap belum mencukupi, sehingga penampilan fisik pasien terlihat
pucat dan mengalami anemic conjunctive.
Produksi heme yang menurun akan menyebabkan produksi eritrosit menurun juga, sehingga
dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pasien menderita IDA. Manifestasi IDA
pada organ tubuh yang terlihat secara fisik adalah koilonychia, rambut yang rapuh, dan atrofi
papila lidah.
6
LEARNING ISSUES
• Explain the definition of anemia
• Explain structure and function of erythrocyte and hemoglobin
• Explain the erythropoiesis
• Assess the symptoms and physical signs of anemia and its pathophysiology
• Evaluate the laboratory findings of anemia
• Categorize RBC disorders into 3 sections based on etiology
• Explain the iron metabolism
• Explain the definition of iron deficiency anemia
• Assess and evaluate the etiology of iron deficiency anemia
• Outline the pathogenesis of iron deficiency anemia including stages in the
development of iron deficiency
• Assess the signs and symptoms of iron deficiency anemia
• Evaluate laboratory findings of iron deficiency anemia
• Assess the differential diagnosis of iron deficiency anemia
• Assess and evaluate the management of iron deficiency anemia
• Assess the course and prognosis of iron deficiency anemia
• Explain the folate and vitamin B12 metabolism and its role in erythropoiesis.
• Explain the definition, pathogenesis, pathophysiolgy, signs and symptoms, etiology,
classification, laboratory examination, course, prognosis and management of each
type of anemia (megaloblastic anemia, hemolytic anemia, aplastic anemia) in adult
and children.
• Explain the blood transfusion and its indication.
7
ERITROSIT
Definisi
Merupakan sel darah merah, eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak dimana
fungsinya adalah untuk membawa oksigen dan karbon dioksida ke jaringan-jaringan tubuh
RBC, pada tubuh manusia dibentuk di sum-sum tulang.
Struktur
-Eritrosit berbentuk kepingan bikonkaf.
-Bentuknya dapat berubah- ubah apabila melewati kapiler.
-Pada laki-laki normal sehat jumlahnya adalah 4.900.900-5.500.000/mm3
-Pada wanita normal sehat jumlahnya adalah 4.400.000-
5.000.000/mm3
Membran eritrosit terdiri atas lipid bilayer yang disokong dengan rangka membrane dan
dihubungkan oleh kompleks protein penghubung. Rangka membran ini bertujuan untuk
menjaga integritas dari bentuk bikonkaf eritrosit. Rangka membran ini juga memfasilitasi sel
untuk lebih kuat dan fleksibel sehingga tidak mudah pecah di lingkungan yang penuh akan
tekanan. Integritas membrane disokong oleh interaksi vertikal dan horizontal, interaksi
vertikal ini adalah interaksi antara rangka dan transmembran, sementara interaksi horizontal
adalah interaksi antara protein rangka.
Yang berfungsi sebagai transport anion pada membrane disebut band 3 protein dan
glycophorin A. suatu dimer yang membuat lilitan yang terikat pada filament.
Adapun fungsi dari komponen membrane sel darah merah sebagai berikut
1. Spectrin : Komponen utama di membrane sel darah merah
2. Ankyrin : Determinan utama dalam pengikatan mekanis lipid bilayer ke membrane
3. Adductin : menggabungkan antara spektrin dan F-aktin yang sama caranya seperti
band 4.1
8
4. Band 4.1 : mendukung ikatan dengan afinitas tinggi antara spektrin dan F-aktin dan
bisa menghubungkan rangka dengan membran melalui hubungan dengan glicophonrin
dengan band 3
5. Band 3 : mengkatalis pertukaran chloride bicarbonate , mengandung tempat pelekatan
untuk Ankyrin band 4.1 , band 4.2 dan beberapa enzim glycolytic. Memiliki peran
dalam pengenalan dan penyingkiran dari sel darah merah yang sudah tua
6. Band 4.2 : Fungsi sebenarnya tidak diketahui namun kekurangan protein dikaitkan
oleh beberapa tipe dari inherited hemolytic anemia
HEMOGLOBIN
Hemoglobin adalah komponen utama dari sel darah
merah yang sifatnya metaloprotein atau protein
yang mengandung zat besi dan berfungsi sebagai
pembawa oksigen dan karbondioksida di darah .
Konsentrasinya biasanya dalam gram hemoglobin
per deciliter dari darah (g/dL).
Hemoglobin Structure
Hemoglobin merupakan protein konjugasi globular
dengan berat molekul umumnya sebesar 64.4 (kD) ,
95% di berat darah kering dan 33% di berat volume
darah. 65% synthesis hemoglobin terjadi saat sel
darah merah masih ber inti dan 35% terjadi saat sel darah merah dalam bentuk reticulocyte
.Hemoglobin normal terdiri dari 4 heme dan 2 globin dan ada juga protoporphirin yang
fungsinya untuk intermediate sintesis hemoglobin dari zat besi.
9
Proses pembentukkan Hb (ringkas)
1. Succynyl co.A + glycine = pyrole
2. 4 pyrole = protophyrin IX
3. Protophyrin IX + Fe 2+ = heme
4. Heme + polypeptide chain = hemoglobin If, 2alpha + 2 beta = HbA
3 hal yang mempengaruhi sintesis hemoglobin :
• Iron delivery and supply
• Synthesis of protoporphyrins
• Globin synthesis
10
ERITROPOIESIS
Definisi : proses pembentukan eritrosit di Bone Marrow (central sinus beds of
medullary marrow selama 5 hari.
Eritropoiesis dipengaruhi oleh enzim eritropoietin. Eritropoietin 90% dihasilkan di sel
interstisial peritubular ginjal. Dan 10% nya lagi dihasilkan di hati maupun tempat lain.
Stimulus pembentukan ertithropoietin tekanan oksigen dalam jaringan ginjal.
Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor.
Prinsip : reduksi volume sel, kondensasi kromatin, pengurangan N:C ratio (ukuran sel
makin kecil), penghilangan nucleoli, pengurangan RNA di sitoplasma, pengurangan
mitokondria, peningkatan sintesis Hb.
Erythroid progenitor BFU-E (burst-forming unit) dan CFU-E (colony-forming
unit)
Erythroid precursor pronomoblast
1 pronomoblast akan menghasilkan 14-16 eritrosit
Pronomoblast (Rubriblast)
terdapat 0-1,5% di Bone Marrow
Nucleus : nucleoli ada, chromatin strand dispersed
Sitoplasma : warnanya biru gelap karena mengandung banyak RNA
N:C ratio = 8:1-6:1
Ukuran : 14-24 mikrometer
Masih terjadi pembelahan sel. Pembelahannya terjad selama 12 jam untuk jadi
Basophilic Normoblast
Cellular Activity : akumulasi komponen-komponen untuk produksi tersebut
11
Basophilic Normoblast (Prorubricyte)
Membutuhkan 20 jam untuk berkembang
Jumlahnya 4 kali Pronomoblast
Nuleus : nucleoli tidak ada, kromatin mulai menggumpal
Pada Bone Marrow terdapat 1-5%
Ukuran = 12-17 mikrometer
N:C ratio = 6:1-4:1
Sitoplasma warna biru krna RNA, mulai terdapat warna pink (karena Hb mulai
terbentuk)
Jumlah Hb Basophilic Normoblast = 2 kalinya Hb Pronomoblast
Cellular Activity Sintesis Hb dimulai
Reticulocyte
Ukuran = 7-10 mikro meter
Nucleus di lepaskan dari sel
Sitoplasma = pink (sedikit biru), mengandung 2/3 Hb, RNA menurun
2-3 hari kemudian dilepas dari Bone Marrow, 1-2 hari bersirkulasi sebelum maturasi
Cellular activity : masih membuat Hb dengan sisa-sisa RNA
Erithrocyte
Ukuran = 7-8 mikro meter
Sudah tidak memiliki nucleus, tidak memiliki mitokondria, tidak memiliki ribosom
sehingga tidak bisa menghasilkan Hb.
Ciri Khas memiliki bagian cekung yang bila di beri pewarna akan tidak berwarna
(central pallor=1/3 diameter sel)
Tetap ada di sirkulasi selama 120 hari
12
Fungsi membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, bertukar dengan CO2,
membawa nutrisi, menjaga keseimbangan buffer asam-basa
Flexible dan memiliki kemampuan deformabilitas, sehingga dapat melewati
microcirculation.
Sumber : Harmening 5th edition hal 11-17
Transportasi:
Setelah di serap oleh tubuh, zat besi tersebut akan masuk ke aliran darah dengan zat
pengangkut yang diebut transferrin yang mengikat dua molekul zat besi di tiap substansinya.
Transferrin kemudian akan membawa zat besi ini ke tempat yang membutuhkan seperti
sumsum tulang untuk proses pembuatan sel darah merah baru, atau ke hati untuk
penyimpanan zat besi.
Penyimpanan:
Zat besi yang berlebih di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk ferritin dan disimpan di
dalam hati, limpa, dan tulang. Ketika dibutuhkan, zat besi ini akan di lepas dan diedarkan di
darah untuk di bawa ke lookasi yang membutuhkan.
Ekskresi:
Zat besi biasanya menurun atau dikeluarkan dari tubuh melalui beberapa mekanisme seperti
blood loss sehingga kadar Fe digunakan untuk membuat RBC yang baru sehingga kadar Fe
menurun, bisa juga dikeluarkan melalui Feces atau Urin namun dalam jumlah yang sangat
sedikit.
13
Metabolisme B12 (Cobalamin)
*sebenarnya, di dalam portal vein, 70% - 90% CBL akan berikatan dengan TC I dan TC III
untuk mencegah ekskresi CBL dalam urin yang berlebihan, dan hanya sekitar 10% – 25%
berikatan dengan TC II, namun TC II adalah transporter CBL utama yang mentransportasikan
CBL ke hati untuk disimpan, dan ke bone marrow dan jaringan lain untuk DNA sintesis.
14
- Recommended dietary intake pada orang dewasa adalah 5μg/hari, dan lebih banyak
pada ibu hamil, anak-anak, masa pertumbuhan, dan usia lanjut
- Vitamin B12 disimpan dalam hati. Penyimpanan dalam tubuh besar (1-5 mg), dan
jumlah terbuangnya B12 dalam urin dan feses relatif kecil setiap harinya (0,1%); Oleh
karena itu, dibutuhkan lebih dari tahun untuk terkena Anemia sejak kekurangan
vitamin B12 dimulai
15
16
Metabolisme Asam Folat
*
Disederhanakan oleh enzim
Dietary folic acid Terreduksi dan
folate deconjugase
dalam makanan termetilasi menjadi
(dihasilkan oleh sel epitel
berbentuk CH3THF
usus) menjadi
polyglutamic acid
monoglutamic acid
17
- Asam folat diserap melalui duodenum dan jejunum sebanyak 80% dari jumlah
konsumsinya
- Di sekresikan melalui saluran empedu, urin, dan keringat
- Waktu pergantian dan hilangnya lebih tinggi dari B12 dan hanya membutuhkan
beberapa bulan untuk tubuh mengalami kekurangan asam folat
- Folate, vit. B12, dan besi mempunyai peran yang penting dalam erythropoiesis
- Erythroblasts membutuhkan folate dan vitamin B12 untuk proliferasi selama masa
diferensiasi. Kekurangan folate ataupun vitamin B12 akan menghalangi sintesis purin
dan thymidylate, merusak sintesis DNA, dan menyebabkan apoptosis erythroblast,
menyebabkan anemia dikarenakan tidak efektifnya erythropoiesis.
- Jika tidak ada atau tidak sempurnanya sintesis DNA, siklus sel dari fase M tidak
dapat/ tidak secara sempurna berlanjut pada fase G2, oleh sebab itu maturasi dan
pembelahan dari sel tidak dapat terjadi, hal ini menyebabkan Macrocytosis
18
*hubungan antara metabolisme asam folat dan B12
19
ANEMIA
Definisi Anemia
20
HEMOLYTIC ANEMIA
Hemolytic Anemia didefinisikan sebagai anemia yang disebabkan oleh peningkatan
destruksi eritrosit. (usia eritrosit kurang dari 120 hari) yang diikuti dengan ketidakmampuan
sum-sum tulang dalam mengompensasi produksi eritrosit untuk mememenuhi kebutuhan
tubuh terhadap eritrosit, penghancuran eritrosit yang berlebihan akan menyebabkan ginjal
meningkatkan pelepasan hormon eritropoietin yang menyebabkan terjadinya hiperplasia pada
sumsum tulang sehingga produksi sel eritrosit akan meningkat dari normal.
Hemolisis berbeda dengan proses penuaan (senescence : yaitu pemecahan eritrosit
karena memang sudah cukup umurnya) karena hemolisis memiliki faktor-faktor patologis.
Hemolisis dapat terjadi dalam pembuluh darah (intravascular) biasanya disebabkan karena
perubahan bentuk maupun kualitas membran atau di luar pembuluh darah (ekstravaskular)
yang terjadi di hati dan spleen, dimana keduanya membawa konsekuensi patofisiologik yang
berbeda..
Pada orang dengan sumsum tulang yang normal, hemolisis pada darah tepi akan direspon
oleh tubuh dengan peningkatan eritropoiesis dalam sumsum tulang. Kemampuan maksimum
sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoiesis adalah 6-8 kali normal. Apabila derajat
hemolisis tidak terlalu berat (pemendekan masa hidup eritrosit sekitar 50 hari) maka sumsum
tulang masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul anemia. Keadaan ini
disebut sebagai keadaan hemolisis terkompensasi (compensated hemolytic state). Akan
tetapi, jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui maka akan terjadi anemia yang
kita kenal sebagai anemia hemolitik.
Etiologi
Penyebab terjadinya anemia hemolitik ialah akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang
berlebihan. Pada prinsipnya anemia hemolisis dapat terjadi karena :
1). Defek molecular hemoglobinopati atau enzimopati;
2). Abnormalitas struktur dan fungsi membran-membran;
3). Faktor lingkungan seperti trauma mekanik atau antibodi.
Berdasarkan etiologinya anemia hemolisis dapat dikelompokkan menjadi :
A. Defek enzim/enzimopati
B. Hemoglobinopati
Thalassemia
Anemia sickle cell
Hemoglobinopati lain
21
D. Anemia Hemolisis Imun
Hemolisis terjadi karena keterlibatan antibodi yang biasanya IgG atau IgM yang
spesifik untuk antigen erotrosit pasien (selalu disebut autoantibodi).
Klasifikasi
Bila dirangkum klasifikasi Anemia Hemolitik ada 2
A. Berdasarkan peynya :
22
MEGALOBLASTIC ANEMIA
Penyebab anemia megaloblastik adalah gangguan sintesis DNA yang mengarah ke
hematopoiesis yang tidak efektif dan perubahan morfologi yang khas, termasuk prekursor
eritroid normal besar dan sel darah merah.
Ini adalah tabel dari penyebab anemia megaloblastik.
23
Anemia Vitamin B12 Defisiensi: Anemia pernisiosa
anemia pernisiosa adalah bentuk spesifik dari anemia megaloblastik yang disebabkan oleh
gastritis autoimun yang merusak produksi faktor intrinsik, yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin B12 dari usus.
Patogenesis: anemia pernisiosa diyakini hasil dari serangan autoimun pada mukosa lambung.
Secara histologis, ada gastritis atrofi kronis ditandai dengan hilangnya sel parietal, infiltrat
menonjol dari limfosit dan sel plasma, dan perubahan megaloblastik dalam sel mukosa mirip
dengan yang ditemukan dalam prekursor eritroid. Tiga jenis antibodi auto yang hadir dalam
banyak, tapi tidak semua, pasien. Sekitar 75% dari pasien memiliki tipe I antibodi yang
menghalangi pengikatan vitamin B12 untuk faktor intrinsik. Tipe I antibodi yang ditemukan
di kedua plasma dan jus lambung. antibodi tipe II mencegah pengikatan faktor-vitamin B12
yang kompleks intrinsik untuk reseptor ileum nya. Antibodi ini juga ditemukan dalam
sebagian besar pasien dengan anemia pernisiosa. Jenis antibodi III yang hadir dalam 85%
sampai 90% dari pasien dan mengenali α dan β subunit dari pompa proton lambung, yang
biasanya diterjemahkan ke mikrovili dari sistem canalicular dari sel parietal lambung. Jenis
antibodi III tidak spesifik, dalam bahwa mereka ditemukan di sebanyak 50% orang dewasa
yang lebih tua dengan gas-kronis idiopatik Tritis tidak terkait dengan anemia pernisiosa.
APLASTIC ANEMIA
Anemia aplastic disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang belakang (hypocellularity)
karena berbagai macam penyebab, termasuk racun, radiasi, reaksi obat dan virus, dan
bawaan telomere yang cacat serta perbaikan DNA. Anemia aplastic mengacu pada
syndrome karena kerusakan hematopoietic dan menyertai pancytopenia. Di banyak kasus,
anemia aplastic muncul secara tidak terduga.
Etiology : specific abnormalities underlie some cases of aplastic anemia
- Fanconi anemia adalah autosomal recessive disorder yang jarang ditemukan,
disebabkan oleh kecacatan yang ada di multiprotein complex yang dibutuhkan
untuk perbaikan DNA.
24
- Kecacatan turunan ditemukan di telomerase dari 5% hingga 10%dari penderita
anemia aplastic. Telomerase dibutuhkan untuk cellular immortality dan replikasi
yg tak terhingga. Ini berpengaruh karena sebagian kekurangan di aktivitas
telomerase bisa menghasilkan premature hematopoietic stem cell exhaustion dan
marrow plasia
- Yang lebih sering dari mutasi telomerase adalah telomerase pendek yang
abnormal, ditemukan di sel marrow yang tterpengaruh oleh anemia aplastic.
Bagaimanapun, tidak ada factor yang bisa diidentifikasikan, sekitar 65% dari kasus
anemia aplastic disebabkan oleh kategori idiophatic
The pathogenesis of aplastic anemia is not fully understood. Indeed, it is unlikely that a
single mechanism underlies all cases. Two major etiologies have been invoked: an
immunologically
mediated suppression and an intrinsic abnormality of stem cells
Recent studies suggest that aplastic anemia results most commonly from suppression of stem
cell function by activated T cells.[46] It is postulated that stem cells are first antigenically
altered by exposure to drugs, infectious agents, or other unidentified environmental insults.
This evokes a cellular immune response, during which activated T cells produce cytokines
such as interferon-g and TNF that prevent normal stem cell growth and development. This
scenario is supported by several observations. Immunosuppressive therapy with
antithymocyte globulin combined with drugs such as cyclosporine produces responses in
60% to 70% of patients, and successful bone marrow transplantation requires "conditioning"
with high doses of myelotoxic drugs or radiation. In both instances, it is hypothesized these
therapies work by suppressing or killing autoreactive T-cell clones. The target antigens for T-
cell attack are not well defined. In some instances GPI-linked proteins may be the targets of
sensitized T cells.
Clinical features :
Anemia aplastic bisa diderita oleh semua umur and kelamin. Serangannya
tersembunyi dan membahayakan. Anemia bisa menyebabkan weakness, pallor dan dyspnea;
thrombocytopenia karena petechiae dan ecchymoses; dan neutropenia. Eritrosit biasanya agak
macrocytic dan normocytic.
Diagnosis bersandar pada examination bone marrow biopsy. Penting untuk membedakan
anemia aplastic dengan keluhan lain dari pancytopenia yang dikenal sebagai aleukemic
leukemia dan myelodysplastic syndromes. Di anemia aplastic, marrow nya hypocelullar,
sedangkan myeloid nepolasma terikat dengan hypercellular marrow yang diisi dengan
neoplastic progenitors.
Prognosis dari anemia aplastic juga bervariasi. Transplantasi bone marrow adalah pilihan
treatment dengan donor yang cocok. Dan penderita yang lebih tua biasanya melakukan
immunosuppressive therapy.
Sumber : Robbins and Cotran
IRON DEFICIENCY ANEMIA
A. Pengertian
IDA merupakan keadaan dimana kandungan zat besi dalam tubuh berada di bawah
batas normal. (William Hematology, 9e p. 628)
Iron deficiency merupakan sebuah anemia hypochrom microcyter yang terjadi akibat
rendahnya kadar Hb dalam darah akibat kekurangan Fe sebagai bahan pembuat Hb.
(Harmening, 5e p. 122)
25
B. Normal Value Serum Fe
Adult ♂ : 65-170 μg/dL
Adult ♀ : 50-170 μg/dL
Newborn : 40-250 μg/dL
Adolescent : 50-150 μg/dL
C. Etiologi
a. Kekurangan asupan Fe, biasa terjadi pada bayi kurang dari 6 bulan karena hanya
mendapat asupan ASI.
b. Peningkatan kebutuhan Fe, biasa terjadi pada anak usia pertumbuhan dan wanita
hamil dan menyusui
c. Gangguan Absorpsi, biasa disebabkan oleh penurunan asam lambung akibat obat-
obatan atau gastrectomy serta adanya gangguan pada duodenum sebagai organ
penyerapan zat besi.
d. Kehilangan darah, baik akibat trauma, tumor, infeksi (dalam hal ini cacing), maupun
fisiologis seperti menstruasi.
E. Lab Finding
a. Complete Blood Count
- RDW ↓ Hb ↓ MCHC ↓
- RBC ↓ Ht ↓
- MCV ↓ MCH ↓
b. Peripheral Blood Smear
- Anisositosis (Mikrositer)
- Hipokrom
- Poikilositosis
26
c. Bone Marrow Biopsy and Staining
- Erythroid hyperplasia
- M:E rasio ↓
- Poorly Hemoglobinized normoblast with scanty cytoplasm
- Nuclear fragments, Karyorrhexis, budding, multinuclearity positive
- Nuclear cytoplasmic asynchrony
(Prussian Blue Stain of Bone Marrow (top iron present, bottom no iron present)
d. Iron Studies
- Serum Fe ↓ Transferin ↓
- TfR ↑ TIBC ↑
27
e. Tes Lainnya
- Fecal occult blood test
- Fecal test for helminth eggs
- Irrigoscopy
- Rectoromanoscopy
- Fibrogastroduodenoscopy
- Fibrocolonoscopy
- Gynecologist consultation
(for women)
f. Investigasi Tambahan
- Penyerapan Fe
- Bone marrow puncture
- Bone marrow trepanobiopsy
- Ham’s test
- Urinalysis for hemosiderin
28
F. Differential Diagnosis
Iron Deficiency Anemia Anemia of Chronic Sideroblastic Anemia
Disease
Clinical Anemia SS Anemia SS >50 y.o. with Anemia SS
Morphological Hypochromic RBC Hypochrom or Hypochromic RBC
Normochrom RBC
Microcytic RBC Normocytic RBC
Anisocytosis Anisocytosis
Poikilocytosis Poikilocytosis
(Basophilic Stiplling)
Penyimpanan Fe ↓ Penyimpanan Fe ↑
Sideroblast ↓ Sideroblast ↓
Sideroblast Cincin (-) Sideroblast Cincin (-) Sideroblast Cincin (+)
Lab Serum Fe ↓ Serum Fe ↓
Serum Ferritin ↓ Serum Ferritin ↑
Kejenuhan Transferin ↓ Kejenuhan Transferin ↓
TIBC ↑ TIBC ↓
FEP ↑
TfR ↑
HOOKWORM
Morfologi Hookworm
A. Ancylostoma Duodenale:
Adult worms:
1. cacing dewasa berbentuk cylindrical dan berwarna
creamy-white
2. The anterior end is bent dorsally like a hook (hence the
name is “hookworm”).
3. mereka mempunyai 6 gigi tajam (cutting plates) pada
ventral aspect, 2 gigi lainnya di temukan disetiap sisi,
dan dua lainnya di dorsal surface.
4. betinanya agak lebih panjang dan mempunyai caudal end yang lurus dan runcing.
Berbeda dengan jantan yang memiliki bursa copulatrix pada caudal end dimana
terdapat 2 spikula yang menonjol berguna untuk membantu dalam transfer sperma
ketika kopulasi.
5. Ukuran cacing betina berkisa 10=13 mm x 0.6 mm sedangkan jantannya sekita 8-10
mm x 0.5 mm.
Egg
Karakteristik:
1. Oval atau elliptical, berukuran 40 µm - 60 µm.
2. Colorless, not bile stained.
3. Dikelilingi oleh hyaline shell membrane yang tipis &
transparan.
4. Terapung di saturated salt solution.
5. Ketika dikeluarkan di intestine, telurnya mengandung unsegmented ovum.
B. Necator Americanus
29
Adult Worm
LIFE CYCLE :
1. Hook worm adalah cacing usus parasit yang telurnya biasanya ditemukan lewat feses.
2. Ketika telurnya keluar melalui feses, dan pada kondisi yang menguntungkan (lembab,
hangat, teduh), larva akan menetas dalam 1-2 hari.
3. Larva yang menetas tersebut adalah larva rhabditifom yang tumbuh di feses / ditanah,
dan dalam waktu 5-10 hari (ketika telah berganti kulit 2 kali), larva tersebut akan
menjadi larva Filariform yang infektif.
4. Larva filariform bisa bertaham 3 sampai 4 minggu pada kondisi yang
menguntungkan.
5. Pada kontak dengan manusia/ inang, larva akan masuk kedalam kulit melalui
pembuluh darah, lalu ke jantung, dan ke paru-paru
6. Lalu, saat di paru-paru, filariform larva penetrasi ke alveoli paru-paru, naik ke
bronkus, faring, lalu tertelan.
7. Setelah itu larva sampai ke usus, dimana mereka tumbuh, dan berkembang.
30
8. Cacing dewasa tinggal di lumen usus halus, dimana mereka menempel pada dinding
usus, dan inang mereka kehilangan darah.
9. Cacing dewasa dapat tahan di usus halus inang dalam waktu yang cukup panjang,
mulai dari 1 sampai 2 tahun, hingga 10 tahun.
Direct Methods
Pada sampel eek yang dilihat setelah diambil 24 jam sebelumnya, mungkin telurnya
sudah menetas dan terlihat ada larva rhabditiform.
Jumlah telur dibawah 5 per mg tidak menimbulkan efek klinis
20 – 50 telur per mg menimbulkan anemia
Lebih dari 50 telur per mg terjadi infeksi masiv
Telur necator Americanus dan A.Duodenale tidak bisa dibedakan, bedanya pada saat
31
dewasa.
Telur dewasa juga kadang terlihat di feses.
Stool culture : metode Harada Mori dilakukan untuk mengetahui tahap filariform
cacing demi bisa membedakan antara N.Americanus dan A.Duodenale.
Isi usus duodenum dapat memperlihatkan adanya telur atau cacing dewasa.
Indirect Methods
Pemeriksaan darah akan menunjukkan microcytic, hypochromic anemia dan
eosinophilia.
Pemeriksaan feses mungkin akan terdapat occult blood (feses ada darahnya tapi
sedikit) dan Charcot –Leyden crystals.
Chest X-ray menunjukkan infiltrasi pulmonary oleh larva cacing yang bermigrasi.
Treatment
Buat cacingnya:
Albendazole 400 mg single dose or mebendazole 500 mg once.
Pyrantel Pamoate(11 mg/kg x 3days) juga efektif dan bisa diminum ibu hamil.
Thiabendazole kurang efektif.
Obat lama tetrachlorethylene efektif tapi bersifat toxic
Bephenium efektif melawan Ancylostoma tetapi tidak terhadap Necator.
Buat Anemianya:
Pada kasus infeksi hookworm, penyerapan besi normal, jadi iron therapy lewat oral
merupakan obat yang efektif.
Pada kasus ekstrim, transfusi darah mungkin dibutuhkan.
Pada kondisi Hb pada tingkat yang sangat rendah, obat antihelminthic sebaiknya tidak
diberikan sebelum memperbaiki anemianya.
Prophylaxis (Pencegahan)
Mencegah supaya tanah tidak terkontaminasi dengan feses. (sanitasi yang baik)
Pake alas kaki.
Pake sarung tangan kalau mau bercocok tanam
Untuk pasien yang sudah diobati dijaga agar tidak terinfeksi lagi.
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Prognosis pada kasus ini baik karena jika pasien melaksanakan semua treatment
dengan baik (minum obat cacing dan mengonsumsi suplemen Fe) maka etiologi anemiannya
akan hilang dan semua manifestasi klinis anemia akan hilang. Fungsi normal tubuh akan
kembali seperti semula karena gangguan fungsi tubuh bukan berada pada kerusakan organ,
melainkan karena manifestasi dari etiologinya.
32
BHP
- Menerapkan aspek-aspek bioetika, seperti
a) Beneficence: adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan
untuk kepentingan pasiennya.
b) Non-Maleficence prinsip gawat darurat, dokter tidak melakukan suatu perbuatan atau
tindakan yang dapat memperburuk pasien (first do no harm)
c) Autonomy: dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak
manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir
secara logis dan membuat keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri. Sangat
berhubungan dengan informed consent.
d) Justice: tindakan yang memegang prinsip sama rata, tidak membeda-bedakan pasien atas
dasar SARA, status sosial, dll. Termasuk di dalamnya adalah melindungi kelompok yang
rentan.
- Melakukan informed consent sebelum menatalaksana suatu prosedur. Contohnya
dalam kasus ini memberi penjelasan mengenai tindakan iron therapy dan obat cacing.
Apalagi jika treatment yang diberikan berupa transfusi darah atau iron therapy parenteral
yang memiliki risiko keracunan.
PHOP
- pemberitahuan kepada masyarakat bahwa iron deficiency anemia dapat terjadi bukan
hanya karna kurangnya konsumsi namun juga karena tidak menjaga kebersihan.
- Edukasi masyarakat mengenai pola makan yang sehat dan cukup nutrisi.
- Edukasi masyarakat mengenai pentingnya sanitasi dan kebersihan.
CRP
- Hypoferrimia umum terjadi di berbagai belahan dunia, baik negara maju maupun
berkembang.
- <1% in pria dewasa <50 tahun, 2% sampai 4% in pria dewasa >50 tahun, 9% sampai
11% in wanita menstruasi, dan 5% sampai 7% pada wanita postmenopause
- iron deficiency anemia pada orang tua (>65 tahun) berkisar antara 10% dan 36%
- iron deficiency terjadi pada 9% balita dan 1/3nya mengalami anemia
- Hookworm infection ditemukan di seluruh dunia pada latitudes of 45°N and 30°S
- Necator americanus ditemuka pada area tropis Asia Selatan, Africa, dan America.
- Ancylostoma duodenale ditemukan pada teluk Mediterrania, Timur Tengah, India
Utara, China, dan Japan.
- Infeksi hookworm ditemukan pada kultur perbudakan, perkebunan teh dan kopi, juga
Zpertambangan.
33
34