TINEA CORPORIS
Pembimbing:
dr. Ida Widyastuti, SpKK
Disusun oleh:
Pande Nanda Valeriadi
20170400318
Kelompok 42 T
RESPONSI
TINEA CORPORIS
Mengesahkan,
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1......................................................................................................... 6
BAB 2....................................................................................................... 20
iii
2.2 PEMERIKSAAN FISIK.................................................................... 22
2.2.1 Status Generalis ....................................................................... 22
2. 6 PROGNOSIS ................................................................................. 24
BAB 3....................................................................................................... 25
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Dermatomikosis digolongkan menjadi 2 kelompok, yakni : mikosis
superfisial dan mikosis subkutan. Mikosis superfisial banyak ditemukan di
dunia, terutama di daerah tropis termasuk Indonesia. 1 Prevalensi infeksi
mikosis superfisial di seluruh dunia adalah 20-25% di antaranya penyebab
yang paling umum adalah dermatofita. Dermatofita adalah jamur yang
menyerang dan berkembang pada jaringan keratin (kulit, rambut, dan kuku)
yang menyebabkan infeksi. Berdasarkan genus, dermatofita dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu Trichophyton (yang
menyebabkan infeksi pada kulit, rambut dan kuku), epidermophyton ( yang
menyebabkan infeksi pada kuku dan kulit), dan Microsporum ( yang
menyebabkan infeksi pada kulit dan rambut). Berdasarkan tipe transmisinya
di kalsifikasikan yaitu anthropophilic, zoophilic dan geophilic. Berdasarkan
tempat infeksinya klasifikasi kilinisnya yaitu tinea capitis (kepala), tinea faciei
(wajah), tinea barbae (janggut), tinea corporis (tubuh), tinea manus (tangan),
tinea cruris (pangkal paha), tinea pedis ( kaki ) dan tinea unguinum ( kuku ) 2
1.2 Definisi
Tinea corporis adalah infeksi dermatofita superficial yang ditandai
lesi inflamasi maupun non inflamasi pada kulit yang tidak berambut ( glabrous
skin) yaitu pada bagian muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. 3
Tinea corporis disebut juga tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende
Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique.1 bentuk kurap ini di
karakteristikan dengan adanya lingkaran satu atau lebih, batas tajam, sedikit
eritematous, kering, bersisik, biasanya bercak hipopigmentasi 4
6
1.3 Epidemiologi
1.4 Etiologi
Tinea corporis dapat disebabkan oleh berbagai dermatofit, meskipun
prevalensi dan riwayat pasien sangat membantu dalam mengidentifikasi
organisme yang paling mungkin. Secara internasional, penyebab paling
umum adalah Trichophyton rubrum. Trichophyton tonsurans, Trichophyton
mentagrophytes, Trichophyton interdigitale, Trichophyton verrucosum,
Microsporum canis, dan Microsporum gypseum juga diketahui menghasilkan
infeksi.
7
Dermatofitosis dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti manusia,
hewan, atau tanah. Manusia yang terinfeksi adalah sumber tinea corporis
yang paling umum di Amerika Serikat. Kontak dengan hewan peliharaan
rumah tangga yang terkontaminasi, hewan ternak, dan fomites (misalnya
sikat rambut, handuk) dapat menyebarkan infeksi. T verrucosum
menyebabkan 98% infeksi dermatofita pada sapi dan menunjukkan
peningkatan prevalensi infeksi pada kontak manusia. T mentagrophytes
disebarkan oleh kelinci, babi guinea, dan tikus kecil. Infeksi dengan M
gypseum, organisme geophilic, dapat meniru tinea imbricata dalam
presentasi. Karena jamur arthroconidia dapat bertahan hidup di lingkungan,
maka dapat terjadi pengulangan. 8
1.5 Patofisiologi
Dermatofita dapat menginfeksi manusia melalui 3 cara, yaitu:
1. Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang dan
udara sekitar rumah sakit/klinik, dengan atau tanpareaksi keradangan
(silent “carrier”).
2. Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak
langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang
terinfeksidan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada
rumah / tempat tidur hewan, tempat makanan dan minuman hewan.
Sumber penularan utama adalah anjing, kucing, sapi, kuda dan
mencit.
3. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi
manusia dan menimbulkanreaksi radang.
Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat
mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus
mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa pejamu, serta
kemampuan untuk menembus jaringan pejamu, dan mampu bertahan
8
dalam lingkungan pejamu, menyesuaikan diri dengan suhu dan keadaan
biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi
jaringan atau radang. Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah
utama, yaitu: perlekatan pada keratinosit, penetrasi melewati dan di
antara sel, serta pembentukan respon pejamu.9
Dermatofita menghuni lapisan kulit, rambut, dan kuku yang tidak
hidup, yang menarik untuk lingkungannya yang hangat dan lembab yang
kondusif bagi proliferasi jamur. Jamur dapat melepaskan keratinase dan
enzim lain untuk menyerang lebih dalam ke stratum korneum, meskipun
biasanya kedalaman infeksi terbatas pada epidermis . Mereka umumnya
tidak menyerang secara mendalam, karena mekanisme pertahanan tuan
rumah nonspesifik yang dapat mencakup aktivasi faktor penghambatan
serum, komplemen, dan leukosit polimorfonuklear.8
Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofit menyerang perifer
dalam pola sentrifugal. Menanggapi infeksi, perbatasan aktif memiliki
peningkatan proliferasi sel epidermal dengan skuama. Ini menciptakan
pertahanan parsial dengan cara menumpahkan kulit yang terinfeksi dan
meninggalkan kulit baru yang sehat di tengah lesi yang memajukan.
Eliminasi dermatofita dicapai oleh imunitas seluler. 8
Trichophyton rubrum adalah dermatophyte umum dan, karena
dinding selnya, tahan terhadap eradikasi. Pelindung penghalang ini
mengandung mannan, yang dapat menghambat imunitas seluler,
menghambat proliferasi keratinosit, dan meningkatkan ketahanan
organisme terhadap pertahanan alami kulit. 9
9
1.6 Gejala Klinis
11
Gambar 1 Tinea Corporis.4
1.7 Diagnosis
12
Pemeriksaan kalium hidroksida (KOH) dari kerokan kulit, digunakan
untuk memvisualisasikan elemen jamur yang dikeluarkan dari stratum
korneum kulit, dapat menjadi diagnostik pada tinea corporis. 8 Spesimen kulit
dikumpulkan dengan mengerok bagian tepi lesi sampai bagian sisik kulit
dengan pisau tumpul. Ditempatkan pada objek glass dan diteteskan dengan
10% -20% KOH dan ditutup dengan kaca penutup. Gambaran hifa bersepta
tanpa penyempitan dapat ditemukan di bawah pemeriksaan mikroskopis
dengan menggunakan KOH 10% -20%. 7
Selain itu, kerokan kulit dapat dikultur pada media yang sesuai.
Pertumbuhan jamur pada media kultur terlihat dalam waktu 1 minggu atau 2
minggu paling banyak, dan dalam banyak kasus dapat diidentifikasi ke tingkat
genus oleh penampilan kasar dan mikroskopik dari kultur 4 Kultur jamur yang
sering digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk KOH untuk
diagnosis, lebih spesifik daripada KOH untuk mendeteksi infeksi dermatofita.
Oleh karena itu, jika kecurigaan klinis tinggi tetapi hasil KOH negatif, kultur
jamur harus diperoleh. Untuk presentasi atypical tinea corporis, evaluasi lebih
lanjut untuk infeksi HIV dan / atau keadaan immunocompromised harus
dipertimbangkan 8
Pemeriksaan lampu wood dapat membantu membedakan tinea dari
erythrasma karena organisme penyebab erythrasma (Corynebacterium
13
minutissimum) menunjukkan fluoresensi merah karang. Namun, hasil
pemeriksaan lampu Wood bisa salah jika pasien baru mandi. 14
14
obatan 15 meninggi dan terdapat gambaran pohon
cemara 16
ketombe. 19
medscip 20
15
Gambar 4 Psoriasis Vulgaris.18
1.9 Penatalaksaan
Tinea corporis yang local, terutama pada lesi awal, biasanya berespon
terhadap terapi topical yang diberikan 2 kali sehari, biasanya diberikan
selama sebulan. 10 terapi topical antifungal harus di aplikasikan setidaknya 1
sampai 2 cm diluar tepi yang terlihat pada lesi dan terapi harus dilanjutkan 1
sampai 2 minggu setelah lesi membaik. 13 Topical terbinafine berkerja
dengan waktu yang lebih singkat (e.g 2 minggu). Pada infeksi yang luas, oral
terbinafine atau itraconazole umumnya lebih disukai, dan mungkin
diperkirakan penyembuhan dalam waktu 2-3 minggu, tergantung dosis yang
digunakan. Pemberian griseofulvin membutuhkan waktu lebih lama dalam
terapi hingga beberapa bulan pada infeksi yang luas. Pada T.concentricum,
terapi dapat gagal pada penggunaan griseofulvin. Kedua terbinafin dan
itraconazole efektif untuk tinea imbricata. 10
Tangga terapi
localized disease, recent onset
- Topical terbinafine 2 kali sehari dalam 2 minggu atau
- Topical azole 1 atau 2 kali sehari dalam 2 – minggu
Widespread disease
- First line
Oral terbinafine 250mg/ day 2-3 minggu atau
Itraconazole 100 mg/ hari 2-4 minggu
- Second line
Griseofulvin 1 g/hari dalam 4 minggu 10
17
a. Medikamentosa :
1. Lesi basah / infeksi sekunder :
Kompres Nacl 0,9% 3-5 hari
Antibiotik oral 5-7 hari
2. Obat topikal : indikasi lesi tidak luas
Salep whitfield sehari 2 kali (AAVI/half streng whitfield
ointment)
AAVI : (acidumsalicylicum 3 % + acidumbenzoic 6 %)
AAVII : (acidumsalicylicum 6% + acidumbenzoic 12%)
Salep 2-4/3-10 sehari 2 kali
(acidumsalicylicum2-3% + sulfurprecipitatum4-10%).
Miconazole Cream 2 kali sehari.
Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu ( 2 minggu
sesudah KOH negatif / klinis membaik).
3. Obat Sistemik : indikasi jika lesi meluas, sering kambuh, tidak
sembuh dengan obat topical, mengenai daerah berambut
18
Pemakaian sepatu yang enak, tidak tertutup (kulit, sepatu
sandal)
Pakaian longgar dan katun
Kaos kaki katun
Sering pakaian dan handuk direndam air mendidih ± 15 menit/
dry cleaning
Desinfeksi sepatu / ganti sepatu baru
Pakai sandal karet / plastik di tempat umum / hotel / tempat
olahraga
Hewan peliharaan yang terinfeksi jamur diobati juga 23
1.10 Prognosis
Tinea corporis prognosisnya sangat baik, dengan tingkat
penyembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azoles topikal atau
allylamines atau antifungi sistemik jangka pendek atau denyut. Infeksi
dermatofit tidak menghasilkan mortalitas yang signifikan, tetapi mereka dapat
sangat mempengaruhi kualitas hidup. 8
19
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 IDENTITAS
No. RM : 809923
Nama : Yn. I
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jln.Simo Kalingan No.217
Tanggal Pemeriksaan : 04 April 2019
20
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus disangkal
Asma disangkal
Alergi disangkal
Tidak pernah mengalami penyakit serupa
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal
Asma disangkal
Alergi disangkal
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
21
2.2.6 Riwayat Obat
Obat gatal tapi lupa namanya yang di dapatkan di puskesmas
22
Gambar 7 Hifa Bersepta
2.3 RESUME
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji Surabaya dengan
keluhan rasa gatal dan panas pada tungkai bawah kiri dan lutut kanan.
Keluhan tersebut muncul sejak 6 bulan yang lalu. Rasa gatal memberat
terutama jika pasien dalam keadaan panas dan berkeringat. Kadang pasien
merasa terganggu sewaktu aktifitas. Awalnya gatal muncul secara tiba – tiba
pertama kali muncul pada tungkai kiri bawah dan membesar dan sekarang
mengenai lutut kanannya. Pasien sempat berkunjung di puskesmas 3 bulan
yang lalu dan di berikan obat gatal namun lupa nama obatnya, Pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan maupun obat, dan juga pasien tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini. Pemeriksaan dermatologis pada regio cruris
anterior sinistra dan regio genu dekstra didapatkan macula eritematosa,
berbatas tegas dengan tepi yang meninggi (central healing),multiple papule
eritematosa disertai skuama yang halus.
23
2.4 DIAGNOSIS
Tinea Corporis
2.5 PENATALAKSANAAN
2.5.1 Planning Diagnosis
-
2.5.2 Planning Terapi
Non Medikametosa:
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien
Membersihkan diri terutama setelah pulang bekerja
Menyarankan kepada pasien untuk rajin mengganti pakaian
yang dipakai, jangan dibiarkan lembab karena keringat
Mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran
Medikamentosa:
Griseofulvin tablet 2x500mg selama 2 minggu
Loratadine tablet 1x10mg selama 15 hari
Miconazole cream 2x1 selama 2 minggu
Keluhan pasien
Perkembangan Lesi ( adakah perbaikan dan adakah lesi baru)
2. 6 PROGNOSIS
Baik, jika dilakukan pengobatan secara teratur dan menghindari faktor
pencetus
24
BAB 3
FOTO KASUS
25
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier
7. Wolff K., Goldsmith L.A, Katz S.I, Paller A.S, Leffell D.J,. 2012.
Superficial Fungal Infection. In : Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine, 8th Edition. Vol 1&2. USA: McGraw-Hill. Chapter 188. pp :
2278-2289.
8. Lesher J L, Dirk M E, 2018, Tinea Corporis,
https://emedicine.medscape.com /article/1091473-overview
26
9. Kurniati, Cita RSP, 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis Dalam Telaah
10. Griffiths, C., Barker, J., Bleiker, T., Chalmers, R., Creamer, D. and
Rook, A. (2010). Rook's textbook of dermatology. 9th ed. Wiley
Blackwell, pp.32.35-32.37.
11. Idris, Irma Suryani, 2013, Tinea Korporis Et Causa Trichophyton
27
19. Wolff K, Johnson A.R, Saavedra P.A. Fitzpatrick’s Dermatology
Flashcards, MC Graw Hill education. Pp 91-91a
20. Miller J, L, et al, 2018, Nummular Dermatitis
https://emedicine.medscape.com/article/1123605-overview
21. Wolff K, Johnson A.R, Saavedra P.A. Fitzpatrick’s Dermatology
Flashcards, MC Graw Hill education. Pp 171-171a
22. Wolff, K., Johnson, R., Saavendra, A. and Roh, E. (2017). Fitzpatrick's
color atlas and synopsis of clinical dermatology. 8th ed. MCGRAW-
HILL, pp.47- 49, 51-57.
23. Suyoso Sunarso, Ervianti Evy, Zulkarnain Iskandar. 2005,
Dermatofitosis Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Surabaya : Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo. Hal 59-67.
28
1