DEMAM (FEVER)
Ditulis oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mandiri ini.
Sholawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada putera padang
pasir, figure manusia sempurna, buah hati Siti Aminah pahlawan revolusional Islam
yakni Nabi Muhammad SAW. Satu-satunya Nabi yang dapat membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni ajaran-ajaran Islam.
Harapan kita semoga kita diakui sebagai umatnya fiddini waddunya wal akhirat.
Amin ya robal ‘alamin.
Tugas mandiri BHP 1 (philosophy of science) yang berjudul “demam (fever)”
ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen kepada penulis, penulis juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca serta bermanfaat bagi
penulis sendiri khususnya. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam
2.1.1.Definisi demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello
& Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang
dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature
≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve, 2010).
4
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin, leukemia, dll),
dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro
& Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat
efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain
yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan
sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
2.1.3.Risiko demam
Pada anak dengan usia di diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun, terdapat
peningkatan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan
bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem komplemen yang berfungsi mengatasi
infeksi. Pada anak dibawah usia tiga tahun pada umumnya terkena infeksi virus yang
berakhir sendiri tetapi bisa juga terjadi bakteremia yang tersembunyi (bakteremia
tanpa tanda fokus). Demam yang terjadi pada anak dibawah tiga tahun pada umumnya
merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi seperti influenza, otitis media,
pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Bakteremia yang tersembunyi biasanya
bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri akan tetapi juga dapat menjadi
pneumonia, meningitis, arthritis, dan pericarditis (Jenson & Baltimore, 2007).
5
2.1.4.Tipe demam
1. Demam septik: Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari.
2. Demam hektik: Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat yang normal pada
pagi hari.
3. Demam remiten: Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari, tetapi
tidak pernah mencapai suhu normal.
4. Demam intermiten: Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yangnormal
selama beberapa jam dalam satu hari.
5. Demam Kontinyu: Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hariyang
tidak berbeda lebih dari satu derajat.
6. Demam Siklik: Pada demam ini, kenaikan suhu badan selamabeberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhuseperti semula.(Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan
Pendekatan, 2009)
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen.Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua
yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme
seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang
dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen
yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien.
6
Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari
pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun
sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello &
Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi,
atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang
dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan
pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian
akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang
baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara
lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.
Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas
yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan.
Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky,
2006).
7
2.1.6. Penatalaksanaan demam
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat
yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil.
Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis
pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada
penderita.
8
resiko sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010).
<1 60
1-3 60-125
4-6 125-250
6-12 250-500
(Sumber: Soegijanto et al., Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis
Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD, 1998)
Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk
mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi
infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur
bakteri apabila memungkinkan (Graneto, 2010).
2.2. Parasetamol
2.2.1. Definisi
a. Acetaminofen
b. APAP
c. Paracetamolo
9
2.2.2. Farmakokinetik
2.2.3. Farmakodinamik
10
2.2.4. Indikasi
2. Analgesik/mengurangi rasa sakit, misal sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri
(ISFI,2008).
2.2.5. Kontraindikasi
2.2.6.Efek samping
11
2.2.7. Dosis dan sediaan
Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4g
hari. Anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, maksimum 1,2 g/hari. Anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/kali dan bayi dibawah 1 tahun: 60 mg/kali (Wilmana & Gan, 2007).
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup
yang mengandung 120 mg/5ml. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan
kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan (Wilmana & Gan, 2007).
2.3. Perilaku
1. Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
2. Perilaku sakit yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa
sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan (Becker dikutip dalam Notoatmodjo,
2003)Perilaku kedalam 3 domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan (Bloom
dikutip dalam Notoatmodjo, 2003).
12
BAB 3
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dari makalah ini, untuk itu penyusun mengaharapkan kritik dan saran
yang sangat membangun dari dosen maupun pembaca. Demikian makalah saya,
semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan kita. Amin.
13