Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI

DEMAM FEBRIS MENURUT TEORI LEAVEL DAN CLARK

OLEH:

NASYRATUL ILMI
213900035

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan tubuh sehat adalah suatu harga mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang manusia. Manusia dapat melaksanakan segala aktivitasnya dalam
keadaan sehat. Keadaan sehat juga dapat mempengaruhi kondisi psikis
seorang manusia, sehingga keadaan sehat juga berpengaruh dalam jasmani
dan rohani manusia dalam hidup. Namun sesuai kodrat yang asalnya dari
Allah SWT sang maha pencipta, manusia tidaklah selalu merasakan sehat
dalam hidupnya. Keadaan sakit dapat menerpa siapapun manusia tersebut
(Aziz, S, 2008).
Penyakit dapat didefenisikan sebagai perubahan pada individu-individu
yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berada dibawah kisaran
normal. Dalam kisaran yang sebenarnya penyakit tidaklah melibatkan
perkembangan suatu bentuk kehidupan yang benar-benar baru. Penyakit
merupakan suatu bentuk kehidupan dari agen luar yang akan mengganggu
kehidupan tubuh manusia. Terdapat bermacam-macam penyakit di dunia ini.
Terpadat macam-macam pula gejala yang menandai tubuh terinfeksi oleh
suatu penyakit salah satunya demam (Price et al, 2005).
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh
melawan infeksi. Oleh karena adanya demam inilah tubuh dapat secara pelan-
pelan mencoba untuk menghancurkan agen-agen patogen yang akan
menginvasi tubuh (Anonim,A., 2008).
Oleh karena pentingnya demam sebagai respons protektif tubuh terhadap
agen luar maupun sebagai gejala suatu penyakit inilah, maka penulis akan
membahasnya didalam laporan tutorial yang berjudul Peran Demam Sebagai
Gejala Tubuh Terhadap Invasi Agen Patogen Asing.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis
dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan demam dan fungsinya?
2. Adakah kaitannya demam dengan keadaan sistem imun tubuh?
3. Apakah yang menyebabkan demam itu terjadi?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya demam?
5. Bagaimanakah kerja hipotalamus pada saat demam terjadi?
6. Apa sajakah jenis-jenis demam?
7. Bagaimanakah keadaan metabolisme tubuh pada saat terjadinya demam?
8. Bagaimanakah cara penatalaksanaan pada saat terjadi demam?

C. Tujuan
Melalui cakupan laporan tutorial ini. Penulis menginginkan dapat
mencapai tujuan seperti berikut ini :
1. Mahasiswa mengerti tentang pengertian dan fungsi demam.
2. Mahasiswa mengerti mekanisme terjadinya demam.
3. Mahasiswa mengerti mekanisme kerja organ tubuh pengatur demam.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan agen-agen penyebab demam
5. Mahasiswa mengetahui cara penatalaksanaan saat terjadinya demam.

D. Manfaat
Melalui laporan pendahuluan ini, diharapkan supaya dapat dipetik
manfaatnya seperti:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh keadaan sistem imun terhadap
demam.
2. Mahasiswa mengetahui pentingnya demam sebagai respons protektif
terhadap agen-agen patogen.
3. Mahasiswa tahu akan mekanisme kerja saat terjadinya demam.
4. Mahasiswa mengetahui macam jenis demam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Febris/Demam
Febris/demam adalah tindak balas normal badan terhadap sebarang
jangkitan dan penyakit-penyakit lain. Ia bukanlah satu penyakit tetapi gejala
yang selalunya menandakan anda mempunyai penyakit-penyakit yang ringan
(tidak serius). Suhu badan normal adalah 37°C, jika melebihi tahap ini anda
akan disahkan demam (Anonim,B, 2009).
Demam adalah tanda infeksi, namun penderita penyakit serius dengan
infeksi dapat tanpa demam atau suhu lebih rendah daripada normal. Lagipula
ada banyak penyebab demam selain infeksi. Demam adalah akibat kondisi
yang ditimbulkan oleh perubahan dalam pusat pengatur panas melalui
pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh makrofag (Shulman et al, 1994).
Demam karena infeksi bersifat menguntungkan karena mengurangi
stabilitas lisosom, meningkatkan efek interferon, dan merangsang mobilitas
leukosit dan aktivitas bakterisidal. Demam berbeda dengan hiperpireksia
maupun dengan hipertermia karena keduanya tidak memiliki batasan atas
kenaikan suhu. Demam tidaklah sama dengan hipertermia, yang diartikan
sebagai peningkatan suhu tubuh yang tidak terkontrol. Hipertermia dapat
diakibatkan oleh pembentukan panas yang berlebihan atau gangguan
pengeluaran panas (Declan, 1997).

B. Apa kaitan antara demam dengan keadaan sistem imun tubuh?


Sistem imun seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, kita sangat
bergantung pada imunitas yang utuh. Gangguan pertahanan imun yang
disebabkan oleh keadaan imunodefisiensi akan mengakibatkan tubuh manusia
mudah terserang oleh infeksi dan beberapa jenis tumor (Robbins et al, 2007).
Fungsi sistem imun pada tubuh manusia adalah membedakan diri sendiri
dari asing. Semua organisme adalah integrasi rumit beragam sel, jaringan, dan
organ yang masing-masing diperlukan demi kelangsungan hidup. Untuk

4
menunjang kehidupan, suatu organisme harus mampu melindungi diri dari
ancaman terhadap jati-dirinya. Ancaman ini datang dari luar atau dari dalam
tubuh.
Untuk melindungi diri dari ancaman terhadap jati-dirinya, tubuh
manusia telah mengembangkan reaksi pertahanan selular yang disebut
respons imun. Mekanisme-mekanisme ini dapat disebut sebagai imunitas
tubuh yaitu suatu keadaan perlindungan yang ditandai dengan daya ingat dan
spesifisitas. Daya ingat adalah meningkatnya kemampuan terhadap suatu
antigen karena pernah terpajan ke antigen tersebut. Fungsi utama dari
imunitas adalah perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi
terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme, perannya dalam surveilans
adalah mengidentifikasi dan menghansurkan sel-sel tubuh sendiri yang
bermutasi dan berpotensii menjadi neoplasma, dan perannya dalam
homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat buangan sehingga
tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah (Price et al, 2005).

C. Etiologi
Macam-macam penyebab demam adalah sebagai berikut:
1. Infeksi virus dan bakteri
2. Flu dan masuk angin
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga
5. Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan oleh virus
6. Bronkitis akut, infeksi saluran kencing
7. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
8. Obat-obatan tertentu
9. Masalah-masalah serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan
radang selaput otak (Anonim,B., 2009).

5
D. Mekanisme Terjadinya Demam
Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikrorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu
protein yang identik dengan interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini akan
merangsang penglepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan
sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia
(Sudoyo et al, 2007).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-
produk yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal, endotoksin).
Kerusakan jaringan oleh sebab apapun dapat menyebabkan demam. Faktor-
faktor imunologi seperti kompleks imun dan limfokin menimbulkan demam
pada penyakit vaskuler kolagen dan keadaan-keadaan hiperdsensitivitas.
Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklear-monosit,
makrofag jaringan, atau sel kupfer- membuat pirogen endogen (EP =
endogenous pirogen). EP adalah suatu protein kecil yang mirip interleukin 1,
yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. EP telah
diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel kupfer, makrofag alveoli, dan
sinovium, EP juga ditemukan dalam sel-sel penyakit Hodgkin, limfoma
histiositik, dan kanker sel ginjal. EP menginduksi demam melalui
pengaruhnya pada area pre-optik di hipotalamus anterior. EP melepaskan
asam arakhidonat di hipotalamus yang selanjutnya diubah menjadi
prostaglandin. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron
termosensitif. Area ini juga kaya dengan seroton dan norepinefrin yang
memperantarai terjadinya demam. EP meningkatkan konsentrasi mediator
tersebut. Selanjutnya kedua mono-amina ini akan meningkatkan adenosin
monofosfat siklik (AMP siklik) dan prostaglandin di susunan saraf pusat
(Declan, 1997).

6
E. Kerja Hipotalamus Pada Saat Terjadinya Demam
Sebagian besar protein hasil pemecahan protein dan beberapa zat tertentu
lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan dari membran sel
bakteri, dapat menyebabkan peningkatan set-point pada termostat
hipotalamus. Zat yang menyebabkan timbulnya efek seperti ini adalah
pirogen. Pirogen yang dilepaskan dari bakteri toksik atau pirogen yang
dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit. Ketika set-point di pusat pengaturan menjadi lebih tinggi dari
normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu terlibat, termasuk
penyimpanan panas dan peningkatan pembentukan panas (Guyton et al,
2008).

F. Jenis-jenis Demam
1. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di
atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap
hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu
yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten : pada tipe demam intermiiten, suhu badan turun ke
tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik : pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk

7
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
(Sudoyo et al, 2007)

G. Keadaan Metabolisme Tubuh Pada Saat Terjadinya Demam


Pembentukan panas adalah suatu produk utama metabolisme.
Metabolisme tubuh yaitu semua reaksi kimia di dalam sel tubuh dan
kecepatan metabolisme dalam keadaan normal dinyatakan dengan istilah
kecepatan pembebasan panas selama reaksi kimia. Faktor-faktor yang paling
penting yaitu :
1. Laju metabolisme basal semua sel tubuh
2. Laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot termasuk
kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil
3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin
4. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin,
norepinefrin, dan perangsangan simpatis terhadap sel
5. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu di dalam sel meningkat
6. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan
penyimpanan makanan (Guyton et al, 2008).
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen
bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan
suhu. Fekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat
menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
Jika penderita demam memiliki masalah jantung atau saluran
pernapasan, stress karena demam dapat menjadi besar. Demam yang lama
dapat melelahkan penderita dengan menghabiskan simpanan energi.
Peningkatan metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi, terjadi hipoksia selular (oksigen tidak adekuat).
Hipoksiamiokard mengakibatkan angina (nyeri dada). Hipoksia serebral
mengakibatkan konvusi.

8
Penanganan selama demam termasuk terapi oksigen. Mekanisme
regulasi digunakan untuk mengatasi demam yang membuat penderita
beresiko kekurangan volume cairan. Kehilangan air melalui peningkatan
pernapasan dan diaforesis dapat menjadi berlebihan. Dehidrasi dapat menjadi
masalah serius pada lansia dan anak-anak yang berat badannya rendah.
Mempertahankan keadaan volume cairan yang optimum merupakan tindakan
penanganan demam yang penting (Anonim,D., 2009).

H. Penatalaksanaan Saat Terjadi Demam


1. Farmakologi
a) Parasetamol
Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis
parasetamol berdasarkan BB bukan usia. Jenis obat yang mengandung
parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex,
Bodrexin sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan
(BB) per kali pemberian, maksimal 60 mg/kg BB per hari. Apabila
orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya berkonsultasi
dengan dokter atau apoteker. Dalam memilih obat demam, pilih obat
yang tidak mengandung alkohol, karena beberapa produk sirup juga ada
yang menggunakan alkohol sebagai campurannya.
Obat ini mempunyai banyak sediaan yaitu tablet, sirup, drop, dan
suppositoria. Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10
kg atau pada anak dengan kesulitan minum obat karena volume
pemberian relatif sedikit. Pada anak dengan BB diatas 10 kg dapat
diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak usia diatas 12 tahun. Dari
penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan suppositoria sama
efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur) diberikan bila
pemberian oral tidak memungkinkan, contohnya anak dengan muntah
profuse, anak tidur, atau tidak sadar.
Paracetamol (para acetoaminophenol) suatu obat untuk mengurangi
demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat ini aman untuk bayi dan

9
anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini
dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati. Efek samping obat (ESO) bersifat reversible,
penghentian obat dapat memperbaiki keadaan umum anak dan ESO
akan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak kembali normal.
b) Ibuprofen
Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian,
maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen
antara lain Proris, Rhelafen, Fenris, Bufect, dll.
c) Asetosal
Hati-hati peberian obat ini pada anak usia dibawah 12 tahun.
Contoh obat yang mengandung asetosal antara lain Aspilet, Bodrexin
tablet, Contrexyn, Inzana (Anonim,E., 2009).
2. Non-Farmakologi
Dikompres dengan air hangat karena yang terjadi adalah pusat
pengatur suhu akan menangkap sinyal bahwa disekitar tubuh hangat maka
pusat pengatur suhu akan menurunkan suhu tubuh untuk mengimbangi.
Respon pada tubuh akan terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi ini yang
menyebabkan pembuangan atau pelepasan panas dari dalam tubuh melalui
kulit sehingga suhu tubuh akan menurun. Inilah efek yang diinginkan
dalam penggunaan kompres yaitu untuk menurunkan demam (Anonim,F.,
2009).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan tutorial diatas yang membahas tentang demam ini
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Demam merupakan suatu respons tubuh terhadap jangkitan penyakit
yang menyerang tubuh.
2. Demam ini akan membantu tubuh dalam pengaktifan sistem imun tubuh.
3. Demam selain dibedakan sesuai dengan tingkat batasan suhu juga
dibedakan berdasar asal mula penyebabnya seperti misalnya disebabkan
oleh virus maupun demam yang disebabkan oleh bakteri.
4. Demam yang disebabkan oleh virus bersifat self limited disease atau
dapat sembuh dengan sendirinya oleh sistem imun tubuh.
5. Sebagai cara penanganan selain farmakologi dengan pemberian
parasetamol atau asetosal, dapat dengan terapi kompres dengan air
hangat.

B. Saran
Dari pembahasan materi di bagian atas dapat diperhatikan beberapa hal yang
mungkin bisa digunakan untuk pembenahan diri yaitu :
1. Sebaiknya mahasiswa tahu akan pentingnya demam sebagai gejala
penyakit atau respon tubuh terhadap agen patogen.
2. Kita semua harus menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin supaya sistem
imun tubuh kuat sehingga bakteri atau virus serta benda asing lain yang
masuk ke dalam tubuh dapat direspon oleh tubuh dengan baik.
3. Kita harus mengubah persepsi kita tentang demam yang merupakan suatu
keadaan sakit karena kenyataannya demam hanyalah suatu gejala
penyakit pernafasan.
4. Mahasiswa harus selalu mencari pengetahuan secara mandiri mengenai
berbagai macam penyakit yang ditandai dengan keadaan demam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aziz,S., 2008. Kembali Sehat Dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya
Obat), Edisi 2. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Declan, T. Wash, 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta : EGC

Guyton, C. Arthur; Hall, E. John., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta : EGC

Price, A. Sylvia; Wilson, M. Lorraine., 2005. Patofiologi Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC

Robbins, L. Stanley; Cotran, S. Ramzi; Kumar, V., 2007. Buku Ajar Patologi
Robbins, Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC

Sudoyo et al, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Shulman, S. T; Phair, J. P; Sommers, H. M., 1994. Dasar Biologis & Klinis


Penyakit Infeksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Anonim, A., 2008. Pentingnya Demam.


http://nusaindah.tripod.com/kesdemamtifoid.htm(diakses 3 Januari 2010)

Anonim, B., 2009. Dokter Demam.


http://asianbrain.com/cbprtl/cybermed/detail.aspx?
x=Hembing&y=cybermed (diakses 7 Januari 2010)

12

Anda mungkin juga menyukai