Skenario Kasus
B. Kata Sulit
C. Kata Kunci
1. Anak perempuan berusia 10 tahun
2. Demam tinggi dan mendadak sejak 3 hari yang lalu
3. Nyeri uluhati dan Sakit kepala hebat
4. Muntah 3 kali sebelum ke poliklinik
D. Rumusan Masalah
1. Apa defnisi dari demam dan bagaimana klasifikasi demam?
2. Bagaimana patofisiologi demam?
3. Apa saja penyakit-penyakit tropis yang menyebabkan demam dan etiologi
penayakit tersebut?
4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis?
5. Apa saja Diagnosis Diferential dan Diagnosis Sementara pada scenario?
Jelaskan!
6. Bagaimana pencegahan dari Diagnosis Sementara?
E. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Suhu tubuh dapat diukur dengan menggunakan thermometer air raksa dan
tempat pengambilannya dapat di axilla, oral atau rektum. Sehu tubuh normal
berkisar antara 36,5oC – 37,2oC. Suhu subnormal dibawah 36oC. Dengan
demam pada umumnya diartikan suhu tubuh diatas 37,2oC. Hiperpireksia
adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai tinggi 41,2oC atau lebih.
Sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 35oC. Biasaanya
terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal.
Dalam keadan biasa perbedaan ini sekitar 0,5oC suhu rektal lebih tinggi dari
pada suhu oral.
Axilla
Oral
Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
dua kali sehari disebut tertian dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih
dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan
sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh.
Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan
dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis
tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin
(mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk
kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal
sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha
melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh
antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya
(fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu
akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen
yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat
keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
http://www.generasibiologi.com/2016/10/penjelasan-virus-dbd-
dengue- lengkap.html
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4402145/puncak-
musim-hujan-yuk- mulai-waspada-jentik-nyamuk.
2. Demam Tifoid
http://mediacerita.com/mengenal-tindak-kewaspadaan-terhadap-
penularan-penyakit/
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap
virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati
dalam suhu 600 C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi
dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
Mycobacterium Tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe
bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC
ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui
udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung.
Apabila bakteri tersebut terhirup oleh orang sehat maka orang itu
berpotensi terinfeksi bakteri tuberkulosis. Penularan bakteri lewat udara
disebut dengan istilah air-born infection. Bakteri bisa bertahan hidup
beberapa waktu di bawah paparan sinar matahari sehingga
memungkinkan bakteri bisa terbang jauh terbawa aliran udara, dan bila
terbang ke tempat yang lembab dan gelap akan membuat bakteri hidup
lebih lama. Penyebaran bakteri juga bisa terjadi ketika sore atau malam
hari sehingga tidak terpapar oleh sinar matahari yang menyebabkan
bakteri tetap hidup.
4. Campak
Gambar 20 : Paramyxovirus
https://step1.medbullets.com/microbiology/104099/paramyxoviruse
http://mediacerita.com/mengenal-tindak-kewaspadaan-terhadap-
penularan-penyakit/
Ada 3 jenis virus campak yang ada di Indonesia G2, G3 dan D9, imunitas
hanya terhadap salah satu jenis virus. Penularan infeksi terjadi karena
menghirup percikan ludah penderita campak (droplet infection) virus campak
mengadakan reflikasi didalam kelenjar limfoid dan selanjutnya masuk ke
pembuluh darah membentuk fokus infeksi dan menyebar ke epitel orofaring,
konjungtiva, saluran napas, kandung kemih dan usus.
5. Varicella
https://www.dreamstime.com/royalty-free-stock-photography-
varicella-zoster-virus-medical-illustration-image30425807
6. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung akut ataupun
kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi
malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang
menyerupai malaria ialah infeksi babesiola yang menyebabkan babesiosis.
http://www.portalesmedicos.com/publicaciones/articles/447/1/Paludismo
Gambar 26 : macam-macam plasmodium
http://www.portalesmedicos.com/publicaciones/articles/447/1/Paludismo
7. Leptospirosis
http://www.portalesmedicos.com/publicaciones/articles/474/1/Leptospi
rosis
Gambar 28 : Vektor penularan leptospirosis
http://www.utusan.com.my/berita/luar-negara/parlimen-united-
kingdom-hadapi-masalah-tikus-1.515780
8. Chikungunya
Chikungunya (CHIK) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari
genus Alphavirus, famili Togaviridae, dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi oleh virus
tersebut. Penyakit ini pertama kalinya dilaporkan oleh Robinson dan
Lumsden setelah terjadinya wabah di lembah Makonde tahun 1952.
CHIK ditandai oleh adanya gejala khas (trias) yaitu demam, nyeri sendi
(arthralgia) dan ruam kulit (rash). CHIK adalah penyakit yang bersifat sembuh
sendiri (self-limiting) dan tidak ada pengobatan yang spesifik untuk demam
CHIK.
Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Ketika
menempati tempat yang cocok (anaerob) bakteri akan berkembang dan
melepaskan toksin tetanus (dosis letal minimum adalah 2,5 ng/kg).
http://www.jarmam.gr.jp/situmon/gram3.html
10. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi secara lokal pada
mukosa saluran pernafasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram
positif Corynebacterium diphtheria, ditandai oleh terbentuknya eksudat yang
membentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala
umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini.
https://www.isplbwiki.net/2017/10/klasifikasi-bakteri-berdasarkan-
dinding.html
3) Perkusi
(a) mengetahui batas jantung, paru serta suara jantung maupun paru.
Suara paru normal adalah sonor
(b)batas paru hepar : di ICS 4 samapi ICS 6
(c) batas atas kiri jantung : ICS 2-3
(d)batas atas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis kanan
(e) batas kiri bawah jantung lonea edia klavikularis ICS ke 5 kiri
4)Auskultasi
(a) Suara napas
Vesikuler : terdengar di semua lapangan paru yang normal,
bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi
Broncho vesikuler : terdengar di daerah percabangan
bronchus dan trachea, inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi
Bronchial : terdengar di daerah trakea dan suprasternal. Notch
bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek
3) Perkusi
Shifting dullness
4) Auskultasi
Suara peristaltic (bising usus) dan pembuluh darah
D. Pemeriksaan Penunjang Pasien Demam
1) Sero-Imunologi
Pemeriksaan serologi dapat bermanfaat pada seorang pasien
“demam belum terdiagnosis”. Biasanya di perlukan specimen darah
untuk pemeriksaan ini. Hal ini berguna untuk interpretasi titer
serologik. Suatu kenaikan titer sebesar 4 kali atau lebih mempunyai
arti yang sangat besar untuk dapat menentukan kemungkinan
penyebab penyakit, baik itu karena bakteri, virus ataupun jamur.
2) Hemato-Kimia
Salah satu pengukuran yang dapat dilaksanakan pada pasien demam
adalah pemeriksaan hematologis seperti darah rutin, morfologi darah
tepid an hitung jenis leukosit, pada infeksi bakteri akut dapat
menunjukan pergeseran hitung jenis ke kiri atau tanpa leukositosis.
Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP),
dimana kadar CRP dapat meningkat 10 kali pada infeksi bakteri akut.
Ada juga pemeriksaan prokalsitonin bila di duga terdapat sepsis
(Setiati, 2014). Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat
merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian
antibiotik empirik.
Pemeriksaan bio-kimia selanjutnya dapat membantu mengukur
kadar kalsium yang dapat meningkat pada sarkoidosis dan beberapa
karsinomatosis. Selanjutnya pada penyakit hati dapat diperiksa
SGOT/SGPT/GAMA GT mengenai fungsi hati.
3) Mikrobiologi
Isolasi kuman penyebab infeksi merupakan criteria diagnosis utama
pada pasien yang tersangka demam karena infeksi. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan bisa dengan pengambilan darah untuk kultur
mikroorganisme, selain kultur darah mikroorganisme dalam urin juga
penting. Isolasi virus biasanya diambil dari sekret hidung, usap
tenggorokan atau sekresi bronkial. Untuk infeksi saluran cerna
pemeriksaan mikroorganisme dari feses diperlukan untuk memantau
spectrum kuman penyebab.
4) Radiologi
Ultrasonografi (USG)
Pada saat ini asosiasi antara suatu gangguan internitis terutama
di daerah jantung atau abdominal dengan jeni pemeriksaan ini
makin berkembang dan banyak digunakan. USG penting untuk
mendiagnosis adanya abses pada organ-organ intra-abdominal.
Gambar 41 : Endoskopi
https://www.google.com/search?q=gambar+endoskopi&safe=strict
&client
Elektrokardiografi
Pemeriksaan ini kurang bermanfaat tapi di indonesia mungkin
dapat mendiagnosis pada pasien tersangka demam tifoid.
Dilaporkan bahwa sepertiga pasien dapat di diagnosis.
Biopsi
Pemeriksaan kelenjar yang membesar atau massa tumor yang
jelas dan mudah dicapai harus dilakukan. Hal ini berguna untuk
mendiagnosis penyakit seperti limfoma, metastasis keganasan,
tuberkulosis atau infeksi jamur, terutama pada kelenjar yang
membesar.
Gambar 42 : Biopsi
https://www.google.com/search?q=gambar+biopsi&safe=strict&cli
ent
Laparatomi
Laparatomi hanya dibenarkan bilamanana suatu petunjuk keras
bahwa penyebab demam adalah karena suatu kelainan utama
diabdomen
a) Trombositopenia
Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris,
fase kritis dan fase pemulihan.
D. Patogenesis
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi
kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi.
Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk
kedalam usus dan selanjtnya berkembang biak. Bila respon imunitas
humoral (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel
epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina
propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak
didalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal
dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat didalam makrofag ini
masuk kedalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama
yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel
atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah
lagi mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya disertai tanda-
tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik
III. MALARIA
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
C. Epidemiologi
Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps (kambuh).1 Merozoit yang berasal dari
skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit
tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30
merozoit, tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni.
Masa inkubasi
E. Patogenesis
Referensi: https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html
G. Manifestasi Klinis
H. Diagnosis
1. Anamnesis Keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil, dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria. Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria. Riwayat minum obat malaria satu bulan
terakhir. Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas. Riwayat
mendapat transfusi darah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
3. Pemeriksaan laboratorium
I. Pengobatan
1. Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang
tertera dibawah ini: Lini pertama = Artesunat + Amodiakuin +
Primakuin Setiap kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 2
blister, yaitu blister amodiakuin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg =
153 mg amodiakuin basa, dan blister artesunat terdiri dari 12 tablet
50 mg. Obat kombinasi diberikan per-oral selama tiga hari dengan
dosis tunggal harian sebagai berikut: Amodiakuin basa
= 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mg/kgbb. Primakuin tidak boleh
diberikan kepada:
Ibu hamil
Bayi <1 tahun
Penderia defesiensi G-PD
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika
pengobatan lini pertama tidak efektif dimana ditemukan: gejala
klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Lini kedua = Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10
mg/kgbb/kali selama 7(tujuh) hari.Doksisiklin diberikan 2 kali per-
hari selama 7 (tujuh) hari, dengan dosis orang dewasa adalah 4
mg/Kgbb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak
usia
2. Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae A.
Malaria vivaks dan ovale Lini pertama pengobatan malaria vivaks
dan malaria ovale adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan
malaria vivaks dan malaria ovale. Klorokuin diberikan 1 kali per-
hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb. Dosis
Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14
hari dan diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan malaria
falsiparum, primakuin tidak boleh diberikan kepada: ibu hamil, bayi
Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan
selama 14 hari. Seperti pengobatan malaria pada umumnya,
primakuin tidak boleh diberikan kepada Ibu hamil, bayi < 1tahun,
dan penderita defisiensi G6-PD. Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari
yang diberikan 3 kali per hari. Pemberian kina pada anak usia di
bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan berat badan. Dosis dan
cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian
primakuin pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb
perhari selama 14 hari.
3. Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria
vivaks relaps (kambuh) sama dengan regimen sebelumnya hanya
dosis perimakuin ditingkatkan Klorokuin diberikan 1 kali per-hari
selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan primakuin
diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Untuk
penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman
setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan
lain-lain), maka pengobatan diberikan secara mingguan. Klorokuin
diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu,
dengan dosis 10 mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan
bersamaan dengan klorokuin setiap minggu dengan dosis 0,76
mg/kgbb/kali.
4. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin 1
kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb
Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur
penderita
5. Catatan
a. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik malaria
dan belum tersedia obat kombinasi artesunat + amodiakuin,
Penderita dengan infeksi Plasrnodium falciparurn diobati dengan
sulfadoksinpirimetamin (SP) untuk membunuh parasit stadium
aseksual. Obat ini diberikan dengan dosi tunggal sulfadoksin 25
mg/kgbb atau berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb
Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit stadium
seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgbb. Pada pengobatan
malaria falsiparum gagal atau alergi SP, Jika pengobatan dengan
SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita
mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa
lainnya, penderita diberi regimen kina + doksisiklin/tetrasiklin +
primakuin. Pengobatan alterflatif = Kina + Doksisiklin atau
Tetrasiklin + Primakuin
b. Fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostik malaria.
Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara
dengan regimen klorokuin dan primakuin. Pemberian klorokuin
1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg
basa/kgbb. Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin
pada hari pertarna dengan dosis 0,75 mg/kgbb.
J. Pencegahan
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi
malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat.
Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah
endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau
individu yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama,
sebaiknya menggunakan personaI protection seperti pemakaian
kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi
Plasmodium falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi
pilihan untuk kemoprofilaksis Doksisiklin diberikan setiap hari dengan
dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-6 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan
ibu hamil. Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan
klorokuin dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat Jurnal
Averrous Vol.4 No.2 2018 tersebut diminum satu minggu sebelum
masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.
Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dan 3-6 bulan.
K. Prognosis
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan
& kecepatan pengobatan. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi,
maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan
pada kehamilan meningkat sampai 50 %. Prognosis malaria berat dengan
kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ
VI. CHIKUNGUNYA
A. Definisi
Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sp. Vektor utama
demam chikungunya adalah nyamuk Aedes aegypti (Ae. aegypti),
tetapi dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus (Ae.
albopictus). Vektor penular penyakit chikungunya sama dengan vektor
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga tindakan
pencegahan penyakit chikungunya sama dengan tindakan pencegahan
penyakit DBD.
B. Etiologi dan patogenesis
Virus Chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam
famili Togaviridae. Strain Asia merupakan genotipe yang berbeda
dengan yang dari Afrika. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran
diameter sekitar 42 nm. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A
Chikungunya Type, CHIK, CK. Virions mengandung satu molekul
single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan.
Virions dibungkus oleh lipid membran; pleomorfik; spherikal; dengan
diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan glycoprotein
spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer).
Necleocapsids isometric; dengan diameter 40 nm (Sari, 2015)
V. LEPTOSPIROSIS
A. Definisi
B. Etiologi
(https://www.who.int/topics/leptospirosis/en/)
(https://www.who.int/topics/leptospirosis/en/)
Leptospira merupakan Spirochaeta yang paling mudah dibiakkan,
tumbuh paling baik pada keadaan aerob pada suhu 28-30ºC dan pada pH
7. Media yang bisa digunakan adalah media semisolid yang kaya protein,
misalnya media Fletch atau Stuart. Lingkungan yang sesuai untuk hidup
leptospira adalah lingkungan lembab seperti kondisi pada daerah tropis.
Berdasarkan spesifisitas biokimia dan serologi, Leptospira sp. dibagi
menjadi Leptospira interrogans yang merupakan spesies yang patogen
dan Leptospira biflexa yang bersifat tidak patogen (saprofit). Sampai saat
ini telah diidentifikasi lebih dari 200 serotipe pada L.interrogans. Serotipe
yang paling besar prevalensinya adalah canicola, grippotyphosa, hardjo,
icterohaemorrhagiae, dan pomona.
C. Epidemiologi
D. Patogenesis
E. Gambaran klinik
A. Pencegahan Primer
B. Pencegahan Sekunder
1) Transfusi Darah
Endemis
Yaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir selalu
ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah fogging
Sebelum Musim Penularan (SMP), Abatisasi selektif, dan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Sporadis
Potensial
Bebas
Harjanti, T., Arif, M., 2015, Keterampilan Klinik Sistem Hematologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Kendalikan Demam Berdarah Dengue dengan PSN
3M Plus. www.depkes.go.id. 21 Mei 2018 (22:10)
Purba, IE. 2016. Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia : tantangan dan
peluang. Medan: Media Litbangkes
Roespandi, H., 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: World
Health Organization
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing
Setiati, S dkk.2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta :
Internal Publishing
Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH. Leptospirosis. In: Soedarma SP,
Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH, editors. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis (2nd ed). Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2008; p. 364-9.
Sutejo, I.R., Wulandari, P., Sudarmanto, Y., 2016, Modul Keterampilan Klinik Dasar
Blok 5 Pemeriksaan Fisik Dasar dan BLS, Fakultas Kedokteran Universitas
Jember 2016