Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 3
“ DEMAM TINGGI MENDADAK ”

Dosen Pembimbing : dr. Sufida

Ketua : Eka Permata sari br. Sihombing (20000053)

Sekretaris : Deviani Jaya Ester Marbun (20000044)

Anggota :

• Robinson Josua Lase (20000022)

• Kenzo Sanohugo Daeli (20000025)

• E. Tito Julianda Sinaga (20000029)

• Olivia Dyskrisen Br Damanik (20000035)

• Santa Riviera Filia (20000038)

• Welni Ratna Sari Halawa (20000041)

• Roito corry Aurora (20000047)

• Laura Fernadia Purba (20000050)

Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen 2020


I. Skenario
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badannya panas tinggi secara tiba-tiba
sejak 2 hari yang lalu. Demam disertai sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang, dan malaise. Sudah minum
obat demam Paracetamol dari warung tapi tidak sembuh juga. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardi Dan
suhu tubuh 39,5°C.

Apa yang terjadi pada pasien tersebut?

II. Unfamiliar Terms


1. Malaise

2. Takikardi

III. Problem Definition


1. Apa yang menyebabkan demam tinggi mendadak timbul secara tiba-tiba ?

2. Kenapa setelah minum obat demam parasetamol dari warung tetap tidak sembuh ?

3. Apakah setiap demam selalu disertai dengan sakit kepala,mual, dan nafsu makan berkurang serta malaise ?

4. Apakah obat yang menyebabkan pasen terjadinya takikardi dan demam menjadi 39.5°C ?

5. Apakah obat parasetamol saja yang bisa diminum saat demam ?

6. Apakah ada penanganan khusus dalam kasus demam tinggi mendadak ini ?

7. Apakah demam disertai sakit kepala ?

IV. Brainstorming
1. Kurangnya istirahat ,olahraga, dan minum air putih.

2. Karena orang tersebut minum obatnya tidak sesuai dengan dosis.

3. Bisa saja hanya sakit kepala,mual,pilek,badan pegal-pegal.

4. Mungkin saja obat bisa menyebabkan takikardi,karena dosis yang salah dalam minum obat.

5. Ibuprofen dan aspirin


6. Langsung dibawa ke dokter jika selama minum obat tidak ada perubahan selama lebih dari 3 hari.

7. Mual, pusing, nafsu makan berkurang, dan malaise itu belum tentu jadi gejala demam yang dialami setiap orang
jadi setiap orang bisa mengalami gejala yang beda beda.

V. Analyzing The Problem


1. Demam secara tiba-tiba bisa terjadi karena kurang istirahat dan aktivitas yang terlalu banyak.

1. Ketika ada bakteri atau virus atau parasit masuk ke tubuh, maka tubuh akan melawannya,sehingga terjadi
demam. Pusat pengaturan suhu tubuh hipotalamus.

VI. Kerangka Konsep

VII. Learning Issue


1. Mampu memahami definisi, tipe dan penyebab demam.

2. Mampu memahami definisi invasi, kolonisasi dan infeksi.

3. Mampu memahami patofisiologi demam pada infeksi mikroorganisme.

4. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi infeksi mikroorganisme.

5. Mampu memahami mekanisme yang terjadi pada proses infeksi.


6. Mampu memahami dan mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi (bakteri,virus,jamur, dan parasit)

7. Mampu mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit infeksi.

8. Mampu memahami cara penanganan yang sesuai terhadap mikroorganisme penyebab infeksi.

♦ Learning Issue I

Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal yaitu lebih besar dari 370 oC pada orang yang istirahat total di
tempat tidur sedangkan pada orang dengan aktivitas sedang, bersuhu di atas 37,2 oC.

Demam terbagi atas beberapa tingkatan :

1. Demam ringan : suhu badan berkisar antara 37-380oC

2. Demam sedang : suhu badan berkisar antara 38-390oC

3. Demam : suhu badan berkisar antara 39-400 oC

4. Demam tinggi : suhu badan di atas 400 oC

Tipe-tipe demam bergantung pada suhu tubuh penderita yang berubah-ubah setiap hari. Berdasarkan hal di atas
demam dibagi atas delapan tipe:

1. Continued fever (febris continua) : suhu tubuh terus-menerus di atas normal. Gejala ini ditemukan pada lobar
pnemonia, typhus dan lain-lain. 2. Remittent fever ( febris remittens ) : suhu tubuh tiap hari turun naik tanpa
kembali ke normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit purulent, kadangkadang pada TBC paru-paru.

3.Intermittent fever ( febris intermittens ) : suhu tubuh tiap hari kembali ke (bawah ) normal, kemudian naik lagi.
Gejala ini ditemukan pada penyakit malaria

4. Hectic fever ( febris hectica ), memiliki fluktuasi temperatur yang jauh lebih besar daripada remittent fever,
mencapai 20C - 40C. Hal ini ditandai dengan menurunnya temperatur dengan cepat ke normal atau di bawah
normal, biasanya disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebihan. Gejala ini ditemukan pada TBC paru-paru
dan sepsis.

5. Recurrent fever (febris recurrens) merupakan demam yang mengambuh.

6. Undulant fever ( febris undulans ), ditandai dengan kenaikan suhu tubuh secara berangsur yang diikuti dengan
penurunan suhu tubuh secara berangsur pula sampai normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit bruselosis.

7. Irreguler fever (febris irregularis), ditandai dengan variasi diurnal yang tidak teratur dalam selang waktu yang
berbeda. Gejala ini ditemukan pada demam rematik, disentri, influenza, sepsis, rheumocarditis dan lain-lain. 8.
Inverted fever ( febris inversa ), dalam hal ini suhu tubuh pagi hari lebih tinggi daripada malam hari. Gejala ini
ditemukan pada TBC paru-paru, sepsis dan bruselosis.

Penyebab Terjadinya Demam

1) Demam Non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam
ini jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan
pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam
yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau
demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.

2) Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus,
atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab
demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja.

memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita
menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya
menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12 morbili atau measles
atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru.

3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah
bermain disiang hari.

♦ Learning Issue II

Defenisi invasi,kolonisasi dan infeksi

Invasi merupakan proses bakteri masuk kedalam sel inang dan menyebar keseluruh tubuh.

a. Invasi =

1. Serangan atau onset suatu penyakit

2. Masuknya bakteri kedalam tubuh dengan cara yang sederhana dan tidak berbahaya atau pemupukannya di
dalam jaringan,berlawanan, dengan infeksi

3. Infiltrasi dan destruksi jaringan sekitar, ciri khas dari tumor ganas
b. Kolonisasi adalah implantasi dan pertumbuhan suatu mikroorganisme pada suatu pejamu.

c. Infeksi =

1. proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme kedalam tubuh

2. masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, khususnya mikroba

Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme di jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cedera sekitar
lokal akibat mikroorganisme yang kempetitif,toksin,replikasi intraselular, atau respons antigen-antibodi.

♦ Learning Issue 3

Mikroorganisme yang menyerang melepaskan endotoksin yang merangsang makrofag untuk mensintesis berbagai
senyawa pirogenik yang disebut sitokin.1 Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-
antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi indogeneus pyrogen
(Eps). Pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan bekerja pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Pirogen
endogen termasuk dalam golongan sitokin dan dapat disebut sebagai sitokin pirogenik. Contoh pirogen adalah
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (INF). Interleuikin 1 sebagai
prototypical eR Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter,
kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”.
Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang
tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan
pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor

♦ Learning Issue 4

Mampu memahami faktor apa saja yang mempengaruhi infeksi mikroorganisme

Faktor yang mempengaruhi infeksi :

1. Faktor intrinsik: seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi, adanya penyakit lain, tingkat
pendidikan dan lamanya masa kerja.

2. Faktor ekstrinsik: seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal / lingkungan, peralatan, material medis,
pengunjung/keluarga, makanan dan minuman.

3. Faktor keperawatan: lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan, dan padatnya penderita.

4. Faktor mikroba patogen: kemampuan invasi / merusak jaringan, dan lamanya paparan

Dan ada 4 tahap :


1. Tahap Rentan .

Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun kondisi tersebut cenderung peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku /
kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain (faktor intrinsik) . Faktor– faktor predisposisi tersebut akan
mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi .

Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum
tampak (subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala
penyakit dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang
hanya beberapa jam, dan ada pula yang sampai bertahun-tahun (Faktor ekstrinsik).

3. Tahap Klinis

Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala (signs and
symptomps) dari suatu penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap
awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari–hari dan masih
dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena
penyakit bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari–hari dan jika berobat, umumnya harus melakukan perawatan (Faktor keperawatan:
lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan, dan padatnya penderita)

4. Tahap Akhir

Penyakit Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat
berakhir dengan alternatif. ( Faktor mikroba pathogen)

a. Sembuh sempurna Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan / organ tubuh
kembali seperti semula saat sebelum sakit.

b. Sembuh dengan cacat Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat
berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

c. Pembawa (carrier) Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit masih ada dan masih memiliki potensi untuk menjadi suatu
sumber penularan.

d. Kronis Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah (stagnan).

e. Meninggal dunia Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsifungsi organ yang menyebabkan
kematian.
♦ Learning Issue 5

Mampu memahami mekanisme yang terjadi pada proses infeksi .

Proses infeksi

Keberlangsungan infeksi terjadi secara bertahap menjadi beberapa masa sebagai berikut:

1). Masa inkubasi

Periode ini dihitung oleh interval antara masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala
pertama. Sebagai contoh masa inkubasi penyakit flu adalah 1-3 hari sedangkan campak 2-3 Minggu dan mumps
atau gondongan 18 hari.

2). Masa prodromal

Periode ini adalah interval dari munculnya tanda dan gejala nonspesifik seperti lelah dan demam ringanhingga
muncul gejala spesifik penyakit. Sebagai contoh badan pegal linu dan demam hingga timbul bintik darah di bawah
kulit terjadi pada masa prodromal penyakit DHF. Selama masa inimikroorganisme tumbuh dan berkembang biak
dan jika bersifat contagius maka pasien dapat menyebarkan penyakit tersebut ke orang lain.

3). Masa Sakit

Pada masa ini pasien menampakan tanda dan gejala yang spesifik yang sesuai dengan jenis infeksi yang dialami.
Sebagai contoh pasien menderita faringitis maka akan muncul gejala sakit tenggorokan. Pada penderita mumps
ditunjukkan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.

4). Pemulihan

Pada tahap ini pasien memperlihatkan kesembuhan dengan hilangnya tanda dan gejala infeksi.

♦ Learning Issue 6

• BAKTERI

Penyakit infeksi ialah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya biaknya mikroorganisme, suatu
kelompok luas dari organisme mikroskopik yang terdiri dari satu atau banyak sel seperti bakteri, fungi, dan parasit
serta virus. Penyakit infeksi terjadi ketika interaksi dengan mikroba menyebabkan kerusakan pada tubuh host dan
kerusakan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan tanda klinis. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
pada manusia disebut sebagai mikroorganisme patogen, salah satunya bakteri patogen.Bakteri (dari kata Latin
bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.Organisme ini
termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam
kehidupan di bumi.[4] Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.Salah satu contohnya
adalah : Streptococcus pneumoniae penyebab Infeksi saluran pernapasan.

• VIRUS

Infeksi virus adalah kondisi ketika virus masuk ke dalam tubuh seseorang, kemudian menyerang sel tubuh dan
berkembang biak. Terdapat banyak ragam infeksi virus, tergantung organ tubuh yang terkena. Meskipun tidak
semua, tetapi kebanyakan infeksi virus menular dari orang ke orang, contohnya flu, herpes, dan HIV. Sedangkan
beberapa jenis infeksi virus lain menular melalui gigitan hewan atau benda yang terkontaminasi virus.

• JAMUR

Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja. Namun
demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya, penderita
HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta pasien pasca transplantasi organ. Jamur adalah organisme yang dapat hidup
secara alami di tanah atau tumbuhan. Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia. Meskipun normalnya tidak
berbahaya, namun beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius.

Contohnya : jamur yang dapat menginfeksi kuku disebabkan oleh jamur golongan Dermatofita.Jamur Dermatofita
mampu membentuk molekul yang berikatan dengankeratin dan mengunakan sumber nutrisi dari keratin membentuk
koloni. disebabkan oleh 3 genus yaitu:Trichophyton, Microsporum, danEpidermaphyton.

• PARASIT

Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu. Infeksi parasit terjadi
ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, gigitan serangga, atau
kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita infeksi parasit.

Comtohnya : spesies protozoa intestinal yang telah diidentifikasi dapat menyebabkan diare yaitu Cryptosporidium
parvum.

♦ Learning Issue 7

Infeksi merupakan kondisi yang timbul akibat serangan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur dan
parasit. Diagnosis yang tepat dapat memberikan informasi tentang jenis dan penyebab infeksi, sehingga pengobatan
yang diberikan dapat berjalan efektif. Mikroorganisme dapat hidup di tubuh manusia, dan umumnya tidak
berbahaya, atau bahkan terkadang dapat memberikan manfaat. Namun pada kondisi tertentu, mikroorganisme
tersebut dapat mengganggu fungsi tubuh dengan menimbulkan penyakit tertentu. Tidak hanya ditimbulkan oleh
mikroorganisme yang menetap di tubuh manusia, suatu penyakit infeksi juga dapat muncul akibat ditularkan oleh
penderita penyakit tersebut. Penularan ini dapat terjadi melalui kontak langsung atau melalui media perantara,
seperti makanan yang tercemar, udara, air, atau darah. Selain itu, penyakit infeksi juga dapat ditularkan dari hewan
atau serangga.
Pemeriksaan Penyakit Infeksi

Pemeriksaan penyakit infeksi akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien yang mengalami gejalanya. Berikut ini
adalah sejumlah gejala yang umumnya menjadi penanda adanya infeksi :

- Demam

- Batuk

- Nyeri otot

- Lemas

- Diare

Pelaksanaan Pemeriksaan Penyakit Infeksi

Pemeriksaan penyakit infeksi diawali dokter dengan mempelajari gejala yang ada pada diri pasien. Nyeri dapat
menjadi petunjuk penting mengenai sumber infeksi di tubuh pasien. Selain itu, ruam, batuk, pilek, hidung
tersumbat, dan diare, juga membantu dokter dalam mendiagnosis.

Selain mempelajari gejala, juga akan meninjau riwayat medis di antaranya:

- Penyakit yang pernah diderita pasien.

- Kondisi kesehatan keluarga pasien di rumah dan teman-teman akrabnya.

- Prosedur yang pernah dijalani pasien, misalnya bedah atau transplantasi organ, karena hal tersebut dapat menjadi
sarana terjadinya infeksi.

- Riwayat imunisasi dan penggunaan obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi sistem imun pasien, seperti
kortikosteroid dan obat imunosupresif.

Setelah itu, jika diperlukan, pemeriksaan penunjang akan dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil
sampel untuk diuji di laboratorium. Sampel yang digunakan umumnya diambil dari:

- Darah

- Urine

- Tinja

- Ludah

- Lendir tenggorokan

- Dahak
- Cairan otak dan tulang belakang (serebrosipinal)

- Sampel jaringan tubuh

Pemeriksaan Penunjang untuk menentukan Penyebab Infeksi

Apusan Gram bakteri, adalah Pemeriksaan dengan mikroskop ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri
dan menentukan jenis bakteri, Gram positif atau negatif, karena akan menentukan pengobatan.

Kultur Mikroba, adalah Sampel yang sudah diambil dari pasien akan dikultur di laboratorium dengan
menggunakan medium kultur khusus untuk mengidentifikasi mikroba penyebab penyakit infeksi secara lebih
spesifik. Proses kultur mikroba dapat memakan waktu selama beberapa hari hingga minggu, tergantung kepada
tingkat kesulitan bakteri untuk ditumbuhkan di laboratorium. Beberapa jenis bakteri bahkan ada yang tidak dapat
ditumbuhkan di laboratorium sama sekali, seperti bakteri penyebab sifilis (Treponema pallidum), sehingga
membutuhkan metode diagnosis lain untuk mengidentifikasi penyakit tersebut.

Tes Antibodi, dilakukan untuk mendeteksi antibodi spesifik yang bereaksi terhadap mikroba penyebab infeksi. Tes
antibodi umumnya menggunakan sampel darah, namun juga bisa menggunakan sampel dari cairan tubuh lainnya,
seperti cairan serebrospinal. Antibodi berperan untuk mendeteksi mikroba penyebab infeksi, karena antibodi hanya
akan bereaksi spesifik terhadap salah satu jenis mikroba hanya jika terjadi infeksi. Oleh karena itu, keberadaan
antibodi akan menjadi pertanda bahwa pasien sudah terkena infeksi mikroba tersebut dan memberikan respons
imun. Akan tetapi, kelemahan dari tes ini adalah antibodi tetap ada di dalam sistem imun meskipun mikroba
penyebab infeksi sudah tidak ada di dalam tubuh.

Tes Antigen. Antigen adalah bagian dari mikroba yang dapat memicu respons sistem imun di dalam tubuh, dengan
bereaksi terhadap antibodi. Dengan kata lain, keberadaan mikroba dapat diketahui dengan mendeteksi antigen Tes
ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebab infeksi yang tidak dapat dilakukan dengan metode kultur mikroba.
Misalnya bakteri sifilis atau virus. Antigen umumnya diperoleh dari sampel darah yang kemudian direaksikan
dengan antibodi spesifik untuk mengidentifikasi jenis antigen yang menyebabkan infeksi pada pasien.

Tes Resistensi terhadap Antimikroba. Tes dilakukan untuk mengetahui obat antimikroba yang paling efektif
dalam mengobati infeksi, dan mengetahui apakah mikroba penyebab infeksi sudah memiliki ketahanan atau
resistensi terhadap obat yang akan digunakan. Tes resistensi antimikroba juga dilakukan dengan melakukan kultur
mikroba, kemudian ditambahkan jenis obat antimikroba yang akan digunakan. Hasil dari tes ini dapat menjadi
pertimbangan bagi dokter untuk menentukan obat mana yang akan diberikan kepada pasien.

Tes Genetik Mikroba. Tes ini dilakukan dengan cara mendeteksi keberadaan DNA atau RNA spesifik milik
mikroba penyebab infeksi. Tes ini dapat memberikan hasil lebih akurat dan cepat dibanding dengan kultur mikroba,
dikarenakan tidak harus menunggu mikroba untuk tumbuh terlebih dahulu.
Contoh pemeriksaan demam berdarah dengue yang secara hemotologi

• ∑ trombosit ↓ (≤ 100.000/mmk) terjadi sebelum ↑ht & terjadi sblm suhu ↓. Ditemukan antara hari sakit ke 3 s.d ke
7

Ht (hematokrotik) : kadar sel darah merah dalam darah

Kadar hematokrotik selalu ditemui dalam DBD. Ht adalah indikator yang peka adanya pembesaran plasma yang
diperiksa secara berkala

• Kadar albumin turun sementara

• Kadar protein ↓

• Kadar Na ↓

• SGOT, SGPT ↑

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase atau SGOT merupakan suatu enzim yang terdapat di dalam tubuh.
SGOT ini umumnya ditemukan di jantung, ginjal otak, otot, dan hati (liver). Enzim ini bertugas membantu
mencerna protein dalam tubuh.

ada orang sehat, enzim ini akan terlihat normal, kira-kira batas normalnya 5-40 µ/L (mikro per liter). Namun, batas
normal SGOT bisa berbeda-beda pada tiap orang.

Serum Glutamic Pyruvic Transaminase atau SGPT merupakan salah satu enzim di dalam tubuh manusia. Enzim ini
paling banyak ditemukan di dalam organ hati. Namun, SGPT juga terdapat di beberapa organ lain, meksi dalam
jumlah yang kecil.

Enzim memiliki tugas yang cukup penting, yaitu membantu mencerna protein dalam tubuh. Ketika dokter
mencurigai adanya masalah pada fungsi hati, biasanya tes darah SGPT merupakan pemeriksaan lanjutan yang akan
dilakukan.

• Kasus berat = disfungsi hati-hati


♦ Learning Issue 8

Pengobatan Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri ditangani dengan pemberian antibiotik. Antibiotik pada dasarnya memiliki dua fungsi utama, yaitu
membunuh bakteri atau memperlambat perkembangbiakannya. Dokter akan menyesuaikan jenis antibiotik dengan
gejala yang muncul, riwayat kesehatan, keparahan kondisi, dan hasil tes yang dilakukan.

Beberapa jenis antibiotik, antara lain:

• Penisilin

• Sefalosporin

• Aminoglikosida

• Tetrasiklin

• Makrolid

• Quinolone

Terdapat juga kondisi yang membuat bakteri tidak lagi dapat ditangani dengan antibiotik yang biasa diberikan atau
bakteri resisten terhadap antibiotik. Kondisi ini memerlukan pemeriksaan kultur dan resistensi bakteri terhadap
antibiotik, sehingga dapat diberikan antiobiotik yang lebih sesuai.

Selama masa pengobatan, sangat dianjurkan untuk tetap menggunakan antibiotik meskipun kondisi sudah membaik.
Selain dapat mencegah kambuhnya infeksi, dengan menggunakan antibiotik sampai habis juga dapat menurunkan
risiko terjadinya resisten antibiotik.

Pencegahan Infeksi Bakteri

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri adalah:

• Rutin mencuci tangan setelah beraktivitas.

• Menerima vaksin.

• Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.

• Melakukan hubungan seksual yang aman.

• Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju.


DAFTAR PUSTAKA

1. Noor Mutsaqof AA, - W, Suryani E. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan Forward
Chaining. J Teknol Inf ITSmart. 2016;4(1):43.

2. Pratiwi NRR. Penerapan Kompres Hangat pada Anak Demam dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nyaman di RSUD Sleman. EprintsPoltekkesjogjaAcId [Internet]. 2018;8–30. Tersedia pada:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/

3. http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JRST/article/view/1081/1245

4.https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/PEMERIKSAAN%20LABORATORIUM%20INFEKSI
%20TROPIS%202018.pdf

5.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_penyuluhan_Pengenalan_Dan_Pemahama
n_Tipe_Demam.pdf

6. Savira F, Suharsono Y. Infeksi. J Chem Inf Model. 2013;01(01):1689–99.

7. Sriyanti, cut SST. MK. patologi [Internet]. modul. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. Available
from: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Patologi-Keperawatan-
Komprehensif.pdf

8. Novard MFA, Suharti N, Rasyid R. Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen
dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-2016. Garuda. 2019;8(2).

9. Anggraini YE. Ko-infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan Mycobacterium leprae. Garuda.
2017;9(1).

10. Purba Y. ANALISA JAMUR PENYEBAB INFEKSI PADA KUKU KAKI PEKERJA TUKANG CUCI DI
KELURAHAN RENGAS PULAU LINGKUNGAN 23 KECAMATAN MEDAN MARELAN. Garuda. 2019;2(2).

11. Desy insi farisa, Pratiwi A. Identifikasi Parasit Intestinal Penyebab Infeksi Oportunistik dengan Studi
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mengenai Hygiene pada Penderita HIV/AIDS. Garuda. 2016;1(1).

12. Hayati Z, Azwar, Puspita I. Pattern and Antibiotics’ Sensitivity of Bacteria Potentially Causing Nosocomial
Infection at Surgical Wards, RSUDZA, Banda Aceh. J Kedokt Yars. 2012;20(3):158–66.

13. Wahjono H. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit Infeksi. Badan Penerbit Univ Diponegoro
Semarang [Internet]. 2007;24. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/320/1/Hendro_Wahjono.pdf

14. Taubmann G, Jones H, Rudolph HD. Investigation of the ν1-2ν2 fermi diad of OF2 by means of IR-MW double
resonance. J Mol Struct. 1983;97(C):285–8. WHO

15. H Moltz. Fever: causes and consequences. PubMed [Internet]. 1993; Tersedia pada:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8272282/
16. Megariani M, Mariko R, Alkamar A, Putra AE. Uji Diagnostik Pemeriksaan Antigen Nonstruktural 1 untuk
Deteksi Dini Infeksi Virus Dengue pada Anak. Sari Pediatr. 2016;16(2):121.

17. Maharani DY. HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG TERHADAP MANIFESTASI


PERDARAHAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SMF ANAK RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
BANDAR LAMPUNG. 2019; Tersedia pada: http://digilib.unila.ac.id/57732/3/SKRIPSI TANPA
PEMBAHASAN.pdf

18. Mutsaqof AAN, Wiharto, Suryani E. Sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit infeksi menggunakan forward
chaining. 2015;4(1).

Anda mungkin juga menyukai