Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN UKM F3

F3 Penyuluhan dan Pemberian Imunisasi Balita

Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam kandungan
ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai
penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar
anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada balita dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
antibody untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Proses pembentukan antibody untuk
melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamian, sedangkan program imunisasi
melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap system kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibobi dalam upaya melawan penyakit. Imunisasi adalah suatu upaya
pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan
terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat
infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan pengobatan

Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai Indonesia Sehat 2010.
Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat imunisasi
dasar yang meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di Indonesia masih
banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.

Oleh Karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk meningkatkan
pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada balita agar keluarga mau
mengimunisasikan anaknya.

permasalahan

WHO (1991) melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak meninggal karena
penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis, tetanus, dan TBC. Disamping itu Indonesia di
kelompokkan sebagai daerah endemic sedang sampai tinggi Hepatitis B di dunia. Hal ini
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang imunisasi dan
pentingnya imunisasi bagi bayi.

Warga masyarakat kampong anyar para ibu-ibu yang masih mempunyai balita ternyata masih
banyak diantara mereka yang kurang memahami arti pentingnya imunisasi bagi anak mereka.
Selain ketidaktahuan keluarga tentang pentingnya imunisasi untuk melindungi anak-anaknya
dari penyakit infeksi dan menular, banyak juga diantara mereka yang lebih mementingkan
pekerjaan dari pada mengantark ananak-anak mereka keposyandu atau tempat pelayanan
kesehatan untuk mendapatkanimunisasi. Hal ini dimungkinkan juga karena pendapatan rata-rata
masyarakat yang masih tergolong rendah.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Topik : Pentingnya Pemberian Imunisasi Balita

Metode : Ceramah, Tanya jawab.

Media dan Alat : Speaker dan mikrofon

Materi :
1. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.
2. Menjelaskan tujuan imunisasi.
3. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Menjelaskan carapemberian imunisasi.
7. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.
Sasaran : Ibu-ibu yang mempunyai balita peserta posyandu balita

PELAKSANAAN

Waktu :

Tempat : Banjar Kampung anyar

JumlahPeserta : 20 Ibu dari balita peserta posyandu

Proses pelaksanaan : penyuluhan berlangsung kondusif, pesertamemberikan beberapapertanyaan


tentang imunisasi.Pemberian imunisasi bagi balita sesuai usia balita.

MONITORING DAN EVALUASI

Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di posyandu berjalan dengan lancar dan
baik. Semua balita yang datang untuk imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi balita yang
tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan jadwal pemberian).
Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti penyuluhan sampai
selesai. Karena penyuluhan sendiri dilakukan setelah pemberianimunisasi selesai. Penyuluhan
dilakukan dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta yang hadir untuk
memahami materi.

F3 Deteksi Ibu hamil resiko tinggi di poli KIA puskesmas buleleng 1

Latar

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan.
Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai
sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang
dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari Waktu ke waktu namun demikian upaya untuk
mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
yang terus menerus.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian
meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan
kematian yang terjadi lantaran indikasi yang sering muncul yakni pendarahan keracunan
kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan in&eksi. Oleh karena itu pandangan yang menganggap
kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian
dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh
pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah
adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin
serta ditangani secara memadai.
Deteksi dini risiko tinggi saat kehamilan dapat menggunakan KSPR yang mana dikelompokan menjadi
kehamilan risiko rendah, tinggi dan sangat tinggi

Permasalahaan

Masih rendahnya pengetahuan ibu serta suami tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
kehamilan secara berkala.
Masih kurangnya pengetahuan ibu hamil serta suami tentang kehamilan yang berisiko tinggi.
Sebagian besar penduduk masih tidak mau untuk merencanakan persalinan dengan tenaga kesehatan

Perencanaan
-Memberikan konseling kepada ibu hamil mengenai bahaya atau resiko yang dapat terjadi
-Memperhatikan nutrisi yang tepat pada ibu hamil dan menjelaskan waktu kunjungan yang tepat untuk
memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan terdekat agar persalinan berjalan lancar dengan bayi
lahir sehat dan ibu selamat.
-Deteksi Ibu Hamil risiko tinggi menggunakan KSPR
Pelaksanaan
Hari/ tanggal ……. ( 09.00 WITA – selesai )

Tempat Poli KIA Puskesmas Buleleng 1

Identitas Ibu Ny K 21 th,156 cm, 65 kg Skor Poedji Rochyati 2 ( Kehamilan Risiko Rendah )

- Dokter melakukan anamnesa, pemEriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium


- Dokter malukakan deteksi faktor risiko menggunakan kspr
- Dokter memberikan penjelasan mengenai hasi dan pengelompokan KSPR

Monitoring

Melihat angka cakupan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja puskesmas buleleng 1 dan
membandingkan dengan angka kematian ibu diwilayah puskesmas. Semakin tinggiangka cakupan
deteksi dini ibu hamil risiko tinggi akan dapat menurunkan angka kematian ibu di wilayah kerja
puskesmas Buleleng 1
F3 PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

LATAR BELAKANG

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13% balita berstatus gizi

kurang, 4,9% diantaranya berstatus gizi buruk. Data yang sama juga menunjukkan 13,3% anak

kurus, 6% diantaranya anak sangat kurus dan 17% anak tergolong sangat pendek. Keadaan ini

berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi.

Menurut WHO, 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.

Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Masalah gizi buruk paling

tinggi menyerang usia bayi. Hal ini disebabkan dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan

sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan dua kali lipat daripada

saat dilahirkan.

Untuk pertumbuhan bayi dengan baik, diperlukan zat-zat gizi seperti protein, kalsim,

vitamin D, Vitamin A dan K, zat besi, dan sebagainya. Secara alamiah zat-zat tersebut

sebenarnya sudah terkandung di dalam air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, jika bayi diberikan

ASI secara eksklusif, sudah bisa mencukupi kebutuhan gizinya.

Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh

kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi (Suharyono,1990). ASI eksklusif adalah

memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain,

termasuk air putih, kecuali obat- obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga

diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.

Menurut WHO/ UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan
benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan dan meneruskan

menyusui anak sampai usia 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI

yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.

ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, maka

Departemen Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. ASI

sudah diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya

secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu

menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Pola asuh

anak ini dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai gizi.

PERMASALAHAN

Sedikitnya jumlah ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bayinya menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu dalam angka pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di banjar tegal

. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan pentingnya pemberian ASI

Eksklusif. Dengan demikian akan dapat diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang

pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Topik : ASI Eksklusif

Metode : Ceramah, tanya jawab.

Media dan Alat : Mikrofon dan Speaker

Sasaran : peserta Ibu dari Balita


PELAKSANAAN

Waktu :

Tempat : banjar tegal

Jumlah Peserta : 30 orang

Proses pelaksanaan :

Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan kondusif, peserta memberikan beberapa pertanyaan

seputar ASI, dan permasalahan yang dihadapi ketika memberikan ASI pada Bayi.

MONITORING DAN EVALUASI

Saran untuk ibu yang bekerja agar diusahakan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya. Untuk para kader agar bisa melakukan pendekatan kepada ibu pekerja untuk

memberikan penyuluhan ASI Eksklusif Ibu pekerja, dimana waktunya sebagian besar digunakan

untuk bekerja. Namun bisa diantisipasi dengan cara ASI pompa, sehingga meskipun bekerja

masih bisa memberikan ASI Eksklusif untuk bayinya.

Anda mungkin juga menyukai