Pembimbing:
dr. Andri Julianto, Sp.An-KIC
Keluhan utama
Pasien datang ke poliklinik RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said
Sukanto. Keluhan terdapat benjolan pada kedua buah zakar.
Keluhan tambahan
- tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT KRONIS
B1 (Breath) B2 (Blood)
Airway paten, nafas Spontan TD : 124/82 mmHg, N : 82 x/menit, teraba
RR : 19 kali permenit penuh, kuat, regular
Inspeksi : Pergerakan dada simetris Auskultasi S1&S2 regular, murmur (-),
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), gallop (-)
ronki (-/-), stridor (-/-) Akral : hangat, CRT <2s, edema (-/-/-/-)
SpO2 : 99%
Mallampati : I BB : 90 Kg
TB : 174 Kg
ASA :I
EVALUASI PRE ANESTESI
B3 (Brain) B4 (Bladder)
B5 (Bowel) B6 (Bone)
PLANNING
Varicocelectomy
PRE-OPERASI ( 03 Februari 2021)
Identifikasi titik penusukan (Tuffier line, kemudian cari L3-L4, lalu Lakukan
prosedur septik aseptic menggunakan povidone iodine
Tindakan Anestesi Regional
Melakukan penusukan pada level L3-L4 menggunakan jarum quincke 25G
hingga ruang subaraknoid (CSF) kemudian suntikan Bupivacaine 0,5% 15
mg
Medikamentosa:
• Bupivacaine 15 mg Intratecal
• Ondancetron 4mg IV
• Ketorolac 30 mg IV
:-
EVALUASI POST OPERATIF
B1 (Breath) B2 (Blood)
B3 (Brain) B4 (Bladder)
B6 (Bone)
B5 (Bowel)
Kekuatan motoric (5/5/3/3), ROM tidak
BU (+) 6x/menit
Mual (-) terbatas
Tidak terdapat fraktur/dislokasi/malformasi
Muntah (-)
INTRUKSI POST OPERASI
Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan pukul 11.30 WIB dengan posisi
supine
Bupivacaine dan tetracaine hiperbarik adalah dua agen yang paling umum digunakan untuk anestesi
spinal.
• Onset (5-10 menit)
• Durasi yang lama (90-120 menit)
Kedua obat memiliki fungsi blokade level sensorik yang sama, namun Tetracaine memiliki blokade motorik
lebih secara konsisten dibandingkan dengan bupivacaine dengan dosis yang sama.
SPINAL ANESTHETIC AGENTS
Lidocaine dan prokain
• Onset yang relatif cepat (3-5 menit)
• Durasi aksi yang pendek (60-90 menit) diperpanjang dengan vasokonstriktor.
Meskipun anestesi spinal lidokain telah digunakan di seluruh dunia, beberapa ahli tidak
lagi menggunakan agen ini karena fenomena gejala neurologis sementara dan sindrom
cauda equina (CES).
• CSF memiliki berat jenis 1,003–
1,008 pada 37 ° C. Tabel 45–3
mencantumkan berat jenis solusi
anestesi. Solusi hiperbarik lokal
anestesi lebih padat (lebih berat)
dari CSF, sedangkan larutan
hipobarik kurang padat (lebih
ringan) dari CSF.
• Solusi isobarik cenderung tetap
ditingkat injeksi. Agen anestesi
dicampur dengan CSF (setidaknya 1:
1) untuk membuat solusi mereka
isobarik.
Obat-Obat yang Digunakan dalam
Anestesi Spinal
Efek Samping
Kebas
Parestesi lidah
Pusing
Tinnitus
Pandangan kabur
Tanda eksitasi (agitasi, gelisah, paranoid)
Depresi sistem saraf pusat (bicara tidak jelas, mudah mengantuk, kejang, depresi
pernapasan, hingga koma)
SISTEM TERMOREGULASI
Jarum dimajukan dari kulit melalui struktur yang lebih dalam sampai dua "pops" terasa.
• Penetrasi ligamentum flavum
• Penetrasi membran dura-arachnoid.
Konfirmasi tusukan pada dura dengan menarik stylet untuk memverifikasi adanya aliran CSF yang bebas.
Dengan jarum pengukur kecil (<25 g), aspirasi mungkin diperlukan untuk mendeteksi CSF.
Jika aliran bebas terjadi awal, tetapi CSF tidak dapat disedot setelah menusukkan jarum, jarum
kemungkinan harus di gerakkan. Parestesia yang persisten atau nyeri dengan injeksi obat harusnya
mengingatkan dokter untuk menarik dan mengarahkan kembali jarum
POSISI PASIEN
POSISI DUDUK
Posisi duduk dilakukan dengan cara memeluk bantal/ meletakkan siku tangan di paha,
sambil fleksi tulang belakang
Pada posisi ini, pasien tidur miring, dengan lutut fleksi, paha
ditarik ke arah abdomen atau dada seperti posisi fetal.
POSISI PRONE
Digunakan pada operasi anorectal dengann menggunakan obat isobaric atau hipobbarik.
Keuntungan :
Posisi blok neuraksial sama dengan posisi operasi sehingga
pasien tidak perlu bergerak setelah injeksi
Kekurangan :
Fleksi menyebabkan Teknik anestesi kebih sulit karena
sulitnya mencari celah
Teknik Anestesi Spinal
Midline approach
• Merupakan pendekatan
paramedian yang
diarahkan pada celah
antara L5-S1
• Jarum diinsersikan pada
1cm medial dan 1cm ke
inferior dari spina iliaca
posterior superior,
diarahkan ke cephalad
dengan sudut 45-55
derajat, dan cukup
medial untuk mencapai
prosesus spinosus L5
PERSIAPAN OPERASI
Anamnesis Lengkap (TTV, Airway Assesment, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat
penyakit dahulu, Riwayat pengobatan alergi)
Lab (Hb, Ht, Leuko, Trombo, SGOT, SGPT, Ur, Cr)
Pertimbangan Jenis Anestesi
Pertimbangan Preoperatif
Edukasi pasien tentang Teknik anestesi dan resiko anestesi informed consent
Pemakain baju operasi, cap dan masker
Akses IV line
Pemasangan monitor, Manset dewasa, Pulse Oximetry
Jenis jarum dan posisi pemberian obat
Obat – obatan yang dgunakan
Premedikasi : Ondansentron
Pemasangan kateter
Monitoring Intraoperatif
• Tanda tanda penting dari turunnya tekanan darah adalah pucat, berkeringat,
mual atau merasakan badan yang tidak enak secara keseluruhan
• Jika pasien merasa baik dan tekanan darah dapat dipertahankan,
maka tidak dibutuhkan pemberian atropine
• Jika denyut nadi turun dibawah 50 kali per menit atau ada hipotensi maka
atropine 300-600 mcg diberikan secara intravena
• Jika denyut nadi tidak juga meningkat maka dapat diberikan efedrin
Pertimbangan post-operatif
Monitoring tekanan darah dan saturasi oksigen
Pemberian antiemetic ondansentron apabila pasien merasa mual
Pemberian analgesic ketorolac 30 mcg bila pasien mengeluh nyeri post op
Daftar Pustaka
Hamid HMA. Combined low-dose clonidine with fentanyl as an adjuant to spinal bupivacaine 0,5% for anal surgery. Ain Shams Journal
of Anesthesiology 2009 [cited 2014 Jun 19];2;35-39. Available from: http://www.asja-eg.com/articles/45.pdf
Thakur A, Bhardwaj M, Kaur K, Dureja J, Hooda S, Taxak S. Intrathecal clonidine as an adjuvant to hyperbaric bupivacaine in patients
undergoing inguinal herniorrhaphy: A randomized double-blinded study. J Anaesthesiol Clin Pharmacol [serial online] 2013 [cited 2014
Jun 19];29:66-70. Available from: http://www.joacp.org/text.asp?2013/29/1/66/105804
Bab 4 & 5 Anestetik Lokal dan Analgesia Regional. Dalam: Latief Said A., Kartini A. Suryadi, M. Ruswan Dachlan. Petunjuk Praktis
Anestesiologi edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal 119-
97.
Baldini G, Butterworth JF, Carli F, et al. Spinal, Epidural, and Caudal Block. Dalam: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical
Anesthesiology 5th Edition. United States of America: Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 937-74.
Sukmono RB. Anestesia Regional. Dalam: Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Departemen Anestesiologi dan
Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. 2012. Hal 451-67.
Chapter 16 : Local Anesthetics. Dalam: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology 5th Edition. United States of
America: Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 276 – 263.
14.
TERIMA KASIH