STROKE
LAPORANINFARK
KASUS
STROKE INFARK
“Laporan Kasus
Laporan kasus
ini dibuat ini melengkapi
untuk dibuat untuk melengkapimengikuti
persyaratan
persyaratan
Kepaniteraan dalam
klinik senior menjalani
di bagiab SMF kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Neurologi
seniorRSU
di SMF Ilmu Kesehatan
dr.Pirngadi Medan” Neurologi
RSUD Dr. Pirngadi Medan
Disusun Oleh :
DOKTER PEMBIMBIN
G
nyta Prisca D,M.Ked,N
dr. A eu,Sp.S
Pembimbing :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Dokter Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
guna memenuhi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan yang berjudul “Stroke Infark”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada dokter pembimbing selama menjalani KKS di bagian ini yaitu
dr. Goldfried P. Sianturi, Sp.S segala bimbingan dan arahannya dalam
menjalani KKS dan dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa pembahasan laporan kasus ini masih
banyak kekurangannya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yangsifatnya membangun guna memperbaiki pembahasan laporan
kasus ini dikemudian hari. Harapan penulis semoga pembahasan laporan
kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Definisi .............................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi ..................................................................................... 3
2.3 Etiologi.............................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ...................................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 8
2.6 Faktor Risiko ........................................................................................... 11
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................... 13
2.8 Komplikasi .................................................................................... 19
2.9 Pencegahan .................................................................................... 19
2.10 Prognosis ....................................................................................... 21
BAB III STATUS. .......................................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memperoleh darah dari sepasang a.vertebralis (a.basilaris). 1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler.
Stroke infark atau infark serebral adalah kondisi ketika aliran darah
di otak terhambat, sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Kerusakan ini terjadi karena jaringan otak tidak mendapatkan cukup
oksigen yang disebabkan oleh adanya hambatan di pembuluh darah
arteri otak. Tanpa oksigen yang memadai, sel dan jaringan otak akan
mengalami kerusakan dan mati. Stroke infark disebut juga sebagai
stroke iskemik atau stroke non-hemoragik.
2.2 Epidemiologi
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana
kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik
di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika
dengan lebih dari 150.000 fatalitas menjadi penyebab kematian ketiga
dan penyebab utama kecatatan. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena
serangan stroke.3
3
menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan
terganggunya sosial ekonomi keluarga. Di Indonesia, stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan
pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke.5
2.3 Etiologi
Gangguan aliran darah mengakibatkan stroke, dapat disebabkan
oleh penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak
dan ini terjadi karena:
4
otak. Hal ini terjadi karena aterosclerosis dan hipertensi. Keadaan ini
pada umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun, sebagai akbiat
pecahnya pembuluh arteri otak. Pecahnya pembuluh darah otak akan
menyebabkan perembesan darah kedalam parenchym otak
2.4 Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di
batang otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri
tidak/kurang mendapat suplai darah. Jatah darah tidak disampaikan ke
daerah tersebut. Lesi yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri
tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah.
Stroke Iskemik
Stroke iskemik merupakan kelainan yang kompleks dengan beberapa
etiologi dan manifestasi klinis yang tidak tetap. Sekitar 45% stroke
iskemik disebabkan trombus arteri besar maupun kecil, 20 disebabkan
emboli dan sisanya terjadi karena sebab yang tidak diketahui (Hinkle,
2007).
5
bertambah parah dapat menyebabkan penurunan membran sel saraf
karena kematian sel akibat dari terganggunya proses sel normal.
Iskemia juga dapat disebabkan karena kekurangan oksigen saja
(kerusakan hipoksiaiskemik yang mungkin terjadi pada pasien yang
mengalami serangan jantung, kolaps pernapasan ataupun karena
keduanya) atau kehilangan glukosa saja (yang mungkin terjadi karena
overdosis insulin pada pasien diabetes).
6
setidaknya sekitar 60 ml/100g/menit kemungkinan kematian akan
berkurang. Neuron pada penumbra sebagian besar mengalami
disfungsi, tapi dapat pulih jika di reperfusi pada waktu yang tepat.
Intervensi farmakologis yang diberikan secepatnya dapat membantu
proses rekanalisasi pembuluh darah yang tersumbat, karena tidak
hanya menyelamatkan neuron dan sel glia dari penumbra tapi juga sel
glia pada inti iskemia sehingga dapat mengurangi infark jaringan
(McElveen Alway, 2009; Deb et al., 2010).
7
Hipotensi berat dapat menimbulkan efek yang sama dengan iskemik,
terutama dalam konteks stenosis yang signifikan dari arteri karotid
dan dapat memicu batas unilateral iskemia (Maas and Safdieh, 2009).
Stroke Hemoragik
Selama perdaraan intraserebral, terjadi akumulasi darah yang cepat
dalam parenkim otak yang menyebabkan gangguan anatomi normal
dan peningkata tekanan lokal. Tergantung pada dinamika ekspansi
hematoma (pertumbuhan), kerusakan primer terjadi dalam waktu
beberapa menit hingga jam setelah onset pendarahan. Kerusakan
sekunder sebagian besar disebabkan karena adanya darah dalam
parenkim dan juga tergantung pada volume hematoma, usia dan
valume ventricular. Hal ini dapat terjadi melalui jalur sitotoksisitas
darah, hipermetabolisme, eksitotoksisitas, depresi serta stress
oksidatif dan peradangan. Pada akhirnya pathogenesis ini
menyebabkan gangguan irreversibel komponen unit neurovascular
dan diikuti oleh gangguan pada blood brain barrier dan edema otak
memetikan dengan kematian sel otak besar. Sementara mediator
inflamasi yang dihasilkan secara lokal untuk merespon kematian otak
atau cedera otak memiliki kapasitas untuk menambah kerusakan yang
disebabkan oleh cedera sekunder, keterlibatan sel-sel inflamasi
(mikroglia/makrofag) sangat penting untuk menghilangkan pecahan
sel dari hematoma yang merupakan sumber peradangan (Aronowski
and Zhao, 2011).
1. Defisit Motorik
a. Hemiparese : jika satu tangan atau satu kaki atau satu sisi
wajah menjadi lemah, namun tak sepenuhnya lumpuh
8
b. Hemiplegia : jika satu tangan atau satu kaki atau bahkan satusisi
wajah menjadi lumpuh dan tak dapat bergerak.
c. Distria (kerusakan otot-otot bicara).
d. Disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
e. Kerusakan motorik halus dan kasar.2.
Defisit Sensori
a. Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian
besar pada hemisfer serebri).
b. Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada
setengah bidang pandang pada sisi yang sama).
c. Diplopia (penglihatan ganda).
d. Penurunan ketajaman penglihatan.
3. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepatdan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan).
a. Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal
terhadap ekstremitas yang mengalami paralise; kelainanunilateral).
b. Disorientasi (waktu, tempat, orang).
c. Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakanobyek-
obyek dengan tepat).
d. Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi
lingkungan melalui indera).
e. Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau
tempat.
4. Defisit Bahasa/Komunikasi
a. Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi
9
pola-pola bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan
menggunakan respons satu kata.
b. Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan
– mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-katadengan
tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini).
c. Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) –
tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat.
d. Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang
dituliskan).
e. Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide
dalam tulisan).
5. Defisit Intelektual
a. Kehilangan memori.
b. Rentang perhatian singkat.
c. Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar).
d. Penilaian buruk.
e. Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau
berpikir secara abstrak.
6. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
a. Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atautidak
tepat).
b. Kehilangan kontrol diri dan hambatan social.
c. Penurunan toleransi terhadap stress.
d. Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah.
7. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
a. Lesi unilateral karena stroke mengakibatkan sensasi dan
10
kontrol partial kandung kemih, sehingga pasien sering
mengalami berkemih, dorongan dan inkontinensia urine.
b. Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung
kemih sangat baik.
c. Konstipasi dan pengerasan feses.
Manifestasi klinis stroke non hemoragik menurut Misbach(2013)
adalah:
Hipertensi.
Gangguan motorik (kelemahan otot, gangguan mobilitas
fisik).
Gangguan sensorik.
Gangguan visual.
Gangguan keseimbangan.
Nyeri kepala (migrain, vertigo).
Muntah.
Disartria (kesulitan berbicara).
11
menghilang, dan insidennya menjadi hampir sama dengan pria
- Ras dan suku bangsa
12
2.7 Penatalaksanaan
Perlu diperhatikan langkah-langkah dalam diagnosis dan pengobatan
stroke dikenal dengan 8 D dan ABC yaitu:3,5
- 8D:
1. Detection: kenali gejala stroke dengan cepat.
2. Dispatch: cepat dalam mengaktifkan fasilitas emergensi
dengan meneleponambulans (panggilan darurat).
3. Delivery: antar pasien dengan cepat dan tepat.
4. Door: langsung dibawa ke stroke center.
5. Data: cepat dievaluasi oleh bagian di stroke center.
6. Decision: pengambilan keputusan yang cepat dan tepat oleh
ahli neurologis.
7. Drug: pemberian obat stroke (fibrinolitic therapy).
8. Disposition: cepat dipindahkan ke ruangan yang lebih intensif
- ABC :
A : Airway, artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari
segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda
asing maupun sebagai akibat benda asing maupun sebagai akibat
stroknya sendiri
B : Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat
gangguan dipusat napas (akibat stroke) atau oleh karena
komplikasi infeksi di saluran napas.
C : Cardiovascular function, yaitu fungsi jantung dan pembuluh
darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus, atau
gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat.
13
mortalitas dan mengurangi kecacatan. (Time is Brain). Tujuan utama
pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat
mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik.
Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam : 5,7
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem
agar oksigenasi baik dan tidak terjadi aspirasi. Pemberian oksigen
dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95%.Berikan
bantuan ventilasi pada pasien dengan penurunan kesadaran atau
disfungsi bulbar dengan gangguan jalan nafas.Pasien stroke iskemik
akut yang nonhipoksia tidak memerlukan terapi oksigen.Intubasi
endotracheal tube *ETT) atau laryngeal mask airway (LMA)
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2
> 50mmHg), atau syok atau pada pasien dengan risiko aspirasi.Pipa
14
endotrakeal diusahakantidak terpasang lebih dari 2 minggu.Jika lebih
dari 2 minggu, disarankan dilakukantrakeostomi. Pemantauan secara
terus menerus terhadap status neurologi, nadi, tekanan darah, suhu
tubuh dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, terutama pada
pasien dengan deficit neurologis yang nyata.
15
osmoterapi atas indikasi: Manitol 0,25-0,50gram/kgBB, selama >20
menit diulangi setiap 4-6 jam dengan target ≤310 mOsm/L. Kalauperlu
berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak
pelepasan neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB
dan merusak pemulihan metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi
terhadap protein kinase. Berikanasetaminofen 650 mg bila suhu >
38,5ᵒC.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam bolus lambat i.v 5-
20 mg dan diikuti fenitoin loading doose 15-20 mm/kg bolus dengan
kecepatan maksimum 50 mg/menit.
1.d Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine
sebaiknya dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine,
pada laki laki pasang kondom kateter,pada wanita pasang kateter.
16
diagnosis stroke iskemik akut ditegakkan (awitan 3 jam pada
pemberian intravena) dengan dosis 0,9 mg/kgBB maksimal 90
mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60
menit).10
- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualasi)
Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat
dua kelas pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti
agregasi trombosit.
Secara umum, pemberian antikoagulan setelah stroke
iskemik akut tidak bermanfaat.Namun beberapa ahli masih
merekomendasikan heparin dosis penuh pada penderita stroke
iskemik akut dengan risiko tinggi terjadi reembolisasi, diseksi
arteri atau stenosis berat arteri katoris sebelum pembedahan.
Obat yang dapat diberikan adalah heparin dengan dosis awal
1.000 u/jam cek APTT 6 jam kemudiansampai dicapai 1,5 – 2,5
kali kontrol hari ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat
molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor
trombosit hari ke1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan),
Warfarin dengan dosis hari I = 8 mg,hari II = 6 mg, hari III
penyesuaian dosis dengan melihat INR pasien.8
Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48
jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke
iskemik akut.Namun jika direncanakan pemberian trombolitik,
aspirin jangan diberikan.Pemberian klopidogrel saja, atau
kombinasi dengan aspirin pada stroke iskemik akut tidak
dianjurkan, kecuali padapasien dengan indikasi spesifik seperti
angina pectoris tidak stabil, non Q-wave MI, atau recent
stenting.2
17
- Proteksi neuronal/sitoproteksi
Pemakaian obat neuroprotektan belum menunjukkan hasil
yang efektif, namunciticolin sampai saat ini masih memberikan
manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke
iskemik akut dengan dosis 2 x 1000mg intravena 3 hari dan
dilanjutkan dengan 2 x 1000 mg per oral selama 3 minggu3
18
2.8 Komplikasi
Komplikasi akut .
- Kenaikan tekanan darah, keadaan ini biasanya merupakan
mekanisme kompensasi sebagai upaya mengejar kekurangan
pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu kecuali bila
menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik
> 130) tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun
sendiri setelah 48 jam.
- Kadar gula darah, pasien stroke sering kali merupakan pasien
DM sehingga kadar gula darah pasca stroke tinggi.
- Gangguan Jantung
- Infeksi kandung kemih, infeksi dan sepsis merupakan
komplikasi strok yang serius
Komplikasi kronis.
- Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa menjadi
pneumonia, dekubitus,inkontinensia serta berbagai akibat
imobilisasi lainnya.
- Gangguan sosial-ekonomi
- Gangguan psikologis
- Pasien memiliki resiko penurun kognitif dan dimensia yang
semakin meningkat.
2.9 Pencegahan
Pencegahan stroke memerlukan manajemen agresif terhadap faktor
resiko dan pendidikan pasien.
Primer
1. Mengendalikan faktor risiko mencakup :
19
- Hipertensi, diet, dislipidemia, penggunaan alkohol berat,
inaktivitas fisik, obesitasdan diabetes. Menghindari: merokok,
stress, meminum alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan
sejenisnya.
- Tekanan darah harus ≤ 149/90 mmHg dan ≤ 130/80 mmHg
untuk mereka dengandiabetes atau penyakit ginjal nondiabetik
dengan proteinuria. Agens penurun lipid dapat menurunkan
risiko stroke.
- Pada pasien diabetes tujuannya untuk mengontrol glukosa
darah optimal, pada kira-kira 100 mg/dl.
2. Diet
Anjurkan pasien dengan diet yang tidak sehat dan dislipidemia
untuk mengubah lemak jenuh dan lemak trans tak jenuh yang
ditemukan dalam produk unggas, daging, dan margarin padat,
dengan lemak ganda tak jenuh dan tunggal jenuh unhydrogenated
yang ditemukan dalam kacang kedelai, margarin cair, dan minyak
ikan. Atau menganjurkan peningakatan asupan buah, sayuran, dan
serat. Tidak mengkonsumsi alkohol
3. Olahraga teratur
Anjurkan pasien untuk mempertahankan latihan fisik regular dan
menimbang berat badan
Sekunder
20
2.10 Prognosis.1,5
Prognosis stroke tergantung jenis stroke dan sindrom klinis stroke.
Kemungkinan hidup setelah menderita stroke bergantung pada lokasi,
ukuran, lesi, serta usia pasien, dan penyakit yang menyertai sebelum
stroke.Penderita yang selamat memiliki resiko tinggi stroke kedua kali.
Stroke hemoragik memiliki prognosis yang buruk, pada 30 hari
pertama risiko meninggal 50%, sedangkan stroke iskemik hanya 10%.
21
BAB III
STATUS ORANG SAKIT BAGIAN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN
No RM : 00.92.57.48
Nama : Dewince Siagian
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 78 Tahun
Suku Bangsa : Batak/ Indonesia
Alamat : Jl. Dorowati lrg gereja No. 19/25
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 02/08/2023
3.2 ANAMNESA
22
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat penggunaan obat :
Spinorolakton 25gr
Bisoprolol 2,5gr
Furosemide 40gr
Candesartan 5 gr
23
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
3.3.1 PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan darah : 122/78 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Temperatur : 36.70C
Kulit & selaput lendir : DBN
Persendian : DBN
Pergerakan : DBN
Desah :-
Lain :-
24
Auskultasi : SP: Vesikuler Peristaltik (+) Normal
ST : (-)
3.3.4 GENITALIA
3.4.2 KRANIUM
Bentuk : Normocephali
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Pulsasi a.temporalis reguler
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tanda Kerniq :-
Tanda Laseque :-
25
Muntah :-
Sakit kepala :-
Kejang :-
Lapangan pandang :
• Normal (+) (+)
• Menyempit (-) (-)
• Hemianopsia (-) (-)
• Scotoma (-) (-)
Refleks ancaman (+) (+)
Fundus okuli :
26
• Ekskavasio TDP TDP
Pupil :
27
NERVUS V Kanan Kiri
Motorik :
Sensorik :
Refleks Kornea :
NERVUS VII
Motorik :
Mimik simetris
28
Menutup mata simetris
Tdp
Tertawa
Vestibularis :
29
NERVUS IX, X
Uvula Medial
Disfagia (-)
NERVUS XI
Mengangkat bahu DBN
NERVUS XII
Lidah :
Tremor (-)
Atropi (-)
Fasikulasi (-)
30
3.4.6 SISTEM MOTORIK
Trofi : Normotrofi
Tonus Otot : Normotonus
Sikap
Duduk : Dalam batas normal
Berdiri : Ditopang
Berbaring : Dalam batas normal
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mipklonus : (-)
Atetosis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
31
3.4.8 TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif : Dalam batas normal
Propioseptif : Dalam batas normal
Fungsi kortikal untuk sensibilitas :
Stereognosis : Dalam batas normal
Pengenalan 2 Titik : Dalam batas normal
Grafestesia : Dalam batas normal
3.4.9 REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+)
APR (+) (+)
KPR (+) (+)
Refleks Primitif :-
3.4.10 KOORDINASI
32
KOORDINASI
3.4.11 VEGETATIF
VEGETATIF
3.4.12 VERTEBRA
VERTEBRA
Bentuk :
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
33
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan :
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Vertigo : (-)
34
FUNGSI LUHUR
Kesadaran kualitatif : Compos Mentis
Ingatan baru : Dalam batas normal
Ingatan lama : Dalam batas normal
Orientasi
Diri : Dalam batas normal
Tempat : Dalam batas normal
Waktu : Dalam batas normal
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
1. Darah Lengkap:
35
Glukosa Adrandom 109,00
mg/dL Natrium 139 mmol/L
Kalium 5,80 mmol/L
Clorida 104,00 mmol/L
2. Elektrolit: Dalam batas normal
3. EKG
3.8 PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20gtt
- Ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/8 jam
- Captopril 25 mg 1x1 tab
- Inj Citicolin 500 mg/12 jam
- Betahistine 6 mg 3x1 tab
3.10 ANJURAN
-Fisioterapi
36
3.11 PROGNOSA
37
BAB IV
PENUTUP
38
DAFTAR PUSTAKA
39