Disusun Oleh:
Pembimbing :
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Stroke Non Hemoragik”
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.2 Diagnosis...............................................................................................3
ii
3.11 Pemeriksaan koordinasi.....................................................................15
3.21 Terapi.................................................................................................20
3.23 Prognosa............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, stroke hemoragik dan
stroke non-hemoragik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berlawanan.
Pada stroke hemoragik kranium yang tertutup mengandung darah yang terlalu
banyak, sedangkan pada stroke non-hemoragik terjadinya gangguan
ketersediaan darah pada suatu area di otak dengan kebutuhan. oksigen dan
nutrisi area tersebut. Setiap kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa
subtipe, yang masing-masing mempunyai strategi penanganan yang berbeda.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
dan tromboksan A2. Prostasiklin merupakan vasodilator yang kuat dan mencegah
agregasi trombosit, sedangkan tromboksan A2 merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Pada keadaan normal, prostasiklin dan tromboksan A2 berada dalam
keseimbangan sehingga agregasi trombosit tidak terjadi. Bila keseimbangan ini
terganggu, akan terjadi agregasi trombosit. Prostaglandin, leukotrien, dan radikal
bebas terakumulasi. Protein dan enzim intraseluler terdenaturasi, setelah itu sel
membengkak (edema seluler).
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Akumulasi asam laktat yang dapat menimbulkan neurotoksik
terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan
glikolisis dalam keadaan iskemia.
2.2 DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
3
Jika penderita sadar, tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi,
disertai pemeriksaan saraf-saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi baik
atau adakah disfasia.
Lakukan pemeriksaan reflex batang otak yaitu; reflex pupil terhadap cahaya,
reflex kornea, reflex okulosefalik, dan reflex okulo-vestibular.
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia darah (gula darah sewaktu, faal
ginjal, faal hepar, dan profil lipid), pemeriksaan homeostasis ( PTT, APTT,
viskositas plasma).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan
stroke infark dengan stroke perdarahan. Pada stroke karena infark,
gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan gambaran
hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
3. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
4. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi
atau aneurisma pada pembuluh darah.
5. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
4
6. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada
stroke PIS didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna
kekuningan. Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada
stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
2.4 PENATALAKSANAAN
Biasanya obat ini digunakan untuk infark jantung akut untuk melarutkan
bekuan darah yang diperkirakan menyumbat arteri yang terlibat dalam proses
stroke iskemik. Syarat utama adalah waktu pemberian adalah harus sesegera
mungkin setelah stroke iskemik terjadi (< 3 jam), agar belum terjadi perubahan
sekunder pada dinding pembuluh darah yang tersumbat dan terutama daerah otak
yang diperdarahinya. Dosis rtPA IV 0,9 mg/kg BB (maksimal 90 mg). 10% dari
dosis sebagai bolus pada menit pertama, sisanya sebagai infus selama 60 menit
monitor terus di ICU 24 jam akan adanya perburukan neurologis dan perdarahan.
Pengobatan dengan obat antiplatelet pada fase akut strok, baru-baru ini sangat
dianjurkan. Uji klinis pada IST (International Stroke Trial) dan CAST ( Chinese
Aspirin Stroke Trial) memberitakan bahwa pemberian aspirin pada fase akut
menurunkan frekuensi strok berulang dan menurunkan mortalitas penderita strok
akut.
5
kerusakan sel-sel neuron dapat menyebabkan gangguan membran sel akibat
kerusakan pada pompa ion Ca, Na, K. Ada dua jenis neuroproteksi :
- Piracetam
- Citicholin
Terapi bedah
- Carotid endarterectomy
- Angioplasty
- Catheter embolectomy
6
BAB III
STATUS PASIEN
MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM
7
Faktor Herediter : Tidak dijumpai
Faktor Familial : Tidak dijumpai
b. Cranium
Bentuk : Bulat simetris
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
8
e. Saraf-saraf otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Normosmia
b. Nervus II (Opticus)
OD OS
Gerakan bola
mata ke Medial
(+) (+)
Pupil
Lebar ±3 mm ±3 mm
9
RC tidaklangsung (+) (+)
d. Nervus IV (Troclearis)
OD OS
e. Nervus V (Trigeminus)
a. Motorik
1. Membuka dan menutup mata : Dalam batas normal
2. Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas
normal
3. Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4. Menggerakkan rahang: Dalam batas normal
b. Sensorik
1. Kulit : Dalam batas normal
2. Selaput lendir : Dalam batas normal
3. Refleks kornea : Positif
4. Refleks masster : Dalam batas normal
f. Nervus VI (Abducens)
OD OS
10
Menutup mata Dalam batas normal
b. Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah depan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Produksi kelenjar ludah : (+)
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada di tengah
Disatria : Dijumpai
Pengecapan1/3 belakang lidah : Tidak dilakukan
pemeriksaan
j. Nervus X (Vagus)
Disfagia : Tidak dijumpai
Refleks muntah : Dalam batas normal
k. Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
11
Atrofi : Tidak dijumpai
Ujung lidah saat istirahat : Dalam batas normal
Ujung lidah saat dijulurkan : Dalam batas normal
Kekuatan Otot
Ekstremitas superior
Fleksi 3/3/3/3/3 2/2/2/2/2
Ekstensi 3/3/3/3/3 2/2/2/2/2
Ekstremitas Inferior
Fleksi 3/3/3/3/3 2/2/2/2/2
Ekstensi 3/3/3/3/3 2/2/2/2/2
Sikap
Duduk : Baik
Berdiri : Tidak bisa
Berbaring : Baik
12
Gerak
Posisi
Getaran
Tekanan
3.10 Refleks
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
b. Refleks Patologis
Kanan Kiri
3.11 Koordinasi
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.12 Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensidan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
13
3.13 Vertebrae
Bentuk : Normal, Scoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis
(-)
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan Pinggang : Dalam batas normal
Laseque - +
Cross Laseque - -
Nafziger - -
Lermithe - -
14
Daya pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, gerakan
bola mata (+)
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola mata ke medial
Nervus V : Dapat mengunyah
Nervus VI : Dapat menggerakkan bola mata kearah
lateral
Nervus VII : Tidak dapat tersenyum, kerutan dahi (+)
Nervus VIII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus X : Dapat menelan
Nervus XI : Dapat mengangkat bahu dan menolehkan
leher
15
Nervus XII : Tidak dapat menjulurkan lidah
c. Kekuatan Otot
Ekstremitas Superior
Kanan ESF : 3/3/3/3/3 kiri ESF: 2/2/2/2/2
ESE : 3/3/3/3/3 ESE: 2/2/2/2/2
Ekstremitas Inferior
Kanan ESF : 3/3/3/3/3 Kiri ESF:2/2/2/2/2
EIE : 3/3/3/3/3 EIE:2/2/2/2/2
d.Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
16
3.19 DIAGNOSA BANDING
1. Stroke Non Hemoragik
3.21 TERAPI
IVFD NaCl 0,9% 15 gtt/menit
Aminofluid 1 fls/hari 15 gtt/menit
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Citicolin 500 mg/8 jam
Silostazole 50 mg 2x1
Mannitol 125 mg/6jam
PCT drip /8 jam
Meropenem 1 amp/8 jam
Amlodipin 10 mg 1x1
HCT 39,1%
MCV 85,5 fL
MCH 28,4 pg
2. Kimia Klinik
17
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax :
EKG : Myocard Ischemic septal
CT- Scan : Infark kronik di bangsal ganglia
3.23 Prognosa
Dubia ad Malam
18
3.24 FOLLOW UP PASIEN
19
10/7/2017 – 11/7/2017 TD : 100/70 SNH + Dekubitus
IVFD NaCl 0,9% 15 gtt
Ekstremitas Superior mmHg Aminofluid 1 fls/h
dekstra dan sinistra lemah HR : 88 x/i gtt/menit
Ekstremitas Inferior RR : 25x/i Inj. Ranitidine 1 amp/12
Citicolin 500 mg/8 jam
dekstra dan sinistra lemah T : 37,6°C Silostazole 50 mg 2x1
Mannitol 125 mg/6jam
PCT drip /8 jam
Meropenem 1 amp/8 jam
Amlodipin 10 mg 1x1
Valsartan 1x1 tab
Asam Folat 2x1
Penitoin 100 mg 3x1
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Dinata, C. A., Y., Safrita, & S., Sastri, 2013, Gambaran Faktor Risiko dan
Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012.J. Kes
And; 2(2).
22