Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Imelda S. P17212215092
Lailaturrosidah P17212215073
Sarmillawati P17212215117
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Sistem
Neurologi (Acute Ischemic Dan Hemorrajic Stroke)” makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................42
4.2 Saran .................................................................................................................43
Daftar Pustaka..............................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2012).
Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan pada sel neuron otak
secara bertahap. Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan sel-sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini
menyebabkan kegagalan metabolisme dan penurunan energi yang dihasilkan oleh
sel neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tersebut memicu respon inflamasi dan diakhiri dengan kematian
sel serta apoptosis terhadapnya. Proses cedera pada susunan saraf pusat ini
menyebabkan berbagai hal, antara lain gangguan permeabilitas pada sawar darah
otak, kegagalan energy, hilangnya homestasis ion sel, asidosis, peningkatan
kalsium akstrasel, dan toksisitas yang dipicu oleh keberadaan radikal bebas
(Yasmara et al., 2016).
Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral dan perdarahan
subaraknoid yang biasanya terjadi pada siang hari, waktu beraktivitas, dan saat
emosi (Solikin, 2016). Darah yang keluar akan merembes dan masuk ke suatu
daerah di otak, kurangnya aliran darah ke otak akan menyebabkan beberapa
reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak sehingga dapat
menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan serebral (Junaidi, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari acute ischemic dan stroke hemoragik?
2. Apa etiologi dari acute ischemic dan stroke hemoragik?
3. Apa saja jenis-jenis stroke?
4. Apa saja faktor resiko acute ischemic dan stroke hemoragik?
5. Bagaimana manifestasi klinis acute ischemic dan stroke hemoragik?
6. Bagaimana patofisiologi acute ischemic dan stroke hemoragik?
7. Apa komplikasi dari acute ischemic dan stroke hemoragik?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang acute ischemic dan stroke hemoragik?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis acute ischemic dan stroke hemoragik?
1.3 Tujuan Penulisan
KONSEP MEDIS
4
5
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam
waktu 1-3 minggu
c. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam sampe bbrpa hari
d. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa hari
e. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas stroke iskemik dapat dibagi menjadi:
a. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri
serebri media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau
sedang istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau
secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa
jam, kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran
biasanya tidak terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam
beberapa hari,minggu atau bulan.
b. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena
emboli yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala
terlihat sangat mendadak berkembang sangat cepat, kesadaran
biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada organ
dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu
atau bulan.
2.1.3 Etiologi
Menurut (Mirawati & et.al, 2021) beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan stroke iskemik antara lain :
a. Thrombosis Cerebral
6
1) Atherosklerosis
2) Hypercoagulasi pada polysitemia
3) Arteritis ( radang pada arteri )
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.
(RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi, Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi menurut (Mirawati & et.al, 2021), otak menerima aliran
darah dengan fungsi yang normal, serta membutuhkan oksigen dan
glukosa. Secara umum aliran darah sangat penting untuk pergerakan
sampah dari metabolic, karbon dioksida, dan laksit aksid. Jika aliran darah
otak berhenti maka otak dapat tercemar. Segala proses dari autoregulasi
7
Suplay O2 ke otak ↓
Resiko
Iskemik jaringan pada otak Syok neurologik ketidakefektifan
perfusi jar. otak
Hipoksia
STROKE ISKEMIK
Iskemik pada arteri serebral anterior Iskemik pada arteri serebral ante
Iskemik pada arteri serebral anterior
yang menunjukkan lesi spesifik dari pembuluh darah penyebab stroke. Selain
itu, CTA juga dapat memperkirakan jumlah perfusi karena daerah yang
mengalami hipoperfusi memberikan gambaran hipodense(Wijaya & Putri 2013).
e. MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih awal
pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI lainnya
memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak panjang.
Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke akut. MR T1 dan T2
standar dapat dikombinasikan dengan protokol lain seperti diffusion-weighted
imaging (DWI) dan perfussion-weighted imaging (PWI) untuk meningkatkan
sensitivitas agar dapat mendeteksi stroke iskemik akut. DWI dapat mendeteksi
iskemik lebih cepat daripada CT scan dan MRI. Selain itu, DWI juga dapat
mendeteksi iskemik pada daerah kecil. PWI dapat mengukur langsung perfusi
daerah di otak dengan cara yang serupa dengan CT perfusion. Kontras
dimasukkan dan beberapa gambar dinilai dari waktu ke waktu serta dibandingkan
(Wijaya & Putri 2013).
f. USG, ECG, EKG, Chest X-Ray
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG. Jika dicurigai stenosis
atau oklusi arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis. USG
transkranial dopler berguna untuk mengevaluasi anatomi vaskuler proksimal lebih
lanjut termasuk di antaranya MCA, arteri karotis intrakranial, dan arteri
vertebrobasiler. Pemeriksaan ECG (ekhokardiografi) dilakukan pada semua
pasien dengan stroke iskemik yang dicurigai mengalami emboli kardiogenik.
Transesofageal ECG diperlukan untuk mendeteksi diseksi aorta thorasik. Selain
itu, modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi pada atrium kiri.
Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG
dan foto thoraks (Wijaya & Putri 2013).
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Trombolitik
Tissue plasminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara
intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim proteolitik
yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein pembekuan lainnya.
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) di
Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah onset
stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut
diberikan secara bolus IV sedang sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. (Budianto,
dkk, 2021)
b. Antikoagulan
13
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang
mengancam. Suatu fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya
bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau
infark massif dengan hemiplegia. Keadaan yang memerlukan penggunaan heparin
adalah trombosis arteri basilaris, trombosis arteri karotis dan infark serebral akibat
kardioemboli (Budianto, dkk, 2021).
c. Hemoreologi
Pada stroke iskemik terjadi perubahan hemoreologi yaitu peningkatan
hematokrit, berkurangnya fleksibilitas eritrosit, aktivitas trombosit, peningkatan
kadar fibrinogen dan aggregasi abnormal eritrosit, keadaan ini menimbulkan
gangguan pada aliran darah. Pentoxyfilline merupakan obat yang mempengaruhi
hemoreologi yaitu memperbaiki mikrosirkulasi dan oksigenasi jaringan dengan
cara: meningkatkan fleksibilitas eritrosit, menghambat aggregasi trombosit dan
menurunkan kadar fibrinogen plasma. Dengan demikian eritrosit akan mengurangi
viskositas darah.Pentoxyfilline diberikan dalam dosis 16/kg/hari, maksimum 1200
mg/hari dalam jendela waktu 12 jam sesudah onset (Budianto, dkk, 2021).
d. Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)
1. Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan sintesis
atau mengurangi lepasnya senyawa yang mendorong adhesi seperti
thromboxane A2. Aspirin merupakan obat pilihan untuk pencegahan stroke.
Dosis yang dipakai bermacam-macam, mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari
samapi 1.300 mg/hari. Dosis lain yang diakui efektif ialah: 625 mg 2 kali sehari.
Aspirin harus diminum terus, kecuali bila terjadi reaksi yang merugikan.
Konsentrasi puncak tercapai 2 jam sesudah diminum. Cepat diabsorpsi,
konsentrasi di otak rendah. Hidrolise ke asam salisilat terjadi cepat, tetapi tetap
aktif. Ikatan protein plasma: 50-80 persen. Waktu paro (half time) plasma: 4
jam. Metabolisme secara konjugasi (dengan glucuronic acid dan glycine).
Ekskresi lewat urine, tergantung pH. Sekitar 85 persen dari obat yang diberikan
dibuang lewat urin pada suasana alkalis. Reaksi yang merugikan: nyeri
epigastrik, muntah, perdarahan, hipoprotrombinemia dan diduga: sindrom Reye
(Budianto, dkk, 2021).
2) Tiklopidin (ticlopidine) dan klopidogrel (clopidogrel)
Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi aspirin, dapat
menggunakan tiklopidin atau clopidogrel. Obat ini bereaksi dengan mencegah
aktivasi platelet, agregasi, dan melepaskan granul platelet, mengganggu fungsi
membran platelet dengan penghambatan ikatan fibrinogen-platelet yang
diperantarai oleh ADP dan antraksi platelet-platelet. Efek samping tiklopidin
14
adalah diare (12,5 persen) dan netropenia (2,4 persen). Bila obat dihentikan
akan reversibel. Pantau jumlah sel darah putih tiap 15 hari selama 3 bulan.
Komplikas yang lebih serius, teyapi jarang, adalah pur-pura trombositopenia
trombotik dan anemia aplastik (Budianto, dkk, 2021).
e. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada completed stroke sangat dibatasi. Jika kondisi
pasien semakin buruk akibat penekanan batang otak yang diikuti infark serebral
maka pemindahan dari jaringan yang mengalami infark harus dilakukan
(Budianto, dkk, 2021)..
f. Karotis Endarterektomi
Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri karotis interna yang
mengalami stenosis. Pada pasien yang mengalami stroke di daerah sirkulasi
anterior atau yang mengalami stenosis arteri karotis interna yang sedang hingga
berat. Karotis Endarterektomi adalah prosedur bedah untuk membersihkan plak
dan membuka arteri karotis yang menyempit di leher. Endarterektomi dan aspirin
lebih baik digunakan daripada penggunaan aspirin saja untuk mencegah stroke.
Endarterektomi tidak dapat digunakan untuk stroke di daerah vertebrobasiler atau
oklusi karotis lengkap. Angka mortalitas akibat prosedur karotis endarektomi
berkisar 1-5% (Budianto, dkk, 2021).
g. Angioplasti dan Sten Intraluminal
Pemasangan angioplasti transluminal pada arteri karotis dan vertebral serta
pemasangan sten metal tubuler untuk menjaga patensi lumen pada stenosis arteri
serebri masih dalam penelitian. Suatu penelitian menyebutkan bahwa angioplasti
lebih aman dilaksanakan dibandingkan endarterektomi namun juga memiliki resiko
untuk terjadi restenosis lebih besar. Carotid angioplasty dan stenting (CAS)
digunakan sebagai alternative dari carotid endarterectoomi untuk beberapa
pasien. CAS berdasarkan pada prinsip yang sama seperti angioplasty untuk
penyakit jantung (Budianto, dkk, 2021).
1) Sebuah kateter tube yang sangat kecil di insersikan ke dalam arteri di
lipatan paha.
2) Melalui system sirkulasi sampai mencapai area yang tersumbat di arteri
karotis.
3) Dapat juga mengahancurkan bekuan dengan mengembangkan balon kecil
didalam dindng pembuluh darah (angioplasty).
4) Setelah menggembungkan balon sementara waktu, dokter biasanya
meninggalkan kawat berbentuk sirkular(stent) ke dalam pembuluh darah
untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terbuka.
15
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, dan
acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
2.2.3 Jenis-jenis Stroke
Stroke dibagi menjadi beberapa jenis, menurut (KEMENKES RI 2018) jenis stroke
yaitu:
Stroke iskemik (sumbatan)
- Stroke emboli : bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau
pembuluh arteri besar yang terangkut menuju otak.
- Stroke trombotik : bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh
arteri yang mensuplai darah ke otak.
Stroke hemoragik (perdarahan)
- Perdarahan intraserebral : pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke dalam
jaringan yang menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja
otak berhenti. Penyebab tersering adalah Hipertensi.
- Perdarahan subarachnoid : pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan
permukaan otak dan darah bocor diantara otak dan tulang tengkorak.
Penyebabnya bisa berbeda-beda, tetapi biasanya karena pecahnya aneurisma.
2.2.4 Faktor Resiko Stroke Hemoragik
Faktor risiko stroke hemoragik menurut Julianti (2015) terbagi menjadi: a.Faktor
risiko yang tidak dapat dikontrolUsia
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keluarga dan herediter
4) Malformasi arteri vena
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol
4. Transient Ischemic Attack (TIA) / serangan iskemik sesaat : serangan yang terjadi
pada salah satu sisi tubuh akan hilang dalam waktu kurang dari 24 jam atau terjadi
beberapa kali dalam seminggu.
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata
serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral menurut Black,J.M &Hawks (2014)
yaitu :
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparase atau hemiplegia) yang timbul
secara mendadak.
b. Gangguan sensabilitas pada anggota badan.
c. Penurunan kesadaran (delirium, latergi, koma, stupor atau konfusi).
d. Afasia (kesulitan dalam berbicara).
e. Disatria (bicara cadel atau pelo).
f. Gangguan penglihatan (diplopia).
g. Disfagia (kesulitan menelan).
h. Inkontinensia baik bowel maupun bladder.
i. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan TIK dan edema
serebri.
2.2.5 Patofisiologi
Ada beberapa faktor penyebab stroke hemoragik yaitu hipertensi, diabeletes
melitus, hiperkolesterol, merokok, dan penyakit jantung. Faktor risiko tersebut dapat
menyebabkan aterosklerosis dan aneurisma. Aneurisma merupakan dilatasi pembuluh
darah arteri otak yang berkembang menjadi kelemahan pada dinding pembuluh
darahnya. Aneurisma dapat pecah sehingga menimbulkan perdarahan atau vasipasme
yang mengakibatkan gangguan aliran darah ke otak. Akibat pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak sehingga otak menjadi
bengkak dan jaringan otak menjadi tertekan sehingga terjadi infark otak dan edema
serebri sehingga mengakibatkan peningkatan TIK yang ditandai adanya defisit neurologi
seperti gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala dan penurunan kesadaran.
Secara spesifik tanda dan gejala stroke tergantung pada lokasi
kerusakan, ukuran dan banyaknya perdarahan. Jika lokasi terjadi pada arteri karotis
interna menyebabkan disfungsi pada Nervus II (Optikus) yang menyebabkan
penurunan darah ke retina sehingga kemampuan retina untuk menagkap objek atau
bayangan menjadi tidak jelas dan menimbulkan masalah keperawatan risiko cedera :
jatuh dan gangguan perubahan persepsi sensori.
Sedangkan jika lokasi terjadi pada arteri vertebra basilaris menyebabkan kerusakan
fungsi pada beberapa Nervus yaitu Nervus I (Olfaktorius), Nervus III
(Okulomotorius), Nervus IV (Trokhrealis) dan Nervus XII (hipoglosus) mengalami
gangguan maka menimbulkan perubahan pada ketajaman penglihatan, penghidu, dan
pengecap sehingga menimbulkan masalah keperawatan gangguan perubahan persepsi
sensori. Kemudian pada Nervus X (Vagus) dan Nervus IX (Glosofaringeal)
mengakibatkan proses menelan menjadi tidak efektif dan terjadi refluks, maka refluks
18
Hipertensi
PATHWAY HEMORAGIK
Rupture pembuluh
darah serebral
Hemoragik
serebral
Penambahan
masa
Asam laktat
Gangg- Apatis – Ganggu-
Gerakan
uan koma an
inkoordinas
pola bersihan
i nyeri
nafas jalan
Gangguan nafas
meninggal
mobilitas
fisik Gangguan rasa nyaman
Ganggu- Tirah
an ADL baring
kompresi
lama
Pada serebrum
Gangguan integritas
kulit
Gg fungsi motorik Gg pusat bicara Gg persepsi sensore
Kelemahan Gg bicara
Peng;ihatan, peraba,
anggota gerak
pendengaran,
Disfasia disastria pengecapan
hemiplegia
Nutrisi kurang dari
Gg mobilitas fisik Gangguan kebutuhan
komunikasi verbal
20
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada stroke hemoragik menurut Munir (2017) yang
diakibatkan karena perdarahan intraserebral terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Perdarahan yang terjadi pada intrakranial menyebabkan herniasi otak, kejang dan
peningkatan TIK.
2) Perdarahan yang terjadi pada ekstrakranial menyebabkan sepsis dan dekubitus.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julianti (2015) untuk membantu menentukan diagnosa pasien stroke dan
mengetahui letak masalah dapat dilakukan dengan cara :
a. CT-Scan (Computerized Tomografi Scaning)
Memperlihatkan adanya cidera, edema, hematoma dan iskemik infark.
b. Fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya terdapat
thrombosis, emboli serebral dan TIK. Tekanan meningkat dan serta adanya cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya hemorragic intracranial dan
subarachnoid.
c. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti obstruksi arteri atau perdarahan
dan adanya ruptur.
d. USG dopler (Ultra Sonografi Dopler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena yaitu masalah pada sistem arteri karotis dan
atherosklerosis.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan adanya yang mengalami infark, emboli, TIA, dan Malvormasi Arteri
Vena (MAV)
f. EEG (Elekro Encephalografi)
Mengidentifikasi masalah untuk memperlihatkan daerah lesi yang spesifik didasarkan
pada gelombang otak.
g. Sinar-X kranium
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal yang berlawanan dari masa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis cerebral dan
klasifikasi persial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada pasien stroke menurut Tarwoto (2013) yaitu :
A. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut
- Terapi cairan, pada fase akut stroke beresiko mengalami dehidrasi karena
terjadi penurunan kesadaran atau mengalami disfagia.
21
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut Tarwoto (2013)
yaitu:
1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama,
suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
2) Keluhan Utama
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
23
1. Reflek
Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui
stimulasi sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk
terjadinya reflek. Respon abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso fleksi
atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau tanpa melibatkan jari-jari kaki
yang lain.
2. Perubahan Pupil
- Saraf Kranial
1. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera penghidu. Mata
pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan aromatic dekat hidung untuk
diidentifikasi.
2. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien membaca tulisan
cetak. Kebutuhan akan kacamata sebelum pasien sakit harus diperhatikan.
3. Okulomotoris : Menggerakkan sebagian besar otot mata
4. Troklear : Menggerakkan beberapa otot mata
26
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
d) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota
gerak
e) Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral, dan gangguan
neuromuskuler
f) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan, pendengaran,
penghiduan, dan hipoksia serebral.
g) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
h) Resiko gangguan integritas kulit/ jaringan b/d penurunan mobilitas
4.Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaboras
konvulsan
2. Kolaboras
3. Kolaboras
(I.06197) Pemant
Observasi :
1. Monitor uk
reaktifitas
2. Monitor tin
3. Monitor ta
29
Kolaborasi
1. Kolaboras
mukolitik.
(I.01002) Dukung
Observasi
1. Identifikas
napas
2. Identifikas
status per
3. Monitor s
frekuensi,
pengguna
tambahan
oksigen)
Terapeutik
1. Pertahank
2. Berikan po
3. Fasilitasi m
mungkin
4. Berikan ok
Edukasi
1. Ajarkan m
dalam
2. Ajarkan m
3. Ajarkan te
Kolaborasi
1. Kolaborasi pe
(I.06189) Manajem
Observasi
1. Identifikasi
penglihatan
kemampua
2. Identifikasi
3. Monitor sta
34
(skala 5) 6. Monitor be
c) Kekuatan otot menelan meningkat Terapeutik
(skala 5) 1. Lakukan o
d) Berat badan membaik (skala 5) 2. Berikan m
e) Frekuensi makan membaik (skala 5) mencegah
35
4. Berikan su
5. Hentikan p
selang
6. nasogastr
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan p
2. Ajarkan di
Kolaborasi
1. Kolabora
makan(
2. Kolabora
(I.03144) Terapi
1. Monitor t
2. Monitor g
3. Monitor
minum d
Terapeutik
1.Berikan li
2.Jaga priva
3.Gunakan
4.Hindari pe
5.Posisikan
6.Berikan p
kekuatan
7.Fasilitasi
lidah
8 Berikan p
Edukasi
1.Informasi
kepada p
2.Anjurkan
36
4.2 Saran
37
38
Saran yang dapat diberikan dalam penanganan kasus stroke hemoragik adalah
edukasi pasien maupun keluarga bahwa stroke adalah penyakit yang membutuhkan
penanganan yang sangat lama. Keluarga dan penderita harus memahami bahwa stroke
dapat menyebabkan disabilitas dan membutuhkan waktu dan terapi panjang untuk
mengembalikan fungsinya seperti semula. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa pasien
stroke dapat sembuh seutuhnya atau mengalami disabilitas permanen. Edukasi lain yang
penting adalah bahwa stroke yang diderita pasti memiliki penyebab yang mendasarinya,
jadi apabila penderita memiliki faktor risiko, maka diharapkan partisipasi dari keluarga dan
lingkungan untuk menjaganya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta
Black, J.M & Hawks, J. (2014) Keperawatan Medikal Bedah : Managemen Klinis untuk hasil
yang diharapkan (8th ed). Jakarta : Salemba Medika.
Darotin, R., Nurdiana & Nasution, T.h. (2017). Analisa Faktor Prediktor Mortalitas Stroke
Hemoragik di Rumah Sakit Daerah dr Soebandi Jember. Nurseline JournaL, 2(2), 9.
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada
Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode
1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 57.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.119
Huda, Amin dan Kusuma, H.(2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda NOC NOC dalam Berbagai Kasus (2nd ed.) Yogyakarta : Mediaction
Jogja.
Kemenkes RI.(2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Diakses: 22 Mei
2017
Pajri, R. N., Safri, & Dewi, Y. I. (2018). Gambaran faktor-faktor penyebab terjadinya stroke.
Jurnal Online Mahasiswa, 5(1), 436–444.
Rikesdas, 2018. Info Datin PusatData dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta :
Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.
Solikin dkk (2016). Pengaruh Pemberian Oksigen Dalam Posisi Kepala 30 derajat Terhadap
Perubahan Tingkat Kesadaran . diakses pada tanggal 12 Oktober 2018.
Qurbany, Z. T., & Wibowo, A. (2016). Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II. Jurnal Medula,
5(2), 114–118. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1520
39
SURAKARTA. Karya Tulis Ilmiah,2012.
http://eprints.ums.ac.id/24120/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Sagung
Seto.
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.Jakarta
EGC.
Budianto,Pepi, Dkk. 2021. Stroke Iskemik Akut (Dasar dan Klinis). Surkarta. Unspress.
Goldszmidt, & Caplan. (2011). Esensial Stroke. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Mirawati, D. K., & et.al. (2021). Stroke Iskemik Akut Dasar dan Klinis. Surakarta:
www.unspress.uns.ac.id ISBN: ID Patent : 000227313.
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symtoms, Risk Factors, and Prevention. Medika
Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran Vol. 6 No. 1, 60 - 73.
PPNI. 2016. Stndar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawatn Nasional Indonesia.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M.2013.Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
40