Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori dan Persarafan
Dosen Pengampu: Aida Sri Rachmawati, M.Kep
Disusun oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang gangguan sistem persarafan penyakit stroke.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Aida Sri Rachmawati,
M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Muskuloskeletal, Integumen, Persepsi Sensori dan Persarafan yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 33
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 33
4.2 Saran ................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35
4
BAB I
KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami
gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak akan
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak
akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak
yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
5
Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing seperti berputar (vertigo).
Mengalami penurunan kesadaran.
Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak.
Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Stroke iskemik
Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke
otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak
sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik
dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
6
Perdarahan Subarachnoid : Pecahnya pembuluh darah yang
berdekatan dengan permukaan otak dan darah bocor di antara otak dan
tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda, tetapi biasanya
karena pecahnya aneurisma.
1.4 Etiologi
Etiologi stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu iskemik dan
hemoragik. Pada stroke iskemik, etiologi stroke dapat berupa plak arterosklerotik
dan emboli yang berasal dari jantung atau bukan dari jantung. Pada stroke
hemoragik, stroke dapat terjadi disebabkan oleh pecahnya aneurisma, adanya
malformasi arterio-venosa, serta adanya trauma pada kepala.
A. Trombus
Atrerosklerosis dalam arteri intrakranial dan ekstrakranial
Keadaan yang berkaitan dengan perdarahan intraserebral
Arteritis yang disebabkan oleh penyakit kolagen (autoimun) atau arteritis
bakteri
Hiperkoagulasi seperti policythemia
Trombosis vena serebral
B. Emboli.
Kerusakan katup karena penyakit jantung rematik
Infark miokardial
Fibrilasi arterion
Endokarditis bakteri dan endokarditis nonbakteri menyebabkan bekuan
pada endokardium
C. Perdarahan
Perdarahan intraserebral karena hipertensi.
Perdarahan subaraknoid.orohoids
Ruptur anurisma.
7
Arteri venous malformation.
Hipokoagulansi
1.5 Patofisiologi
Stroke didefinisikan sebagai ledakan neurologis mendadak yang disebabkan
oleh gangguan perfusi melalui pembuluh darah ke otak. Aliran darah ke otak diatur
oleh dua karotis interna di anterior dan dua arteri vertebralis di posterior (lingkaran
Willis). Stroke iskemik disebabkan oleh kurangnya suplai darah dan oksigen ke
otak; Stroke hemoragik disebabkan oleh pendarahan atau kebocoran pembuluh
darah.
Oklusi iskemik menyumbang sekitar 85% korban jiwa pada pasien stroke,
dan sisanya disebabkan oleh perdarahan intraserebral. Oklusi iskemik
menghasilkan kondisi trombotik dan emboli di otak. Pada trombosis, aliran darah
dipengaruhi oleh penyempitan pembuluh darah akibat aterosklerosis. Penumpukan
plak pada akhirnya akan menyempitkan ruang pembuluh darah dan membentuk
gumpalan sehingga menyebabkan stroke trombotik. Pada stroke emboli, penurunan
aliran darah ke daerah otak menyebabkan emboli; aliran darah ke otak berkurang,
menyebabkan stres berat dan kematian sel sebelum waktunya (nekrosis). Nekrosis
diikuti oleh gangguan membran plasma, pembengkakan organel dan bocornya isi
seluler ke ruang ekstraseluler, dan hilangnya fungsi saraf. Peristiwa penting lainnya
yang berkontribusi terhadap patologi stroke adalah peradangan, kegagalan energi,
hilangnya homeostasis, asidosis, peningkatan kadar kalsium intraseluler,
eksitotoksisitas, toksisitas yang dimediasi radikal bebas, sitotoksisitas yang
dimediasi sitokin, aktivasi komplemen, gangguan sawar darah-otak, aktivasi sel
glial, stres oksidatif dan infiltrasi leukosit.
8
menyebabkan penumpukan darah yang tidak normal di dalam otak. Penyebab
utama ICH adalah hipertensi, gangguan pembuluh darah, penggunaan antikoagulan
dan agen trombolitik yang berlebihan. Pada perdarahan subarachnoid, darah
menumpuk di ruang subarachnoid otak akibat cedera kepala atau
aneurisma serebral.
1. Pemeriksaan darah
Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula
darah, risiko pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit
dalam darah.
2. CT scan
Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga
membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada
otak.
3. MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap
secara lebih mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan
jaringan pada otak yang mengalami kerusakan karena perdarahan atau
stroke iskemik.
4. Elektrokardiografi
Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ
jantung. Tes ini dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung,
adanya indikasi penyakit jantung koroner yang bisa terjadi bersama
penyakit stroke.
5. Ekokardiografi
9
Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung
sekaligus mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat
bergeser dari pembuluh darah jantung ke bagian otak yang memicu
terjadinya stroke.
1.7 Pengobatan/Farmakoterapi
A. Stroke Iskemik
Obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati stroke non-
perdarahan (iskemik) atau untuk menghancurkan sumbatan pada pembuluh
darah tersebut. Obat ini termasuk dalam golongan anti- koagulan,
antithrombotik, dan fibrinolitik.
10
Fungsi/Indikasi : Obat ini memecah gumpalan darah yang menyumbat
pembuluh arteri dan menyebabkan penyakit, seperti serangan
jantung dan stroke.
Efek samping : BAB berdarah atau berwarna hitam, urin berwarna
merah atau gelap, muntah darah atau berampas seperti bubuk kopi,
perdarahan menstruasi yang sangat banyak atau perdarahan vagina di
luar menstruasi, gejala stroke hemoragik (perdarahan di otak), seperti
sakit kepala yang berat, lemah atau mati rasa pada satu sisi tubuh, sulit
berbicara atau memahami pembicaraan, dan gangguan
penglihatan yang mendadak.
Interaksi : Alteplase bekerja dengan membantu proses pembentukan
plasmin, yaitu protein darah yang dapat memecah dan melarutkan
gumpalan darah atau emboli. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan
jika digunakan bersama obat golongan antikoagulan atau antiplatelet.
3. Nama Obat : Dipyridamole
Dosis : 2 x 1 kapsul/hari
Fungsi/Indikasi : Untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah
setelah operasi penggantian katup jantung. Gumpalan darah yang
menyumbat pembuluh darah dapat menyebabkan terjadinya stroke,
emboli paru, atau serangan jantung.
Efek samping : Pusing atau sakit kepala, Muntah, Sakit perut, Diare,
Sensasi kepanasan, Rasa hangat dan panas di leher, wajah,
atau dada (flushing).
Interaksi : Penurunan efek terapi fludarabine, Berkurangnya
penyerapan dipyridamole jika digunakan dengan antasida. Peningkatan
efek obat antikoagulan atau obat antiplatelet lain, Meningkatnya efek
penurunan tekanan darah (hipotensif) dari obat antihipertensi.
4. Nama Obat : Clopidogrel. Tab 75 mg
Dosis : 1 x 1 tab
11
Fungsi/Indikasi : Untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah dan
membantu melancarkan peredaran darah, sehingga obat ini dapat
menurunkan risiko terjadinya stroke atau serangan jantung.
Efek samping : Diare, Mudah mengalami memar atau perdarahan,
Perdarahan sulit berhenti, Sembelit, Rasa terbakar di dada
(heartburn), Nyeri perut
Interaksi : Memblok reseptor adenosine difosfat (ADP) sehingga tidak
terjadi aktivasi platelet dan pembekuan darah. Peningkatan risiko
terjadinya perdarahan jika digunakan bersama aspirin, antikoagulan,
antiplatelet.
5. Nama Obat : Ticlopidine Hcl
Dosis : 1-2 x 1 tab/hari, sesudah makan
Fungsi/Indikasi : Pengencer darah untuk mencegah terbentuknya
gumpalan darah yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Efek samping : Sakit perut atau kembung, Mual atau muntah, Diare,
Kulit gatal, Sakit kepala, Hilang nafsu makan
Interaksi : Menghalangi sel keping darah (platelet) agar tidak saling
menempel dan membentuk gumpalan darah yang dapat menyebabkan
stroke atau serangan jantung. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan
bila digunakan bersama obat antikoagulan atau obat antiplatelet lain
12
Interaksi : Peningkatan risiko terjadinya hipotensi parah jika
digunakan dengan obat penghambat beta, seperti
bisoprolol dan atenolol
1. Riwayat keperawatan
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, transient
ischemic attacks (TIA).
Merokok sigaret
Menggunakan kontrasepsi oral Gangguan sensorik/motorik;
Gangguan penglihatan
2. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran dan status mental
Gangguan sensorik dan motoric
Aphasia
Penglihatan
Fungsi saraf kranial
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan darah (pembekuan darah, hitung sel darah, Trigliserida.
kolesterol, gula darah)
CT scan; angiogram; EKG, EEG
Kegemukan/obesitas
3. Psikososial
Usia
Jenis kelamin
13
Sistem dukungan
Gaya hidup
Strategi koping yang biasa digunakan
Pekerjaan
Peran dan tanggung jawab selama ini
Reaksi emosional terhadap penyakitnya
4. . Pengetahuan klien dan keluarga tentang :
Penyebab stroke
Faktor resiko
Prognosa
Tingkat pengetahuan
Kemampuan membaca dan belajar
14
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan afasia, disarhria,
perubahan proses pikir.
6. Gangguan konsep diri: gambaran tubuh, harga diri, peran, identitas
berhubungan dengan menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran dan
ketergantungan.
15
Monitor toksik dan efek samping berkaitan
dengan terapi obat yang diberikan.
Monitor pemeriksaan laboratorium (misalnya
PTT, PT, elektrolit) un- tuk menetapkan kadar
darah obat terapi atau keseimbangan elektrolit.
Laporkan ke dokter segera bila menunjukan
perubahan neurologi dan hemodinamik.
Bantu untuk pemeriksaan diagnostik (CT Scan.
Angiografi) sebagaimana kebutuhan.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Observasi fungsi motorik klien, sensasi dan
dengan menurunnya kesadaran, reflek pada seluruh ekstremitas untuk
paresis/plegia menetapkan kemampuan dan keterbatasan
Pertahankan sikap tubuh yang terapeutik yang
meliputi kepala, bahu dan sendi panggung pada
mattress dengan papan tempat tidur
Berikan footboard dan mattress untuk
mencegah penekanan dan mencegah footdrop
dan kerusakan kulit.
Letakkan sendi-sendi pada posisi fungsional:
siku sedikit fleksi, pergelangan tangan
ekstensi, handroll untuk menjaga posisi meng-
genggam dan untuk mengontrol spasme,
lengan ditinggikan untuk mencegah edema.
Alih posisi setiap 2 jam.
Latih pergerakan pasif ROM setiap 2-4 jam
bila tidak ada kontraindikasi
Latih untuk menggunakan trapezebar diatas
kepala untuk membantu klien melakukan
gerakan dan mendorong kemandirian.
16
Bantu klien untuk ambulasi, jaga
keamanannya.
Koordinasi dengan fisioterapi dan
occupational therapists.
Gangguan menelan berhubungan Observasi gag reflek, kemampuan menelan,
dengan hilangnya fungsi motorik adanya paralisis wajah fungsi sensorik dan
motorik ekstremitas atas klien untuk
menetapkan kemampuan fungsional klien
untuk makan.
Monitor pemasukan dan pengeluaran dan
pemasukan diet untuk menetapkan defisit.
Monitor elektrolit (pemasukan secara peroral
yang buruk dan kurang- nya cairan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit)
Berikan cairan IV
Berikan makananan nasogratik dan minum
Berikan terapi hyperalimentation
Bantu makanan oral bila ada indikasi.
Observasi makanan yang disukai dan tidak
disukai untuk memotivasi makanyang adekuat.
Konsulatsi ke ahli gizi untuk mempengaruhi
diet oila klien dapat mentoleransi misalnya
makanan cair dan lunak
Koordinasi dengan terapi wicara dan okupasi
Monitor berat badan.
Perubahan eliminasi feses: konstipasi, Observasi kemampuan klien untuk dapat
diare, inkontinen berhubungan dengan menyampaikan kebutuhan untuk defekasi.
pemasukan cairan dan makanan, Observasi kebiasaan klien bab
hilangnya control voluntary, gangguan Observasi mobilisasi dan akitifitas yang dapat
komunikasi, perubahan peristaltic membantu meningkat- kan peristaltik usus.
17
Berikan pelunak feses, laxative, supositoria,
enema. Observasi status nutrisi klien dan
anjurkan makan makanan yang tinggi serat.
Berikan ekstra cairan
Observasi kejadian inkontinen minimal setiap
shift.
Observasi dan catat karakter dan frekuensi bab
Stimulasi pada saat bab dengan memberikan
rasa aman dan posisi yang nyaman.
Gangguan komunikasi verbal Observasi kemampuan klien berkomunikasi,
berhubungan dengan afasia, disarhria, memahami orang lain
perubahan proses pikir. Pertahankan kontak mata dengan klien saat
berkomunikasi
Arahkan klien untuk berkomunikasi secara
perlahan-lahan dan tidak terburu-buru.
Gunakan kata kata sederhana secara bertahap
dan dengan bahasa tubuh.
Gunakan pertanyaaan-pertanyaan yang dapat
dijawab dengan”ya” atau “tidak” atau dengan
isyarat tubuh
Sampaikan pada klien bahwa staff memahami
dan empati terhadap masalah komunikasi
Berikan respon terhadap perilaku non verbal
Konsultasikan dengan terapi wicara.
Gangguan konsep diri: gambaran Gali rasa takut klien/keluarga terhadap
tubuh, harga diri, peran, identitas kematian, hilangnya kemandirian, hilangnya
berhubungan dengan menurunnya control funsgi tubuh, kecacatan dan hilangnya
fungsi tubuh, perubahan fisik, peran kemampua bicara
dan ketergantungan Dorong untuk menyatakan perasaanya (marah,
depresi, frustasi, cemas dan tidak berdaya)
18
Jelaskan dampak dari gangguan terhadap status
kesehatan klien dan keluarga
Berikan tindakan untuk mengatasi masalah
psikologisnya, misalnya melalui komunikasi
terapeutik, memberikan alternatif-alternatif
pemecahan masalah
Konsultasikan dengan pelayanan sosial,
konselor bial dibutuhkan
Jelaskan kepada klien dan keluarga bahwa
perkembangan kesehatannya lambat. Berikan
pujian atas kemajuan positif klien.
19
3. A (analisis), yaitu Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4. P (perencanaan), yaitu Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
B. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan, yaitu:
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien
masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan
perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
20
BAB II
PEMBAHASAN SOAL KASUS
Seorang perempuan usia 60 tahun dirawat diruang penyakit syaraf dengan diagnosa
stroke hemorhagik. Didapat riwayat masuk dengan jatuh dan pe↓ kesadaran selama
2 hari. Hasil pengkajian didapat GCS 14. Tanda-tanda vital menunjukkan TD :
220/100 mmHg, P : 86 x/menit, RR : 26 x/menit, S : 37◦C. Bicara pelo dan tidak
mengerti apa yang dibicarakan oleh keluarga klien, bibir mencong. Terdapat
hemiparese ekstremitas kanan dengan kekuatan otot : 2. Pasien membutuhkan
bantuan untuk bergerak. Hasil Lab : LDL : 200gr/dl, HDL ;35 gr/dl , Glukosa
sewaktu : 120gr/dl . Untuk mencegah terjadinya luka decubitus, perawat melakukan
mobilisasi pasien setiap 2 jam
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien
Nama :-
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
21
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
22
Iskemia/suplai darah ke
jaringan selebral tidak
adekuat
Hipoksia
23
2.3 Rencana Keperawatan
24
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Gangguan mobilitas fisik Mobilisasi Fisik Dukungan Ambulasi (I.06171)
b.d program pembatasan (L.05042) Observasi
gerak d.d bicara pelo, Identifikasi adanya nyeri atau
bibir mencong dan Setelah dilakukan keluhan fisik lainnya
terdapat hemiparese intervensi Identifikasi toleransi fisik
ekstremitas kanan dengan keperawatan selama melakukan ambulasi
kekuatan otot : 2 1 x 24 jam Monitor frekuensi jantung dan
(D.0054) diharapkan tekanan darah sebelum memulai
mobilitas fisik ambulasi
pasien meningkat, Monitor kondisi umum selama
dengan kriteria melakukan ambulasi
hasil: Terapeutik
- Kekuatan otot
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
meningkat alat bantu (mis. tongkat, kruk)
- Gerakan terbatas
Fasilitasi melakukan mobilisasi
menurun
fisik, jika perlu
- Kelemahan fisik
Libatkan keluarga untuk membantu
menurun
pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
25
2.4 Implementasi Keperawatan
26
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Menganjurkan melakukan ambulasi dini
- Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
No Diagnosa Evaluasi
1 Risiko perfusi selebral S: -
tidak efektif berhubungan O: TTV:
dengan meningkatnya TD : 160/90 mmHg/dl
tekanan darah ditandai Nadi : 86 x/menit
dengan pecahnya Respirasi : 26 x/menit
pembuluh darah di otak. Suhu : 37C
(D.0017) LDL : 120 gr/dl
HDL : 50 gr/dl
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2 Gangguan mobilitas fisik S: -
b.d program pembatasan O: TTV:
gerak d.d bicara pelo, TD : 160/90 mmHg/dl
bibir mencong dan Nadi : 86 x/menit
terdapat hemiparese Respirasi : 26 x/menit
ekstremitas kanan dengan Suhu : 37C
kekuatan otot : 2 Kekuatan otot meningkat dengan nilai 4
(D.0054) Gerakan terbatas menurun : Pasien sudah mulai
bisa bicara
27
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
28
BAB III
REVIEW JURNAL
No Nama Judul Tahun Nama Jurnal Metode Penelitian, Populasi, Tindakan/ Hasil Penelitian
Penulis Penelitian Publikasi Publikasi Sampel Intervensi
1. Anggriani, Efektivitas 2020 Journal of Jenis penelitian ini adalah quasi- Intervensi yang Hasil penelitian
Nurul Aini, Latihan Healthcare eksperiment, dengan dilakukan menunjukkan rata-rata
Sulaiman Range Of Technology menggunakan pendekatan “one adalah latihan (mean) peningkatan
Motion Pada and Medicine group pretes and posttest design”. ROM (Range kekuatan otot antara
Pasien Stroke Vol. 6 No. 2. Populasi dalam penelitian ini of Motion). sebelum dan 7 hari
Di Rumah adalah semua pasien stroke yang Populasi dalam sesudah diberikan
Sakit Siti mengalami penurunan tingkat penelitian ini intervensi sebesar
Hajar kemandirian activity daily living adalah semua 1,80. Terjadinya
sebanyak 35 pasien dari 4 bulan pasien stroke peningkatan kekuatan
terakhir di RSU Siti Hajar Medan. yang otot dapat
Teknik pengambilan sampel yang mengalami mengaktifkan gerakan
digunakan pendekatan purposive penurunan volunter. Latihan
sampling quasi experimental tingkat Range Of Motion
dengan pendekatan one group pre kemandirian memiliki pengaruh
test-post test. Pada desain activity daily terhadap rentang gerak
penelitian ini hanya terdapat satu living responden bila
kelompok, yaitu kelompok sebanyak 35 dilakukan dengan
perlakuan sekaligus menjadi pasien dari 4 frekuensi dua kali
kelompok kontrol. Kelompok bulan terakhir sehari dalam enam hari
tersebut dilakukan intervensi di RSU Siti dan dengan waktu 10-
berupa inkulis : pasien stroke yang Hajar Medan 15 menit dalam sekali
29
berumur antara 30 tahun keatas; latihan (Chaidir Reny,
(b) Pasien stroke dengan iskemia 2014).
yang mengalami penurunan
tingkat kemandirian activity daily
living. dengan tingkat
ketergantungan sedang sampai
berat.
2. Agusrianto, Penerapan 2020 Jurnal Ilmiah Penelitian ini menggunakan Pada jurnal ini Hasil evaluasi setelah
Nirva Latihan Kesehatan metode deskriptif dengan akan dilakukan enam hari penerapan
Rantesigi Range of (JIKA) Vol. 2, pendekatan studi kasus. Pada intervensi latihan ROM pasif
Motion No. 2. penelitian ini melibatkan satu penerapan didapatkan ada
(ROM) Pasif orang pasien yang mengalami non latihan ROM peningkatan kekuatan
terhadap haemoragik stroke dengan pasif pada otot yang dicapai yaitu
Peningkatan kelumpuhan ekstremitas. asuhan pada ekstremitas
Kekuatan Penerapan latihan ROM pasif keperawatan kanan atas/bawah dari
Otot dilakukan dua kali sehari pagi dan kasus non semula skala 2 naik
Ekstremitas sore hari dengan waktu pemberian hemoragik menjadi skala 3 yang
pada Pasien 15-20 menit untuk meningkatkan stroke yang artinya dapat
dengan Kasus kekuatan otot. Pengumpulan data mengalami mengangkat tangan
Stroke yang digunakan meliputi kelumpuhan dan kaki tetapi tidak
wawancara, observasi, catatan ekstremitas. dapat melawan gaya
individu, atau rekam medik dan graitasi dan pada
perawatan. Data yang telah ekstremitas kiri
terkumpul dianalisis untuk atas/bawah dari
melihat masalah keperawatan semula skala 0
yang dialami klien serta meninjau menjadi skala 1 yang
keefektifan intervensi yang telah artinya hanya dapat
30
dilakukan untuk menyelesaikan menggerakkan jari-jari
masalah keperawatan. tangan dan kaki.
3. Hasian Pengaruh 2019 Jurnal JKFT: Rancangan pada penelitian ini Kelompok Semua responden
Leniwia, Latihan Universitas adalah menggunakan metode perlakuan berpartisipasi dengan
Dewi Range Of Muhamadiyah penelitian kuantitatif dengan diberikan pre baik dalam program
Prabawati, Motion Tangerang pendekatan desain penelitian test untuk latihan ROM yang
Wihelmus (ROM) Vol 4 No 2 quasi exsperimental pre-post penilaian dilakukan oleh
Hary Susilo Terhadap design, yaitu jenis penelitian aktivitas perawat, dan tidak ada
Perubahan eksperimen, dimana observasi fungsional responden yang
Aktivitas dilakukan sebanyak dua kali: dengan mengalami intoleran
Fungsional sebelum (pre test)dan sesudah menggunakan selama latihan
Pada Pasien eksperimen (post test). Sampel Index barthel, dilakukan, dan hasil
Stroke Rawat penelitian ini adalah pasien stroke dilakukan latihan ROM terdapat
Inap Di RSU yang rawat inap sebanyak 90 latihan ROM pengaruh yang
UKI Jakarta responden dan dibagi dalam dua 3x sehari, bermakna pada
kelompok yaitu kelompok selama 7 hari, kelompok intervensi
intervensi dan kelompok kontrol. kemudian pada pasien stroke
Kelompok perlakuan diberikan dilakukan post rawat inap dengan
pre test untuk penilaian aktivitas test dengan nilai p.value 0,000.
fungsional dengan menggunakan lembar Setelah dilakukan
Index barthel, dilakukan latihan penilaian Index intervensi berupa
ROM 3x sehari, selama 7 hari, Barthel yang latihan ROM
kemudian dilakukan post test sama. menunjukkan
dengan lembar penilaian Index Sementara terdapatnya
Barthel yang sama. Sementara kelompok peningkatan aktivitas
kelompok kontrol diberikan kontrol fungsional pasien.
kegiatan latihan ROM sesuai SOP diberikan Latihan ROM secara
rumah sakit. Tehnik pengambilan kegiatan signifikan dapat
31
sampel adalah Random Sampling. latihan ROM meningkatkan
Pada penelitian ini variabel bebas sesuai SOP aktivitas fungsional
(independent) adalah latihan rumah sakit. pasien selama
Range of Motion=ROM dan dilakukan dengan
variabel terikat(dependent) pada tehnik yang tepat.
penelitian ini adalah Aktivitas
Fungsional, dan variabel perancu
(counfonding) adalah Usia, Jenis
kelamin dan Frekuensi stroke.
Kesimpulan jurnal
Sebagaimana yang telah dijelaskan dari ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan intervensi atau terapi
non farmakologi berupa mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (ROM) dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Latihan ROM adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitas pada
pasien stroke. Terapi tersebut direkomendasikan untuk digunakan karena tekniknya sederhana, tidak membutuhkan alat dan bahan,
tidak memerlukan kemampuan khusus untuk menerapkannya dan dapat dilakukan oleh semua pasien stroke yang mengalami
kelemahan otot.
ROM juga mencegah komplikasi berupa kekakuan sendi, atropi otot dan dapat mengurangi tingkat ketergantungan pasien pada
perawat dan keluarga, serta meningkatkan rasa percaya diri dan kualitas hidup pasien yang mengalami stroke.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami
gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah (stroke hemoragik). Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang
perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit.
Stroke biasanya terjadi secara mendadak, tapia ada tiga gejala utama stroke yang
mudah untuk dikenali, yaitu:
Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak mampu
tersenyum karena mulut atau mata tampak terkulai.
Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas
atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama
dengan lengan juga mengalami kelemahan.
Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meski pengidap terlihat sadar.
33
4.2 Saran
1. Bagi Instansi Rumah Sakit dapat memberikan sarana untuk dilakukan tindakan
keperawatan sebagai salah satu intervensi keperawatan sehingga dapat berjalan
secara optimal dalam menurunkan tingkat masalah pada pasien stroke. Perlu
adanya pengawasan secara konsisten dalam pemberian tindakan keperawatan
sehingga tindakan keperawatan yang diberikan dapat berjalan optimal.
2. Bagi Instansi Pendidikan Institusi pendidikan sebagai bahan acuan dan refrensi
untuk bahan penelitian lebih lanjut serta dapat diterapkan sebagai intervensi
keperawatan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Kuriakose, Diji., dan Zhiceng Xiao. 2020. Patofisiologi dan Pengobatan Stroke:
Status Saat Ini dan Perspektif Masa Depan. Diakses pada tanggal 2
Oktober 2023. https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/pmc/articles/PMC7589849/?_x_tr_sl=en&_x_tr
_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.
Pane, Merry Dame Cristy. 2021. Dipyridamole. Dikases pada tanggal 2 Oktober
2023 https://www.alodokter.com/dipyridamole.
Raehana. Etiologi stroke. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2023.
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/stroke/etiologi.
35
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
36