Anda di halaman 1dari 12

LEMBARAN TUGAS MAHASISWA

KOMUNIKASI KESEHATAN DAN KOLABORASI


Case Based Discussion-1

Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah Renyaan


NIM : 202270006

Nama Modul : Komunikasi Kesehatan dan Kolaborasi


Tanggal Pembuatan : Senin, 9 Mei 2023
Tanggal Pengumpulan : Rabu, 10 Mei 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Stroke.............................................................................................................
B. Nyeri...............................................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke adalah sindrom
yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau
global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung
lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, selain menyebabkan kematian stroke
juga akan mengakibatkan dampak untuk kehidupan. Dampak stroke diantaranya,
ingatan jadi terganggu dan terjadi penurunan daya ingat, menurunkan kualitas hidup
penderita juga kehidupan keluarga dan orang-orang di sekelilingnya, mengalami
penurunan kualitas hidup yang lebih drastis, kecacatan fisik maupun mental pada usia
produktif dan usia lanjut dan kematian dalam waktu singkat.

Nyeri merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan yang hanya dapat diungkapkan
oleh individu yang mengalaminya (bersifat subjektif) dan persepsinya berbeda antara
satu orang dengan orang lainnya. Intervensi secara umum untuk pengelolaan nyeri yang
tepat, yaitu penggunaan medikasi farmakologis yang tepat, pemberian terapi relaksasi
maupun distraksi, serta terapi musik klasik yang telah dilakukan penelitian oleh
beberapa ahli. Distraksi adalah teknik pengalihan perhatian ke hal yang lain, sehingga
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik untuk
meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional, dan spiritual. Sedangkan teknik nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana cara menghembuskan nafas secara perlahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stroke
1. Definisi
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel – sel otak mengalami kematian
akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga
berhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penyakit
stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan
oksigen di otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa disebabkan adanya
sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel – sel otak
(Agromedia, 2009). Matinya jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan otak tersebut. Apabila tidak ditangani secara tepat, penyakit
ini dapat berakibat fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat diselamatkan,
kadang – kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya,
menghilangnya sebagaian ingatan, atau menghilangnya kemampuan berbicara.

2. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada sel – sel otak yang mengalami kekurangan
oksigen dan nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan
pada pembuluh darah (ateriosklerosis). Arteriosklerosis terjadi akibat
timbunan lemak pada arteri yang menyebabkan luka pada dinding arteri.
Luka ini menimbulkan gumpalan darah (thrombus) yang mempersempit
arteri. Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah dan menyangkut di
pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan. Stroke
iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagian atau keseluruhan otak
menjadi terhenti.
Jenis – jenis stroke iskemik berdasarkan mekanisme penyebabnya
:
1) Stroke trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan
terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2) Stroke embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan
tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3) Hipoperfusion sistemik merupakan jenis stroke yang
disebabkan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung

b. Stroke Hemorragik
Stroke hemorragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah di otak. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang
pecah mengenai dan merusak sel – sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel
otak juga mengalami kematian karena aliran darah yang membawa
oksigen dan nutrisi terhenti.
stroke hemorragik dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut :
1) Hemorragik intraserebral, yakni perdarahan terjadi di dalam jaringan
otak.
2) Hemorragik subaraknoid, yakni perdarahan terjadi di ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).

3. Gejala Stroke
Gejala awal stroke sering tidak diketahui oleh penderitanya. Stroke sering muncul
secara tiba – tiba, serta berlangsung cepat dan langsung menyebabkan penderita tidak
sadar diri. Beberapa gejala awal terjadinya stroke :
a. Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran, bahkan bisa mengalami koma
(perdarahan otak).
b. Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
c. Mendadak seluruh badan lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop
attack) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop).
d. Gangguan penglihatan (mata kabur) pada satu atau dua mata.
e. Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia).
f. Rasa baaal pada wajah atau anggota badan satu sisi atau dua sisi.
g. Kelemahan atau kelumpuhan wajah atau anggota badan satu sisi atau dua sisi.
h. Kehilangan sebagaian atau seluruh kemampuan bicara (afasia).
i. Gangguan daya ingat atau memori baru (amnesia).
j. Gangguan menelan cairan atau makanan padat (disfagia).

B. Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman
perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri
digolongkan ke dalam tanda vital ke-5, dapat memberikan perubahan fisiologi,
ekonomi, sosial, dan emosional yang berkepanjangan sehingga perlu dikelola secara
baik.

Nyeri dapat timbul dimana saja pada bagian tubuh sebagai respon terhadap stimulus
yang berbahaya bagi tubuh seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, tertusuk
benda tajam, atau patah tulang, rasa nyeri yang timbul apabila terjadi kerusakan jaringan
akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya.

Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status
sosial, dan pekerjaan. Ada beberapa tipe nyeri yang digunakan secara luas seperti
nosiseptif, serta neuropatik. Saat ini mulai jelas mekanisme neurobiologi yang
mendasari berbagai tipe nyeri tersebut.
Berdasarkan patofisiologinya, nyeri terbagi menjadi :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri dengan durasi sensasi nyeri pendek dan bertahan kurang
dari 3 hingga 6 bulan. Nyeri akut memiliki fungsi peringatan pada tiap individu
akan adanya penyakit maupun rangsangan yang akan membahayakan dan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Nyeri akut memiliki onset yang lebih cepat
dibandingkan nyeri. Nyeri akut biasanya dapat diobati dengan baik menggunakan
obat golongan analgesik, NSAID atau opioid.

Nyeri akut pada perlukaan biasanya hilang seiring sembuhnya perlukaaan. Nyeri
akut meliputi nyeri nosiseptif, nyeri somatis atau viseral pramedikasi, nyeri pra
dan pasca operasi, nyeri pasca traumatis, nyeri pasca melahirkan, sakit kepala akut,
nyeri pada neuralgia terminal (Tic Doloreux), nyeri intervensional (akibat prosedur
diagnostik dan terapetik), pankreatitis dan nyeri kolik lainnya.

2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis bertahan lebih lama hingga tenggang waktu lebih dari 6 bulan dan
berkisar antara intensitas ringan hingga berat. Nyeri ini muncul karena adanya
kerusakan atau perubahan patofisiologi pada sistem saraf, baik sentral maupun
perifer. Nyeri kronis yang berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai perubahan
yang signifikan dalam hal perilaku, kemampuan dan gaya hidup. Nyeri kronis
yang diasosiasikan dengan keganasan meliputi nyeri akibat kanker, Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), multipel sklerosis, anemia sel sabit,
sklerosis, obstruksi paru yang parah, gagal jantung yang parah dan Parkinson.
Nyeri kronis yang tidak terkait dengan keganasan dapat disebabkan oleh penyakit
yang diketahui maupun tidak diketahui.

Nyeri tipe ini meliputi nyeri yang diasosiasikan dengan berbagai kelainan
neuropati akibat penekanan pada saraf. Nyeri kronis yang disebabkan oleh
inflamasi dapat berlanjut mejadi nyeri nueropati karena adanya lesi pada saraf
perifer maupun saraf pusat yang disebabkan oleh sensitisasi terus-menerus dari
mediator inflamasi. Keadaan nyeri dapat bertambah parah seiring adanya stres,
emosi, dan kondisi fisik namun dapat mereda oleh relaksasi.

Berdasarkan mekanisme terjadinya, nyeri dapat dikategorikan menjadi :


1. Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan peringatan awal terhadap adanya stimulus yang
dapat membahayakan ataupun merusak jaringan normal tubuh sehingga
nyeri ini merupakan sensasi fisiologis yang vital. Nyeri nosiseptif meliputi
nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri somatik disebabkan karena aktivasi
reseptor nyeri pada permukaan tubuh atau jaringan dalam. Sedangkan nyeri
viseral muncul setelah aktivasi nosiseptor oleh infiltrasi mediator nyeri,
kompresi, ataupun ekstensi lain dari visera. Nyeri nosiseptif memberi respon
baik pada pemberian obat anti nyeri meliputi NSAID dan analgesik opioid.

Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang dimulai dari teraktivasinya nosiseptor


(reseptor nyeri ) sebagi akibat dari adanya stimulus kuat baik mekanik,
termal atau kimiawi, yeri nosiseptif sering disebut sebagai nyeri akut.
Rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada pasca trauma operasi dan
luka bakar, atau yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, proses penyakit
ataupun fungsi abnormal dari otot atau organ dalam. Contohnya nyeri
tertusuk paku, nyeri karena benturan, dan lain-lain.

2. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik muncul akibat disfungsi atau kerusakan sistem saraf perifer
yang dikarakteristikan oleh kombinasi rasa nyeri yang spontan, hyperalgesia,
dan allodynia, nyeri neuropatik menimbulkan gejala seperti terbakar dan
kesemutan serta nyeri ini dapat terjadi akibat multipel sklerosis, stroke,
pengikatan serabut perifer, ataupun spinal cord injury.
Nyeri neuropatik merupakan salah satu jenis nyeri yang timbul akibat
adanya gangguan pada susunan saraf atau rasa nyeri timbul akibat cedera pada
sistem saraf sehingga berfungsi secara abnormal, seperti penyakit infeksi,
trauma, radikulopati dan kerusakan di sistem endokrin ataupun rangsang
oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf, seperti pada diabetes mellitus, herpes
zoster, stroke dsb.

 Mekanisme Nyeri
 Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe
serabut saraf yang terlibat dalamproses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.
Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius
dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini
adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi,
merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal
tanpa adanya mediator inflamasi. Suatu stimulus kuat dubah menjadi aktifitas
listrik yang biasa disebut potensial aksi. Dalam hal nyeri akut yang disebabkan
oleh adanya kerusakan jaringan akan melepaskan mediator kimia, seperti
prostaglandin, bradikinin, serotonin, substasi P, dan histamin. Zat zat kimia
inilah yang mengsensitasi dan mengaktifasi nosiseptor mengasilkan suatu
potensial aksi (impuls listrik). Perubahan zat zat kimia menjadi impuls listrik
inilah yang disebut proses transduksi.
 Konduksi adalah proses perambatan dan amplifikasi dari potensial aksi atau
impuls listrik tersebut dari nosiseptor sampai pada kornu posterior medula
spinalis pada tulang belakang.
 Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu,
kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Proses inhibisi terhadap
impuls listrik yang masuk kedalam kornu posterior, yang terjadi secara spontan
yang kekuatanya berbeda beda setiap orang, (dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan, kepercayaan atau budaya). Kekuatan modulasi inilah yang
membedakan persepsi nyeri orang per orang terhadap suatu stimlus yang sama.
 Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron
aferen primer merupakan pengirimdan penerima aktif dari sinyal elektrik dan
kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal. proses perpindahan impuls listrik
dari neuron pertama ke neuron kedua terjadi dikornu posterior medula spinalis,
dari mana ia naik melalui traktus spinotalamikus ke talamus dan otak tengah.
Akhirnya, dari talamus, impuls mengirim pesan nosiseptif ke korteks
somatosensoris, dan sistem limbik.
 Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya, dapat disimpulkan disini
bahwa persepsi nyari merupakan pengalaman sadar dari penggabungan antara
aktifitas sensoris di korteks somatosensoris dengan aktifitas emosional dari
sistim limbik, yang akirnya dirasakan sebagai persepsi nyeri berupa “unpleasant
sensory and emotional experience”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke terbagi menjadi dua yaitu stroke Iskemik dan Hemoragik untuk stroke
Iskemik terbagi menjadi : Stroke Trombotik, Stroke Embolik serta
Hipoterfusiositemik dan untuk Stroke Hemoragik terbagi menjadi dua yakni Stroke
Intra Cerebral dan Subaraknoid, Adapun Nyeri dapat muncul sebagai respon dari
stimulus yang diberikan dari bagian tubuh, adapun nyeri umunya dibagi menjadi
nyeri nosiseptif serta nyeri neuropatik.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan GE, Mikhail SE, Murray MJ.Pain management. In Morgan GE, Mikhail SE,
Murray MJ editors. Clinical anesthesiology .4th ed.New York.Mc Graw Hill;2006.p.
359-71
Ranney,D. Anatomy of pain (Internet). Waterloo. 29 November 1996 (cited 2012
february 15). Available from: http://www.painanat.html.
Wuhrman E, Cooney MF. Acute Pain: Assessment and Treatment. Advanced
Practice
Nursing eJournal. 03 January 2011 (cited 22 November 2016). Available from :
www.medscape.com
Bahrudin M. PATOFISIOLOGI NYERI (PA N). SM. 2018 Mar 28;13(1):7.

Anda mungkin juga menyukai