Anda di halaman 1dari 12

LEMBARAN TUGAS MANDIRI

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN DK-1

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah Renyaan


NIM : 202270006
Kelompok :I

Dosen Tutor : dr. Harry A. Papendang, M. Biomed


NIP : 198303242014041001

Nama Modul : Etika dan Hukum di bidang Kesehata


n
Tanggal Pembuatan : Selasa, 11 April 2023
Tanggal Pengumpulan : Kamis, 13 April 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
TA 2023/2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

1.1 Latar belakang……………………………………………………….

1.2 Rumusan masalah..………………………………………..................

1.3 Tujuan………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..

2.1 Definisi………………………………………………………………..

2.1.1 Prinsip Beneficence…………………………………………

2.1.1 Prinsip Non-Maleficence……………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-20, bioetika telah berkembang sebagai disiplin akademis dan terapan baru
akibat kemajuan teknologi di bidang biomedis. Bioetika mulai berkembang ketika Van
Rensselaer Potter menulis sebuah buku Bioethics: Bridge to the Future pada 1971.1 Pada
tahun yang sama, The Kennedy Institute of Bioethics didirikan di Georgetown University,
Washington DC. Di tempat inilah, prinsip-prinsip etika biomedis, yang populer di dunia
kedokteran, diformulasikan oleh Beauchamp dan Childress.

Di Indonesia, 20 tahun terakhir bioetika baru bisa berkembang, diprakarsai oleh pusat
pengembangan etika Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Bioetika semakin populer di
Indonesia setelah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melakukan pertemuan pertama
Bioetika pada tahun 2000 serta mendirikan Pusat Kajian Bioetika dan Humaniora
Kedokteran. Dua tahun setelahnya, pada pertemuan kedua, mereka membentuk Jaringan
Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI).7 Pada 2007, diadakan program non-
gelar Bioetika, Hukum Kedokteran, dan Hak Asasi Manusia bagi pendidik klinis untuk
mendidik mahasiswa kedokteran agar memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2006,
khususnya di bidang Bioetika. Program ini diselenggarakan DIRJEN DIKTI melakukan
kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Terdapat prinsip-prinsip empat kaidah dasar dan empat kaidah turunan. Empat kaidah dasar
yang dimaksud adalah: (1) Beneficence (melakukan perbuatan baik atau memberikan manfaat
bagi orang lain) (2) Non-maleficence (tidak melakukan perbuatan merugikan atau menyakiti
orang lain) (3) Respect for Autonomy (menghormati kebebasan serta keinginan orang lain),
dan (4) Justice(bersikap adil pada setiap orang berdasarkan prinsip keadilan distributif dan
keadilan sosial). Sedangkan empat kaidah turunan terdiri atas: 1) Veracity (jujur,
memberikan informasi akurat, tepat waktu, terpercaya, dan menyeluruh) (2) Privacy
(menghormati hak seseorang untuk mengontrol akses terhadap dirinya) (3) Confidentiality
(menjaga kerahasiaan), dan (4) Fidelity (setia, menepati janji/kontrak, dan mendahulukan
kepentingan pasien). Prinsip-prinsip tersebut sangat berpengaruh dalam etika kedokteran
secara akademis, namun juga penerapannya dalam situasi klinis untuk mengambil keputusan
klinis yang etis.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Beneficence dan Nonmaleficence kaitannya dengan tabel
2. Kriteria dari Beneficence dan Nonmaleficence

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui definisi maupun kriteria dari pada Beneficence dan Non-
Maleficence

BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Definisi
2.2.1 Prinsip Beneficence

Beneficence dapat dimaknakan dengan pengampunan, kebaikan, kemurahan hati, men


gutamakan kepentiang orang lain, mencintai dan kemanusiaan. Beneficence dalam
artian yang lebih luas yakni tindakan yang dilakukan untuk kebaikan orang lain.

Prinsip moral beneficence merupakan kewajiban moral dalam melakukan suatu tindak
an bagi kebaikan atau kemanfaatan orang lain (pasien), prinsip ini dapat digambarkan
sebagai alat untuk memperjelas serta meyakinkan diri sendiri (self-evident) sehingga
diterima secara luas dalam tujuan kedokteran yang tepat.

Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak, prinsip ini merupakan satu dianta
ra beberapa prinsip lain sehingga bukanlah satu-satunya prinsip yang harus dipertimba
ngkan melainkan ada prinsip lainnya yang mesti dipertimbangkan juga.

Prinsip Beneficence dibatasi oleh keseimbangan dari manfaat, resiko, juga biaya (seba
gai hasil dari tindakan) serta tidak menentukan pencapaian keseluruhan kewajiban.
Terkadang kritik yang sering muncul terhadap penerapan prinsip ini adalah mengenai
kepentingan umum yang diletakan di atas kepentingan pribadi.

Beberapa bentuk penerapan prinsip beneficence merupakan komponen penting dalam


moralitas. Karena luasnya cakupan kebaikan, maka banyak ketentuan-ketentuan dala
m praktek (kedokteran) yang baik lahir dari prinsip beneficence ini. Beberapa contoh
penerapan prinsip beneficence ini adalah:

1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.

2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.

3. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.

4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).

5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya. 2

 Kasus terkait Prinsip Beneficence (DK1A)


Ns.Martha adalah perawat yang sangat memperhatikan pasiennya. Ia selalu datang
lebih awal di tiap shift agar dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Seperti
di hari Sabtu yang hujan deras hari itu, Ns.Martha tetap hadir lima belas menit seb
elum shiftnya untuk melakukan operan jaga dan membaca status rawat bangsal de
ngan lebih detil. Ns Martha menyapa setiap pasien dengan ramah dan memeriksa t
ekanan darah, nadi, suhu setiap pasien dengan teliti sambil menanyakan perasaan
dan keluhan mereka saat itu. Ia kemudian menuliskan semua datanya pada lembar
perawatan. Ketika dokter bangsal datang, Ns.Martha memberikan laporan hasil pe
meriksaannya dan mendiskusikan kemajuan perawatan pasien serta terapi lanjutan
bagi pasien- pasien yang dirawatnya.

Check List Beneficence

Kriteria Ada Tidak Berten-


Ada tangan
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela ν
berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia ν
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh ν
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak ν
dibandingkan dengan keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang ν
6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia ν
7. Pembatasan goal-based ν
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien ν
9. Minimalisasi akibat buruk ν
10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat ν
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan ν
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan ν
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan ν
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus ν
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah ν
16. Menerapkan Golden Rule Principle ν

List Uraian Kriteria


No Uraian Kriteria
1 Ns.Martha memenuhi poin dimana mengutamakan alturisme dimana menolong pasiennya
tanpa pamrih, dan tetap dating lebih awal agar dapat operan sift serta dapat melayani pasien
sebaik-baiknya
2 Ns. Martha mengutamakan hak pasien dimana pasian memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang baik serta dengan beretika baik dalam menangani pasien
3 Ns. Martha memperhatikan pasiennya bukan hanya sekedar formalitas semata namun dengan h
ati Nurani yang amat besar tanpa memikirkan imbalan yang akan diterima
4 Ns. Martha melakukan pekerjaannya dengan mengutamakan manfaat bagi pasien dengan
menanamkan kebaikan didalamnya
5 Ns. Martha menangani pasiennya dengan ramah seperti menyapa setiap pasien menanyakan
perasaan dan keluhan mereka saat itu sehingga tercermin rasa kasih sayang terhadap pasien
6 Dengan memperhatikan keluhan keluhan pasiennya dan mengoptimalkan kemajuan perawatan
pasien
7 Mengutamakan kebutuhan pasien yang ia periksa sesuai dengan tujuan dari pasien yang
ditangani
8 Ns. Martha menyapa serta bertanya dengan ramah mengenai keluh kesah pasien

9 Ns. Martha mengecek hasil analisa dengan detail agar tidak terjadi kesalahan terhadap data-
data pasien

10 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

11 Ns.Martha memenuhi hak pasien dengan baik dengan melakukan pelayanan yang amat baik

12 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

13 Dengan memperhatikan pasien terkait apa yang dibutuhkan, dan mendatanya dengan detail
serta mengoptimalkan kemajuan pasien
14 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

16 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

17 Ns. Martha menghadapi pasien dengan landasan moral dan Nurani serta dengan perlakuan yang
optimal tanpa mengurangi etika dalam menangani pasien

2.2.2 Prinsip Non-Maleficence

Prinsip non-maleficence yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau memperb


uruk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “do no har
m”. Prinsip ini berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan “saya ak
an menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan pen
dapat saya, tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau men
celakakan mereka”.

Prinsip non-maleficence sering menjadi pembahasan dalam bidang kedokteran teruta


ma kasus kontroversial terkait dengan kasus penyakit terminal, penyakit serius dan lu
ka serius. Prinsip ini memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan untuk
mempertahankan atau mengakhiri kehidupan. Penerapannya dapat dilakukan pada pas
ien yang kompeten maupun tidak kompeten.

Pada dasarnya, prinsip non-maleficence memberikan peluang kepada pasien, walinya


dan para tenaga kesehatan untuk menerima atau menolak suatu tindakan atau terapi se
telah menimbang manfaat dan hambatannya dalam situasi atau kondisi tertentu. Bany
ak filosof yang menjadikan prinsip non-maleficence sebagai satu kesatuan dengan pri
nsip beneficence (mengutamakan tindakan untuk kebaikan pasien). Akan tetapi, bany
ak juga yang membedakannya. Pertimbangannya antara lain pemikiran bahwa kewaji
ban untuk tidak membahayakan atau mencelakakan pasien, tentu berbeda dengan kew
ajiban untuk membantu pasien, walaupun keduanya untuk kebaikan pasien.2

 Kasus terkait Prinsip Non-Maleficencee (DK1 B)

Dokter Teguh adalah seorang Spesialis Bedah di Sorong, Ibu Kota


Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek
pribadi di rumahnya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di
RS. Suatu pagi ditempat praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari
desa. Pasien itu korban tabrak lari, ia mengeluh nyeri perut kiri atas akibat
benturan dengan sepeda motor yang menabraknya. Keadaan pasien saat datang
masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Teguh segera menganjurkan pasien
untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan lanjut yang
ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak. Karena ia
adalah pasien terakhir, dokter Teguh kemudian mengajak pasien untuk ke RS
bersama- sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah
tidaknya penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Teguh berpesan agar hasil
pemeriksaan segera disampaikan padanya. Hasil pemeriksaan menunjukkan
penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr Teguh menemukan perut
mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif (terdapat cairan
bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Teguh menyimpulkan sang pasien
mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh
ruptur atau robeknya limpa. Dokter Teguh langsung menjelaskan keadaan sakit
penderita dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah
dijelaskan bahwa jika tidak dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut
akan berlangsung terus dan akan mengakibatkan kematian, pasien tetap
menolak operasi namun bersedia masuk untuk perawatan. Beberapa jam
kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak
sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk
menghentikan perdarahan. Dokter Teguh akhirnya melakukan tindakan operasi.
Pasca operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.

Check List Beneficence

Kriteria Ada Tidak Berten-


Ada tangan
1.     Menolong pasien emergensi ν
2.     Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah : ν
-          pasien dalam keadaan amat berbahaya
(darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang penting ν
(gawat) ν
-          dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
-          tindakan kedokteran tadi terbukti efektif ν
-       manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)
3.     Mengobati pasien yang luka ν
4.     Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) ν
5.     Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien ν
6.     Tidak memandang pasien hanya sebagai objek ν
7.     Mengobati secara proporsional ν
8.     Mencegah pasien dari bahaya ν
9.     Menghindari misrepresentasi dari pasien ν
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian ν
11. Memberikan semangat hidup ν
12. Melindungi pasien dari serangan ν
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang ν
kesehatan / kerumah-sakitan yang merugikan pihak
pasien/keluarganya

List Uraian Kriteria

No Uraian Kriteria
1 Karena dr.Teguh membantu pasiennya yang merupakan korban tabrak lari dengan beberapa ko
ndisi yang harus segera diperiksa di RS
2 Kondisi pasien tersebut setelah cek ternyata pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut
dan jika tidak ditangani akan mengalami kematian, sehingga dr menyarankan untuk segera di o
perasi walaupun pasien tersebut menolak. Karebna itu merupakan Tindakan agar keadaan pasie
n tidak semakin buruk dan pasien Kembali pulih karena penanganan tersebut terbukti efektif ter
hadap kemajuan pasien.
3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien tersebut untuk mengetahui penyebab dari
keluhan dan gejalan yang pasien alami

4 Dokter menangani pasien susai dengan prosedur penanganan sehingga tidak ada yang
melenceng dari penanganan
5 Pasien diberikan usulan yang bertujuan baik terhadap kesehatnnya

6 Dokter menangani pasien dengan rasa profesionalisme terhadap pasiennya dimana memiliki
tujuan dalam menanggulangi pasiennya
7 Dengan dilakukannya pengecekan pengecakan pada pasien agar penanganan yang diberikan
seusi dengan keluhan pasien
8 Anjuran melakukan operasi pada pasien karena keadaan yang dialami pasen merupakan bahaya
yang harus segera ditangani, karena tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien
9 Dokter memberikan informasi diagnose serta dampak akibat kepada pasien tanpa menutup-
nutupi
10 Anjuran untuk melakukan operasi tentunya merupakan hasil pertimbangan dari aspek
pemeriksaan ataupun gejala pasien sehingga tidfak terjadi kelalaian dalam menanggualangi
pasien
11 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

12 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut

13 Dokter mengutamakan kondisi pasien maka dari itu dr Teguh membawa pasien dengan kondisi
darurat ke RS untuk melakukan penanganan terhadap pasien tersebut

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulannya bahwa beneficence merupakan prinsip yang dilakukan u


ntuk kepentingan pasien. Sedangkan untuk nonmaleficence merupakan prinsip first do no har
m dimana prinsip yang tidak boleh mencelakakan atau memperburuk pasien, yang mana
tertera jelas juga pada definisi serta tabel check list yang sudah dipaparkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Henky H. Pelayanan Etika Klinis. J Etik Ked Ind. 2018 Jun 12;2(2):59.
2. Suryadi T. PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN HUKUM DALAM PROFESI KEDOKTERAN.

Anda mungkin juga menyukai