Disusun oleh :
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
1.3 Tujuan………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..
2.1 Definisi………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-20, bioetika telah berkembang sebagai disiplin akademis dan terapan baru
akibat kemajuan teknologi di bidang biomedis. Bioetika mulai berkembang ketika Van
Rensselaer Potter menulis sebuah buku Bioethics: Bridge to the Future pada 1971.1 Pada
tahun yang sama, The Kennedy Institute of Bioethics didirikan di Georgetown University,
Washington DC. Di tempat inilah, prinsip-prinsip etika biomedis, yang populer di dunia
kedokteran, diformulasikan oleh Beauchamp dan Childress.
Di Indonesia, 20 tahun terakhir bioetika baru bisa berkembang, diprakarsai oleh pusat
pengembangan etika Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Bioetika semakin populer di
Indonesia setelah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melakukan pertemuan pertama
Bioetika pada tahun 2000 serta mendirikan Pusat Kajian Bioetika dan Humaniora
Kedokteran. Dua tahun setelahnya, pada pertemuan kedua, mereka membentuk Jaringan
Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI).7 Pada 2007, diadakan program non-
gelar Bioetika, Hukum Kedokteran, dan Hak Asasi Manusia bagi pendidik klinis untuk
mendidik mahasiswa kedokteran agar memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2006,
khususnya di bidang Bioetika. Program ini diselenggarakan DIRJEN DIKTI melakukan
kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Terdapat prinsip-prinsip empat kaidah dasar dan empat kaidah turunan. Empat kaidah dasar
yang dimaksud adalah: (1) Beneficence (melakukan perbuatan baik atau memberikan manfaat
bagi orang lain) (2) Non-maleficence (tidak melakukan perbuatan merugikan atau menyakiti
orang lain) (3) Respect for Autonomy (menghormati kebebasan serta keinginan orang lain),
dan (4) Justice(bersikap adil pada setiap orang berdasarkan prinsip keadilan distributif dan
keadilan sosial). Sedangkan empat kaidah turunan terdiri atas: 1) Veracity (jujur,
memberikan informasi akurat, tepat waktu, terpercaya, dan menyeluruh) (2) Privacy
(menghormati hak seseorang untuk mengontrol akses terhadap dirinya) (3) Confidentiality
(menjaga kerahasiaan), dan (4) Fidelity (setia, menepati janji/kontrak, dan mendahulukan
kepentingan pasien). Prinsip-prinsip tersebut sangat berpengaruh dalam etika kedokteran
secara akademis, namun juga penerapannya dalam situasi klinis untuk mengambil keputusan
klinis yang etis.1
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui definisi maupun kriteria dari pada Beneficence dan Non-
Maleficence
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Definisi
2.2.1 Prinsip Beneficence
Prinsip moral beneficence merupakan kewajiban moral dalam melakukan suatu tindak
an bagi kebaikan atau kemanfaatan orang lain (pasien), prinsip ini dapat digambarkan
sebagai alat untuk memperjelas serta meyakinkan diri sendiri (self-evident) sehingga
diterima secara luas dalam tujuan kedokteran yang tepat.
Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak, prinsip ini merupakan satu dianta
ra beberapa prinsip lain sehingga bukanlah satu-satunya prinsip yang harus dipertimba
ngkan melainkan ada prinsip lainnya yang mesti dipertimbangkan juga.
Prinsip Beneficence dibatasi oleh keseimbangan dari manfaat, resiko, juga biaya (seba
gai hasil dari tindakan) serta tidak menentukan pencapaian keseluruhan kewajiban.
Terkadang kritik yang sering muncul terhadap penerapan prinsip ini adalah mengenai
kepentingan umum yang diletakan di atas kepentingan pribadi.
9 Ns. Martha mengecek hasil analisa dengan detail agar tidak terjadi kesalahan terhadap data-
data pasien
11 Ns.Martha memenuhi hak pasien dengan baik dengan melakukan pelayanan yang amat baik
13 Dengan memperhatikan pasien terkait apa yang dibutuhkan, dan mendatanya dengan detail
serta mengoptimalkan kemajuan pasien
14 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut
17 Ns. Martha menghadapi pasien dengan landasan moral dan Nurani serta dengan perlakuan yang
optimal tanpa mengurangi etika dalam menangani pasien
No Uraian Kriteria
1 Karena dr.Teguh membantu pasiennya yang merupakan korban tabrak lari dengan beberapa ko
ndisi yang harus segera diperiksa di RS
2 Kondisi pasien tersebut setelah cek ternyata pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut
dan jika tidak ditangani akan mengalami kematian, sehingga dr menyarankan untuk segera di o
perasi walaupun pasien tersebut menolak. Karebna itu merupakan Tindakan agar keadaan pasie
n tidak semakin buruk dan pasien Kembali pulih karena penanganan tersebut terbukti efektif ter
hadap kemajuan pasien.
3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien tersebut untuk mengetahui penyebab dari
keluhan dan gejalan yang pasien alami
4 Dokter menangani pasien susai dengan prosedur penanganan sehingga tidak ada yang
melenceng dari penanganan
5 Pasien diberikan usulan yang bertujuan baik terhadap kesehatnnya
6 Dokter menangani pasien dengan rasa profesionalisme terhadap pasiennya dimana memiliki
tujuan dalam menanggulangi pasiennya
7 Dengan dilakukannya pengecekan pengecakan pada pasien agar penanganan yang diberikan
seusi dengan keluhan pasien
8 Anjuran melakukan operasi pada pasien karena keadaan yang dialami pasen merupakan bahaya
yang harus segera ditangani, karena tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien
9 Dokter memberikan informasi diagnose serta dampak akibat kepada pasien tanpa menutup-
nutupi
10 Anjuran untuk melakukan operasi tentunya merupakan hasil pertimbangan dari aspek
pemeriksaan ataupun gejala pasien sehingga tidfak terjadi kelalaian dalam menanggualangi
pasien
11 Dalam kasus tidak menyinggung hal tersebut
13 Dokter mengutamakan kondisi pasien maka dari itu dr Teguh membawa pasien dengan kondisi
darurat ke RS untuk melakukan penanganan terhadap pasien tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Henky H. Pelayanan Etika Klinis. J Etik Ked Ind. 2018 Jun 12;2(2):59.
2. Suryadi T. PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN HUKUM DALAM PROFESI KEDOKTERAN.