PALLIATIVE SEDATION
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan Paliatif dan Menjelang
Ajal yang dibina oleh:
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dilema Etik: Palliative sedation”. Pada laporan
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya terutama kepada Ns. Andi Surya Kurniawan,
S.Kep., M.Kep yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PEMBAHASAN
3
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari
keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar,
maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar
pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang
perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.
4. Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara
fisik dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
4
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik
bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
5
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
6
3. Model Murphy dan murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan
7
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindaklanjuti
8
BAB II
9
c. Metastase: penyebaran sel kanker dari tempat awal terjadi ke
oragan yang lain
d. Resisten: ketahanan atau daya tahan terhadap sesuatu
e. Kemoterapi: penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit
kanker
f. Radiasi: pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas
g. Morphin: suatu jenis obat penghilang nyeri pada pasien kanker
h. Obat analgesik: istilah yang digunakan untuk mewakili
sekelompok obat yang digunakan sebagai pereda nyeri.
10
Step 4: Analisis Masalah
11
Step 5: Tujuan yang dicapai
1. Mengetahui masalah kesehatan pada wanita tersebut
2. Mengetahui masalah etik yang terjadi pada kasus
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4. Mengetahui peran perawat dalam menyelesaikan kasus
5. Mengetahui sikap perawat yang harus dilakukan pada kasus
tersebut
12
3. Yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Dokter, sebagai pengambil keputusan yang legal dalam pemberian
dosis obat analgesik.
Klien dan keluarga, memiliki hak mendapatkan pelayanan dan hak
otonomi.
Perawat, membantu dalam pengambilan keputusan.
13
Konsekuensinya: tidak mempercepat kematian klien dan klien
dibawa untuk beradaptasi dengan nyerinya, hak klien untuk
menentukan nasibnya tidak terpenuhi.
c. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik.
Konsekuensinya: mempercepat kematian klien, keluhan nyeri
klien berkurang, perawat memenuhi hak klien.
d. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik, tetapi pemberiannya jarang.
Konsekuensinya: resiko mempercepat kematian klien dapat
sedikit dikurangi, klien dapat beristirahat karena pada saat
tertentu tidak merasakan nyeri.
Memberi keputusan
Dalam kasus di atas terdapat empat alternatif yang dapat dilakukan
dengan konsekuensinya masing-masing. Tindakan yang mungkin
untuk diambil keputusan dengan konsekuensi yang selain
memperdulikan kesehatan klien tetapi juga respon klien dan
keluarga.
Dalam pengambilan keputusan pada kasus tersebut terdapat prinsip
moral yang dipatuhi dan dilanggar, menuruti keinginan klien tentang
penambahan dosis obat analgesik berarti mematuhi prinsip moral
autonomi, efek obat yang menghilangkan rasa nyeri beberapa saat itu
memberikan keuntungan karena klien dapat istirahat dan terbebas
dari rasa nyeri berarti berhubungan dengan prinsip beneficience.
Namun di samping itu, perawat telah melanggar prinsip non
maleficience karena dengan memberikan obat analgesik dapat
mempercepat kematian klien. Semua tindakan yang dilakukan
perawat dalam asuhan keperawatan harus dapat dipertanggung
jawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bhat, A. M., McFarland, M,. Keiser. M., Wehbe-Alamah, H., & Filter, M. 2015.
Advancing Cultural Assessment In Palliative Care Using Web-Based
Education. Journal of hospice and palliative nursing, 17(4). 348-355
15