Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DILEMA ETIK:

PALLIATIVE SEDATION
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan Paliatif dan Menjelang
Ajal yang dibina oleh:

Ns. Andi Surya Kurniawan., M.Kep

Kelompok 3

Amelia Prameswari Pitaloka (1714314201002)


Indriade Rara Ningtias (1714314201014)
Yidronis Dapa Nalung (1714314201025)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dilema Etik: Palliative sedation”. Pada laporan
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya terutama kepada Ns. Andi Surya Kurniawan,
S.Kep., M.Kep yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
1.1 Pengertian Dilema Etik................................................................................... 3
1.2 Prinsip Moral Dalam Menyelesaikan Masalah Etik................................ 3
1.3 Kerangka Konsep Pemecahan Masalah Dilema Etik............................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 9
HASIL DISKUSI SEVEN JUMP .................................................................................... 9
2.1 Skenario Kasus Palliative Sedation.............................................................. 9

2.2 Penyelesaian Step 1-7 Dalam Seven Jump............................................... 9


DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

2
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Dilema Etik


Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi
dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis
(Suhaemi, 2002). Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran
yang rasional dan bukan emosional.

1.2 Prinsip Moral Dalam Menyelesaikan Masalah Etik


Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam
pendekatan penyelesaian masalah / dilema etik adalah :
1. Otonomi
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan
tujuan hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu
tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan
bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan
dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang
didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut
prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah
pilihan seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti
tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah Sakit, ekonomi,
tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan
pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya
sesuai dengan yang diinginkan.

3
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

3. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari
keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar,
maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar
pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang
perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.

4. Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara
fisik dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.

5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan

4
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik
bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.

8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk

5
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.

1.3 Kerangka Konsep Pemecahan Masalah Dilema Etik


Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain :
1. Model pemecahan masalah (Megan,1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil

2. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989)


a. Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini perawat
memerlukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
 Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya
 Apa tindakan yang diusulkan
 Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
 Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

6
3. Model Murphy dan murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.

4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan

5. Model Levine – Ariff dan Gron


a. Mendefinisikan dilema
b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
 Pasien dan keluarga
 Faktor-faktor eksternal

7
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindaklanjuti

6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981)


Purtillo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan
etik.
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan

7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)


a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menentukan posisi moral
e. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
f. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
g. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

8
BAB II

HASIL DISKUSI SEVEN JUMP

2.1 Skenario Kasus Palliative Sedation

Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker


payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan
kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat
dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin
intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan
nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya. Walapun klien
tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan
keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat
analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa penambahan
obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.

2.2 Penyelesaian Step 1-7 Dalam Seven Jump


 Step 1: Identifikasi istilah asing
a. Sedasi paliatif (palliative sedation)
b. Kanker payudara
c. Metastase
d. Resisten
e. Kemoterapi
f. Radiasi
g. Morphin
h. Obat analgesik

 Step 2: Definisi istilah asing


a. Sedasi paliatif (palliative sedation): praktik pliatif untuk
menghilangkan tekanan pada pasien yang sakit parah
b. Kanker payudara: tumor ganas yang terdapat pada payudara

9
c. Metastase: penyebaran sel kanker dari tempat awal terjadi ke
oragan yang lain
d. Resisten: ketahanan atau daya tahan terhadap sesuatu
e. Kemoterapi: penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit
kanker
f. Radiasi: pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas
g. Morphin: suatu jenis obat penghilang nyeri pada pasien kanker
h. Obat analgesik: istilah yang digunakan untuk mewakili
sekelompok obat yang digunakan sebagai pereda nyeri.

 Step 3: Rumusan masalah atau masalah yang muncul pada kasus


1. Bagaimana masalah kesehatan pada wanita tersebut ?
2. Bagaimana masalah etik yang terjadi pada kasus ?
3. Siapa sajakah yang terlibat dalam pengambilan keputusan ?
4. Bagaiamana peran perawat dalam menyelesaikan kasus ?
5. Bagaimana sikap perawat yang harus dilakukan pada kasus
tersebut ?

10
 Step 4: Analisis Masalah

11
 Step 5: Tujuan yang dicapai
1. Mengetahui masalah kesehatan pada wanita tersebut
2. Mengetahui masalah etik yang terjadi pada kasus
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4. Mengetahui peran perawat dalam menyelesaikan kasus
5. Mengetahui sikap perawat yang harus dilakukan pada kasus
tersebut

 Step 6: mencari sumber berdasarkan tujuan yang akan dicapai


1. Mengidentifikasi masalah kesehatan.
 seorang wanita (50) menderita penyakit kanker payudara terminal
yang metastase telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan
radiasi.
 mengalami nyeri tulang yang hebat dan terasa nyeri hebat saat
mengubah posisi.
 tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena.
 penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien tapi
dapat mengurangi keluhan rasa nyerinya.

2. Masalah etik yang terjadi pada kasus.


Klien sering mengeluh nyeri tulang yang hebat dan meminta
diberikan obat analgesik (morphin) dan keluarganya pun mendukung
untuk dilakukan penambahan dosis obat analgesik. Bila perawat
memberikan obat analgesik, maka keluhan klien berkurang namun
resikonya penambahan dosis obat tersebut dapat mempercepat kematian
klien. Apabila perawat tidak memenuhi keinginan klien, maka perawat
melanggar hak klien (melanggar prinsip moral otonomi) dan apabila
klien dan keluarga kecewa dengan pelayanan tersebut, mereka bisa
menuntut ke rumah sakit.

12
3. Yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
 Dokter, sebagai pengambil keputusan yang legal dalam pemberian
dosis obat analgesik.
 Klien dan keluarga, memiliki hak mendapatkan pelayanan dan hak
otonomi.
 Perawat, membantu dalam pengambilan keputusan.

4. Mengidentifikasi peran perawat dalam menyelesaikan kasus


Perawat memfasilitasi klien dalam mengatasi keluhan nyeri dan
melibatkan langsung dalam asuhan keperawatan. Perawat juga berperan
dalam memberikan dukungan dan mekanisme koping klien terhadap
penyakitnya.

5. Sikap perawat yang harus dilakukan pada kasus


 Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan.
a. Tidak menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik dan membantu klien dalam manajemen nyeri.
b. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik, tetapi pemberiannya jarang atau hanya pada saat
malam hari klien untuk tidur.

 Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap


alternatif keputusan
a. Tidak menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik.
Konsekuensinya: tidak mempercepat kematian klien, keluhan
klien tetap ada dan pelanggaran terhadap hak klien untuk
menentukan nasibnya sendiri.
b. Tidak menuruti keingina klien tentang penambahan obat
analgesik dan membantu klien dalam menejemen nyeri.

13
Konsekuensinya: tidak mempercepat kematian klien dan klien
dibawa untuk beradaptasi dengan nyerinya, hak klien untuk
menentukan nasibnya tidak terpenuhi.
c. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik.
Konsekuensinya: mempercepat kematian klien, keluhan nyeri
klien berkurang, perawat memenuhi hak klien.
d. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik, tetapi pemberiannya jarang.
Konsekuensinya: resiko mempercepat kematian klien dapat
sedikit dikurangi, klien dapat beristirahat karena pada saat
tertentu tidak merasakan nyeri.

 Memberi keputusan
Dalam kasus di atas terdapat empat alternatif yang dapat dilakukan
dengan konsekuensinya masing-masing. Tindakan yang mungkin
untuk diambil keputusan dengan konsekuensi yang selain
memperdulikan kesehatan klien tetapi juga respon klien dan
keluarga.
Dalam pengambilan keputusan pada kasus tersebut terdapat prinsip
moral yang dipatuhi dan dilanggar, menuruti keinginan klien tentang
penambahan dosis obat analgesik berarti mematuhi prinsip moral
autonomi, efek obat yang menghilangkan rasa nyeri beberapa saat itu
memberikan keuntungan karena klien dapat istirahat dan terbebas
dari rasa nyeri berarti berhubungan dengan prinsip beneficience.
Namun di samping itu, perawat telah melanggar prinsip non
maleficience karena dengan memberikan obat analgesik dapat
mempercepat kematian klien. Semua tindakan yang dilakukan
perawat dalam asuhan keperawatan harus dapat dipertanggung
jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yodang. 2015. Keperawatan Paliatif. Jakarta. AIPNI

Bhat, A. M., McFarland, M,. Keiser. M., Wehbe-Alamah, H., & Filter, M. 2015.
Advancing Cultural Assessment In Palliative Care Using Web-Based
Education. Journal of hospice and palliative nursing, 17(4). 348-355

15

Anda mungkin juga menyukai