Anda di halaman 1dari 31

TUGAS RESPIRASI PBL KASUS 3

MATA KULIAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

2102037
NENDISSA ASTRID BRIANITA BETFAGE

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2021
KASUS 3

Allo mahasiswa semester 1 jurusan keperawatn sedang belajar mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan , saat ini mereka sedang berdiskusi di kelompok SGD. Mereka membahas
tentang etika keperawatan , professional keperawatan yang harus memiliki kode etik dan isu
etik dalam keperawatan seperti euthanasia , terminasi kehamilan , dan supporting device.
Allo sebagai calon perawat juga belajar advokasi , dan cara pengambilan keputusan etik.
Anda sebagai mahasiswa jurusan keperawatan semester 1 bantulah Allo untuk menyelesaikan
kasus tersebut.
STEP I

1. Bernadetta : Terminasi
2. Wayan    : Supporting divice
3. Elisabeth : Advokasi
4. Nendissa  : Euthanasia
5. Raisa        : Isu etik
6. Rebeka : Keputusan etik
7. Nendissa  : Kelompok SGD
8. Raisa        : Kode Etik
9. Nendissa : Etika Keperawatan

Jawaban 

1. Nendissa : Supporting divice , perangkat tanbahan/peranhkat pendukung


2. Raisa : Etika keperawatan, pedoman keperawatan untuk memberikan asuhan
kepewatan  dengan tetap memperhatikan kebaikan klien(raisa)
3. Nendissa : Terminasi itu Aborsi
Novita : Penghitungan waktu dalam kehamilan
4. Rebbeka : Kelompok SGD adalah Kelompok small group discussion bersama
tutor.
5. Wayan : Isu Etik, seperti masalah yang dijumpai perawat Isu.
6. Novita : Kode Etik , batasan batasan atau tata aturan yang dilakukan untuk
menjalani suatu perkerjaan profesi.
Raisa : Kode Etik , Prinsip-prinsi moral
7. Rebbeka : Advokasi adalah perlindungan kepada pasien.
8. Wayan : Euthanasia, penyakit mematikan yang tidak dapat disembuhkan.
Nendissa : pencabutan nyawa.
9. Nendissa : Keputusan Etik, Memutuskan keputusan yang tepat,dan dengan
kondisi/keadaan yang tepat.
Novita : keputusan yang diambil berdasarkan aturan atau kode etik yang
berlaku.

STEP II

1. Nendissa : Apa saja ciri-ciri kode etik?


2. Andri : perangkat apa saja yang mendukung supporting device?
3. Bernadetta : Apa saja penyakit yang mematikan dan tidak bisa disembuhkan?
4. Nendissa : Yang termasuk dlam kelompok SGD apa saja?
5. Raisa : Contoh etika Keperawatan?
6. Nendissa : Tujuan Advokasi?
7. Elisabeth : Apa contoh tindakan advokasi yang dilakukan oleh perawat?
8. Nendissa : Jelaskan proses dasar/langkan dasar advokasi.
9. Raisa : apa saja yang merupakan keputusan etik?
10. Rebeka : kapan keputusan etik diambil/dilakulan oleh perawat?
11. Nendissa : Alasan dilakukannya terminasi?
12. Sahrefil : Bagaimana strategi komunikasi advokasi pada masyarakat
berpendidikan rendah?
13. Nendissa :Apa saja contoh Euthanasia ?
14. Elisabeth : Faktor apa yang dapat menyebabkan Isu etik?
15. Nendissa : Apakah advokasi mempengaruhi dunia keperawatan?

STEP III

1. Wayan pertanyaan no 3 : ebola,stroke,HIV,kanker,jantung koroner.


2. Rebbeka pertanyaan no 11 : Karena kandungan sudah mengalami keguguran harus
dilakukan terminasi untuk kesehatan ibu.
3. Bernadetta pertanyaan no 6 : Untuk mendorong terwujudnya perubahan kondisi
yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
4. Rebbeka pertanyaan no 14 : Faktor Internal,pelayanan yang tidak sesuai prosedur,
Faktor Eksternal,kurangnnya pengetahuan masyarakat.
5. Nendissa pertanyaan no 13 : Memberikan suntik mati.
6. Novita pertanyaan no 10 : ketika klien mempunyai permasalahan dengan isu etik
7. Novita pertanyaan no 4 : mahasiswa dan tutor.
8. Bernadetta pertanyaan no 5 : menjaga privasi pasien,jujur saat melakukan tindakan
9. Nendissa pertanyaan no 2 : UPS,cooling fan,dan memori cooler.
10. Novita pertanyaan no 15 : Advokasi tidak mempengaruhi dunia
keperawatan,karena advokasi adalah tindakan perlindungan/pembelaan dari seorang
perawat dan merupakan hak seorang perawat.
11. Rebbeka pertanyaan no 7 : melindungi privasi pasien,melindungi data-data
pasien,tidak menyebarkan cerita pasien saat curhat.
12. Novita pertanyaan no 1 : kode etik bersifat mengikat dan dilindungi oleh
undang-ungang/hukum
13. Nendissa pertanyaan no 12 : Dilakukan dengan mengindari menggunakan istilah”
rumit
14. Rebbeka pertanyaan no 8 : harus tau dasar-dasarnya,harus tau
permasalahannya,tau alasannya dapat perlindungan, sebelum kita memberikan
advokasi kita harus paham hak-hak pasien kita.
15. Rebbeka di bantu ibu Ratna pertanyaan no 9 : Keputusan yang diambil
berdasarkan kode etik.
STEP IV
Learning Objective

Prinsip Etis dalam Pengambilan Keputusan dalam Konteks Keperawatan:


1. Prinsip Moral dan Etika
2. Ethic of Care
3. Definisi dan Tujuan Etika Keperawatan
4. Kode Etik Keperawatan
a. Definisi
b. Tujuan 
c. Kode Etik Keperawatan di Indonesia
d. Kode Etik Keperawatan Internasional ( International Council of Nurses)
    5. Isu Etik dalam Praktik Keperawatan
    6. Advokasi
    7. Pengambilan Keputusan Etik
    8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilaan Keputusan Etis dalam Praktik
Keperawatan.

STEP V
Mapping
STEP VI
( menjawab pertanyaan LO Step 4)

1.PRINSIP MORAL DAN ETIKA


Prinsip etik keperawatan :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan
saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Sumber : https://fikes.almaata.ac.id/prinsip-etik-dalam-keperawatan/ ,
http://news.unair.ac.id/2021/05/20/pentingnya-menerapkan-prinsip-etik-pada-tindakan-
keperawatan/#:~:text=Terdapat%207%20prinsip%20etik%20keperawatan,menepati%20janji
%20kepada%20pasien%20dan

2. The ethics of care (alternatively care ethics or EoC) is a normative ethical theory that
holds that moral action centers on interpersonal relationships and care or benevolence
as a virtue. EoC is one of a cluster of normative ethical theories that were developed by
feminists in the second half of the twentieth century.While consequentialist and deontological
ethical theories emphasize generalizable standards and impartiality, ethics of care emphasize
the importance of response to the individual. The distinction between the general and the
individual is reflected in their different moral questions: "what is just?" versus "how to
respond?".Carol Gilligan, who is considered the originator of the ethics of care, criticized the
application of generalized standards as "morally problematic, since it breeds moral blindness
or indifference".
Some assumptions of the theory are basic:

 Persons are understood to have varying degrees of dependence and interdependence


on one another.
 Other individuals affected by the consequences of one's choices deserve consideration
in proportion to their vulnerability.
Situational details determine how to safeguard and promote the interests of those involved.
Terjemahan nya :
Etika perawatan (alternatively care ethics atau EoC) adalah teori etika normatif yang
menyatakan bahwa tindakan moral berpusat pada hubungan interpersonal dan kepedulian
atau kebajikan sebagai suatu kebajikan. EoC adalah salah satu dari sekelompok teori etika
normatif yang dikembangkan oleh kaum feminis pada paruh kedua abad kedua puluh.
Sementara teori etika konsekuensialis dan deontologis menekankan standar yang dapat
digeneralisasikan dan ketidakberpihakan, etika perawatan menekankan pentingnya respons
terhadap individu. Perbedaan antara umum dan individu tercermin dalam pertanyaan moral
mereka yang berbeda: "apa yang adil?" versus "bagaimana merespons?".Carol Gilligan, yang
dianggap sebagai pencetus etika kepedulian, mengkritik penerapan standar umum sebagai
"masalah moral, karena melahirkan kebutaan atau ketidakpedulian moral".

Beberapa asumsi teori adalah dasar:

 Orang-orang dipahami memiliki berbagai tingkat ketergantungan dan saling


ketergantungan satu sama lain.
 Individu lain yang terpengaruh oleh konsekuensi dari pilihannya layak
dipertimbangkan secara proporsional dengan kerentanan mereka.
Rincian situasional menentukan bagaimana melindungi dan mempromosikan kepentingan
mereka yang terlibat.
Sumber ; https://en.wikipedia.org/wiki/Ethics_of_care
-Nel Nodding sebagai suatu cara untuk memahami lansia dengan berbagai aktivitas
kepedulian. Ethics of care yang lahir dari feminisme ini menganggap bahwa kepedulian
merupakan suatu tindakan penting dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Begitu juga
pada lansia, ethics of care digunakan untuk memahami lansia secara keseluruhan. Bukan
hanya memahami kebutuhan-kebutuhan lansia tetapi juga mengembangkan potensi-potensi
yang ada pada lansia. Pemahaman lansia yang dimaknai dengan ethics of care menjadikan
masyarakat sebagai kesatuan sistem dari lansia menjadi pendukung utama keberadaan lansia
dengan berbagai upaya otimalisasi kapasitas lansia dan menghargai apa yang menjadi pilihan
hidup lansia. Pemahaman terhadap lansia ini merupakan maksud dari ethics of care, karena
jika masyarakat telah menjadi system.
Sumber : https://lontarpmiiui.wordpress.com/2016/01/29/ethics-of-care-sebagai-suatu-cara-
memahami-lansia/

-Ethics of care diperkenalkan oleh Nel Noddings, seorang ahli filsafat pendidikan asal
Amerika lulusan Stanford University School of Education. Nel Noddings adalah seorang
feminis yang menjelaskan lebih luas mengenai ethics of care dengan mengedepankan nilai-
nilai yang terkait dengan perempuan. Care yang dimaksud olehnya bukanlah semata-mata
pemberian cinta dan kasih sayang secara universal kepada semua orang melainkan juga care
membutuhkan relationship pada individu-individu tertentu. Pendekatan Ethics of care
dijelaskan dalam bentuk hubungan partikular antar individu yang oleh Nodding sebut sebagai
one-caring dan caring for sehingga kepedulian tidak bisa diberikan dari jarak jauh untuk
individu-individu secara umum. Sebagaimana ethics of care telah diaplikasikan pada bidang
pendidikan yaitu hubungan antara guru dengan murid, Noddings meyakini bahwa kepedulian
yang didasarkan pada penerimaan, keterkaitan, dan responsivitas dapat menjadi landasan
yang lebih baik dan mendasar untuk etika (Noddings, 1984:2).
Sumber : https://insists.id/wp-content/uploads/2019/03/Dilema-Moralitas-Feminisme.pdf

3.Definisi dan tujuan etika keperawatan ,


-Definisi etika keperawatan : Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat di dalam
memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang diambilnya tetap memperhatikan
kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-unsur pengorbanan, dedikasi,
pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien, dokter, sejawat perawat, diri sendiri,
keluarga klien, dan pengunjung.
-Tujuan etika keperawatan adalah :
 Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-
tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
 Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari
informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sumber : https://text-id.123dok.com/document/1y958jrlz-tujuan-dari-etika-keperawatan-dan-
kode-etik-keperawatan-dilema-etik.html
4.Kode etik keperawatan
-Definisi kode etik keperawatan
Kode etik keperawatan adalah pedoman standar untuk mengatur tindakan atau perilaku
perawat dalam kerangka kerja dan pengambilan keputusan secara profesional.
 Kode Etik Keperawatan Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI). Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, kode etik adalah
pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode etik keperawatan
nasional Indonesia merupakan aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsi perawat, yang selalu berpegang
teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

-PART I
-Tujuan Kode etik keperawatan
Tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas
dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.
-Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai pengguna tenaga keperawatan
akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.
PPNI, 2000
Sumber : https://text-id.123dok.com/document/1y958jrlz-tujuan-dari-etika-keperawatan-dan-
kode-etik-keperawatan-dilema-etik.html
PART II
-Tujuan Kode Etik Keperawatan.
 Secara umum tujuan kode etik keperawatan adalah suatu upaya agar perawat,
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati
martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut dapat diuraikan
menjadi beberapa hal (tujuan) yaitu :
a. sebagai dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, pasien/klien,
masyarakat, dan unsur profesi, baik profesi keperawatan sendiri maupun
dalam hubungannya dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
b. merupakan standar dalam mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
c. untuk mempertahankan jika praktisi dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun oleh masyarakat.
d. merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
keperawatan.
e. memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan.

-Kode Etik Keperawatan Indonesia.

1. Perawat dan Klien.


Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, gender, aliran politik, dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Perawat dan Praktek.


Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan
melalui belajar terus menerus. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

3. Perawat dan Masyarakat.


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat.

4. Perawat dan Teman Sejawat.


Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan.
Perawat bertindak melindungi pasien/klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tindak kompeten, tidak etis, dan
ilegal.

5. Perawat dan Profesi.


Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan.
Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
Sumber : https://mhomecare.co.id/blog/kode-etik-keperawatan/
Adapun kode etik di Indonesia yang telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia melalui Munas PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik tersebut terdiri atas lima bab dan 17 pasal, yaitu :
 Bab 1
Tanggung jawab Perawat, terhadap Masyarakat, keluarga dan penderita
1. Perawat dalam rangka pengabdianynya senantiasa berpedoman kepada tanggung
jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat
untuk individu, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga dan
masyarakat.
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang seorang, keluarga dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ihlas sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur perawatan.
4. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan orang
seorang, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas, kewajiban bagi kepentingan
masyarakat.
 Bab II
Tanggung jawab perawat terhadap tugas
1. Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai
dengan kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan yang
dipercayakan kepaanya.
3. Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.
5. Perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta dengan matang mempertimbangkan
kemampuan menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannnya dengan perawatan.
 Bab III
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik antar sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.
 Bab IV
Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan
1. Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan perawatan.
2. Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi perawat dengan menunjukan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.
4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
perawatan sebagai sarana pengabdian.
 Bab V
Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air
1. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.
2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam menigkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.

Sumber : https://www.nerslicious.com/kode-etik-perawat/

-Kode etik keperawatan Internasional


Kode Etik Keperawatan Internasional atau International Council of Nurse (ICN) adalah
pedoman yang mengatur segala tindakan atau keputusan yang didsasakan atas nilai dan
kebutuhan sosial
Kode Etik Keperawatan Internasional pertamakali diinisiadi atau diadobsi oleh Dewan
Perawat Internasional pada tahun 1953 dan terus mendapatkan pembaruan hingga
terakhir selesai tahun 2012.

Tujuan utama dari ICN adalah untuk memperkokoh persatuan antar perawat di seluruh
dunia, wadah aspirasi, forum pemecahan masalah, pembuatan peraturan dan peningkatakan
pelayanan serta pendidikan keperawatan sesuai dengan kode etik profesi keperawatan.

Berdasarkan dokumen kode etik keperawatan yang diterbitkan oleh ICN tahun 1973,
keperawatan harus bersifat universal dan harus menunjung tinggi hak asasi manusia serta
menghormati perbedaan.
Pelayanan keperawatan diberikan kepada semua orang baik individu, keluarga, maupun
masyarakat tanpa melihat latar belakang, suku, agaram, ras, atau golongan.
Kode etik keperawatan harus dipahami, dijunjungtinggi serta digunakan oleh semua perawat
dalam semua aspek pekerjaan untuk mencapai tujuan.
Tidak terbatas pada perawat saja, melainkan calon perawat (siswa) pun harus memahami
kode etik ini.
4 Elemen Kode Etik Keperawatan Internasional
ICN mempunyai empat elemen paling penting untuk mengatur perawat sesuai dengan standar
etis yang berlaku secara internasional, yaitu:
 Perawat dan Klien.
 Perawat dan Praktik.
 Perawat dan Profesi.
 Perawat dan Rekan Kerja.
6 Kode Etik Keperawatan versi International Council of Nurse (ICN)
Dari empat elemen pokok tersebut, dapat dijabarkan menjadi 6 rumusan kode etik
keperawatan, yaitu:
 Tanggung Jawab Utama Perawat
Perawat mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, memelihara
kesehatan, mencegah penularan penyakit, dan mengurangi rasa sakit atau penderitaan.
Agar tanggung jawab utama perawat tersebut dapat dijalankan, maka seorang perawat
harus mempunyai pemahaman mengenai:
 Memberikan pelayanan keperawatan sebaik mungkin di berbagai tempat.
 Menjunjung tinggi harkat-martabat setiap orang, menunjung tinggi hak asasi
manusia, dan segala perbedaan yang dimiliki oleh klien.
 Pemberian pelayanan keperawatan kepada klien baik individu, keluarga, atau
masyarakat harus mengikutsertakan instansi resmi yang terkait.

 Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat


Perawat harus bisa menghargai budaya, adat istiadat, atau nilai-nilai yang dimiliki
oleh individu, keluarga, atau masyarakat ketika memberikan pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus bisa dipercaya dengan menjaga informasi rahasia dan
hanya akan memberikan keterangan ketika diminta dalam penegakan hukum yang
berlaku.

 Perawat dan Pelaksanaan Praktik Keperawatan


Perawat berperan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik
keperawatan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan.
Perawat bisa mengembangkan kompetensi dari keilmuwan yang dimilikinya secara
aktif demi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Profesi perawaat bisa bersikap sesuai dengan standar kode etik keperawatan setiap
saat.

 Perawat dan Lingkungan Masyarakat


Perawat dapat berperan aktif untuk mengkampanyekan personalan kesehatan di
tengah masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan seperti penyuluhan, seminar, pos
yandu, dan lain sebagainya.

 Perawat dan Teman Sejawat


Perawat harus berupaya sebaik mungkin menjaga hubungan kerja dengan tenaga
kesehatan lainnya agar kondisi kerja menjadi kondusif sehingga pemberian pelayanan
keperawatan kepada klien bisa menjadi lebih maksimal dan berkualitas.

 Perawat dan Profesi Keperawatan


Perawat mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan standar pelayanan praktik
keperawatan serta pendidikan keperawatan yang sedang terjadi dengan ikut terlibat
dalam mengembangkan keilmuwan secara professional

10 Rumusan Kode Etik Keperawatan


Di Indonesia, kode etik keperawatan terdiri atas lima pokok utama, yaitu:
1) Perawat dan Klien;
2) Perawat dan Praktik;
3) Perawat dan Profesi;
4) Perawat dan Teman Sejawat;
5) Perawat dan Masyarakat.

Dari kelima kode etik keperawatan tersebut, dijabarkan menjadi 10 rumusan yang terdiri dari:
1) Perawat wajib memberikan pelayanan keperawatan sebaik mungkin
kepada setiap klien dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
perbedaan, latar belakang, sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
2) Perawat harus memberikan dan menjaga hak-hak klien.
3) Perawat dapat bertindak untuk mengambil alih pelayanan keperawatan
apabila klien dalam ancaman atau bahaya dari orang yang tidak
kompeten, tidak mempunyai kode etik, atau tidak legal atau resmi.
4) Perawat bertanggung jawab penuh terhadap setiap kegiatan atau
keputusan ketika memberikan pelayanan keperawatan pada seseorang.
5) Perawat selalu berusaha meningkatkan kompetensi keperawatan.
6) Perawat harus bisa melakukan seleksi dengan mempertimbangkan
kualifikasi kompetensi yang dimiliki miliki seseorang ketika hendak
konsultasi, memberikan delegasi atau menerima delegasi tugas dari
orang lain.
7) Perawat terlibat aktif untuk meningkatkan kompetensi, kualitas dan
mutu layanan keperawatan yang tinggi.
8) Perawat senantiasi berparitisipasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan profesi keperawatan.
9) Perawat harus berupaya untuk melindungi orang lain dari informasi
sesat (hoax) atau kesealahan penyajian informasi demi menjaga
integrasi keperawatan.
10) Perawat harus bisa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain atau
masyarakat lain untuk memberikan pelayanan kesehatan sebaik
mungkin di daerah, nasional, maupun internasional.
Sumber : https://mhomecare.co.id/blog/kode-etik-keperawatan-internasional/

5.Isu Etik dalam Praktik Keperawatan


ISSUE ETIK DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Masalah etika keperawatan pada
dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, dimana telah terjadi perkembangan
perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan teknologi (Revolusi biomedis) Kaidah kaidah dasar
moral (asas etika) Beneficence dan non maleficence (berbuat baik dan tidak,merugikan
pasien) sudah harus mengalami perubahan sistem nilai. Dalam banyak kasus asas otonomi,
beneficence dan non maleficence dan asas asas derivative belum cukup sebagai acuan untuk
pemecahan masalah yang dapat diterima Isu dalam pelayanan kesehatan meliputi antara lain :
1. Pemberian pelayanan kesehatan
2. Penolakan dan penghentian pelayanan kesehatan
3. Informed consent
4. Konfidensialitas (kerahasiaan)
5. Advance directives and living will
6. Awal hidup (konsepsi kehamilan)
7. Peningkatan mutu kehidupan dengan rekayasa genetic
8. Operasi penggantian kelamin
9. Eksperimen pada manusia : obat baru, cara pengobatan baru, alat medis baru.
10. Menunda proses kematian (Transplantasi organ, respirator, pacu jantung,
hemodialisis)
11. Mengakhiri hidup (aborsi, euthanasia)
12. Kelangkaan sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan, dana teknologi,obat, dsb.)
yang cenderung tidak mencukupi karena jumlah penduduk yang meningkat.
Sumber : https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-isue-etis-dalam-praktik-keperawatan-
pdf-free.html
-ISSUE ETIK DALAM PRATIK KEPERAWATAN.
 Euthanasia
Asal usul kata eutanasia
Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (= baik) and "thanatos" (maut,
kematian) yang apabila digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates pertama
kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa
400-300 SM.
Sumpah tersebut berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang
mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu".
Dalam sejarah hukum Inggris yaitu common law sejak tahun 1300 hingga saat "bunuh diri"
ataupun "membantu pelaksanaan bunuh diri" tidak diperbolehkan.
Apa itu euthanasia?
Euthanasia adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang yang sangat sakit dan
menderita yang diliputi oleh rasa sakit yang tak tertahankan dan tak bisa disembuhkan
dengan cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit, untuk alasan kemanusiaan. Praktik ini
dapat dilakukan baik dengan mengambil tindakan aktif, termasuk memberikan suntik mati,
atau dengan tidak melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga pasien tersebut hidup
(seperti membiarkan alat bantu pernapasan berhenti bekerja).
Dalam banyak kasus, keputusan untuk “bunuh diri” ini dibuat atas permintaan pasien sendiri,
tetapi ada kalanya individu tersebut mungkin terlalu sakit tidak berdaya, sehingga keputusan
dibuat oleh pihak keluarga, tenaga medis, atau dalam beberapa kasus, oleh pengadilan.
Eutanasia menurut hukum di berbagai negara
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan
hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal
344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya
dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga
demikian halnya tampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang
juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan
demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan
tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Tipe-tipe euthanasia
Euthanasia terdiri dalam berbagai bentuk:
 Euthanasia aktif: seseorang (profesional kesehatan) bertindak secara langsung dan
aktif, sengaja menyebabkan kematian pasien — misalnya, dengan menyuntikkan obat
penenang dalam dosis besar.
 Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan tidak secara langsung bertindak dalam
mengakhiri nyawa pasien, mereka hanya memungkinkan pasien untuk meninggal
dunia dengan alpanya kehadiran fasilitas medis — misalnya, memberhentikan atau
menahan opsi pengobatan.
- Memberhentikan pengobatan: misalnya, mematikan mesin yang menjaga
seseorang hidup, sehingga mereka meninggal dari penyakit mereka.
- Menahan pengobatan: misalnya, tidak melakukan operasi yang akan
memperpanjang hidup untuk waktu yang singkat atau perintah DNR (Do Not
Resuscitate) — dokter tidak diperlukan untuk menyadarkan pasien jika jantung
mereka berhenti dan dirancang untuk mencegah penderitaan yang tidak perlu.
 Euthanasia volunter: terjadi atas permintaan pasien kompeten. Pasien sepenuhnya
menyadari kondisi penyakitnya/sudah diinformasikan, mengerti apa kemungkinan
masa depan dari penyakitnya, menyadari manfaat dan risiko yang terkait dengan
pilihan pengobatan penyakitnya, dan dapat mengkomunikasikan keinginan mereka
dengan jelas tanpa di bawah pengaruh siapapun, dan meminta bantuan profesional
medis untuk mengakhiri nyawanya.
 Euthanasia non-volunter: terjadi ketika pasien berada dalam kondisi tidak sadar atau
tidak mampu untuk membuat pilihan otonomik antara hidup dan mati (misalnya, bayi
yang baru lahir atau seseorang dengan intelegensi rendah, pasien dalam koma panjang
atau mengalami kerusakan otak parah), dan keputusan dibuat oleh orang lain yang
berkompeten atas nama pasien, mungkin sesuai dengan dokumen warisan tertulis
mereka, atau pasien sebelumnya pernah menyatakan secara verbal keinginan untuk
mati. Praktik ini juga mencakup kasus di mana pasien merupakan anak yang mampu
dan kompeten untuk mengambil keputusan secara mental dan emosional, tapi
dianggap tidak cukup umur oleh hukum untuk membuat keputusan hidup dan mati,
sehingga orang lain harus membuat keputusan atas nama mereka di mata hukum.
 Euthanasia involunter: alias paksaan, terjadi saat pihak lain mengakhiri nyawa pasien
melawan pernyataan keinginan asli mereka. Misalnya, meski si pasien ingin terus
bertahan hidup meski dengan kondisi menderita, pihak keluarganya meminta dokter
untuk mengakhiri hidupnya. Euthanasia involunter hampir selalu dianggap sebagai
pembunuhan.

Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam
suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan
bahwa: Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima
dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga
saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang
masih berlaku yakni KUHP.
Ada beberapa negara di mana euthanasia diperbolehkan:
 Di Belanda, euthanasia dan tindakan bunuh diri yang dibantu tenaga medis
(physician-assisted suicide, atau PAS) diizinkan oleh hukum, asal mengikuti protokol
hukum yang jelas.
 Di Oregon, Amerika Serikat, PAS diperbolehkan negara dengan menggunakan obat
resep.
 Di Washington DC, Amerika Serikat, dokter diizinkan untuk memberikan suntik mati
atau mendampingi PAS dengan memungkinkan overdosis obat yang berujung
kematian pada pasien yang meminta.
 Di Belgia, “membunuh atas nama medis dan belas kasih” diizinkan oleh hukum baik
untuk orang dewasa yang kompeten, anak-anak, dengan pedoman terinci dan jelas
yang harus diikuti. Orangtua harus setuju dengan keputusan tersebut.
 Di Swiss, PAS diperbolehkan, di bawah undang-undang yang aktif lebih dari 600
tahun. Pasien, termasuk pengunjung dari negara lain, dapat dibantu oleh anggota dari
organisasi Dignitas untuk mengakhiri hidup mereka.
 Untuk waktu singkat, euthanasia dan PAS diizinkan di Australia Utara dan tujuh
orang mengakhiri hidup mereka dengan cara ini, sebelum Pemerintah Federal
Australia membatalkan hukum tersebut.

Mengapa euthanasia diperbolehkan?


Mereka yang mendukung euthanasia berpendapat bahwa masyarakat yang beradab harus
memungkinkan orang untuk mati dalam martabat dan tanpa rasa sakit, dan harus
memungkinkan orang lain untuk membantu mereka melakukannya jika mereka tidak bisa
mengelolanya sendiri.
Mereka mengatakan bahwa tubuh adalah hak prerogatif pemiliknya sendiri, dan kita harus
diizinkan untuk melakukan apa yang kita inginkan dengan tubuh kita sendiri. Jadi, mereka
menganggap bahwa mengupayakan kehidupan yang lebih lama bagi yang tidak
menginginkannya adalah salah. Bahkan membuat orang terus hidup ketika mereka tidak ingin
melanggar kebebasan pribadi dan hak asasi manusia. Tidak bermoral, ujar mereka, untuk
memaksa orang untuk terus hidup dalam penderitaan dan rasa sakit.
Mereka menambahkan bahwa tindakan bunuh diri bukan merupakan tindak pidana, maka dari
itu euthanasia tidak harus digolongkan sebagai kejahatan.
Kasus Euthanasia di Indonesia
-Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 telah diajukan
oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang
bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan di samping itu
ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan pula.
Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang di luar keinginan pasien.
Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan
dalam pemulihan kesehatannya.
Sumber : https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/apa-itu-euthanasia/ ,
https://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia

Terminasi Kehamilan
Terminasi kehamilan merupakan proses medis untuk mengakhiri masa kehamilan, sehingga
bayi dilahirkan bukan pada waktunya. Terminasi kehamilan dilakukan tergantung pada
berapa minggu usia kehamilan.
Alasan Wanita Hamil Melakukan Terminasi Kehamilan
Ada banyak alasan mengapa wanita mungkin memutuskan untuk melakukan terminasi
kehamilan, yaitu:
- Risiko kesehatan ibu.
- Terdapat gangguan medis pada janin.
Jenis terminasi kehamilan yang paling umum dilakukan yaitu prosedur bedah yang disebut
‘suction curette’. Prosedur ini melibatkan pengangkatan lapisan dan isi rahim dengan
melakukan pengisapan lembut ke bagian dalam rahim dengan tabung plastik kecil.
Abortus pembedahan merupakan prosedur yang aman, biasanya dilakukan pada trimester
pertama kandungan (hingga usia kehamilan 12-14 minggu). Prosedur ini membutuhkan
waktu sekitar 15 menit, tetapi kamu harus berada di klinik atau rumah sakit selama sekitar 4
jam.
Pilihan terminasi kehamilan lainnya yaitu aborsi medis. Prosesnya ada 2 tahap. Pertama
dengan menggunakan tablet yang menghambat hormon yang diperlukan untuk melanjutkan
kehamilan. Prosesnya sekitar 24-48 jam, dan dilanjutkan dengan obat kedua yang
menyebabkan isi uterus keluar.
Hukum Melakukan Terminasi Kehamilan
Tindakan terminasi kehamilan atau aborsi masih menjadi perdebatan di berbagai negara,
terlepas dari aturan hukum dan budaya yang mengikat setiap warga negara. Sebanyak 4 dari
10 kehamilan mungkin saja menghadapi kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan
yang bermasalah, sehingga harus memutuskan untuk mengambil tindakan ini.
Terminasi kehamilan bisa saja dilakukan demi keselamatan ibu dan janin. Apabila kehamilan
dilanjutkan, kemungkinan justru mengancam jiwa ibu dan bayi. Perlu diketahui bahwa
terminasi kehamilan merupakan proses penghentian proses kehamilan dan kondisi bayi bisa
dalam keadaan hidup maupun meninggal.
Sebelum memutuskan untuk mengambil keputusan terminasi kehamilan, sebaiknya
diskusikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan saran yang tepat. Dokter perlu
melihat kondisi medis apa yang dialami, seberapa parah kondisi, dan seberapa aman ibu
untuk tetap mengandung.
Terminasi Kehamilan Aman Dilakukan
Banyak wanita yang khawatir ketika melakukan terminasi kehamilan dapat memengaruhi
peluang mereka untuk hamil di kemudian hari. Banyak penelitian menyebutkan tidak ada
bukti bahwa terminasi kehamilan dapat menimbulkan masalah pada peluang kehamilan
berikutnya.
Belum ada bukti pula wanita yang melakukan terminasi kehamilan memengaruhi
kesehatannya. Tindakan ini efektif dan aman, seaman aborsi bedah. Hanya saja ada
kemungkinan bahwa wanita yang pernah melakukan terminasi kehamilan mungkin berisiko
tinggi untuk memiliki bayi lahir prematur. Namun, belum dapat dipastikan bahwa terminasi
kehamilan yang menjadi penyebab satu-satunya.
Sumber : https://www.halodoc.com/artikel/ini-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-terminasi-
kehamilan

Supporting Devices
a) Pengertian Supporting Devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika ditinjau dari segi
keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat
tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan
praktek.
b) Klasifikasi Supporting Devices
 Handheld suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien, berkonsultasi
dengan sesama perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait interaksi obat
dan infus, sampai menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang digunakan dalam
keperawatan disebut Personal Digital Assistants (PDAs).
 Handheld Device yaitu mempermudah perawat untuk mengakses sumber-sumber
klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah akses
ke jaringan informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat
dilakukan yang akan meningkatkan otonomi perawat.
 Wireless Communication yaitu memudahkan perawat untuk memperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium,
ketika masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih
dahulu
 Alat bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter, dan
alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis dengan
sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa banyak orang. Produk THK
memenuhi standar rehabilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.
Contoh alat bantu supporting device :
- Oftalmoskop
Perawat menggunakan oftalmoskop (sumber cahaya dan sitem lensa dan cermin)
untuk mengkaji struktur internal mata (umunya disebut fundus). Intensitas cahaya
dapat diukur, tetapi perawat harus melindungi rasa nyaman klien dengan
menggunakan intensitas cahaya yang serendah mungkin.

- Iluminator Nasal
Perawat menggunakan iluminator nasal untuk memeriksa hidung bagian dalam.
Jenis ilumunator nasal yang paling sederhana, speculum nasal, adalah peralatan
dengan dua-bilahan metal yang digunakan bersama penlight untuk mengkaji
bagian bawah dan bagian tengah turbinate hidung dan mukosa hidung. Jenis kedua
dari illuminator nasal adalah illuminator yang mempunyai pegangan seperti
pegangan oftalmoskop dengan bagian kepala yang pendek, sempit dan
mempunyai sumber cahaya

- Otoskop
Perawat menggunakan otoskop untuk mengkaji kanal auditorius eksternal dan
membrane timpani. Kepala otoskop, sama dengan pegangan yang digunakan
untuk oftalmoskop, kaitkan dan nyalakan seperti pada oftalmoskop; alat tersebut
memberi pencahayaan dan pembesaran. Berbagai speculum yang berbentuk
seperti corong mempunyai diameter antara 0,32 sampai 1 cm, yang pas dengan
kepala otoskop.

- Garputala
Perawat mengguanakan garputala untuk menguji konduksi suara ketika
pengkajian pendengaran dan sensasi getar selama pengkajian neurologi. Bergetar
dengan jumlah yang spesifik etiap detiknya, garputala menciptakan karakteristik
suara yang dikenal dari frekuensinya, yang diukur dalam siklus perdetik (SPD)
atau hertz (Hz). Garputala fekuensi tinggi (500-Hz sampai 1000-Hz) membantu
mengkaji fungsi pendengaran ; garputala frekuensi rendah (100-Hz sampai 400-
Hz) membantu mengkaji sensasi vibrasi.

 Peralatan sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang digunakan untuk pergerakan reseptor sinar
X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter dan penerim
sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun, tanpa bergantung
pada posisi pasien. Saat produk THK digunakan, getaran dan suara mesin juga
dikurangi sehingga menghilangkan kekhawatiran pasien. Sinar X yang mampu
melakukan penetrasi ke dalam tubuh pasien.

 Pemindai CT sinar X medis


Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan
tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography) dan peralatan
angiografi. Pada perangkat ini, pemandu LM THK digunakan di bagian gerakan
longitudinal yang menggerakkan pasien yang terbaring di tempat tidur selama proses
pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran dan suara selama
gerakan sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran pasien.
c) Fungsi Klasifikasi Supporting Devices :
 Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis terkait
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi dan
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
 Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi, mempermudah
penghitungan, dan memperlancar komunikasi.
 Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.
 Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa melakukan
pembedahan pada tubuh pasien.
 Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor
reagen dalam peralatan tes hematologikal.
 Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.

d) Dampak Negatif Supporting Devices


 Sinar X
Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis klinis, Sinar X
ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara khusus, yaitu berkaitan
dengan efek negatif yang ditimbulkan.
Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan karakteristiknya memiliki energi minimal
sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini jika berinteraksi dengan tubuh manusia
tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif.
Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar X berinteraksi
dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis, yaitu hamburan
Compton, hamburan Fotolistrik dan hamburan Pair Production. Hamburan Compton
terjadi karena Sinar X berinteraksi dengan elektron yang terletak pada lintasan
terluar, yang selanjutnya elektron ini akan terlempar keluar dari atom.
Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26 keV (kilo
elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika Sinar X
berinteraksi dengan atom materi dan melemparkan salah satu elektron sehingga
mengakibatkan elektron lainnya, bergerak menuju lintasan yang kehilangan elektron
sambil melepaskan energinya.
Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk diagnostik. Sedangkan hamburan
pair production jarang sekali terjadi di bidang imaging diagnostik karena
membutuhkan energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV (mega elektron volt).
Walaupun sudut pandang ini hanya dilihat secara mikroskopis, secara makroskopis
dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan atom materi dan menimbulkan kelainan
pada sel tubuh manusia.
Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di bidang
medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada level diagnostic,
medis di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-tanda kerusakan jaringan.
Namun gejala kelainan pada tubuh manusia akan muncul jika diberikan Sinar X
secara berlebihan. Oleh karena itu paparan radiasi medis (diagnostik imaging) yang
mengenai tubuh pasien diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan
dalam imaging adalah kualitas citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang
diderita pasien dengan tidak memberikan paparan radiasi yang berlebihan atau tidak
dibutuhkan kepada tubuh pasien.

 CT Scan
CT Scan memang bisa memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci. Beberapa
penyakit pada anak seperti radang paru atau patah tulang juga membutuhkan alat-alat
pemindai kesehatan untuk diagnosis yang lebih akurat.
Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko
terserang penyakit leukemia.

 Sinar-X
Suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat mengurangi
pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan efek pada bayi yang
belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap
paparan sinar-x. Bayi dalam perut ibu sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya
masih dalam taraf pembelahan dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan
organ yang berbeda-beda. Pada dosis tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil
dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada janin yang dikandungnya, termasuk
kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa.
Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang
relatif ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita
hamil kecuali benar-benar perlu,harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan
rontgen sebelum mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya.

f) Keterkaitan Legal Etik dengan Supporting Devices dalam Keperawatan


Aspek legal dalam keperawatan adalah sah untuk melakukan tindakan sesuai dengan rambu-
rambu profesinya. Selain itu untuk mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat
berhak untuk memperoleh infomasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya
agar mencapai tujuan keperawatan yang maksimal. Jadi, kepada klien dan keluarga yang
berada dalam lingkup keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien
kepada salah satu profesi kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses
segala infomasi mengenai kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien
tidak lain adalah perawat itu sendiri. Hak perawat yang lain yaitu, melaksanakan tugas sesuai
dengan kompetensi dan otonomi profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan
tugasnya hanya yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang
pendidikan dimana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi ini. Dalam
supporting devices perawat harus menggunakan alat-alat bantu kesehatan tersebut sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan Negara. Jika perawat melakukan pelayanan kesehatan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga perawat tersebut melakukan kelalaian maka perawat
dikatakan melakukan malpraktik.
Kesalahan dapat diklasifikasikan sebagai tindakan yang disengaja dan tindakan yang tidak
disengaja. Kesalahan yang tidak disengaja adalah kelalaian dan malpraktik. Malpraktik
merupakan kelalaian yang dilakukan seorang professional seperti dokter dan perawat.
Seorang perawat dapat dikatakan melakukan tindakan malpraktik jika perawat tersebut
melukai pasien dengan menggunakan prosedur penanganan yang berbeda dengan cara yang
biasa dilakukan oleh perawat lain. Aspek signfikan malpraktik lain yaitu meliputi kelalaian
dan perbuatan perawat yang memberikan pengobatan yang salah pada pasien.
Sumber : http://deasyhudaiva.blogspot.com/2013/11/supporting-device-dalam-
keperawatan.html

Transplantasi Organ
Transplantasi organ adalah transplantasi atau cangkok atau pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang lain pada
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak
berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ
dapat merupakan orang yang masih hidup maupun telah meninggal.
Organ-organ yang dapat ditransplantasikan adalah jantung, transplantasi ginjal, hati, paru-
paru, pankreas, organ pencernaan, dan kelenjar timus, juga jaringan, termasuk cangkok
tulang, tendon (2 hal ini biasa disebut cangkok mukuloskeletal), cangkok kornea, cangkok
kulit, penanaman Katup jantung buatan, saraf dan pembuluh darah. Di dunia, cangkok ginjal
adalah yang terbanyak di antara cangkok organ, diikuti oleh hati dan jantung. Jaringan yang
paling banyak ditransplantasikan adalah cangkok kornea dan mukuloskeletal; jumlahnya 10x
lebih banyak dari transplantasi organ.
Saat ini di Indonesia, telah dilakukan transplantasi seperti yang telah dilakukan di negara-
negara maju. Transplantasi yang terakhir dinyatakan berhasil di dunia adalah transplantasi
penis manusia, ditransplantasikan pada bulan Desember 2014 dan dinyatakan berhasil dan
berfungsi 4 bulan kemudian, dalam arti tidak ada penolakan dari tubuh dan yang terpenting
adalah dapat berfungsi normal untuk sistem ekskresi juga secara seksual.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

6.Advokasi
Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokratis yang kuat untuk membuat
para penguasa bertanggung jawab menyangkut peningkatan keterampilan serta pengertian
rakyat tentang bagaimana kekuasaan itu bekerja.
Secara umum, pengertian advokasi adalah suatu bentuk tindakan yang mengarah pada
pembelaan, memberi dukungan, atau rekomendasi berupa dukungan aktif.
Tujuan Advokasi
Dari definisi atau pengertian advokasi diatas maka secara sempit advokasi merupakan
kegiatan pembelaan hukum atau litigasi yang dilakukan oleh pengacara dan merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktek beracara di pengadilan. Advokasi melibatkan
berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan baik di tingkat
lokal, nasional maupun di tingkat Internasional.
Tujuan dari advokasi sendiri tidak terlepas dari makna advokasi yang dilakukan semata-mata
untuk menyelesaikan sengketa antar orang maupun antar kelompok. Sehingga kegiatan
advokasi sendiri Memang sangat berkaitan erat dengan hukum.
Kategori Advokasi
Dilihat dari pengertian advokasi seperti yang sudah dibahas sebelumnya, maka advokasi yang
dikaitkan dengan segala masalah dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Advokasi Diri
Yang termasuk kategori advokasi diri yaitu aplikasi yang dilakukan pada skala lokal
dan dalam lingkup kecil. Sebagai contoh ketika ada mahasiswa yang mendapatkan
skorsing oleh pihak Universitas tanpa adanya kejelasan. Sehingga dalam hal ini
advokasi berperan untuk mencari kejelasan dan klarifikasi pada pihak Universitas
terkait masalah tersebut.
2. Advokasi Kasus
Kategori advokasi kasus yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan
terhadap seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang belum memiliki
kemampuan untuk membela diri sendiri maupun membela kelompoknya.
3. Advokasi Hukum
Advokasi hukum merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh lembaga atau
ahli hukum dalam untuk konsultasi, mediasi, negosiasi serta pendampingan. Yang
dilakukan baik didalam maupun diluar pengadilan dengan tujuan untuk
menyelesaikan permasalahan yang berdimensi hukum.
Adapun pengertian menurut para ahli :
1. Pengertian Advokasi Menurut Julie Stirling
Pengertian dari advokasi menurut Julie Stirling adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan secara bertahap atau berproses. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi
orang lain dengan maksud mengubah kebijakan publik. Tindakan yang dilakukan
tersebut sudah terorganisir maupun terarah sehingga lebih mudah tercapai.
Untuk mencapai hal itu, maka seseorang membutuhkan seorang advokat yang paham
akan suatu kebijakan dan hukum di dalam suatu negara untuk membantu menegakkan
keadilan.

2. Pengertian Advokasi Menurut Sheila Espine-Villaluz


Selain Julie Stirling, pengertian dari advokasi juga dipaparkan oleh Sheila Espine-
Villaluz yaitu suatu aksi yang strategis dan terpadu untuk memasukkan suatu masalah
ke dalam agenda kebijakan dan kemudian diselesaikan. Dari hal tersebut kemudian
akan membangun basis dukungan kebijakan publik untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Menurut Sheila, aksi ini bisa dilakukan oleh perorangan maupun kelompok.
3. Pengertian Advokasi Menurut Zastrow
Menurut Zastrow pengertian dari advokasi adalah aktivitas yang berusaha untuk
memberikan pertolongan kepada klien atau partner kerja agar bisa mencapai layanan
yang sebelumnya telah ditolak. Selain itu advokasi juga bisa memberikan ekspansi
terhadap layanan yang dimaksud agar semakin banyak lagi orang yang bisa terwadahi.

4. Pengertian Advokasi Menurut Kaminski Dan Walmsley


Kaminski dan Walmsley berpendapat bahwa advokasi adalah suatu pekerjaan yang
mampu memberikan petunjuk atas keunggulan dari pekerjaan sosial jika
dibandingkan dengan pekerjaan lain. Dalam hal ini seorang advokat dinilai seorang
advokat lebih unggul dibanding dengan profesi yang lain. Advokasi juga didefinisikan
sebagai aksi yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok yang berfungsi untuk
mengubah kebijakan.

5. Pengertian Advokasi Menurut Scheneider


Scheneider mengatakan bahwa pengertian dari advokasi hampir sama dengan
pengertian menurut para ahli yang sebelumnya. Namun pengertian dari advokasi tidak
akan lengkap jika kriteria kejelasan, dapat diukur, dapat dibatasi, tindakan terarah dan
fokus terhadap suatu kegiatan tidak tercapai. Untuk itulah tindakan advokasi harus
bisa mencapai semua kriteria yang sudah disebutkan tersebut.

-Tujuan dari kerja-kerja advokasi adalah untuk mendorong terwujudnya perubahan atas
sebuah kondisi yang tidak atau belum ideal sesuai dengan yang diharapkan. Secara lebih
spesifik, dalam prakteknya kerja advokasi banyak diarahkan pada sasaran tembak yaitu
kebijakan publik yang dibuat oleh para penguasa.
Sumber : https://www.cakrawalapersada.com/pengertian-dari-advokasi/

7.Pengambilan Keputusan Etik


Pengambilan Keputusan Etis
Menurut Terry yang dikutip oleh Syamsi (2000) definisi pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Salusu (2013) hal yang
membedakan pengambilan keputusan etis dengan jenis pengambilan keputusan yang lain
yaitu terletak pada apa yang disebut sebagai prinsip-prinsip etis. Pertama, pada alasan yang
digunakan dalam menghasilkan suatu keputusan. Kedua, pada fakta bahwa pengambil
keputusan menerima prinsip yang dipersoalkan itu sebagai bagian dari pandangan moralnya
yaitu tentang baik dan buruknya. Pengambilan keputusan etis yaitu proses pemilihan suatu
cara dari beberapa alternatif dan keputusan yang dihasilkan tidak melanggar norma hukum
dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
Suatu proses yang sistematis/ strategi atau metode yang digunakan perawat Ketika
berhadapan dengan dilema etik yang berdasarkan komsep dan prinsip etik untuk melakukan
tindakan moral (Purba, 2010).
Pengambilan keputusan etis merupakan proses yang panjang sehingga perawat perlu
mengidentifikasi dan mengevalusi pilihan tindakan serta menentukan apa yang harus
dilakukan.
Teori yang mendasari keputusan Etik
Teori etik merupakan prinsip moral atau serangkaian prinsip moral yang dapat digunakan
untuk mengkaji apa yang benar dan apa yang salah secara moral. Berikut adalah beberapa
teori etik, diantara yaitu :
- Teori Utilitarianism (teori teleologi) : Teori ini menekankan pada pencapaian hasil
akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan
sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Misalnya bayi yang lahir tanpa
tulang tengkorak lebih baik diijinkan meninggal daripada sepanjang hidupnya
menderita.
- Teori Deontologi: Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil
akhir atau konsekwensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Kant
berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh penerapan deontologi adalah
seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang
sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
- Justice based ethics: Teori ini menekankan pada keadilan sebagai titik sentral.
Sebaik-baiknya suatu teori jika tidak adil harus ditolak. Pada teori ini hak asasi
manusia dijamin karena keadilan
Sumber : https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/814

8.Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etik


Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan
etis. Faktor ini antara lain faktor agama, sosial, ilmu pengetahuan, teknologi,
legislasi, keputusan yuridis, dana,keuangan,pekerjaaan,posisi klien maupun
perawat, kode etik keperawatan, dan hak-hak klien.
a. Faktor agama dan adat istiadat
Adanya berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau
pasien sangat berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Contoh dalam budaya
Jawa dan daerah lain dikenal dengan falsafah tradisional “wani ngalah dhuwur
wekasane” (Berani mengalah demi kepentingan Bersama adalah sikap luhur).
b. Faktor Sosial
Faktor ini meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum dan peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980). Nilai-nilai
tradisional sedikit demi sedikit telah ditinggalkan oleh beberapa kalangan
masyarakat.Misalnya, kaum wanita yang pada awalnya hanya sebagai ibu rumah
tangga yang bergantung pada suami, telah beralih menjadi pendamping suami yang
mempunyai pekerjaan dan banyak yang menjadi wanita karier. Nilai-nilai yang
diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap keperawatan.
c. Faktor legislasi dan keputusan yuridis
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik (Ellis, Hartley, 1990).
Dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014 Bab VI tentang hak dan kewajiban Pasal
36 butir a tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berhak
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
peraturan perundangundangan. Pasal 37 butir b tercantum bahwa perawat dalam
melaksanakan praktek keperawatan berkewajiban memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi,
prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Faktor dana/ keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik.untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan program yang dibiayai pemerintah. Perawat dan tenaga
kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering menerima keluhan klien
mengenai pendanaan. Masalah ketidakcukupan dana ini dapat menimbulkan konflik,
terutama bila tidak dapat dipecahkan. Oleh karena itu solusinya dalam megambil
keputusan etik perawat harus mampu berkomunikasi dengan baik, menjlaskan tahapan
asuhan keperawatan/tindakan pengobatan yang akan diberikan dan sebisa mungkin
menjelaskan apakah penanganan tersebut dibiayai asuransi kesehatan, atau
ditanggung pribadi oleh klien.
e. Faktor pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan posisi
pekerjaannya. Sebagai contoh : apakah keputusan yang diambil akan berdampak pada
pekerjaan klien atau tidak.

Sumber : https://adoc.pub/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan-keputusan-
etis-a.html
DAFTAR PUSTAKA :
https://fikes.almaata.ac.id/prinsip-etik-dalam-keperawatan/ ,
http://news.unair.ac.id/2021/05/20/pentingnya-menerapkan-prinsip-etik-pada-tindakan-
keperawatan/#:~:text=Terdapat%207%20prinsip%20etik%20keperawatan,menepati%20janji
%20kepada%20pasien%20dan , diakses 18 oktober 2021
; https://en.wikipedia.org/wiki/Ethics_of_care , diakses 18 oktober 2021
https://adoc.pub/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan-keputusan-etis-a.html ,
diakses 18 oktober 2021
https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/814 , diakses 18
oktober 2021
: https://www.cakrawalapersada.com/pengertian-dari-advokasi/ , diakses 18 oktober 2021
: https://text-id.123dok.com/document/1y958jrlz-tujuan-dari-etika-keperawatan-dan-kode-
etik-keperawatan-dilema-etik.html , diakses 19 oktober 2021
: https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/apa-itu-euthanasia/ ,
https://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia , diakses 19 oktober 2021
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-isue-etis-dalam-praktik-keperawatan-pdf-free.html
, diakses 19 oktober 2021
: https://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ diakses 19 oktober 2021
Diakses 19 oktober 2021 http://deasyhudaiva.blogspot.com/2013/11/supporting-device-
dalam-keperawatan.html
: https://www.halodoc.com/artikel/ini-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-terminasi-kehamilan
diakses 19 oktober 2021 diakses 19 oktober 2021
https://mhomecare.co.id/blog/kode-etik-keperawatan-internasional/

Anda mungkin juga menyukai