Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.V

DENGAN GANGGUAN STROKE

Disusun Oleh :

FAJAR FERDI PRAKOSO (2021010030)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN PENDERITA STROKE
A. Definisi
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard dan kanker serta
penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh
penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat disekitarnya. Penelitian menunjukkan
kejadian stroke terus meningkat di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia
(Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk., 2013). Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia
sudah terjangkit stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Di perkirakan jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada.
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkkan oleh
terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare 2013). Stroke atau penyakit
serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun
struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari
seluruh sistem pembuluh darah otak (Wijaya & Putri 2013), stroke atau cedera
serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkkan oleh terhentinya suplai
darah kebagian otak (Smeltzer & Bare 2013).
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO
2006).

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa stroke adalah kehilangan fungsi
otak yang disebabkan oleh  adanya gangguan proses aliran darah ke otak yang ditandai
dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (paralisis).
B. Klasifikasi
Klasifikasi stroke menurut Corwin (2009) adalah

1. Stroke non hemoragik


a. Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak perlahan karena
proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak akibat
abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya menyumbat arteri cerebral
tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi cerebral.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Kejadiannya biasanya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
saat istirahat. Kesadaran psien umunya dapat menurun.

C. Patofisiologi
Stroke diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu: Trombosit serebral
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan
darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), iskemi
(penurunan aliran darah ke area otak), hemorragic serebral (pecahnya pembuluh darah
serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya
penghentian suplai darah ke otak.
Stroke diakibatkan dari salah satu tempat kejadian yaitu trombosis serebral
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan
darah yang dibawa ke otak dan bagian tubuh yang lain), iskemia (penurunan aliran darah
ke area otak), dan hemorragic serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi.
Otak merupakan organ yang sensitif, otak tergantung pada ada tidaknya suplai
darah, oksigen, dan glukosa. Bila otak tidak mendapatkan suplai darah dan kekurangan
oksigen seperti halnya yang terjadi pada serebra vaskuler otak akan segera mengalami
perubahan, kematian dan kerusakan permanen akan terjadi. Hipoksia ini dapat
menyebabkan iskemi otak dalam waktu singkat menyebabkan defisit sementara,
sedangkan iskemi dalam waktu selama ± 15 sampai 20 menit menyebabkan sel mati
permanen   dan berakibat terjadi infark otak  yang disertai edema otak. Gejala yang
ditimbulkan karena stroke tergantung pada pada daerah otak yang terkena, dengan hal
tersebut dapat menimbulkan komplikasi yang meliputi hipoksia serebral, penurunan
aliran darah serebral dan luasnya area cedera. Dan jika stroke tidak tertangani akan
mengakibatkan kematian. Komplikasi :
a) Hipoksia serebral. Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat
di otak.
b) Penurunan aliran darah serebral. Tergantung pada tekanan darah curah jantung,
dan integritas pembuluh darah.
c) Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik.

Pathway

D. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
1) Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral :
- Atherosklerosis/arterioskerosis, adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
- Hypercoagulasi pada polysitemia, Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
- Arteritis (radang pada arteri)
2) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik.
3) Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub
arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4) Hypoksia Umum
- Hipertensi yang parah
- Cardiac pulmonary arrest
- CO turun akibat aritmia
5) Hypoksia setempat
- Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran
E. Penatalaksanaan
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam
atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
a) Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara :
 Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen
activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak
semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah
pasien merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
 Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet,
seperti aspirin.
 Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi
faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung.
 Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah
tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah
keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga
digunakan untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor
risiko terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat
enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta
(alpha- dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium
channel blocker).
 Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil
kolesterol di dalam organ hati.
 Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah
berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui
prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter
dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi
endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur
ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi
lainnya, terutama penyakit jantung.
 Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan
melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri
karotis. Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam
arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan ring atau stent.
b) Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain :
o Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor
pembekuan atau obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
o Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila
memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang pecah.
c) Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat
mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau
obat antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor
risiko yang dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi
karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Pasien datang ke RS RSUD Prembun pada tanggal 22 November 2022 pada pukul 08.00
Pasien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak badan sebelah kiri. pasien terlihat
lumpuh separoh badan,dan kesulitan saat berbicara (pelo) didapatkan pemeriksaan tanda
tanda vital TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit RR : 22 Kali/menit. Menurut
pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat stroke sudah sejak 4 tahun yang lalu, stroke
tanpa perdarahan bagian sinistra.
B. Pengkajian
IDENTITAS PASIEN:

Nama : Ny.v
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wonokriyo, Gombong
Diagnosa Medis : Stroke
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB:

Nama : Tn. R
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonokriyo, Gombong
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama : Pasien didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri badan
bicara pelo
Riwayat Sakit Sekarang: Pasien datang ke RS RSUD Prembun pada tanggal 22 November
2022 pada pukul 08.00 Pasien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak badan
sebelah kiri. pasien terlihat lumpuh separoh badan,dan kesulitan saat berbicara (pelo)
didapatkan pemeriksaan tanda tanda vital TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit
RR : 22 Kali/menit. Menurut pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat stroke sudah
sejak 4 tahun yang lalu, stroke tanpa perdarahan bagian sinistra.
Riwayat penyakit dahulu:
1) Riwayat alergi : tidak ada
2) Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
3) Riwayat penyakit paru kronis : tidak ada
4) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
5) Riwayat hipertensi : (+) muncul saat pertama terkena stroke
6) Riwayat penyakit hati : tidak ada
7) Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
8) Riwayat asma : tidak ada
Riwaayat penyakit Keluarga
1) Riwayat sakit serupa : kakak kandung pasien riwayat stroke
2) Riwayat HT : disangkal
3) Riwayat DM : disangkal
Pemeriksaan Fisik
1.Tingat Kesadaran : Compos mentis
2.Suara Bicara : Sukar dimengerti (pelo)
3.Tanda – Tanda Vital : TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit RR : 22
Kali/menit
3.Kepala
Rambut : Terdapat ketombe,tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Muka : Tidak simetris
Leher : Kesulitan untuk bergerak
4.Thorax
Dada : Terdapat suara ronchi,wheezing,pernafasan tidak teratur
akibat reflek batuk dan menelan
Abdomen : Penurunan peristaltic usus akibat bed rest lama

Pengkajian Pola Virginia Henderson

1. Pola bernapas
• Sebelum sakit : klien mengatakan dapat bernapas dengan normal, tidak
sesak, dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan
• Saat dikaji : klien mengatakan mengeluh sesak nafas yang tidak wajar
tiba tiba dan waktu lama
2. Pola nutrisi
• Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada gangguan makan, pasien bisa
makan 3 x sehari dengan menu nasi,lauk pauk, dan sayur. Pasien juga minum 7
gelas air putih perhari.
• Saat dikaji : klien tidak banyak makan dan minum. Pasien
hanya makan 2 x sehari dengan porsi sedikit dan menu nasi dan lauk pauk. Pasien
juga hanya minum 4 gelas perhari.
3. Pola eliminasi
Buang Air Besar

• Sebelum sakit : klien mengatakan biasa BAB 1x sehari setiap pagi.


• Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 2 hari sekali pada pagi
hari.
Buang Air Kecil
• Sebelum sakit :Pasien mengatakan bisa BAK 5x sehari. Warnanya
kuning.
• Saat Dikaji : Pasien mengatakan bisa BAK 3x sehari,warnanya
kekuningan.
4. Pola berpakaian
• Sebelum sakit : klien mengatakan setiap hari hanya menggunakan
kaos pendek dan celana pendek
• Saat dikaji : klien menggunakan kaos lengan panjang dan
celana Panjang dan dibantu keluarga
5. Pola istirahat dan tidur
• Sebelum sakit : klien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak dari
pukul 21.00 sampai pukul 05.00 WIB
• Saat dikaji : klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak
karena sesak napas.
6. Pola mempertahankan sirkulasi
• Sebelum sakit : klien mengatakan ketika dingin menggunakan
jaket, ketika panas menggunakan kaos.
• Saat dikaji : klien mengatakan ketika dingin menggunakan
selimut. Ketika panas tidak menggunakan kaos pendek
7. Pola rasa aman dan nyaman
• Sebelum sakit : klien mengatakan nyaman melakukan aktivitas
• Saat dikaji : klien mengatakan tidak nyaman melakukan
aktivitas karena sesak napas dan keterbatasan dalam beraktivitas
8. Pola gerak dan keseimbangan
• Sebelum sakit : klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara
normal.
• Saat dikaji : klien mengatakan lemas dan tidak dapat
melakukan aktivitas dengan normal dan keterbatasan dalam aktivitas
9. Pola personal hygiene
• Sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2 kali sehari , dan
menggosok gigi 3 kali sehari
• Saat dikaji : klien mengatakan mandi 2 kali sehari, dan
menggosok gigi 3 kali sehari
10. Pola komunikasi
• Sebelum sakit : klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
normal.
• Saat dikaji : klien tidak dapat berbicara dengan jelas karena
pelo
11. Pola kebutuhan spiritual
• Sebelum sakit : klien mengatakan biasa melakukan ibadah sholat 5
waktu.
• Saat dikaji : klien mengatakan masih melakukan ibadah sholat
5 waktu dengan cara sholat di tempat tidur.
12. Pola bekerja
• Sebelum sakit : klien sangat semangat saat bekerja dan bekerja
sangat rajin.
• Saat dikaji : klien mengatakan tidak dapat berkerja karena
keterbatasan dalam gerak dan aktivitas
13. Pola kebutuhan bermain dan rekreasi
• Sebelum sakit : klien mengatakan menonton tv saat waktu luang
dan mengobrol dengan keluarga
• Saat dikaji : klien mengatakan hanya berbaring dan duduk di
tempat tidur
14. Pola belajar
• Sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya
• Saat dikaji : klien mengatakan sudah mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya dari dokter.
C. ANALISIS DATA

No Data fokus Masalah Penyebab

1 DS : Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan


NEUROMUSKULAR
Pasien mengatakan mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah
kiri badan.
DO :
TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N :
98 kali/menit RR : 22 Kali/menit
Kekuatan otot menurun
Sendi kaku
Gerakan terbatas
2 DS : Gangguan komunikasi verbal Gangguan
neuromuskular
Keluarga pasien mengeluhkan Tn.M
tidak mampu bicara
 DO :
 pasien tampak bicara pelo
sulit menggunakan ekspresi wajah
Verbalisasi tidak tepat
Sulit mengungkapkan kata-kata

Urutan priorotas diagnose :


1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular
2. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuscular
D. INTERVENSI

NO Tanggal/jam SLKI Intervensi Rasionalisasi

1.   Setelah dilakukan Dukungan Observasi :


Tindakan keperawatan mobilisasi 1. Untuk
selama 2x24 jam ( I.05173 ) : mengidentifikasi
diharapkan mobilitas   adanya nyeri yang
fisik meningkat dengan Observasi : dirasakan dan keluhan
kriteria hasil : Identifikasi fisik lainya yang
  adanya nyeri dialami.
Mobilitas fisik atau keluhan 2. Untuk
( L.05042 ) fifik lainya. mengidentifikasi
Pergerakan ekstermitas Identifikasi adanya toleransi untuk
meningkat toleransi fisik melakukan mobilisasi
Kekuatan otot melakukan pergerakan.
meningkat pergerakan.  
Nyeri menurun   Teraupetik :
Kelemahan fifik Teraupetik : 1. Untuk memfasilitasi
menurun 1. Fasilitasi pelatian mobilisasi
Kaku sendi menurun aktifitas fisik.
mobilisasi 2. Untuk memperlancar
dengan alat peredaran darah
bantu (mis. 3. Untuk melemaskan
Pagar otot dan mencegah
tempat atrofi otot.
tidur).  
2. Kompres air Edukasi :
hangat 1. Untuk memberitahu
3. Lakukan melakukan mobilisasi
terapi ROM secara mandiri.
  2. Untuk menganjurkan
Edukasi : melakukan mobilisasi
1. Anjurkan sederhana.
melakukan 3. Untuk menurunkan
mobilisasi atau mengontrol
dini. tekanan darah.
2. Anjurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis. Duduk
di tempat
tidur, pindah
dari tempat
tidur ke
kursi )
3. Lakukan
Diit garam

2   Setelah dilakukan Promosi Observasi ;


intervensi keperawatan komunikasi 1. Untuk
selama 2x24 jam efektif ( I.13491 ) mengidentifikasi
diharapkan komunikasi   metode
verbal meningkat dengan Observasi : komunikasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi yang digunakan
  prioritas metode untuk
Komunikasi verbal komunikasi yang berkomunikasi
( L.13118 ) digunakan sesuai dengan pasien.
  dengan 2. Untuk
1. Kemampuan berbicara kemampuan. mengidentifikasi
meningkat 2. Identifikasi sumber pesan
2. Kemampuan mendengar sumber pesan yang jelas.
meningkat yang jelas  
3. Pelo menurun   Teraupetik :
4. Pemahaman perilaku Teraupetik : 1. Untuk
membaik 1. Fasilitas memfasilitasi
penyampaian pesan dengan
pesan dengan jelas.
jelas. 2. Untuk
2. Fasilitasi memfasilitasi
penggunakan isi penggunaan
pesan dengan pesan dengan
jelas. jelas.
3. Dukung pasien 3. Untuk
dan keluarga mendukung
menggunkan pasien dan
komunikasi keluarga
efektif. menggunkan
komunikasi
  yang efektif.
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan perlunya 1. Untuk
komunikasi menjelaskan
efektif betapa penting
komunikasi
efektif.

E. IMPLEMENTASI

NO Tanggal/jam Implementasi Respon


1.   Dukungan mobilisasi 1. Pasien masih
( I.05173 ) : mengalami nyeri
  2. Pasien masih
Observasi : mengalami
1. Mengidentifikasi keterbatasan daalm
adanya nyeri atau bergerak
keluhan fifik lainya.  
2. Mengidentifikasi  
toleransi fisik  
melakukan pergerakan.  
 
Teraupetik :  
1. Memfasilitasi aktifitas 1. Pasien berjalan masih
mobilisasi dengan alat menggunakan alat
bantu (mis. Pagar bantu dan di bantu
tempat tidur). keluarganya
2. Kompres air hangat 2. Pasien Pereadaran
3. Lakukan terapi ROM darahnya masih belom
lancar
3. Otot pasien masih
kaku
 
 
Edukasi :  
1. Menganjurkan 1. Pasien masih
melakukan mobilisasi melakukan mobilitas
dini. dini
2. Menganjurkan 2. Pasien masih
mobilisasi sederhana melakukannya dengan
yang harus dilakukan bantuan keluarganya
(mis. Duduk di tempat atau orang lain.
tidur, pindah dari 3. Teknana darag pasien
tempat tidur ke kursi ) masih belom
3. Lakukan diit garam terkontrol
 
2   Promosi komunikasi 2. Pasien berbicara masih
efektif ( I.13491 ) kurang jelas
  dikarenakan pelo
Observasi : 3. Pasien terdengar kurang
1. Mengidentifikasi jelas saat berbicara, dan
prioritas metode kurang dimengerti si
komunikasi yang pendengar
digunakan sesuai  
dengan kemampuan.  
2. Mengidentifikasi  
sumber pesan yang 1. Pasien menggunakan
jelas alat bantu alat tulis
  untuk membantu
Teraupetik : komunikasinya
1. Memfasilitas 2. Pasien berusaha
penyampaian pesan menggunakan isi pesan
dengan jelas. dengan jelas agar di
2. Memfasilitasi mengerti keluarganya
penggunakan isi pesan 3. Keluarga pasien
dengan jelas. berusaha mengerti dan
3. Mendukung pasien dan berkomunikasi efektif
keluarga menggunkan dengan pasien
komunikasi efektif. 4. Pasien sangat
  memperlukan
Edukasi : komunikasi yang efektif
1. Menjelaskan perlunya  
komunikasi efektif
F. EVALUASI

Tanggal No.DX Diagnosa Evaluasi

  1. 1. Gangguan Evaluasi keperawatan ( Dukungan


mobilitas fisik b.d mobilisasi)
gangguan
S : Pasien mengatakan sudah dapat
neuromuscular
melakukan mobilisasi diri dengan
  dibantu orang lain
O : Pasien sudah dapat bergerak
sedikit demi sedikit seperti duduk
A : Pasien sudah dapat bergerak
P : Lanjutkan intervensi

  2. 1. Gangguan Evaluasi keperawatan (Promosi


komunikasi verbal komunikasi efektif )
b.d gangguan
S : Pasien menyatakan dengan suara
neuromuscular
yang masih pelo bahwa dirinya
  sedang berusaha untuk memahami
maksud perawat
O : Pasien sudah dapat
berkomunikasi menggunakan
gerakan-gerakan seperti gerakan
tangan
A : Pasien sudah dapat
berkomunikasi dengan isyarat
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai