Disusun Oleh :
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa stroke adalah kehilangan fungsi
otak yang disebabkan oleh adanya gangguan proses aliran darah ke otak yang ditandai
dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (paralisis).
B. Klasifikasi
Klasifikasi stroke menurut Corwin (2009) adalah
C. Patofisiologi
Stroke diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu: Trombosit serebral
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan
darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), iskemi
(penurunan aliran darah ke area otak), hemorragic serebral (pecahnya pembuluh darah
serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya
penghentian suplai darah ke otak.
Stroke diakibatkan dari salah satu tempat kejadian yaitu trombosis serebral
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan
darah yang dibawa ke otak dan bagian tubuh yang lain), iskemia (penurunan aliran darah
ke area otak), dan hemorragic serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi.
Otak merupakan organ yang sensitif, otak tergantung pada ada tidaknya suplai
darah, oksigen, dan glukosa. Bila otak tidak mendapatkan suplai darah dan kekurangan
oksigen seperti halnya yang terjadi pada serebra vaskuler otak akan segera mengalami
perubahan, kematian dan kerusakan permanen akan terjadi. Hipoksia ini dapat
menyebabkan iskemi otak dalam waktu singkat menyebabkan defisit sementara,
sedangkan iskemi dalam waktu selama ± 15 sampai 20 menit menyebabkan sel mati
permanen dan berakibat terjadi infark otak yang disertai edema otak. Gejala yang
ditimbulkan karena stroke tergantung pada pada daerah otak yang terkena, dengan hal
tersebut dapat menimbulkan komplikasi yang meliputi hipoksia serebral, penurunan
aliran darah serebral dan luasnya area cedera. Dan jika stroke tidak tertangani akan
mengakibatkan kematian. Komplikasi :
a) Hipoksia serebral. Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat
di otak.
b) Penurunan aliran darah serebral. Tergantung pada tekanan darah curah jantung,
dan integritas pembuluh darah.
c) Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik.
Pathway
D. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
1) Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral :
- Atherosklerosis/arterioskerosis, adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
- Hypercoagulasi pada polysitemia, Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
- Arteritis (radang pada arteri)
2) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik.
3) Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub
arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4) Hypoksia Umum
- Hipertensi yang parah
- Cardiac pulmonary arrest
- CO turun akibat aritmia
5) Hypoksia setempat
- Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran
E. Penatalaksanaan
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam
atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
a) Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen
activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak
semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah
pasien merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet,
seperti aspirin.
Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi
faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung.
Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah
tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah
keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga
digunakan untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor
risiko terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat
enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta
(alpha- dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium
channel blocker).
Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil
kolesterol di dalam organ hati.
Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah
berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui
prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter
dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang
terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi
endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur
ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi
lainnya, terutama penyakit jantung.
Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan
melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri
karotis. Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam
arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu
disangga dengan ring atau stent.
b) Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain :
o Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor
pembekuan atau obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
o Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila
memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang pecah.
c) Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat
mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau
obat antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor
risiko yang dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi
karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Pasien datang ke RS RSUD Prembun pada tanggal 22 November 2022 pada pukul 08.00
Pasien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak badan sebelah kiri. pasien terlihat
lumpuh separoh badan,dan kesulitan saat berbicara (pelo) didapatkan pemeriksaan tanda
tanda vital TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit RR : 22 Kali/menit. Menurut
pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat stroke sudah sejak 4 tahun yang lalu, stroke
tanpa perdarahan bagian sinistra.
B. Pengkajian
IDENTITAS PASIEN:
Nama : Ny.v
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wonokriyo, Gombong
Diagnosa Medis : Stroke
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB:
Nama : Tn. R
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonokriyo, Gombong
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama : Pasien didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri badan
bicara pelo
Riwayat Sakit Sekarang: Pasien datang ke RS RSUD Prembun pada tanggal 22 November
2022 pada pukul 08.00 Pasien mengatakan mengalami kelemahan anggota gerak badan
sebelah kiri. pasien terlihat lumpuh separoh badan,dan kesulitan saat berbicara (pelo)
didapatkan pemeriksaan tanda tanda vital TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit
RR : 22 Kali/menit. Menurut pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat stroke sudah
sejak 4 tahun yang lalu, stroke tanpa perdarahan bagian sinistra.
Riwayat penyakit dahulu:
1) Riwayat alergi : tidak ada
2) Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
3) Riwayat penyakit paru kronis : tidak ada
4) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
5) Riwayat hipertensi : (+) muncul saat pertama terkena stroke
6) Riwayat penyakit hati : tidak ada
7) Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
8) Riwayat asma : tidak ada
Riwaayat penyakit Keluarga
1) Riwayat sakit serupa : kakak kandung pasien riwayat stroke
2) Riwayat HT : disangkal
3) Riwayat DM : disangkal
Pemeriksaan Fisik
1.Tingat Kesadaran : Compos mentis
2.Suara Bicara : Sukar dimengerti (pelo)
3.Tanda – Tanda Vital : TD : 170/80 mmHg, S : 36,7 Oc N : 98 kali/menit RR : 22
Kali/menit
3.Kepala
Rambut : Terdapat ketombe,tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Muka : Tidak simetris
Leher : Kesulitan untuk bergerak
4.Thorax
Dada : Terdapat suara ronchi,wheezing,pernafasan tidak teratur
akibat reflek batuk dan menelan
Abdomen : Penurunan peristaltic usus akibat bed rest lama
1. Pola bernapas
• Sebelum sakit : klien mengatakan dapat bernapas dengan normal, tidak
sesak, dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan
• Saat dikaji : klien mengatakan mengeluh sesak nafas yang tidak wajar
tiba tiba dan waktu lama
2. Pola nutrisi
• Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada gangguan makan, pasien bisa
makan 3 x sehari dengan menu nasi,lauk pauk, dan sayur. Pasien juga minum 7
gelas air putih perhari.
• Saat dikaji : klien tidak banyak makan dan minum. Pasien
hanya makan 2 x sehari dengan porsi sedikit dan menu nasi dan lauk pauk. Pasien
juga hanya minum 4 gelas perhari.
3. Pola eliminasi
Buang Air Besar
E. IMPLEMENTASI