DISUSUN OLEH
Prinastiti Setiawati
030.15.152
PEMBIMBING
dr. Dian Cahyani, Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas anugerah keselamatan dan rahmat-Nya
yang telah memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
Presentasi Kasus dengan judul “CVD INFARK LESI LUAS DENGAN
DEFISIT NEUROLOGIS MINIMAL”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan
Klinik di Stase Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Dian Cahyani Sp.S selaku pembimbing atas pengarahannya
selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf. Dan
kepada para dokter dan staff Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih, serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf.
Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi setiap orang yang membacanya. Tuhan memberkati kita semua.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
dr. Dian Cahyani, Sp.S
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health
Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih. Klasifikasi penyakit stroke terdiri
dari beberapa kategori, diantaranya: berdasarkan kelainan patologis,secara
garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga
infark atau nonhemorrhagic.(1)
1.1 Anamnesis
Anamnesis oleh penulis dilakukan pada hari tanggal 18 Juli 2019 pada pukul
05.30 WIB di bangsal Aster Barat lantai 9 RSUD Budhi Asih
Status Lokalis
Kepala : Normosefali, persebaran rambut merata, jejas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (- /-), Sklera Ikterik (-/-)
Leher : KGB membesar (-), jejas (-), bruit (-)
Thorax : Simetris kanan dan kiri, suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-
), rhonki (-), bunyi jantung reg S1-S2, murmur (-) gallop (-)
Abdomen:
! Inspeksi : Perut tampak membuncit (-), sikatriks (-), tanda inflamasi (-)
ascites (-), kulit tampak bercak kehitaman
! Auskultasi : bising usus (+) normal 2-3x/menit
! Perkusi : timpani
! Palpasi : dinding abdomen tegang (-), hepatomegali (-) ,
splenomegali (-), nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas:
Akral hangat
+ +
+ +
Oedema
- -
- -
CRT normal < 2 detik
c. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : - (negatif)
Brudzinki I : - (negatif)
Brudzinki II : - (negatif)
Laseque : - (negatif)
Kernig : - (negatif)
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N II Tajam penglihatan
Lapang pandang
Tidak dilakukan
Buta warna
Funduskopi
Kedudukan bola mata Kedua bola mata terletak di
tengah
(ortoforia)
N III
Gerak bola mata Tidak ada hambatan gerak bola
N IV
mata
N VI
Nistagmus - -
Diplopia - -
Refleks cahaya RCL (+) RCL (+)
RCTL (+) RCTL (+)
NV Motorik
Tidak ada hipestesi
Sensorik
N VII
Parese N VII sentral sinistra
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan Extremitas atas Extremitas bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Atrofi - - - -
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Gerakan involunter - - - -
Kimia
Gula darah sewaktu : 93 mg/dL
Ureum : 18
Creatinin : 0.68
Elektrolit
Natrium : 140
Kalium : 4.2
Clorida : 102
1.6 Penatalaksanaan
a) Farmakologi
• IVFD Asering+Pentoxyfiline 300 mg/12 jam
• Inj. Citicoline 2x500mg IV
• Parasetamol 3x500 mg
• Atorvastatin 1x20 mg
• Allopurinol 2x100 mg
1.7 Follow UP
+ +
+ +
CVD Infark perawatan hari CVD Infark perawatan
ke-4 hari ke-5
A
Hiperkolesterol Hiperkolesterol
Hiperurisemia Hiperurisemia
IVFD Asering/12 jam
IVFD Asering+Tarontal
300 mg/12 jam Parasetamol 3x500mg
1.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
ANALISA KASUS
Seorang wanita usia 48 tahun datang melalui IGD RSUD Budhi Asih Jakarta pada
tanggal 15 juli 2019 kemudian masuk ke bangsal dengan keluhan mulut mencong
dan bicara pelo di pagi hari pada pukul 08.00. . Pasien mengeluh terdapat nyeri
kepala namun tidak disertai muntah dan nyeri kepala bukan nyeri kepala hebat.
Saat dilakukan pemeriksaan neurologis, didapatkan GCS pasien 15, yang
memiliki makna pasien compos mentis atau sadar penuh. Saat dilakukan
pemeriksaan bola mata, poisis bola mata berada ditengah, ditemukan pupil bulat
isokor, diamter 3mm/3mm, dan refleks cahaya langsung serta tidak langsung +/+
, bola mata dapat mengikuti jari pemeriksa kesegala arah dan tidak ada hambatan,
yang berarti tidak ditemukan lesi di nervus kranialis 2,3,4,6. Kemudian pasien
diminta untuk tersenyum dan sisi kiri tampak tertinggal namun pasien masih bisa
mengangkat kedua alisnya, yang berarti tidak ditemukan lesi pada nervus kranialis
VIII tipe sentral. Selanjutnya, pasien diminta untuk menjulurkan lidah, tampak
lidah terdorong ke kiri serta tidak disertai fasikulasi dan atrofi, yang berarti
terdapat lesi nervus kranialis XII tipe sentral. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
motorik dimana kekuatan otot pada sisi sebelah kiri adalah 4444|4444 yang
memberikan kesan hemiparesis. Refleks fisiologis normorefleks, dan tidak
ditemukan refleks patologis. Tidak ditemukan gangguan sensorik. Kemudian
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT Scan, yang menunjukkan terdapat
lesi hipodens di lobus temporoparietal. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemuka
kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, dan asam urat pasien meningkat yang
menunjukkan adanya hiperkolesterolemia dan hiperurisemia.
Berdarsarkan hasil ini pasien mengalami defisit neurologis dengan onset yang
akut, sehingga kemungkinan penyebab adalah adanya gangguan di pembuluh
darah. Kemudian berdasarkan temuan klinis pada pemeriksaan neurologis dan
penunjang pasien di diagnosis dengan stroke . Untuk membedakan pasien
mengalami stroke infark atau hemoragik, dapat dilakukan penilaian menggunakan
siriraj score yang memiliki komponen yaitu penurunan kesadaran, nyeri kepala,
muntah, tekanan darah diastolik serta kelainan vaskular (hipertensi dan
diabetes).(6)
Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, namun pasien
mengalami hiperkolesterol dan hiperurisemia yang merupakan faktor risiko
terjadinya stroke. Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan
usia dan jenis kelamin laki-laki. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain
hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia. Pada stroke iskemik, faktor risiko
yang paling mempengaruhi adalah merokok, hiperkolesterolemia, dan fibrilasi
atrium, sedangkan faktor risiko utama pada stroke hemoragik adalah hipertensi.
Asam urat yang meningkat menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan
agregasi trombosit. Sedangkan untuk kadar kolesterol, LDL dan trigliserida yang
meningkat, akan mempercepat proses aterosklerosis pembuluh darah koroner dan
serebral.(8)
Pada pasien ini, dikatakan oleh keluarganya bahwa pasien ditemukan dengan
suara pelo saat pagi hari dan tidak saat sedang beraktivitas sehingga stroke infark
pada pasien ini merupakan stroke infark akibat trombus dan bukan emboli karena
pasien juga tidak memiliki riwayat atrial fibrilasi maupun riwayat infark miokard,
namun pasien memiliki riwayat hiperkolesterolemia dan hiperurisemia yang
merupakan faktor risiko terjadinya stroke infark dikarenakan trombus. Pada
dasarnya, proses terjadinya stroke iskemik diawali oleh adanya sumbatan
pembuluh darah oleh trombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak
mengalami gangguan metabolisme, karena tidak mendapatkan suplai darah,
oksigen dan energi. Trombus terbentuk oleh adanya proses arterosklerosis pada
arkus aorta, arteri karotis, maupun pembuluh darah cerebral. Proses ini diawali
oleh cedera endotel dan inflamasi yang mengakibatkan terbentuknya plak pada
dinding pembuluh darah. Plak akan berkembang semakin lama semakin tebal dan
sklerotik. Trombosit kemudian akan melekat pada plak serta melepaskan faktor-
faktor yang menginisiasi kaskade koagulasi dan pembentukan trombus. (8)(9)
Trombus dapat lepas dan menjadi embolus atau tetap pada lokasi asal dan
menyebabkan oklusi dalam pembuluh darah tersebut. Emboli merupakan bagian
dari trombus yang terlepas dan menyumbat pembuluh darah di bagian yang lebih
distal. Emboli ini dapat berasal dari trombus di pembuluh darah, tetapi sebagian
besar berasal dari trombus di jantung yang terbentuk pada keadaan tertentu,
seperti atrial fibrilasi dan riwayat infark miokard. Bila proses ini berlanjut, akan
terjadi iskemia jaringan otak yang menyebabkan kerusakan yang bersifat
sementara atau menjadi permanen yang disebut infark.
Di sekeliling area sel otak yang mengalami infark biasanya hanya mengalami
gangguan metabolisme dan gangguan perfusi yang bersifat sementara yang
disebut daerah penumbra.
Gambar 1. Penumbra
Daerah penumbra masih bisa diselamatkan jika dilakukan perbaikan aliran darah
kembali (reperfusi) segera, sehingga mencegah kerusakan sel yang lebih luas,
yang berarti mencegah kecacatan dan kematian. Namun jika penumbra tidak dapat
diselamatkan, maka akan menjadi daerah infark. Infark tersebut bukan saja
disebabkan oleh sumbatan tetapi juga akibat proses inflamasi, gangguan sawar
darah otak, dan zat neurotoksik akibat hipoksia.
Pada daerah yang mengalami iskemia, terjadi penurunan kadar ATP, sehingga
terjadi kegagalan pompa kalium dan natrium serta peningkatan kadar laktat
intraseluler yang menyebabkan depolarisasi dan peningkatan pelepasan
neurotransmiter glutamat. Depolarisasi meningkatkan kadar kalsium intraseluler,
sedangkan glutamat yang dilepaskan akan berikatan dengan reseptor glutamat,
yakni N-Metil D-Aspartat dan ∝-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-
isonazolipropionid-acid, yang selanjutnya akan menyebabkan masuknya kalsium
intraseluler. Dengan demikian, hal tersebut semakin meningkatkan kadar kalsium
intraseluler. Kalsium intraseluler memicu terbentuknya radikal bebas, nitrit
oksida, inflamasi dan kerusakan DNA melalui jalur enzimatik seperti Ca2+ ,
ATPase, calcium-dependent phospholipase, protease, endonuklease, dan kaspase
yang keseluruhannya berkonstribusi terhadap kematian sel.(8)
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kekuatan motorik tangan dan kaki kiri
4444|4444, dimana tidak terdapat kelemahan motorik yang dominan. Kemudian
dilakukan CT scan, dimana tampak lesi hipodens di lobus temporoparietal
hemisfer cerebri dextra.
Dimana area otak yang terkena adalah korteks dan subkorteks. Lobus yang
terkena adalah sedikit lobus frontal, lobus temporal, lobus parietal dan sedikit
lobus occipital. Yang sebagian besar diperdarahi oleh arteri cerebri medial.
MCA dibagi menjadi dua divisi yaitu M1 (superior) dan M2 (inferior)(10)
Superior Division
1. Hemiparesis contralateral
2. Hemihipestesi contralateral
3. Hemisfer kiri : afasia
4. Hemisfer kanan : gangguan persepsi visual
Inferior Division :
1. Homonymous hemianopsia
2. Hemisfer kiri : afasia wernicke
3. Hemisfer kanan : left visual neglect
Gejala yang didapatkan tergantung pada daerah otak yang terkena : (11)
Pada pasien ini tidak ditemukan perbedaan kekuatan motorik dikarenakan lesi
infark sudah meluas ke subkorteks, dimana terdapat perbedaan klinis antara lesi di
korteks maupun di subkorteks.(12)
Korteks Subkorteks
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa infus Asering ditambah dengan
Pentoxyfylline. Tujuan pemberian infus asering adalah stabilisasi hemodinamik.
Asering mengandung CaCl 2H2O 0.1 g, KCl 0.15 g, NaCl 3 g, Na acetate 3H2O
1.9 g.(13) Asering dipilih karena di metabolisme di otot dan dapat di toleransi oleh
pasien dengan gangguan hati serta lebih cepat dimetabolisme daripada laktat..
Pada kasus stroke iskemik/infark terjadi pengurangan supply darah ke jaringan
otak, sehingga otak juga dapat mengalami kekurangan supply O2. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya metabolisme anaerob sehingga akan terjadi banyak
pembentukan laktat dan pada akhirnya akan menyebabkan asidosis. Asidosis yang
terjadi akan meningkatkan PCO2..(14) Pentoxyfilline merupakan cerebral and
peripheral vasotherapies yang mengandung yang dapat memperbaiki aliran
darah. Pentoksifilin, suatu obat hemoreologik yang menurunkan viskositas darah,
meningkatkan aliran darah dan meningkatkan oksigenasi jaringan pada penderita
dengan penyakit vaskular. Pentoksifilin dapat diberikan pada tahap akut.(15)
Diberikan injeksi ciiticoline 2x500 mg yang berfungsi sebagai obat
neuroprotektif, yang akan memodulasi reseptor neuron untuk mengurangi
pelepasan neurotransmitter eksitatorik, yang berkontribusi terhadap cedera saraf
awal selain itu, obat ini berfungsi untuk melindung membran sel dan stabilisasi
membran sehingga dapat mengurangi luas daerah infark.(16)Dikarenakan pada
pasien ini terdapat peningkatan kolesterol, maka pasien ini diberikan Atorvastatin
1x20 mg. Atorvastatin merupakan golongan statin, yang digunakan untuk
menurunkan LDL (hiperkolesterolemia) dalam darah dengan menghambat enzim
HMG CoA reduktase.(17) Pasien ini jumga mengalami peningkatan asam urat
(hiperurisemia) sehingga diberikan Allopurinol 2x100 mg. Allopurinol
merupakan inhibitor xantin oksidase yang berfungsi untuk menghambat xantin
menjadi asam urat.
Prinsip tatalaksana pada pasien stroke mengacu pada AHA/ASA dan European
Stroke Organization yang terbaru. (8)
1. Tatalaksana Umum
- Pemantauan status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan
saturasi oksigen secara kontinu dalam 72 jam pertama
- Pemberian oksigen jika saturasi <95%
- Perbaikan jalan napas pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran
- Intubasi ETT atau LMA pada pasien dengan hipoksia atau pada pasien
yang berisiko aspirasi
2. Stabilisasi Hemodinamik
3. Pengendalian peningkatan TIK
4. Pengendalian kejang
5. Pengendalian suhu tubuh
6. Tatalaksana Cairan
7. Nutrisi
8. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
9. Penatalaksanaan medik umum lain
Edukasi perlu diberikan kepada pasien dan keluarag untuk mendapatkan hasil
terapi yang maksimal, antara lain dengan pemberian edukasi yang informatif
mengenai(8) :
- Penjelasan sebelum masuk RS (rencana rawat, biaya,
pengobatan,prosedur,masa dan tindakan pemulihan dan latihan,
manajemen nyeri, risiko dan komplikasi)
- Penjelesan mengenai stroke iskemik, risiko dan komplikasi selama
perawatan
- Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan stroke berulang
- Penjelasan program pemulangan pasien
- Penjelasan mengenai gejala stroke
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan
pengendalian berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat dan
kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.(18)
Rehabilitasi untuk penderita stroke untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke
dan memaksimalkan fungsional. Proses rehabilitasi dilakukan dengan melibatkan
pasien dan anggota keluarga dan atau pengasuh dalam pengambilan keputusan.
Penanganan ini sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari
dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga terapi okupasi, tenaga terapi kinesi,
ahli patologi bicara dan bahasa, psikolog, tenaga terapi rekreasi, pasien dan
keluarga pasien.(18)
Pasien ini memiliki prognosis ad vitam berupa bonam karena tidak ditemukan
perdarahan ataupun tanda tanda peningkatan intrakranial, dimana pada umumnya
penyebab kematian terbesar pada kasus stroke infark adalah edema otak.(19) Untuk
ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena ditemukan hemiparese sinistra
dimana apabila terapi ataupun latihan fisik tidak dilakukan dengan baik maka
perbaikan fungsi akan lebih lama,tetapi berdasarkan penelitian sebanyak 72%
pasien yang menderita stroke iskemik akan memiliki fungsi yang membaik.(19)
Untuk ad sanationam dubia ad bonam dikarenakan pasien memiliki faktor risiko
yaitu hiperurisemia dan hiperkolesterolemia.
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di
seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkannya sangat besar baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang, termasuk dampaknya terhadap
sosioekonomi. Upaya preventif terhadap stroke akan sangat mempengaruhi
masyarakat secara luas. Pengendalian faktor risiko stroke telah terbukti
menurunkan risiko seseorang untuk menderita stroke. Pemahaman yang lebi baik
tentang stroke diharapkan dapat membantu upaya pencegahan dan pemuliha
penderita stroke.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rambe,A. Stroke : Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, dan Faktor
Risiko. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2006:10(2);195-198
2. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada
Pasien Rawat Indap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012. 2013;2(2)
3. Japardi I. Patomekanisme Stroke Infark Aterotrombotik. Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.2002
4. Ismail Setyopranoto. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK
2011:185;38(4):247-50.
5. ICD. Cerebral Infarction. [Updated :2019, accesed : Juli 2018] Available in :
https://icd.codes/icd10cm/I639
6. Singh H, Gupta S, Gupta JB, Aggarwal R. Assessment of utility of Siriraj
Stroke Score in stroke patients of Pt. BD Sharma PGIMS hospital. Medical
Journal Indonesia. 2001
7. Lamsudin R. Algoritma stroke gadjah mada. Berkala Ilmu Kedokteran.1997
8. Rasyid A, Hidayat R, Harris S, Kurniawan, Mestano T. Stroke Iskemik. Buku
Ajar Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017
9. Sabate E, Wimalaratna S. Ischaemic and Haemorrhagic Stroke. Background
Paper.2012
10. Teasell R. Clinical Consequences of Stroke. EBSR. 2018
11. Rianawati S, Munir B. Buku Ajar Neurologi. Sagung Seo. Jakarta. 2016
12. NEUROSCIENCE CLERKSHIP. Clinical differentiation: Cortical VS
Subcortical Strokes. Ohio. 2004
13. MIMS. Asering drug information. Accessed at:
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/asering#Content
14. Rajan S, Sirkumar S, Tosh P, Kumar L. Effect of lactate versus acetate-based
intravenous fluids on acid-base balance in patients undergoing free flap
reconstructive surgeries. 2017;33(4)
15. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Gadjah Mada University Press. 1996
16. Lutsep H. Neuroprotective Agents in Stroke Overview of Neuroprotective
Agents. [Updated : Desember 2015, accessed : Juli 2019] Available at :
https://emedicine.medscape.com/article/1161422-overview
17. Rosita I, Andrajatti R, Zainudin. Efek Samping Nyeri Otot dari Simvastatin
dan Atorvastatin pada Pasien Jantung di RSUD Tarakan. Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia. 2014
18. PERDOSSI. Guideline Stroke Tahun 2011. Bagian Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.2011
19. Kaste M dan Waltimo O. Prognosis of Patients with Middle Cerebral Artery
Occlusion. 1976;7(3)