Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior
di bagian Neurologi RSUD dr. Pirngadi Medan.
.
DISUSUN OLEH :
SITI NURJANNAH
NPM : 71200891045
PEMBIMBING:
dr. Goldfried P Sianturi, Sp.S
SMF NEUROLOGI
RSUD Dr. PIRNGADI
KOTA MEDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Dokter
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi persyaratan
Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Neurologi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi
Medan dengan judul “HERNIA NUCLEUS PULPOSUS”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada dr.
Goldfried P. Sianturi, Sp.S, yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Neurologi Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan dalam membantu menyusun makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan
serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktek di
masyarakat.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................28
iii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) berkisar antara 1-2% dari populasi.
Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus intervertrebralis L5-
S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6) dan paling jarang terkena di
daerah torakalis.2 Prevalensi tertinggi terjadi antara umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua
kali lebih besar daripada wanita. Pada usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di
daerah lumbal. HNP diatas daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.3
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus
pulposus. Selain itu, HNP kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui lubang
yang abnormal. Nukleus Pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis
putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervetebralis.4
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran isi
nukleus dari dalam discus intervertebralis (rupture discus) sehingga nukleus dari discus
menonjol kedalam cincin annulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dan memberikan manifestasi
kompresi saraf.5
HNP sebagian besar kasus terjadi pada regio lumbal, dan hanya sebagian kecil kasus
saja terjadi pada bagian sercikal. Sebagian besar (95%) kasus HNP lumbalis terjadi pada regio
lumbal L4 – L5 dan L5 – S1.
Herniasi diskus terjadi ketika sebagian atau seluruh nukleus pulposus menonjol melalui
anulus fibrosa. Penyebab paling umum dari herniasi diskus adalah proses degeneratif dimana,
seiring bertambahnya usia, nukleus pulposus menjadi kurang terhidrasi dan melemah. Proses
ini akan menyebabkan herniasi diskus progresif yang dapat menimbulkan gejala. Penyebab
paling umum kedua dari herniasi diskus adalah trauma. Penyebab lainnya termasuk kelainan
jaringan ikat dan kelainan bawaan seperti pedikel pendek.6
2
Herniasi diskus paling sering terjadi pada tulang belakang lumbar, diikuti oleh tulang
belakang servikal. Adapun prevalensi herniasi diskus yang lebih sering di tulang belakang
lumbar dan servikal karena kekuatan biomekanik di bagian tulang belakang yang fleksibel.
Tulang belakang toraks memiliki prevalensi lebih rendah.6
Menurut Herliana, dkk bahwa hal – hal yang dapat menyebabkan HNP antara lain :7
1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang salah seperti posisi
membungkuk sebagai awalan
2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang sangat lama. Hal ini sangat
berpengaruh pada tulang belakang ketika kita sedang membungkuk dalam posisi duduk
yang kurang nyaman
3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak yang sangat berpengaruh
pada tulang dan menyebabkan tulang punggung mengalami penyempitan sehingga terjadi
trauma
4. Kelebihan berat badan (obesitas)
1. Proses Degeneratif
Kandungan air diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi
sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut). Serlain itu serabut-serabut menjadi kasar dan
mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan kearah herniasi nukleus
pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling
mungkin terjadi pada bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang
lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotorakal).
3
2. Proses Traumatik
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini
berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat
benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia nukleus pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, dimana
ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan
annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran annulus
fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan annulus fibrosus berada dibawah
ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinal
posterior.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, yaitu :
1. Bulging : kondisi dimana diskus menonjol ke ruang epidural anterior tanpa terbentuk
kantung. Annulus posterior terganggu, material nukleus pulposus mengiritasi jaringan
ikat luar diskus. Ligamen longitudinalis posterior intak
2. Protrusion : kondisi dimana diskus terdorong ke arah tertentu ke dalam ruang epidural
anterior. Dapat menyebabkan kompresi radiks saraf & thecal sac. Ligamen longitudinal
posterior intak
3. Extrusion : kondisi dimana ligamen longitudinalis posterior ruptur. Migrasi nukleus
pulposus ke dalam ruang epidural anterior. Dapat menyebabkan radikulopati.
4
4. Sequestration : kondisi dimana fragmen bebas nukleus pulposus pada ruang epidural.
Dapat menyebabkan kompresi hebat yang menimbulkan nyeri hebat
5
a. Paling sering terjadi
b. Herniasi terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobile ke yang kurang mobile
(perbatasan lumbosakral dan servikotorakal)
c. Paling sering L4 – L5 atau L5 – S1. Arah herniasi yang paling sering adalah
posterolateral
d. Manifestasi klinis :
Nyeri mulai dari penat, menjalar ke belakang lutut hingga ke tungkai bawah
Nyeri semakin hebat bila pasien mengejan, batuk, atau mengangkat, barang
berat
Nyeri bertambah bila ditekan pada daerah L5 – S1 (garis antara 2 kristailiaka)
Nyeri spontan
Sifat nyeri khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat,
sedangkan bila berbaring nyeri berkurang
Anamnesis(12)
Anamnesis yang dapat dinyatakan adalah hal yang berhubungan dengan nyeri, seperti
kapan nyeri terjadi, frekuensi nyeri, interval nyeri, lokasi nyeri kualitas dan sifat nyeri,
penjalaran nyeri serta aktivitas yang memperberat dan meringankan nyeri. Selain itu, bisa
juga ditanyakan aktivitas pekerjaan dan riwayat trauma tulang belakang yang pernah dialami.
Pemeriksaan Fisik(12)
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf, maka
beberapa pemeriksaan fisik perlu dilakukan, yang meliputi pemeriksaan sensoris, motorik dan
refleks.
a. Pemeriksaan sensoris dilakukan untuk melihat apakah ada gangguan sensoris dengan
mengetahui dermatom mana yang terlibat dan nantinya dapat diketahui radiks mana yang
6
terganggu. Pemeriksaan sensoris dilakukan dengan menilai sensitivitas sentuhan, nyeri
dan suhu.
b. Pemeriksaan motorik dilakukan untuk melihat apakah ada tanda paresis, atropi otot, dan
juga untuk menilai bagian otot yang bersangkutan dengan saraf yang terkena HNP
c. Pemeriksaan refleks dilakukan untuk melihat apakah terdapat penurunan atau kehilangan
refleks tendon
i. Ankle – Jerk Reflex
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetuk tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan saraf pada vertebra
lumbal 5 sehingga sakral 1
ii. Knee – Jerk Reflex
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetuk tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan saraf pada tingkat kolumna
vertebra lumbar 2, 3, dan 4.
Pemeriksaan Radiologi(10,11)
7
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan gold standard untuk mendiagnosis HNP karena gelombang magnetik
dapat mengidentifikasi stadium dan lokasi HNP, serta menentukan saraf yang mengalami
penjepitan
b. Computerized Tomography (CT Scan)
CT Scan dapat menunjukkan beberapa image berbagai arah yang kemudiannya akan
dikombinasi untuk menghasilkan image cross – sectional tulang belakang dan struktur
sekitarnya dapat terlihat
c. Foto Polos
Foto polos tidak dapat mendeteksi HNP tetapi foto polos dapat mengidentifikasi
penyebab nyeri tulang belakang seperti infeksi, tumor, alignment yang sudah bergerak
dan fraktur kompresi
d. Myelogram
Kontras diinjeksi ke dalam cairan spinal dan kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan saraf yang mengalami penjepitan akibat HNP atau
kondisi lain. Myelogram merupakan opsi pemeriksaan terdapat kontra indikasi CT Scan
8
Gambar 3. Gambaran Stadium Klinik HNP Berdasarkan MRI Tulang Belakang
a. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine dimana salah satu dari vertebra
tergelincir kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk sebagai anterolisthesis dan
tergelincir kebelakang dirujuk sebagai retrolisthesis.
b. Spondylosis
Pada spondylosis terjadi degenerasi dari discu intervertebralis dimana tulang dan
ligament ditulang penipisan akibat pemakaian terus menerus, sehingga menyebabkan
penyempitan ruang diskus dan timbulnya osteofit, pada umunya bersifat degeneratif atau
timbul akibat mikrotrauma yang terus menerus.
9
c. Tumor Tulang Spinalis
Merupakan tumor yang berproses cepat, dan menghasilakan cairan serebrospinalis yang
berprotein tinggi.
4. Bed Rest
Bed rest dapat dilakukan untuk mengurangkan rasa nyeri dan reaksi inflamasi.
Namun, pasien tidak disarankan untuk bed rest sepanjang masa dalam jangka
masa yang lama dan perlu diselingi dengan latihan fisik yang ringan
B. Terapi Konservatif Farmakologis
1. Analgetik atau Non Steroid Anti Inflammation Drug (NSAID)
10
Analgetik atau NSAID seperti ibuprofen dapat diberi kepada pasien untuk
mengurangkan rasa nyeri dan reaksi inflamasi sehingga mempercepat
kesembuhan
2. Muscle relaxants
Pasien biasanya sering mengeluhkan spasme otot akibat dari HNP. Oleh
karena itu, obat ini dapat diberikan untuk mengurangkan spasme otot
4. Opioid
Diberikan pada pasien nyeri kronik, yaitu HNP stadium 3 dan 4. Sebagian
pasien mengalami toleransi terhadap opioid sehingga memerlukan dosis yang
tinggi untuk mengurangkan nyeri. Dosis opioid yang tinggi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perlu dipantau
5. Anti – depressants
Obat golongan ini dapat menghambat transmisi nyeri ke otak dan dapat
meningkatkan endhorphine yang berfungsi sebagai natural painkiller. Obat ini
juga membantu pasien untuk tidur dan istirahat dengan baik.
6. Injeksi Steroid
Injeksi steroid pada epidural dapat mengurangkan nyeri dan inflamasi lebih
cepat akibat kompresi saraf. Injeksi steroid ini dapat memberikan pengurangan
nyeri yang signifikan pada dosis pertama, tetapi memerlukan waktu beberapa
hari untuk bekerja. Injeksi steroid diberikan tidak lebih dari tiga kali dalam
setahun.
11
C. Terapi Operatif
Tindakan operatif dilakukan apabila :
1. Pasien menderita HNP grade 3 atau 4
2. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisi, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 hingga 12
minggu
3. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien sehingga
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan setiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien
4. Terapi yang diberikan kurang terarah atau berjalan dalam waktu yang lama
12
Adanya mielopati pada kasus HNP sentralis pada regio servikal atau toraks merupakan
indikasi pembedahan, terutama dalam progesi simptom.10
13
BAB III
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESE PRIBADI
Nama : Ny. T
Umur : 72 tahun 4 bulan 11 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Protestan
Suku : Batak
Alamat : Jl. Rakyat Gang Pelajar No. 2A
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Menikah : Menikah
Tanggal Masuk : 26 Agustus 2021
No RM : 01.16.32.11
14
ANAMNESE TRAKTUS
V. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : E:4 V:5 M:6
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 72 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Suhu : 36,2 oC
15
Rongga mulut dan gigi : Dalam batas normal
Kelenjar parotis : Dalam batas normal
Thoraks
Inspeksi : Bentuk normal; Gerak simetris
Palpasi : VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
b. Cranium
Bentuk : Normocephali
Palpasi : Dalam batas normal
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
16
d. Peningkatan tekanan intracranial
Sakit Kepala : Tidak dijumpai
Muntah : Tidak dijumpai
Kejang : Tidak dijumpai
e. Saraf-saraf otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Normosomia
b. Nervus II (Opticus)
Pemeriksaan OD OS
Gerakan bola mata ke
Normal Normal
medial
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Lateral Normal Normal
Nistagmus Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Strabismus Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Ptosis Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Pupil Normal Normal
17
Bentuk Isokor Isokor
RC langsung Dijumpai Dijumpai
RC tidak langsung Dijumpai Dijumpai
d. Nervus IV (Trochlearis)
Pemeriksaan OD OS
Pergerakan bola mata
Dalam batas normal Dalam batas normal
bawah dan lateral
e. Nervus V (Trigeminus)
f. Nervus VI (Abducens)
Pemeriksaan OD OS
Gerakan bola mata ke Dalam batas normal Dalam batas normal
18
lateral
b. Sensorik
19
Vestibulum
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tinitus
pemeriksaan pemeriksaan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vertigo
pemeriksaan pemeriksaan
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Pemeriksaan
Pengecapan 1/3 lidah
belakang
Palatum molle Tidak dilakukan pemeriksaan
Uvula
Disatria
j. Nervus X (Vagus)
Pemeriksaan
Disfagia Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Muntah Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Nervus XI (Asesorius)
20
Pemeriksaan
Lidah
Tremor
Tidak dilakukan pemeriksaan
Atrofi
Ujung lidah saat istirahat
Ujung lidah saat dijulurkan
Kekuatan Otot
Sikap
a. Duduk : Dalam batas normal
b. Berdiri : Dalam batas normal
c. Berbaring : Dalam batas normal
21
a. Tremor : Tidak dijumpai
b. Chorea : Tidak dijumpai
c. Balismus : Tidak dijumpai
d. Mioklonus : Tidak dijumpai
e. Atetosis : Tidak dijumpai
f. Distonia : Tidak dijumpai
g. Spasme : Tidak dijumpai
h. Tic : Tidak dijumpai
Tes Sensibilitas
Eksteroseptik
Nyeri Dalam batas normal
Suhu Dalam batas normal
Raba Dalam batas normal
Propioseptik
Gerak Dalam batas normal
Posisi Dalam batas normal
Getaran Dalam batas normal
Tekanan Dalam batas normal
IX. REFLEKS
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps Dijumpai Dijumpai
Triceps Dijumpai Dijumpai
KPR Dijumpai Dijumpai
APR Dijumpai Dijumpai
22
b. Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinsky Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Chaddok Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Oppenheim Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Gordon Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Schaeffer Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Hofman Tromner Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Klonus Lutut Tidak dijumpai Tidak dijumpai
X. KOORDINASI
XI. VEGETATIF
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensi dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo erector : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vasomotorik : Dalam batas normal
Sudomotorik : Dalam batas normal
XII. VERTEBRAE
Bentuk : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
23
XIII. TES RANGSANGAN RADIKULER
Laseque : Dijumpai
Cross Laseque : Tidak dijumpai
Lhermitte : Tidak dijumpai
Nafziger : Tidak dijumpai
24
GCS : E:4 V:5 M:6
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 72 /xi
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Suhu : 36,2 oC
b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I (Olfaktorius) : Dalam batas normal
Nervus II (Opticus) : Dalam batas normal
Nervus III (Oculomotorius) : Dalam batas normal
Nervus IV (Trochlearis) : Dalam batas normal
Nervus V (Trigeminus) : Dalam batas normal
Nervus VI (Abducens) : Dalam batas normal
Nervus VII (Facialis) : Dalam batas normal
Nervus VIII (Vestibulokoklearis) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX (Glossopharyngeus) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus X (Vagus) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus XI (Asesories) : Dalam batas normal
Nervus XII (Hipoglosus) : Tidak dilakukan pemeriksaan
25
Ekstensi 5/5/5/5/5 5/5/5/5/5
f. Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Biceps Dijumpai Dijumpai
Triceps Dijumpai Dijumpai
KPR Dijumpai Dijumpai
APR Dijumpai Dijumpai
Refleks Patologis
Babinski Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Oppenheim Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Chaddock Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Gordon Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Schaeffer Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Hoffman Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Tromner Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Klonus Kaki Tidak dijumpai Tidak dijumpai
Klonus Lutut Tidak dijumpai Tidak dijumpai
g. Sensibilitas
a. Eksteroseptif : dalam batas normal
b. Propioseptik : dalam batas normal
h. Tanda Rangsangan Meningeal : Tidak dijumpai
i. Tanda Rangsangan Radikuler : Dijumpai
j. Gejala Serebellar : Tidak dijumpai
k. Gejala Ekstrapiramidal : Tidak dijumpai
l. Fungsi Luhur : Dalam batas normal
26
XVIII. DIAGNOSA BANDING
1. Hernia Nucleus Pulposus
2. Spondylosis
3. Spondilolisthesis
XXIII. PROGNOSA
a. Qua ad vitam : Dubia ad Bonam
b. Qua ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam
27
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-
ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah,
sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang
kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui
robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Hernia Nukelus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus
fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis.
Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-
L5-S1 .
28
DAFTAR PUSTAKA
29
12. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. FK UI; 2012.
13. Jordon JO. Herniated Lumbar Disk. 2017;1–7.
14. Highsmith JM. Drugs , Medications , and Spinal Injections for Herniated Discs.
2020;2–4.
30