OLEH
KASMIA MALIK
R024211011
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
Rupture (VSR)”.
namun berkat doa, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak, penulis
semoga laporan kasus yang diajukan ini dapat diterima dan diberi kritikan,
bermanfaat.
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan kasus ini, besar
harapan dan doa penulis agar kiranya laporan kasus ini dapat diterima.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Definisi ..........................................................................................................6
B. Biomekanik .................................................................................................. 8
C. Epidemilogi .................................................................................................. 9
D. Etiologi ....................................................................................................... 10
E. Patofisiologi ................................................................................................10
F. Manifestasi Klinik ......................................................................................12
G. Pemeriksaan Spesifik ................................................................................13
H. Penanganan Fisioterapi ............................................................................ 17
BAB III ..............................................................................................................22
iv
G. Evaluasi ......................................................................................................27
H. Home Program .......................................................................................... 28
I. Rencana Tindak Lanjut Proses Fisioterapi ............................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30
LAMPIRAN ......................................................................................................32
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar ............................................................. 23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 . Hasil Pemeriksan Laboratorium ......................................................... 32
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruptur septum ventrikel atau ventricular septal rupture (VSR) adalah defek
yang terbentuk pada septum interventrikel (dinding yang membelah ventrikel kiri
dan kanan jantung). VSR merupakan salah satu komplikasi mekanik yang dapat
terjadi pada pasien infark miokard akut (IMA) terutama pada ST Segmen
septum ventrikel adalah tekanan geser fisik terutama pada sambungan area infark
dan miokardium normal yang sehat sehingga terjadilah ruptur. Karakteristik klinis
dari komplikasi ini bervariasi dan bergantung pada lokasi ruptur yang mungkin
melibatkan dinding bebas ventrikel, septum ventrikel, atau otot papiler (Jones et
al., 2021).
AMI dengan komplikasi sangat jarang. Dengan tidak adanya terapi reperfusi,
VSR setelah IMA terjadi 1% hingga 3% pada pasien STEMI. Sejak awal era
kejadian ruptur septum ventrikel telah berkurang hingga mencapai 0,2% hingga
0,34% pada pasien STEMI yang menerima fibrinolisis (WHO, 2021). Pada pasien
yang menerima terapi reperfusi, ini lebih sering terjadi pada pasien yang
pasien syok kardiogenik dan STEMI meningkat menjadi 3,9% . Insiden ruptur
septum ventrikel pada pasien AMI akan meningkat lansia, hipertensi, infark
miokard, tetapi tidak ada data resmi tentang kejadian ruptur septum ventrikel
1
Indonesia. Meskipun jarang VSR adalah komplikasi yang sangat fatal dan angka
kematiannya masih tinggi. Setiap bagian dari septum interventrikel dapat pecah.
Ukuran ruptur menentukan prognosis pasien. Jika rupturnya kecil dan pasien
dilakukan adalah melakukan penutupan defek dari VSR dan pencangkokan bypass
arteri koroner. Pada hampir semua kasus, pembedahan dilakukan dengan metode
Pasien dengan VSR setelah IMA awalnya dapat tampak baik. Kemudian
secara tiba-tiba dapat terjadi angina pektoris berulang, edema paru, hipotensi dan
syok atau dapat muncul manifestasi klinis yang merupakan manifestasi paling
2020). Ketika murmur pansistolik baru muncul, terutama pada kasus dengan
dicatat secara lengkap pada saat kunjungan, serta dilakukan evaluasi yang sering
setelahnya. Murmur VSR besar setelah infark miokard akut biasanya paling baik
2
terdengar di tepi kiri bawah sternum, dan biasanya disertai sensasi pada 50%
kasus. Pada pasien dengan VSR besar dan gagal jantung berat atau syok
kardiogenik, murmur dapat berintensitas rendah atau tidak terdengar, tetapi tidak
2021).
Prognosis VSR sangat buruk, hal ini karena angka mortalitas pada kasus
VSR melebihi 50%, terutama pada pasien dengan faktor risiko seperti syok
kardiogenik, gagal ginjal, gagal jantung, ukuran shunt, lokasi defek, dan residu
shunt pasca operasi. Diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam proses diagnosis,
dan kemudian diperlukan intervensi bedah segera. Saat ini, intervensi bedah
merupakan gold standard untuk pasien AMI yang mengalami komplikasi VSR.
Angka kematian akibat intervensi bedah sangat tinggi, tetapi pada pasien tanpa
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus ini memberikan pengalaman yang nyata
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan kasus ini adalah penulis dapat melakukan:
3
d. Intervensi fisioterapi pada kasus Ventricular Septal Rupture (VSR)
(VSR)
C. Manfaat Praktik
4
D. Tempat dan Waktu
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
komplikasi mekanis yang sangat fatal yang mengikuti terjadinya infark miokard
akut (AMI) terutama pada STEMI. VSR adalah defek yang terbentuk pada septum
interventrikel (dinding yang memisahkan antara ventrikel kiri dan kanan jantung).
Insiden ruptur septum ventrikel menjadi semakin menurun <2% dari kasus IMA
Activator for Occluded Coronary Arteries (GUSTO) I trial . Insiden ruptur septum
ventrikel pada pasien IMA semakin meningkat pada usia tua, hipertensi, infark
miokard dengan kurangnya kolateral namun demikian belum ada data resmi
2017).
oleh intervensi bedah sesegera mungkin. Intervensi bedah saat ini merupakan
standar baku emas pada pasien IMA dengan komplikasi ruptur septum ventrikel.
Mortalitas intervensi bedah cukup tinggi dan lebih meningkat lagi pada pasien
ventrikel masih tetap tinggi, lebih dari 50% terutama pada penderita dengan faktor
risiko sepertisyok kardiogenik, gagal ginjal, gagal jantung, ukuran pirau, lokasi
6
Ruptur septum ventrikel (VSR) jarang terjadi tetapi merupakan bencana
besar komplikasi infark miokard akut (MI). Pasien yang tidak diberikan tindakan
perbaikan bedah, pasien bisa ada peluang yang lebih baik untuk bertahan hidup,
bahwa peningkatan dalam 7 hari setelah infark miokard, angka kematian operasi
demikian penjahitan lebih mudah. Angka kematian juga tinggi pada pasien dengan
syok kardiogenik. Kematian keseluruhan sedikit lebih rendah untuk pasien dengan
lainnya termasuk usia lanjut, kegagalan multiorgan, dan kelas Advanced Now
b) Gagal ginjal
sirkumfleksa
e) Durasi operasi
7
Prognosisnya cenderung baik jika ukuran ruptur kecil dan pasien stabil
secara hemodinamik pada saat operasi perbaikan. Komplikasi VSR dapat berupa
arhytmia, free wall rupture dan dapat berujung pada kematian (Siegersma et al,
2021).
B. Biomekanik
dan pard muscularis. Pada membranacea berukuran kecil dan terletak pada basis
jantung diantara komponen outlet dan inlet dari perd muscularis dan dibawah
cuspis posterior dari valvula aorta. Cuspis septalis dari valvula tricuspidalis
sampai dengan perlekatan chorda dibagian apikal (Price & Wilson, 2021).
ventricularis dexter dan sinister. Pada sisi kanan dibatasi oleh garis yang dibentuk
semilunaris superiornya.
8
C. Epidemilogi
VSR pasca IMA terjadi pada 1% hingga 3% pada pasien STEMI yang tidak
mendapatkan terapi reperfusi dan pada 0,2% hingga 0,34% pasien yang menerima
terapi fibrinolitik. Di antara mereka yang telah menerima terapi reperfusi, ini
terjadi lebih sering pada mereka yang telah menerima terapi fibrinolitik daripada
intervensi koroner perkutan. Insiden VSR meningkat menjadi 3,9% pada pasien
reperfusi yang muncul untuk AMI, termasuk trombolisis dan PCI, telah
al., 2021).
Dengan tidak adanya terapi reperfusi, VSR setelah IMA terjadi 1% hingga
3% pada pasien STEMI. Sejak awal era reperfusi modern, menurut uji Global
telah berkurang hingga mencapai 0,2% hingga 0,34% pada pasien STEMI yang
menerima fibrinolisis. Pada pasien yang menerima terapi reperfusi, ini lebih
sering terjadi pada pasien yang menerima fibrinolisis daripada intervensi koroner
perkutan. Insiden VSR pada pasien syok kardiogenik dan STEMI meningkat
menjadi 3,9% . Insiden ruptur septum ventrikel pada pasien AMI akan meningkat
lansia, hipertensi, infark miokard, tetapi tidak ada data resmi tentang kejadian
ruptur septum ventrikel Indonesia. Meskipun jarang VSR adalah komplikasi yang
sangat fatal dan angka kematiannya masih tinggi (Wahjono and Anjarwani, 2017).
9
D. Etiologi
VSR lebih mungkin terjadi pada orang tua, wanita, tekanan darah tinggi,
penyakit ginjal kronis. VSR lebih sering terjadi pada serangan infark miokard
pertama (MI) yang tidak mendapat atau tatalaksana reperfusi yang tertunda. Pada
infark. VSR dapat berkembang dalam 1 hingga 14 hari setelah STEMI. Namun,
kejadian biasanya tinggi pada 24 jam pertama atau 3 hingga 5 hari setelah infark
Penyebab paling umum dari ruptur septum ventrikel adalah infark miokard
Full Tickness (transmular) atau oklusi total di salah satu arteri koroner berikut:
(NSTEMI) atau Unstable Angina (UA) juga dapat meningkatkan risiko ruptur
septum ventrikel.
E. Patofisiologi
anterior kiri dan arteri koroner descendent posterior. Dalan kasus yang jarang
terjadi, suplai darah mungkin juga dari arteri sirkumfleksa. Infark yang terjadi
10
biasanya transmular dan ekstensif. Hampir 2/3 VSR terjadi di dinding septum
anterior dan sekitar 1/3 terjadi di dinding inferior atau posterior. Mekanisme
Proses subakut ini membutuhkan waktu 3-5 hari. Sementara robekan terjadi pada
24 jam pertama sejak presentasi infark miokard lebih sering disebabkan oleh
diseksi dari hematoma atau perdarahan intramural pada miokard (David, 2022).
Hal ini terjadi akibat shear stress fisik pada perbatasan zona infark dengan
hiperkontraksi miokard segmen yang jauh. Secara klinis hal ini sering terjadi pada
infark inferior dengan VSR pada septum basal inferior yang berbatasan dengan
mid septum hiperdinamik yang diperdarahi oleh Left Anterior Descendent (LAD).
VSR dapat pula terjadi secara bersamaan dengan komplikasi mekanik yang lain
seperti aneurisma ventrikel, free wall rupture maupun papillary muscle rupture.
Dalam hal karakteristik patologinya, ruptur dinding (Free wall) jantung dan ruptur
septum ventrikel post IMA serupa. Ada klasifikasi patologis mengenai ruptur
Free wall jantung yang dapat kita gunakan untuk ruptur septum ventrikel seperti
yang dikemukakan oleh Becker (2020), ada tiga jenis yaitu sebagai berikut:
1. Type I : Sudden in omset atau onset mendadak, slit like tears terbentuk
11
Setelah terbentuknya celah baru antara ventrikel kanan dan kiri karena
ruptur septum ventrikel, darah yang mengandung oksigen mengalir dari ventrikel
diklasifikasikan menjadi dua yaitu simple dan kompleks. VSR sederhana adalah
defek atau robekan tunggal dengan bukaan pada kedua ventrikel pada tingkat yang
kira-kira sama. Tetapi kebanyakan VSR yang terjadi adalah dalam bentuk robekan
yang kompleks.
F. Manifestasi Klinik
hipotensi, dan insufisiensi jantung bilateral, terutama di sisi kanan. Murmur kasar
keduanya murmur dan sensasi mungkin sulit dideteksi pada pasien dengan
dengan cepat dengan gagal jantung akut dan murmur sistolik yang kencang yang
terjadi pada fase subakut. Manifestasi klinis VSR berhubungan langsung dengan
ukuran defek dan besarnya pirau kiri ke kanan. Pasien dengan ruptur septum
ventrikel setelah infark miokard mungkin tampak baik-baik saja pada tahap awal
hemodinamik yang tiba-tiba (Andrianto, 2020). Selain itu, edema paru dan
12
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan murmur pansistolik baru, terutama
terdokumentasi dengan baik pada presentasi dan evaluasi yang sering setelah itu.
Murmur dari VSR pasca IMA biasanya paling baik terdengar di batas sternum kiri
bawah dan biasanya disertai sensasi pada 50% kasus (Nusdwinuringtyas et al,
2021). Pada pasien dengan VSR yang besar dan gagal jantung berat atau syok
Pada keadaan infark miokard terdapat berapa komplikasi mekanis yang dapat
terjadi diantaranya VSR, Free Wall Rupture, dan Papillary Muscle Rupture.
G. Pemeriksaan Spesifik
Kecurigaan terjadinya komplikasi VSR pada pasien IMA dapat dilihat dari
bising sistolik, harsh didaerah precordium atau apeks, meraba adakah Thrill
meskipun terkadang sulit ditemukan pada low output state. Pemeriksaan fisik
terdengarnya P2 (S2 memiliki dua komponen, yaitu; aortic (A2) dan pulmonary
13
menentukan fungsi ventrikel kiri dan kanan. Echocardiography digunakan untuk
mengidentifikasi drop out atau rupturnya septum ventrikel pada gambar 2D dan
kanan dan hipertensi pulmonal juga merupakan petunjuk penting untuk diagnosis.
et al., 2022) :
1. Elektrokardiogram
ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG (Smeltzer & Bare,
infark miokard non-Q jika obstruksi tidak bersifat total, obstruksi bersifat
2. Echocardiography
14
3. Angiografi coroner
ventrikel kiri dan florid pulmonary edema. Hal ini juga bertujuan untuk
MRI mengidentifikasi lokasi dan luas miokard infark, menilai efek dari
irreversible.
6. Pemeriksaan Laboratorium
dalam waktu 2 jam setelah infark miokard akut. Walaupun banyak faktor
indicator paling sensitive jika kadar serum berlipat ganda saat sampel
kedua diambil dalm dua jam dari sampel pertama. Sebaliknya jika ia tidak
15
b. Creatinin Kinase-MB (CK-MB), kadar serum dari CK-MB (suatu
hingga 4 hari.
pada hari kedua setelah infark miokard akut dan menghilang dalam satu
minggu.
7. Borg Scale
napas selama aktivitas fisik. Skala Borg telah ditemukan berguna untuk
meresepkan dan memantau intensitas latihan untuk subyek sehat dan untuk
16
8. Six Minute Walking Test
Kebutuhan untuk evaluasi rutin daya tahan aerobik yang telah terbukti
paling layak dalam pengaturan praktis apa pun yaitu 6 minute walking test
(VO2max) dari jarak berjalan kaki, mencapai jarak berjalan yang paling
khusus untuk memperkirakan kondisi umum pasien gagal jantung dan untuk
H. Penanganan Fisioterapi
pada pasien dengan kasus tumor paru, seorang fisioterapis dapat melakukan
17
2. Diagnosis fisioterapi
yang terkait dengan masalah gerak dan fungsi gerak pasien. Diagnosis
fisioterapi adalah penentuan jenis kelainan atau gangguan gerak dan fungsi
3. Program Fisioterapi
dengan gangguan gerak dan fungsi gerak suatu kondisi atau patofisiologi
Dengan adanya program fisioterapi yang disusun secara tertulis ini, maka
4. Intervensi fisioterapi
dan benar agar tercapai hasil terapi yang diinginkan sehingga pasien
mampu melakukan aktivitas fungsional sehari hari dengan baik (Aras, 2017).
18
tekanan psikologis dan fisiologis dari penyakit kardiovaskular, mengurangi
jantung terdiri dari tiga fase, yaitu (Tessler & Bordoni, 2019):
Fase ini dimulai pada pengaturan rawat inap segera setelah kejadian
tempat tidur atau disamping tempat tidur dengan fokus pada rentang gerak
dan membatasi dekondisi rumah sakit. Tim rehabilitasi juga dapat fokus pada
pasca operasi. Tim rehabilitasi menilai kebutuhan pasien seperti alat bantu,
ringan pada tungkai dapat meningkatkan protein yang dapat melawan stres
oksidatif yang dapat menjaga massa otot dalam kondisi sakit kritis. Latihan
dan masalah kesehatan yang ada berperan dalam penurunan volume paru,
19
umumnya diberikan pengobatan dan pencegahan dengan berbagai teknik
rawat jalan dapat dimulai. Fase II biasanya berlangsung tiga sampai enam
dan keterbatasan aktivitas. Rencana terapi berpusat pada pasien yang lebih
Fase ini melibatkan lebih banyak kemandirian dan pemantauan diri. Fase
20
5. Evaluasi fisioterapi
intervensi, biasanya setiap tiga kali dan atau setelah enam kali setelah
21
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
No. RM : 1000674
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 59 thn
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Maccini Raya No. 47 A
B. Asesmen Fisioterapi
22
4. Warna kulit normal
b. Inspeksi Dinamis
1. Mobilisasi aktif
2. Dapat merubah posisi baring ke duduk dengan bantuan
3. Duduk tanpa sandaran
4. Ekspansi thorax minimal
c. Palpasi
a) Suhu : DBN
b) Oedem : (-)
c) Tenderness: (-)
d) Kontur kulit: (-)
d. Tes Orientasi
a) Merubah posisi,balik kanan dan kiri : mampu tanpa bantuan
b) Baring – duduk : mampu dengan bantuan
c) Duduk - Berdiri : belum mampu (terdapat sesak)
d) Berdiri - duduk : belum mampu (terdapat sesak)
e) Berjalan : belum mampu (terdapat sesak)
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD
23
4. Restrictive (R)
a) Muskulotendinogen : (-)
b) Osteoarthrogen : (-)
c) Neurogen : (-)
d) Psikogenik : Kecemasan sedang
6. Spesific Test (S)
a. Hemodinamic
1. Blood Pressure : 105/73 mmHg
2. Heart Rate : 106 bpm
3. Respiratory Rate : 22 kali/menit
4. Temperature : 36.5oC
5. SpO2 : 95%
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil (23 November 2022): Terlampir
- HGB : 11.4 gr/dl
- HCT : 33%
- PLT : 465 10^3/ul
- Glukosa : 127 mg/dl
c. Pemeriksaan Electrocardium
Hasil (05/12/2022) : Terlampir
Kesan : sinus takikardia, HR 107 bpm, LAD, ST elevasi V1-V5
d. Foto Thorax AP
Hasil (25/11/2022) : Terlampir
Kesan :
- Edema pulmonum
- Dilatatio aortae
- Efusi pleura bilateral
24
e. Echocardiogram
Hasil (24/11/2022) : Terlampir
Conclusion:
- Moderately abnormal LV systolic function, EF 37% (Biplane)
- Normal RV systolic function, TAPSE 1,9 cm, Sae TM
lateral 10
cm/s
- Akinetic and hypokinetic segmental
- Ventricular septal rupture left to right shunt
- LV dilatation
- Moderate tricuspid regurgitation with high probability of
pulmonary hypertension
- Mild mitral regurgitation
- Mild pulmonary regurgitation
- Grade II LV diastolic dysfunction
f. New York Heart Association (NYHA)
g. Angiografi
Hasil (5 Desember 2022) : Terlampir
Kesimpulan : Coronary Artery Disease 1 Vessel Disease
h. Skala Borg
Hasil : 5 (Terlampir)
Interpretasi : Berat
i. Killips
Hasil : Stage IV (Terlampir)
Interpretasi : Syok kardiogenik, tanda-tanda melitputi hipotensi dan
bukti vasokonstriksi perifer seperti oligouria, sianosis, dan diaforesis
j. Metabolic Equivalent Test (METs)
Hasil : < 1.6 METs
25
Interpretasi : Sedentary : Aktivitas yang meliputi duduk, berbaring dan
sedikit bergerak serta membutuhkan energi yang rendah
k. Skala MORSE
Hasil (6/12/2022) : 35 (Terlampir)
Interpretasi : Risiko jatuh sedang
l. Visual Analog Scale (VAS)
1) Nyeri diam : 6 (nyeri sedang) nyeri dada
m. HRS-A
Hasil : 25 (Terlampir)
Interpretasi : kecemasan sedang
n. MMT
Hasil :
Interpretasi : mampu melawan tahan maksimal
o. Zona 5 5 Latihan (digunakan pada fase II)
Batas 5 5 Bawah :
= DI + 20% (220 – Usia – DI)
= 106 + 20% (220 – 59 – 106)
= 106 + 20% (55)
= 106 + 16,4
=118,1 bpm
Batas Atas :
= DI + 30% (220 – Usia – DI)
= 106 + 30% (220 – 38 – 106)
= 106 + 30% (76)
= 106 + 22,8
= 128,8 bpm
C. Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang ditegakkan dari hasil pengukuran
dan pemeriksaan fisioterapi yang dilakukan yaitu “Manajemen Fisioterapi
Kardiovaskuler Terhadap Pasien Low Cardiopulmonary Endurance Ec
STEMI + Ventricular Septal Rupture (VSR) ”
26
D. Problem Fisioterapi
a. Primer : Sesak nafas, nyeri dada dan batuk
E. Tujuan Fisioterapi
1. Tujuan jangka pendek : Mengurangi keluhan sesak nafas, nyeri
dada, serta kecemasan
2. Tujuan jangka panjang : Mengembalikan ADL berupa Walking,
Praying, dan Toileting
F. Program Fisioterapi
Tabel 2. Intervensi Fisioterapi
No. Problem Modalitas Dosis
F: Setiap pertemuan
I: 5 repetisi, 1 set
T: Deep breathing
Sesak Napas dan T: 3 menit
1. Breathing Exercise
Nyeri dada F: Setiap pertemuan
I: 5 repetisi, 1 set
T: thoracic expantion
T: 3 menit
F:Setiap pertemuan
Mempertahankan I: 90◦
2. ADL Exercise
ADL T: Mobilisasi duduk
T: 3 menit
F:Setiap pertemuan
Mempertahankan I: 8 repetisi
3. Exercise Therapy
ROM T: PROMAX dan AROMEX
T: 5 menit
G. Evaluasi
Tabel 3. Evaluasi Sebelum dan Sesudah Intervensi
Problem Sebelum Intervensi Setelah Intervensi Keterangan
Hemodinamic BP: 105/73 mmHg BP:110/80 mmHg Hemidinamic Tidak
HR: 106 bpm HR : 120 bpm stabil
RR : 22 kali/menit RR : 22 kali/menit
27
T : 36.5OC T : 36.5OC
SpO2 : 95% SpO2 : 98%
Kelemahan Tidak terjadi
5 5 5 5
otot perubahan
5 5 5 5
(MMT)
Sesak Nafas Terjadi perubahan
NYHA Kelas III Kelas III
Skala Borg 5 4
ADL (METs) 1,6 1,6 Tidak terjadi
perubahan
H. Home Program
Edukasi pasien untuk melakukan latihan sebagai berikut:
28
F: Setiap pertemuan
I: 3 repetisi, 2 set
T: Pursed lip breathing
T: 3 menit
2. Mengembalikan Exercise Therapy F: Setiap pertemuan
ADL Walking I: 40 meter, 50 meter
(Endurance T: Walking exercise
Cardiorespirasi)
T: 15 menit
29
DAFTAR PUSTAKA
David, T. E. (2022) ‘Post-infarction ventricular septal rupture’, Keynote Lecture
Series, 11(5), pp. 261–267. doi: 10.21037/acs-2021-ami-111.
Muralidaran, A., & Shen, I. (2019). Ventricular septal defects. Critical Heart Disease
in Infants and Children, 597-605.
Nusdwinuringtyas, N., Triangto, K., Alwi, I., & Yunus, F. (2021). The Validity and
Reliability of Six Minute Walk Test in a 15 Meter Track. Indonesian Journal of
Physical Medicine & Rehabilitation, 10(02), 57-66.
Wijaya, I. P., & Salim, S. (2021). The ECG Made Easy (9th ed.). Singapore: Elsevier.
WHO. (2021, June 11). Cardiovaskular Disease (CVDs). Retrieved from World
Health Organization: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/cardiovaskular-disease-(cvds)
Siegersma, K. R., Groepenhoff, F., Onland-Moret, N. C., Tulevski, I. I., Hofstra, L.,
Somsen, G. A., & Den Ruijter, H. M. (2021). New York Heart Association class
is strongly associated with mortality beyond heart failure in symptomatic women.
European Heart Journal-Quality of Care and Clinical Outcomes, 7(2), 214-215.
Luthfiyah, S., Wijayanti, A. R., Kuntoadi, G. B., Sulistiawati, F., Arma, N., Mustamu,
A. C., . . . Avelina, Y. (2022). Penyakit Sistem Kardiovaskuler. (Y. D. Pora, Ed.)
30
Pidie: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pemeriksan Laboratorium
32
Lampiran 3. Foto Thoraks (20/10/22)
33
Lampiran 4. Hasil Echocardiogram
Lampiran 5. NYHA
34
Lampiran 6. Skala Borg
Scale Severity
1 Sangat sedikit
3 Sedang
4 Agak berat
5 Berat
7 Sangat Berat
10 Maksimum
Lampiran 7. Killips
35
Lampiran 8. Skala MORSE
Lampiran 9. HRS-A
Deskripsi Skor
1 Perasaan cemas 2
Kecemasan, harapan buruk, ketakutan, lekas marah
2 Tekanan 2
Merasa tertekan, kelelahan, respon kaget, mudah menangis, merasa tidak tenang,
sulit tenang
36
3 Ketakutan 1
Kegelapan, orang asing, dibiarkan sendiri, keramaian
4 Insomnia 3
Sulit tertidur, tidur tidak lelap, dan kelelahan ketika bangun, mimpi buruk dan
teror malam
5 Intelektual 2
Sulit berkonsentrasi, ingatan buruk
6 Perasaan depresi 2
Kehilangan minat, kehilangan kesenangan melakukan hobi, depresi, bangun lebih
awal
7 Somatik (otot) 1
Nyeri dan ngilu, kejang, kekakuan, gigi mengertak, suara tidak stabil, peningkatan
tonus otot
8 Somatik (sensorik) 1
Tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur,
9 Respon kardiovaskuler 3
Takikardi, palpitasi, nyeri dada, nadi berdenyut kencang, perasaan ingin pingsan,
10 Respon pernapasan 3
Tekanan atau sesak di dada, perasaan muntah, mendesah, dyspnea
11 Gejala gastrointestinal 2
Kesulitan menelan, nyeri perut, perasaan terbakar, perut kembung, mual, muntah,
12 Respon genitourinaria 1
Sering buang air terutama malam hari dikala tidur, tidak haid, darah haid sedikit
sekali, nyeri haid, tidak ada, gairah seksual dingin (firgid), ejakulasi prematur,
13 Respon autonomy 2
Mulut kering, kemerahan, pucat, kecenderungan berkeringat, pusing, sakit kepala
37
Total Kriteria Penilaian :
Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
Total Skor Penilaian : 26
38