Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

RSKDIA SITI FATIMAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SENAM NIFAS UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT ABDOMEN POST SECTION
CAESAREA

RIDHO ANUGRAH

PO. 71.4.241.18.1.066

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN FISIOTERAPI
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus atas nama Ridho Anugrah PO. 71.4.241.18.1.066 dengan judul

“Penatalaksaan Fisioterapi Pada Senam Nifas Untuk Meningkatkan Kekuatan

Otot Abdomen Post Section Caesarea” telah disetujui untuk diajukan sebagai salah

satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSKDIA Siti Fatimah, mulai

tanggal 04 April 2022 hingga 30 April 2022.

Makassar, 25 April 2022

Mengetahui

pembimbing Klinik Peceptor

Arni S.Ft St. Nurul Fajriah, S.Spd, S.Ft., Physio.,M.Kes


NIP. 19730120 199803 2 007 NIP. 19690707 199903 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan

kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Senam Nifas Untuk

Meningkatkan Kekuatan Otot Abdomen Post Section Caesarea”. Laporan kasus ini

merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di RSKDIA Siti Fatmah. Selain itu

juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi mengenani penatalaksaan

fisioterapi untuk kasus tersebut

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak / Ibu dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar

2. Bapak / Ibu pembimbing di RSKDIA Siti Fatimah selaku Clinical

Edukator

3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan

Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

Makassar, 24 april 2022

Ridho Anugrah
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN BAB II ................................................................................ 8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8
A Tinjauan Anatomi Fisiologi .................................................................................. 8
B.Tinjauan Kasus ................................................................................................... 19
C.Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi ..................................................... 21
BAB III PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI....................................................... 23
A. Identitas Pasien .................................................................................................. 23
B.History Taking .................................................................................................... 23
C.Hasil Pengamatan ............................................................................................... 23
D.Diagnosa Fisioterapi ........................................................................................... 26
E.Problematik Fisioterapi ....................................................................................... 26
BAB IV INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI ....................................... 28
A.Rencana Intervensi Fisioterapi ........................................................................... 28
B.Prosedur Pelaksanaan Intervensi ........................................................................ 28
C.Edukasi dan Home Program ............................................................................... 33
D.Evaluasi Fisioterapi ............................................................................................ 34
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................ 35
A.Pembahasan Assesment Fisioterapi .................................................................... 35
B.Pembahasan Intervensi Fisioterapi ..................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu pproses fisiologik yang hamper tejadi pada

setiap wanita. Kehamilan tejadi setelah betemunya sperma dan ovum dalam tubuh

dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42

minggu (Nugroho dan Utama, 2014).

Menurut WHO angka kehamilan ibu (AKI) merupakan salah satu indicator

keberhasilan dari suatu pelayanan kesehatan SKRT memperkirakan 60% kematian

ibu disebabkan akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa

nifas yang terjadi 24 jam pertama. Untuk meminimalkan masalah pasca persalinan

seperti resiko pendarahan pasca post partum salah satu aktivitas yang dianjurkan

adalah senam nifas (Sulistyowati, 2011).

Setiap kehamilan pasti akan mengalami sebuah proses yang dinamakan masa

persalinanan. Pada hal tersebut terdapat beberapa cara yaitu persalinan normal yang

keluar melalui vagina dan persalinan yang melalui proses operasi sayatan pada

dinding perut atau yang disebut sectio caesarea

Sectio caesarea yaitu proses persalinan yang dilakukan dengan cara

pembedahan dimana dilakukan irisan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi)

untuk mengeluarkan bayi. Bedah sectio caesarea secara umum dilakukan ketika

proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko

menyebabkan komplikasi medis lainnya (Hartati,2015; Amalia & Mafticha, 2015).


Word Health Organization (WHO) (2013) menyebutkan bahwa ibu hamil

yang melakukan tindakan operasi sectio caesarea meningkat 5 kali lipat dibanding

tahun-tahun sebelumnya. Pada ibu pasca sectio caesarea disarankan untuk melakukan

senam nifas untuk mempercepat pemulihan tubuh.Senam nifas adalah latihan jasmani

yang dilakukan oleh para ibu-ibu setelah melahirkan dan keadaan tubuhnya pulih

kembali. Fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk

mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan

memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama otot-otot bagian

punggung, dasar panggul dan perut.

Manfaat melakukan senam nifas adalah untuk mengembalikan kekuatan otot

dasar panggul, mengencangkan otot-otot dinding perut dan perinium, membentuk

sikap tubuh yang baik dan mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat

dicegah sedini mungkin dengan melakukan senam nifas adalah pendarahan post

partum. Saat melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan

membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah proses

involusi.

Sesuai dengan isi PMK no.80 tahun 2013, fisioterapi adalah bentuk pelayanan

kesehatan yang ditunjukan kepada individu dan/atau kelompok untuk

mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang

rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan

gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan

komunikasi. Dalam hal ini fisioterapi mampu meningkatkan dan memelihara


kekuatan otot. Terdapat banyak teknik terapi yang dapat diberikan pada pasien,

namun dalam penulisan karya tulis ini menggunakan 1 teknik utama untuk mengatasi

problematika yang muncul yaitu melakukan senam nifas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna.

Organ eksterna berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ

interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan

perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan

berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.

a. Struktur Ekstenal

Gambar 2.1: Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.

(Sumber: Wiknjosastro, 2005).


1) Mons Pubis

Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak

subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan

jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis

mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi

Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas,

yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid.

Fungsinya sebagai bantal pada saat melakukan hubungan sex.

2) Labia Mayora

Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung

yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan

mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah

bawah mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan introitus

vagina ( muara vagina ).

3) Labia Minor

Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora,

merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak

berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris

dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan

anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial

labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan

basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia


berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora

membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.

4) Klitorisis

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil

yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak

terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau

kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif

daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans

dan badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah

menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksualitas.

5) Prepusium Klitorisis

Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri

memisah menjadi bagian medial dan lateral.Bagian lateral

menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium,

penutup yang berbentuk seperti kait.Bagian medial menyatu di

bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum.Kadang-

kadang prepusium menutupi klitoris.

6) Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti

perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan

fourchette.Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar

parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar


paravaginal (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin).

Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah

teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman,

busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).

7) Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih

dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan

minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu

cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette

dan himen.

8) Perineum

Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus.Perineum membentuk dasar badan

perineum. Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang-

kadang tertukar.

b. Struktur Internal
Gambar 2.2 : Organ Reproduksi Internal pada wanita.

(Sumber: Wiknjosastro, 2005).

1) Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di

belakang tuba falopii.Dua ligamen mengikat ovarium pada

tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang

memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira

setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii

proprium.

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan

memproduksi hormon.Saat lahir, ovarium wanita normal

mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif).Ovarium

juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid

(estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita

normal.

Hormone estrogen adalah hormone seks yang di produksi oleh

rahim untuk merangsangpertumbuhan organ seks seperti payudara

dan rambut pubikserta mengatur sirkulasi manstrubasi.Hormone

estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding


vagina.Hormone ini juga menjaga teksture dan fungsi

payudara.pada wanita hamil hormone estrogen membuat puting

payudara membesar dan merangsangpertumbuhan kelenjar ASI dan

memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang

persalinan. Hormone progesterone berfungsi untuk menghilangkan

pengaruh hormone oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar

pituteri.Hormone ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel

kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda

asing dalam tubuh ibu.hormon androgen berfungsi untuk

menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesterone.

2) Tuba Falopii (Tuba Uterin)

Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm.

Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan

otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam.

Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya

bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan

mukosa paling tipis saat menstruasi.Setiap tuba dan lapisan

mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

3) Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung

yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang

belum pernah hamil, ringan uterus ialah 60 g. Uterus normal


memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.

Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa

faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama

fase sekresi.

Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan

endometrium, kehamilan dan persalinan.Fungsi-fungsi ini esensial

untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan

fisiologis wanita.

4) Dinding Uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,

miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

5) Serviks

Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat

perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi

bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih

pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke

dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun

oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan

jaringan elastis.

6) Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum

dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari


introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora

vulva) sampai serviks.

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat

dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke

bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar

7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk

yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut

forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior.

Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi

estrogen dan progesterone.Sel-sel mukosa tanggal terutama selama

siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari

mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormone

seks steroid.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau

bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara laktobasilus vagina dan

glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima,

insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk,

Jensen,2004).
2. Anatomi Fisiologi

a. Kulit

Gambar 2.3. Lapisan Abdomen

1) Lapisan Epidermis

Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa

bertingkat.Sel-sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk

oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika

didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh

gesekan.Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini

tidak memiliki pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.

2) Lapisan Dermis

Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan

elastin.Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa

sejumlah papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan
subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh

limfe dan saraf.

3) Lapisan Sublutan

Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak

pembuluh darah dan ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara

longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya.Dalam

hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-

organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-organ di abdomen

dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam tindakan

SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai

dinding uterus.

b. Fasia

Gambar 2.4. Bagian Fasia

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang

dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.Fasia


profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha.

Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia

membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan

terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis.

Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel

lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-

sama meliputi struktur tubuh.

c. Otot Perut

1) Otot dinding perut anterior dan lateral

Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas

dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa

dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang

membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke

simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus

externus, obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang

membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat

externus berjalan kearah bawah dan atas ; serat obliquus internus

berjalan keatas dan kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari otot

ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot

terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus

abdominis.
2) Otot dinding perut Posterior

Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian

belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca.

B. Tinjauan Kasus

1. Definisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,

2009). Sectio Caesarea ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat

badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh

(Gulardi & Wiknjosastro, 2006).

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin

dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio caesarea atau

bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan

CHOKER sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu

(laparotomi)dan uterus hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih

(Dewi Y. 2007).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea

juga dapat didefinisikan sebagai bsuatu histektomia untuk melahirkan janin

dari dalam rahim (Mochtar, 2011).


Jadi kesimpulannya Sectio caesarea adalah pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau

vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

2. Etiologi

a. Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai

kelainan letak ada, dispoporsi sefalo pelvic (dispoporsi janin/ panggul)

ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan

panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta

tingkat I- II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia- eklampsia, atas

permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan

perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

b. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal sistress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan

janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan

vakum atau forceps ekstraksi (Sugeng dan Weni, 2012)

3. Tanda dan Gejala

Ada beberapa hal tanda dan gejala post section caesarea

a. Pusing

b. Mual muntah

c. Pangul sempit
d. Pre-eklamsia dan Hipertensi

e. Nyeri di sekitar luka operasi

f. Adanya luka bekas operasi (prawirohardjo, 2007)

g. Malpresentasi janin

1) Letak litang

2) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)

Letak dahi aalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga

dahi menjadi bagian yang terendah. Sedangkan letak muka adalah

letak kepala denga defleksi maksimal.

3) Gemali (kehamilan kembar)

C. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr

dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan

tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,distorsia jaringan

lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin.

Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi

post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang

informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat

akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi

post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri muncul gangguan tidur karena insisi

yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap

janin maupun ibu, anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam keadaan upnoe

yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya bagi ibu yaitu atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.

Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret

yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk

metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari motilitas yang

menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan

menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat

beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu

motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi (Winkjosastro,2007).
BAB III

PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

Alamat : Jl. Gunung bawa karaeng

B. History Taking

1. Keluhan Utama : Nyeri pada perut bawah

2. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke RSKDIA Siti Fatimah pada

tanggal 22 April 2022 dengan keluhan nyeri pada bagian perut, dan pasien

menjalani operasi caesar pada tanggal 22 April 2022. Pasien melakukan

operasi Caesar dikarenakan posisi bayi didalam kandungan tidak normal

sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan secara normal.

3. Riwayat Penyakit dahulu :-

C. Hasil Pengamatan

1. Pemeriksaan Vital Sign

a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg


b. Suhu :-

c. Frekuensi Pernafasan : 20 kali/menit

2. Inspeksi

a. Statis

1) Pasien bebaring di tempat tidur

2) Terdapat oedem pada tungkai

3) Pasien nampak cemas

b. Dinamis

1) Pasien mampu melakukan ambulasi miring kanan dan kiri diatas

tempat tidur tetapi secara lambat

2) Pada saat bergeak pasien tampak meringis sakit dan wajah tampak

pucat

3. Pemeriksaan

a. Kekuatan otot Abdomen (Curl Up Test)

Teknik Pelaksanaan : pasien dalam posisi terlentang, lutut

ditekuk, telapak kaki rata pada bed/lantai, kedua tangan lurus

disamping badan. Kertas pembatas berada di bawah kaki dan sangat

dekat dengan ujung jari yang istirahat. Kemudian pasien mengangkat

kepala dan bahu secara perlahan dengan jarak dagu dengan dada

kurang lebih 5 cm, tangan bergerak melewati kertas pembatas, lalu

kembali ke posisi semula. Pengulangan dilakukan perlahan dengan

irama 1 curl selama 3 detik dilakukan sebanyak mungkin


Hasil : Pasien sudah mampu melakukan curl up tapi belum

maksimal.

b. Pengukuran Oedem dengan Pitting Oedem Scale

Scale Pitting Deskripsi Scale

+1 Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)

maka daerah yang oedem akan

menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 2 mm

+2 Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)

maka daerah yang oedem akan

menampakkan/memperlihatkan sedalam 4 mm

+3 Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)

maka daerah yang oedem akan

menampakkan/memerlihatkan sedalam 6 mm

+4 Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk)

maka daerah yang oedem akan

menampakkan/memperlihatkan sedalam 8 mm

Berdasarkan pengukuran oedem yang dilakukan ditemukan

hasil ekstremitas inferior dengan nilai 1 dimana oedem sedalam 2 mm

dan pada ekstremitas inferior sisi sinistra dengan nilai 1 dimana oedem

sedalam 1 mm.
c. Visual Analog Scale (VAS)

Kriteria Objektif

Skala 0 – 1 : tidak terasa nyeri

Skala 1 – 3 : nyeri ringan

Skala 3 – 7 : nyeri sedang

Skala 7 – 9 : nyeri berat

Skala 9 – 10 : nyeri sangat berat

Hasil :

Nyeri diam Skala 6 Nyeri sedang

Nyeri gerak Skala 8 Nyeri berat

D. Diagnosa Fisioterapi

“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Senam Nifas Untuk Meningkatkan Kekuatan

Otot Abdomen Post Section Caesarea”

E. Problematik Fisioterapi

1. Impairment (Body Structure and function)

a. Kelemahan otot abdomen

b. Terdapat nyeri perut bawah

c. Terdapat Oedem pada ankle joint


2. Activity Limitation

Pasien kesulitan untuk transfer posisition

3. Participant Restriction

Pasien teganggu dan sulit melakukan pekerjaan rumha tangga


BAB IV

INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI

A. Rencana Intervensi Fisioterapi

1. Tujuan Jangka Panjang

Mengembalikan kemampuan ambulasi dan kemampuan sebagai ibu rumah

tangga tanpa adanya keluhan nyeri

2. Tujuan Jangka Pendek

a. Menurunkan rasa nyei pada perut bawah

b. Meningkatkan kekuatan otot abdomen

B. Prosedur Pelaksanaan Intervensi

1. Breathing Execise

a. Pursed Lip-Breathing

Teknik Pelaksanaan :

1) Posisi pasien comfortable dan serileks mungkin

2) Jelaskan pada pasien bahwa ekspirasi harus rileks

3) Kemudian minta pasien untuk menarik napas melalui hidung secara

perlahan

4) Lalu menghembuskan napas melalui mulut seperti meniup lilin


Gambar 4.1

Tekhnik Pursed Lip Breathing

b. Diafragma Breathing

Teknik Pelaksanaan :

1) Posisi pasien Comfortable dan serileks mungkin

2) Tempatkan satu atau kedua tangan diatas rectus abdominis.

3) Anjurkan pasien deep ekspirasi dan perlahan melalui hidung diikuti

abdomen digembungkan.

4) Kemudian anjurkan pasien mengeluarkan napas dengan perlahan

dan ekspirasi terkontrol.

5) Pasien mempraktekkan 3-4 kali.


Gambar 4.2
Tekhnik Diafragma Breathing
2. Senam Nifas

Memberitahu pasien untuk mengatur napas (menarik nafas lewat hidung

dan hembuskan lewat mulut).

a. Gerakan ke-1

Teknik Pelaksanaan :

Posisi pasien berbaring terlentang kedua tungkai lururs, kemudian

pasien diminta menekuk dan meluruskan pergelangan kaki (dorsofleksi

dan plantarfleksi), gerakan memutar ke dalam dan ke luar (inversi dan

eversi) dan gerakan memutar pergelangan kaki ke dalam dan ke luar

(circumduction), dilanjutkan dengan menekan lutut ke bawah secara

bergantian kanan dan kiri.

Dosis : 2 kali 8 hitungan


b. Gerakan ke-2

Teknik Pelaksanaan :

Posisi pasien terlentang, kedua tungkai lurus. Kemudian salah satu

tungkai pasien di tekuk dan diluruskan kembali secara bergantian kanan

dan kiri.

Dosis : 2 kali 8 hitungan

c. Gerakan ke-3

Teknik Pelaksanaan :

Pasien dalam posisi terlentang dengan lutut ditekuk dan rapat. Posisi

tangan pasien berada di samping badan pasien. Kemudian minta pasien

untuk mengangkat bokong (pelvic) secara mandiri.

Dosis : 2 kali 8 hitungan


d. Gerakan ke-4

Teknik Pelaksanaan :

Posisi pasien terlentang. Melakukan gerakan mengangkat telapak kaki

bagian kanan dengan posisi telapak kaki fleksi, kemudian diturunkan

secara perlahan. Lakukan dengan kaki bergantian.

Dosis : 2 kali 8 hitungan

e. Gerakan ke-5

Teknik Pelaksanaan :

Posisi pasien terlentang dengan lutut ditekuk. Kemudian minta pasien

untuk mengangkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat. Lalu minta

pasien untuk menahan.


Dosis : 2 kali 8 hitungan

3. Core Stability

 Latihan Kontraksi Isometrik Otot Transversus Abdominus dan otot

Dasar Panggul

Teknik Pelaksanaan :

Tidur terlentang kedua lutut ditekuk, bernafas halus menggunakan lower

costa nreathing saat ekspirasi tarik pusar ke pinggang dan ODP ke arah

dalam perut. Lakukan pula dalam posisi berdiri.

Dosis : 2 kali dalam 8 hitungan

C. Edukasi dan Home Program

1. Edukasi

Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas yang berat dan

menghindari mengangkat barang yang berat. Dan ketika pasien batuk dan

merasakan nyeri dianjurkan untuk meletakkan tangan diatas perut atau

area nyeri kemudian tarik nafas dan diujung ekspirasi pasien diminta

batuk.
2. Home Program

Pasien dianjurkan cara melakukan gerakan-gerakan yang telah di ajarkan di

rumah sakit dan dianjurkan untuk melakukan latihan tersebut di rumah.

D. Evaluasi Fisioterapi

Sebelum Terapi Sesudah Terapi


Problematik
a. Terdapat nyeri pada a. Membaik
Anatomical
perut bawah ,terdapat
/functional
b. Kelemahan otot penururnan
impairmant
abdomen nyeri
c. Terdapat Oedem b. Sudah ada
pada kedua tungkai peningkatan
kekuatan otot
abdomen
c. Belum ada
penurunan
oedem (2)

Activity Pasien sulit dalam


Sudah mampu
Limitation transfer position
melakukan transfer
position

Participation Pasien terganggu dan sulit Pasien masih


restriction pada saat melakukan mengalami
pekerjaan Rumah tangga ketebatasan dalam
melakukan aktivitas
rumah tangga
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Assesment Fisioterapi

1. History Taking

Pemberian History Taking pada pasien bertujuan untuk menganalisa

lebih jelas tentang penyakit yang diderita oleh pasien dan dengan adanya

history taking membuat hubungan pasien dengan fisioterapis dapat terjalin

dengan baik sehingga pada saat penanganan dapat dengan mudah dilakukan.

2. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati

keadaan pasien secara langsung. Inspeksi dibagi menjadi 2, yaitu inspeksi

statis (inspeksi pada saat diam atau tidak bergerak) dan inspeksi dinamis

(inspeksi pada saat bergerak).

Dalam keadaan statis dilihat bahwa posisi bahu tampak asimetris,

terdapat oedem pada pergelangan tangan dan kaki. Sedangkan dalam

keadaan dinamisnya pola jalan abnormal, hilangnya swing phase pada pola

berjalan, ketika berjalan membutuhkan bantuan dan sulit menggerakkan

lengan dan tungkai sisi sinistra

3. Pengukuran Fisioterapi

a. Pitting Oedem
Pengukuran oedem Menurut Sukmana (2016) pemeriksaan

kedalaman dan pemulihan oedema (pitting oedem) meliputi : nilai 0

tidak ada oedem, nilai 1 jika sedikit pitting (kedalaman 2 mm) tanpa

distorsi terlihat, nilai 2 jika pitting agak lebih dalam (kedalaman 4 mm),

nilai 3 jika pitting oedem terasa lebih dalam (6 mm) dengan ektremitas

tergantung penuh dan bengkak, dan nilai 4 jika pitting oedem sangat

dalam (8 mm).

b. Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog scale merupkn alat pengukuran intensitas nyeri yang

dianggap paling efisien. VAS disajikan dalam bentuk garis horizontal.

Dalam penyajiannya diberikan angka 0-10 yang masing-masing nomor

dapat menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.VAS

mempunyai korelasi yang baik dengan skala-skala pengukuran yang lain

dan dapat diaplikasikan pada semua pasien serta VAS dapat digunakan

dalam semua jenis nyeri.

B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi

1. Senam Nifas

Senam nifas diberikan kepada ibu nifas untuk mempercepat

pemulihan kembali kesehatan bagi ibu yang habis melahirkan. Manfaat

senam nifas untuk mengencangkan otot perut, liang senggama, otot – otot

sekitar vagina maupun otot – otot dasar panggul, selain memperlancar


sirkulasi darah. Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih

baik, rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat. Senam nifas

sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara

teratur setia hari (Dedeh, 2006).

2. Core Stability

Core stability exercise adalah latihan untuk mengontrol gerak dan

posisi pada bagian pusat tubuh yaitu mengontrol gerak dan posisi trunk

sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal.

latihan juga merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal

dan keseimbangan dalam memaksimalkan aktivitas agar lebih efisen. Latihan

ini merupakan salah satu latihan yang efektif dan efisein karena tidak hanya

dapat dilakukan di klinik tetapi dapat pula dilakukan dirumah. Selain deapat

meningkatkan keseimbangan latihan juga dapat menguatkan otot – otot core

terutama pada ibu hamil yang sudah menjalani masa persalinan. (Sutha

Nurmawan dkk, 2015)


DAFTAR PUSTAKA

Puspa Ratri, Nadya Devi and , Wahyuni, S.Fis., M.Kes (2017) Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Kondisi Post Sectio Caesarea di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

F, Lilis (2020)Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi, untuk mahasiswa Keperawatan


Ners di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Gresik

RF, Riska Fitria (2018) Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Post Operatif Sectio
Caesarea Dengan. Indikasi Cephalo Pelvik Disproportion di Ruang Rawat
Inap Kebidanan. Program Studi Diii Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang

Sari, Widit Lupita (2016) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P3a0 Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Post Sectio Caesarea Hari Ke-0 Atas Indikasi Kala I
Lama.Di Ruang Bougenvile Rsud Dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Diploma Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Lestari, W. (2011). Perbandingan Senam Kegel 1x seminggu dengan 3x seminggu

terhadap penurunan frekuensi Buang Air Kecil pada wanita dewasa suai 50-
60 tahun dengan SUI. Portal Garuda. Retrieved Oktober 20, 2017

Rasjidi, I. (2009). Manual Seksio Saesarea dan Laparotomi Kelainan Adneksa.

Jakarta: Sagung Seto

Rossini, "Dapatkah Otot Dasar Panggul Dilatih Secara Tidak Langsung Melalui

Kontraksi Otot Transversus Abdominus

Park, S., & Kang, C. (2014). Effect Of Kegel Exercise on The Management Of

Female Stress Urinary Incontinence A Systematic Review of Randomized


Controlled Trials. Advances In Nursing, 1-10

Anda mungkin juga menyukai