Anda di halaman 1dari 16

A.

DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social individu-
indidu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan
adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. (Duval, 1972).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta empertahankan kebudayaan. (SalvicionG. Bailon dan Aracelis
Maglaya,1989).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus
keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke
(1992).
B. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Keluarga Menurut Friedman tahun 1987, antara lain:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya
yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam
lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi
dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui
interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga berperan
didalam masyarakat.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumberdaya manusia.
4. Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian,
perumahan dan lain-lain.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
yang mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. (Zaidin Ali,1999).

C. TIPE KELUARGA
Delapan tipe keluarga menurut Frieman (1986), antara lain:
1. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan
tinggal alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
3. Single Parent Family.
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
4. Nuclear Dyatd.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
5. Recontituened atau Blended Family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
6. Tree Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, anak
dalam satu rumah.
7. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Midle Age Atau Ederly CoopleKeluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
usia pertengahan.

D. KELUARGA BARU MENIKAH


Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Adapun tahapan-tahapan pasangan baru menikah, sebagai
berikut:
1. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga
via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing- masing.
2. Mempersiapkan keluarga yang baru.
3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari.
4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya.
5. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.
Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya,
mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan.

a. Masalah yang biasa dihadapi oleh pasangan baru menikah, antara lain:
1. Tidak menghadapi masalah utang
Masalah keuangan merupakan masalah paling utama yang dipermasalahkan
oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya pasangan
mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan, tidak ada
yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama.
2. Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan
mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman yang lajang berkumpul,
pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi
bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena anda tidak ikut-
ikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti anda tidak bisa menjadi
teman yang suportif.
3. Tidak cukup seks
Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei
mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyakn
ialah kesibukan. Coba untuk menginisiasikan acara berhubungan intim
dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai
terbiasa untuk melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya,
4. Tidak menjaga tubuh
Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah
akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa,
ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam
hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi
harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak.
5. Mertua dan ipar
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki
masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur
ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama pada akhirnya,
ini akan kembali menghantui Anda.
6. Pertengkaran tak penting
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda
kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah
terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak,
ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu.
Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan
kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran
Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak Anda
maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
7. Terobsesi dengan bayi
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup
setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi
terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi
dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-
buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur bersama,
menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan keperluan
bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks, kemungkinan
untuk hadirnya momongan justru lebih besar.

b. Tugas Perkembangan
Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan masing-masing
menghadapi perpisahan dengan keluarga-keluarga sendiri. orangtuanya, mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan.
Tugas perkembangan keluarga baru menikah, antara lain:
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
3. Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
4. Peran berubah.
5. Fungsi baru diterima.
6. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar.
7. Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua
pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan
minat pasangan.
8. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
9. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar
lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
10. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan.
Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana
peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda
kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi,
kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan
tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada
membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian
ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk
memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan
akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat
dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan
ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan
kontrasepsi yang digunakannya.
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat
menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi.
Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma,
kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien
tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan
klien, Perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam
penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang
dipakai dan akan menyebabkan terjadinyakehamilan yang tidak direncanakan.
Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap
efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan
klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan
seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi
setiap hari. Keefektifan suatu metode meningkat seiring dengan peningkatan
kenyamanan klien dalam menggunakan metode tersebut.
c. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang
pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat
membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien
yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric,
budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan. Adapun
kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan
riwayat kesehatan adalah:
1. Kontrasepsi oral
2. Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil,
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk
wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita
hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.
3. Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari
segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang
4. Kontrasepsi Hormonal
5. Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang
tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil
kurang dari lima tahun.
6. Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
7. Kontrasepsi Mekanik
Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik\
tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock
syndrome.
8. IUD
Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular
lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah
persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia, dismenorhea, anemia dan
belum pernah hamil, mola.
9. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen.
Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak
memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan
tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik,
psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak
direncanakan.
E. ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

I. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. A
2. Umur : 26 Tahun
3. Alamat : Winong, Palemrejo, Andong, Boyolali
4. Pekerjaan KK : Wiraswasta
5. Pendidikan KK : SMK
6. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis Hub dgn Umur Pekerjaan Pendidikan


KK
Kelamin

1 Ny. M Perempuan Istri 21 th Mahasiswi SMK

7. Genogram : ......................................................................(buat
genogramnya 3 generasi, dikasih garis putus-putus, dan tambahkan keterangan
simbolnya)

8. Tipe keluarga : Keluarga Tn. A termasuk tipe keluarga inti tanpa anak (nuclear
dyad family). Karena didalam satu rumah hanya terdapat suami dan istri.

9. Suku Bangsa : Bahasa yang digunakan Tn. A adalah Bahasa Jawa, karena
keluarga Tn. A berasal dari Jawa.

10. Agama : Keluarga Tn. A beragama Islam semua. Tn. A kadang biasa
solat di masjid, sesekali solat bersama dengan Ny. M.
11. Status sosial ekonomi : Tn A bekerja sebagai chef di salah satu hotel di
Surakarta dengan penghasilan kurang lebih 2 Juta perbulan. Ny. M mengatakan untuk
saat ini penghasilan tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan suami dan istri.

12. Aktivitas rekreasi keluarga : Aktivitas rekreasi dalam rumah tangga selama ini
dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga baik dari pihak Tn. A atau Ny. M,
terkadang menonton TV atau kadang jalan-jalan keluar kos untuk makan bersama.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Pada saat ini keluarga Tn. A sedang dalam
tahap perkembangan keluarga, yaitu keluarga dengan pasangan baru, Tn. A dan Ny. M
memulai hidup mandiri jauh dari orang tua.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tn. A mengatakan tugas yang
belum terpenuhi adalah membangun rumah. Ny. M mengatakan tugas yang belum
terpenuhi adalah menyelesaikan Pendidikan dan mempunyai anak.
c. Riwayat keluarga inti : Tn. A mengatakan tidak ada penyakit keturunan, Ny. M
mengatakan sudah melakukan iimunisasi TT sebelum dan sesudah menikah sesuai dengan
jadwal imunisasi.

d. Riwayat Keluarga sebelumnya (suami/istri) : Tn. A dan Ny. M mengatakan tidak ada
riwayat sakit sebelumnya.

III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah : (tambahkan denah rumah , arah mata angin, dan jelasakan
karakteristik rumah)

b. Karakteristik tetangga dan komunitas : Tn. A mengatakan tetangga kamar dilingkungan


kosan ramah, namun jarang bekumpul.
c. Mobilitas geografi keluarga : Tn. A mengatakan bertempat di kosan tersebut sejak
sesudah menikah, sebelumnya Tn. A tinggal di rumah orangtuanya, sedangkan Ny. M
mengatakan sudah lebih dulu tinggal di kosan tersebut, karena untuk memudahkan
mobilisasi ke kampus tempatnya berkuliah. Tn. A mengatakan penduduk asli Jawa.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn. A mengatakan tidak ada
perkumpulan keluarga, dikarenakan Tn. A dan Ny. M tinggal di kos.
e. Sistem pendukung keluarga : Tn. A mengatakan fasilitas motor untuk mobilisasi.
Sedangkan dalam kesehatan keluarga memiliki fasilitas untuk menunjang kesetan
keluarga yaitu berupa kartu BPJS, sedangkan untuk fasilitas kesehatan dirumah Ny. M
mengataka bahwa memiliki kotak P3K pribadi yang sering digunakan.

IV. STRUKTUR KOMUNIKASI KELUARGA


a. Pola komunikasi keluarga : Tn. A mengatakan mereka berkomunikasi dengan
Bahasa Jawa, terkadang menggunakan Bahasa Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga : Tn. A mengatakan saat istrinya melakukan
kesalahan Tn. A selalu menahsehatinya dengan tidak membentak-bentak istrinya. Tn.
A mengatakan yang berperan mengambil keputusan dalam setiap masalah adalah Tn.
A. sedangkan istri terkadang memberikan saran kepada Tn. A dalam mengambil
keputusan.
c. Struktur peran : Tn. A mengatakan sebagai KK mencari nafkah,
sedangkan Ny. M sebagai istri mengerjakan pekerjaan rumah.
1. Tn. A : Peran Formal sebagai karyawan di hotel, sedangkan peran informal
sebagai kepala keluarga.
2. Ny. M : peran Formal sebagai Mahasiswi, sedangakan peran informal sebagai
istri.
d. Nilai dan Norma budaya : Tn. A mengatakan tidak ada budaya khusus yang
mempengaruhi kesehatan.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif : Tn. A mengatakan saling menyayangi dan mengasihi,
keluarga rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga
b. Fungsi Sosialisasi :Keluarga selalu menanamkan prilaku social yang
baik.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan: ......................................................................
Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:

1. Mengenal masalah : Tn. A mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit. Tn. A
selalu menanyakan apa keluhannya dan ingin di bawa ke klinik atau tidak.
2. Mengambil keputusan : Tn. A mengatakan selalu mencari jalan keluar bersama saat
ada masalah dengan bermusyawarah dan berdiskusi satu sama lain.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit : Ny. M mengatakan apabila ada anggota
keluarga yang sakit biasanya diobati dengan obat yang ada di P3K pribadi, jika tidak
ada obat di P3K maka Ny. M terkadang sering memijiti Tn. A saat sedang pusing atau
kelelahan. Jika tetap tidak bisa di tangani Tn. A mengatakan akan membawa keluarga
ke klinik langganan mereka. Atau ke klinik terdekat.
4. Memelihara / memodifikasi lingkungan : Ny. M mengatakan kamar kos tampak
bersih dan tertata rapi. Ny. M selalu membersihkan kamar dengan menyapu setiap pagi
dan sore hari. Tn. A mengatakan tidak banyak menggantung pakaian, karena untuk
mengurangi banykanya nyamuk di dalam kamar.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada :Tn. A mengatakan menggunakan BPJS
untuk berobat. Terkadang pergi ke klinik atau puskesmas saat sedang sakit.

d. Fungsi Reproduksi : Tn. A dan Ny. M mengatakan tidak ada masalah reproduksi
sejauh ini. Tn. A mengatakan ingin memiliki 2 anak. Ny. A dan Tn. A sengaja menunda
kehamilan dikarenakan Ny. A ingin menyelesaikan Pendidikan terlebih dahulu.
e. Fungsi Ekonomi : Tn. A mengatakan penghasilan kurang lebih 2 Juta perbulan.
Ny. M mengatakan untuk saat ini penghasilan tersebut sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan suami dan istri.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
1. Jangka pendek : Ny. M mengatakan ingin segera lulus kuliah dan segera di wisuda.
2. Jangka panjang :
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dan situasi : Tn. A mengatakan
respon stressor yang dilakukan adalah dengan cara berdiskusi dengan istri.
c. Strategi koping yang digunakan : Tn. A dan Ny. M mengatakan menghadapi masalah
dengan tenang, dengan cara solat bersama dan murotal Al-qur’an.

VII. HARAPAN KELUARGA


b. Persepsi Keluarga terhadap Perawat : Tn. A mengatakan sudah diberikan
pelayanan dengan baik oleh para tenaga kesehatan. Hanya saja, terkadang tenaga
kesehatan di puskesmas terkesan berespon lambat terhadap pasien.
c. Harapan Keluarga terhadap Perawat : Tn. A dan Ny. M mengatakan berharap
tenaga kesehatan khususnya perawat lebih professional lagi dalam bekerja dan
melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada semua anggota Keluarga

Pemeriksaan Fisik Nama anggota keluarga

Tn. A Ny. M

TD: 100/80 mmHg 110/ 90 mmHg

N: 84x/menit 80x/menit

RR: 20x/menit 19x/menit

BB/TB: ……. 50 kg/152 cm

Rambut

Konjugtiva

Sklera

Hidung

Telinga
Mulut

Leher

Dada 1. Paru

2. Jantung
Abdomen

Ekstremitas

Kulit

Turgor

Keluhan

IX. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


1. Analisa Data

NO. DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1 Data Subjektif:

Data Objektif :

Skori

Skoring Prioritas masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Kriteria Skor Bobot Rumus Menghitung


1. Sifat Masalah :
a. Aktual 3 1 Sifat Masalah yang muncul x Bobot
b. Resiko/Ancaman 2 Skore
Kesehatan 1
c. Keadaan sejahtera/
diagnosis sehat
2. Kemungkinan Masalah
dapat diubah : 2
a. Mudah 1 2 Kemungkinan Masalah yang muncul x Bobot
b. Sebagian 0 Skore
c. Tidak dapat
3. Kemungkinan Masalah dapat
dicegah : 3
a. Tinggi 2 1 Kemungkinan Masalah yang muncul x Bobot
b. Cukup 1 Skore
c. Rendah
4. Menonjolnya Masalah :
a. Masalah dirasakan dan 2 1 Menonjolnya Masalah yang muncul x Bobot
harus segera ditangani Skore
b. Ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah Total Hasil

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN SKORING

1. ................................................................................................
2. ................................................................................................
3. .................................................................................................
X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Tanggal Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

XI. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD

S:

O:

XII. EVALUASI
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
F. PENUTUP
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki
ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut: Diikat tali perkawinan, ada
hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada
pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarg, interaksi, dan
tinggal dalam suatu rumah. Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga
pemula yaitu: membangun perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis, membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan
kelompok social, serta merencanakan penambahan anggota baru
(mempersiapkan menjadi orangtua), mendiskusikan rencana punya anak.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Sagung Seto.
Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.
Effendy,N. 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4th Edition.
Connecticu: Aplenton
Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam
Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga. Jakarta:
EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai