Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN ADHD (ATTENTION DEFICIT


HYPERACTIVITY DISORDER)

MAKALAH

Oleh
KELOMPOK 18

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN ADHD (ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY DISORDER)

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas


dengan dosen pengampuh : Ns. Enggal Hadi, M.Kep

Oleh
KELOMPOK 18
Juwarti NIM 142310101007
Novela Imania Rosa NIM 142310101035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Kejiwaan Adhd (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder). Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Erti I. Dewi, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.J selaku dosen penanggungjawab mata
kuliah Keperawatan jiwa program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;
2. Ns. Enggal Hadi, M.Kep, selaku fasilitator dan pengampuh mata kuliah
Keperawatan kesehatan jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember;
3. Rekan satu kelompok yang mampu bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik;
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Januari 2017 Penulis

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN DALAM........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
1.3 Manfaat penulisan.................................................................................... 2
1.4 Implikasi dalam Keperawatan.................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi..................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi............................................................................................ 5
2.3 Etiologi..................................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi dan Clinical pathway........................................................... 8
2.5 Patofisiologi dan Clinical pathway........................................................... 10
2.6 Komplikasi dan Prognosis........................................................................ 11
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................ 11
2.8 Pencegahan............................................................................................... 12
BAB 3. PENUTUP
2.1 Kesimpulan.............................................................................................. 23
2.2 Saran ....................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan psikologi sering kali terjadi pada seseorang tanpa mengenal usia, baik itu
anak-anak maupun dewasa. Semua orang berkemungkinan mengalami gangguan
psikologis tidak terkecuali gangguan psikologi yang dialami oleh anak-anak. gangguan
psikologis yang anak-anak alami merupakan suatu gangguan psikologis yang muncul
sangat awal pada masa kanak-kanak. Gangguan psikologi yang anak-anak alami
menjadi suatu bentuk kekhawatiran terbesar bagi semua orang tua. Gangguan psikologis
pada anak akan menjadi beban emosional bagi orang tua yang kemungkinan akan
ditanggung sepanjang hidup apabila gangguan tersebut terus berlangsung pada anak
(Halgni & Susan;2010). Masalah gangguan psikologi yang terjadi pada anak seringkali
terjadi pada usia sekolah, dimana kondisi ini dicetuskan oleh masalah ketidakmampuan
dalam melakukan adaptasi dengan lingkuang sekolahnya yang baru. Dalam hal ini, anak
tidak mampu bersosialisasi dengan baik dilingkungannya, sehingga anak menunjukkan
suatu bentuk perilaku menyimpang yang tidak sesuai dan tidak diharapkan oleh
lingkungannya, Salah satu gangguan psikologi yang banyak dialami oleh anak-anak
yaitu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) (Hurlock, 2010).
ADHD merupakan gangguan psikologi yang menganggu proses pemusatan dan
perhatian dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungannya yang disertai dengan
hiperaktif dari setiap perilaku anak (Ridwan, 2013). Selekta MC, 2013 menyatakan
bahwa ADHD juga merupakan gangguan perilaku yang sering terdiagnosis pada anak
dan juga remaja yang ditandai dengan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas yang
tidak sesuai dengan prkembangan dan kemampuan dalam mengumpulkan perhatiannya.
Saat ini kita telah banyak menemukan kasus ADHD dalam masyarakat, terutama dalam
dunia pendidikan anak dan remaja. Menurut Pliszka, 2007 dalam Selekta MC
mengemukanan bahwa prevalensi ADHD pada anak sekolah mencapai 8-10%
jumlahnya, sehingga kondisi inilah yang menunjukkna bahwa gangguan perilaku
ADHD paling umum terjadi pada masa kanak-kanak didunia sekolah. Bahkan terdapat
hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40-50% kasus ADHD yang dialami anak
apabila tidak segera mendapatkan suatu intervensi atau penanganan maka akan menetap
hingga mereka berusia remaja bahkan dewasa. Kondisi ADHD yang menetap ini akan
memberikan dampak yang lebih besar pada individu apabila terjadi hingga dewasa,

1
yaitu dapat berupa penyimpangan kenakalan remaja, gangguan antisosial, bahkan
keterlibatan dengan penggunaan narkoba dan psikotropika.
Dampak yang signifikan terhadap suatu individu khususnya anak yang mengalami
ADHD mendorong adanya penanganan yang tepat yang harus segera dilakukan untuk
menyembuhkan kondisi tersebut. Penganagan yang tepat dapat diberikan apabila kita
memahami secara komprehensif terkait dengan gangguan psikologis ADHD ini. oleh
karena itulah, kami melakukan kajian studi literatur terkait dengan definisi, tanda dan
gejala ADHD, psikopatologi, dan penanganan yang kemungkinan dapat dilakukan
terhadap klien dengan gangguan psikologi ADHD.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami secara konprehensif terkait dengan konsep dasar sekaligus
penangan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan ADHD guna mencegah
terjadinya perburukan kondisi gangguan psikologi sekaligus meningkatkan kesehatan
klien terutama pada segi psikologisnya.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk memberikan gambaran dan pengetahuan tentang ADHD pada perawat
untuk menjadi bekal dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan ADHD khususnya yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, sehingga
dengan bekal inilah diharapkan mampu memberikan intervensi yang tepat dan efektif
kepada klien dalam proses penyembuhan dan peningkatan kesehatan psikologi yang
klien alami.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus


Apid merupakan anak laki-laki berusia 6 tahun dan bersekolah di Sekolah Dasar
di kotanya. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya ada ibu rumah
tangga. Ibu Apid membawanya ke konsultasi psikologi karena keluhan yang banyak
disampaikan oleh guru, teman, tetangga bahkan juga kerabat dekatnya. Semua
mengeluhkan perilaku Apid yang selalu over aktif. Di sekolah guru Apid
mengungkapkan bahwa Apid selalu berkeliling kesana kemari tidak mau duduk diam,
mulai dari sering mengambil barang-barang lain milik temannya dan melemparkannya
keluar kelas dan bahkan tidak jarang Apid memukul temannya hingga benjol dan
terluka. Dirumah Apid juga menunjukkan hal yang sama, dimana dia selalu
memberantakan semua barang dan perabotan rumah dan bahkan kaca rumah sering
dipecahkan.

2.2 Pengertian
2.2.1 Definisi
ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak). Minimal Brain
Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan
hyperactive (hiperaktif). Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di
definisikan sebagai kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak,
yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-
anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-
anak.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai
menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan
teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan
dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak

3
yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan
keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang
lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka
membuat keributan.
2.2.2 Penyebab
Menurut Ridwan, 2013 menyatakan bahwa banyak penelitian yang masih belum
dapat menjelaskan secara tepat penyebab dari terjadinya ADHD secara pasti. Namun,
ada dua hal yang pasti yang dapat dikategorikan sebagai penyebab dari timbulnya
masalah gangguan psikologi ADHD yaitu diturunkan (hereditary) dan gangguan dari
perbedaan irama otak. Berikut penjabaran terkait dengan penyebab dari gengguan
ADHD pada anak:
1. Kondisi Diturunkan (hereditary)
Pada umumnya orang tua yang mengalami gengguan psikologi ADHD
cenderung akan menurunkan sifat genetiknya kepada anaknya, dimana anak
dengan orang tua ADHD akan lebih berisiko mengalami gangguan ADHD.
2. Kesulitan menemukan irama yang tepat pada otak
Pada penyebab kesulitan menemukan irama pada otak dengan tepat dapat dbagi
atau disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
a. Neuropsikologi
Impulsifitas yang dialami sebagai tanda dan gejala anak dengan gangguan
ADHD menunjukkan adanya disfungsi pada otak area lobus frontal. Anak-
anak dengan ADHD ini akan mengalami kesulitan dalam memberikan atensi
atau perhatan terhadap sesuatu kondisi atau keadaan sehinggan impulsivitas
akan terjadi dan dilakukan oleh anak tersebut.
b. Pengukuran aktivitas
Seperti yang diketahui bersama, bahwa anak deng ADHD dari segi
aktivitasnya dia sangat over aktif. Dimana kondisi yang seharusnya diam
mereka justru sangat aktif dan tidak bisa diam. Kondisi ini terjadi bukan
karena mereka over aktivitas dalam kesehariannya, tetapi mereka tidak
mampu melakukan self monitoring atau mengendalikan diri mereka untuk
bergerak dan beraktivitas.
c. Ketidakseimbangan kimia otak
Penyebab ini lebih pada masalah gangguan pada sistem anatomis dan
kimiawi dari sistem saraf pusat yaitu otak. Dimana keseimbangan hormon

4
dan zat kimia lainnya seperti contoh hormon adrenalin dan dopamin yang
tidak seimbang membuat mereka selalu terstimulus untuk melakukan suatu
bentuk aktivitas.
3. Faktor perinatal dan pranatal
Anak lahir dengan riwayat BBLR kemungkinan terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kematangan fungsi otak juga sangat besar sehingga
kemungkinan untuk terjadi ADHD sangat besar.
4. Lingkungan
Keracunan zat-zat kimia yang berasal dari lingkungan yang mengkontaminasi
anak juga berpotensi besar merusak sel sistem saraf pusat sehingga organ saraf
mengalami gangguan yang berdampak pada ketidakseimbangan fungsi secara
normal.
5. Dinamika Keluarga
Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai
cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan iritabilitas
impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir
reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau
meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system
keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya, dapat juga member
kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak
terhadap keadaan tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif atau
menjadi putus asa dan tidak member struktur eksternal.

2.2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity
Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
1. Inatensi
Inatensi merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu bertahan
untuk berkonsentrasi terhadap sesuatu. Kondisi ini akan terus membuat
seseorang mengalami kemudahan dalam beralih konsentrasi dan perhatian.
Berikut contoh perilaku yang termasuk dalam atensi:
a. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil
b. Mudah sekali beralih perhatian
c. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas

5
2. Hiperaktivitas
d. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
e. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam
f. Terus gelisah atau menggeliat
3. Impulsif
g. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat
h. Sulit menunggu giliran
i. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya
j. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
k. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan
l. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung

2.3 PsikoPatologi
Sebagian besar hingga sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah
pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan
impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-
masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas
berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD
merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan
mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa
depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk
merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu.
Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang
ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan. Beberapa penelitian belum
dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan
perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya
ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak
saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal,
lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar
termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara
neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian

6
dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama
setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD
memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan
adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai
gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa
faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan
pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress
psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan
persalinan, induksi, kelainan persalinan).Faktor resiko tersebut nantinya menyebabkan
suatu bentuk perubahan psikologi maupun fisiologi tubuh anak sehingga menyebabakan
anak menjadi overaktif dan impulsif.

7
Genetik Gangguan irama otak Faktor perinatal dan lingkungan Dinamika Keluarga
pranatal
Kerusakan Gangguan BBLR dan disfungsi Keracunan zat-zat Mencari perhatian
sistem saraf penghantaran impul sistem saraf pusat kimia pencemaran keluarga dan orang
pusat saraf lingkungan sekitar

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Gangguan proses Impulsif, overaktif/hiperaktivitas, dan inatensi


berpikir
Tidak bisa diam dan
Ketidakmampuan tenang
atensi terhadap Ketidakmampu
lingkungan sekitar an keluarga Aktivitas tak
mengendalikan terkontrol
Hambatan perilaku Tidak mampu
hiperaktif mendeteksi bahaya
interaksi sosial

Mengendalikan Resiko cedera


secara paksa

Penganiayaan Menghindarkan anak


dan dari lingkungan sosial
penelantaran
Ketidakefektif malu dan penolakan
an koping Harga diri rendah
kondisi anak

8
2.5 Diagnosa
1. Diagnosa medis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir
b. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas dan ketidakmampuan
mendeteksi bahaya
c. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan dan
penelantaran anak
d. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga dalam
menghadapi masalah anak

2.5 Penalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan
melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara
lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin
tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

2. Penalaksanaan Keperawatan
Terdapat beberapa terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan pada anak
dengan kondisi ADHD. Yaitu sebagai berikut:

9
a. Psikoedukasi
Karena semakin banyak penderita ADHD saat ini, membuat kondisi ini perlu
adanya penanggulangan berdasarkan faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan kondisi ini. oleh karena itulah terapi psikoedukasi inilah
dikembangkan untuk mencegah dan memahami dengan tepat bagaimana
pencegahan dan penanggulangan terhadap kondisi ADHD tersebut.
b. Terapi Psikologi
Terapi psikologi ini lebih menekankan pada penanganan dengan strategi
kognitif-perilaku. Terapi ini secara teknis akan dapat membantu klien dalam
mengubah perilaku dan pola pikir yang maladaptif yang mempengaruhi
kehidupan perilaku sehari-hari. Terapi ini membutuhkan bantuan atau
keterlibatan dari berbagai pihak yang memiliki hubungan dengan klien atau
individu seperti guru, orang tua, keluarga, teman sebaya dan lainnya.
c. Perilaku pengganti dan pelatihan manajemen diri
Terapi ini dilakukan untuk memberikan kesempatan membangun
keterampilan individu dalam mengatur dan menyatukan lebih banyak
struktur dan rutinitas dalam kehidupannya. Mengatur dan mendaftar semua
kegiatan yang akan dilakukan hari ini dengan sederhana dapat membuat
individu ADHD lebih terlatih untuk bertanggung jawab dan perhatian
terhadap aktivitas yang telah terdaftar untuk dilakukan.
d. Coaching
Intervensi ini merupakan suatu program yang baru digunakan dan
dikembangkan. Teknik ini membutuhkan seorang tenaga konsultan
profesional yang membantu individu menemukan cara untuk menyelesaikan
masalah melalui suatu strategi yang pragmatis, pendekatan perilaku yang
berorientasi pada hasil.
e. Teknologi
Program personal digital assistant (PDA) merupakan suatu alat yang
digunakan untuk membantu individu ADHD dalam berkomunikasi lebih
efektif, menulis, mengeja, tetap teratur menjalankan jadwal hariannya, dan
mengingat suatu informasi.
f. Akomodasi
Akomodasi sekolah dapat dicari yang memfasilitiasi anak untuk lebih
produktivitasnya meningkatkan dengan meminimalisasi gangguan,
menyediakan suatu suasana atau kondisi yang tenang, sehingga hasil
aktivitas anak lebih terstruktur dan hasil yang lebih baik.

10
g. Advokasi
Tidak semua orang memahami kondisi ADHD yang dialamioleh anak atau
sesorang, oleh karena itu, advokasi dari beberapa pihak atau bahkan semua
pihak untuk memahami dan mengerti kondisi yang dialami anak dan lebih
bersikap untuk melindungi dan mendukung anak menemukan cara
menyelesaikan masalahnya didalam lingkungan sekitar.
Disamping teknik dan cara untuk penatalaksanaan kondisi ADHD tersebut
diatas yang telah dijelaskan, akan menjadi referensi dan panduan dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk intervensinya. Berikut intervensi yang
juga dapat dilakukan untuk melakukan penanganan terhadap masalah
keperawatan yang muncul pada klien dengan kelainan dengan gangguan ADH.
a. Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir
1) Tujuan :
- Keterampilan - Pergerakan
- Kontrol diri terhadap distorsi
Interaksi sosial
- Keterlibatan sosial pemikiran
- Tingkat hiperaktivitas - Dukungan keluarga selama
- Penampilan peran
perawatan
2) Intervensi :
- Dukung harapan yang realistis
- Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga
- Beritahukan rencana keperawatan dan medis yang akan dilakukan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan sesuai fakta
- Kurangi petunjuk secara fisik dan verbal
- Ajarkan keterampilan sosial yang tepat
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan
mampu mengontrol diri
- Ajarkan teknik manajemen perilaku kepada orang terdekat klien
- Bantu klien untuk mengedentifikasikan masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
- Bantu klien untuk mengidentifikasi langkah dalam berperilaku dalam
rangka mencapai kemampuan untuk keterampilan sosial
- Bantu klien menjalankan peran dalam lingkungan sosial
b. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas dan ketidakmampuan
mendeteksi bahaya
1) Tujuan :
- Kejadian jatuh - Pengetahuan:
- Koordinasi pergerakan
pencegahan jatuh
- Pergerakan
- Pengetahuan: keamanan pribadi

11
- Kontrol resiko - Deteksi resiko
2) Intervensi :
- Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
- Berikan lingkungan yang aman secara fisik dan terstruktur jika
diperlukan
- Sediakan bantuan yang diperlukan dalam meningkatkan struktur
lingkungan dan konsentrasi dan perhatian
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan
mampu mengontrol diri
- Monitor dan atur level aktivitas serta stimulus terhadap lingkungan
c. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan dan
penelantaran anak
1) Tujuan :
- Koping keluarga terhada
- Normalisasi keluarga
p
- Dukungan keluarga
pengab
selama perawatan
- Mengh aian
- Ketaha
entikan
nan
terhada
keluarg
p
a
pengab
- Penghe
aian/pe
ntian
nelanta
terhada
ran
p
- Pemuli
kekera
han
san
2) Intervensi :
- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang keluarga gunakan
- Dengarkan kekhawatiran perasaan keluarga
- Dentifikasi mekanisme koping keluarga
- Bantu keluarga untuk mengatasi konflik
- Sediakan informasi untuk keluarga terkait dengan kondisi klien
- Sediakan perawatan bagi klien yang dapat dilakukan oleh keluarga
- Fasilitasi kunjungan keluarga
- Fasilitasi koping keluarga melalui dukungan kelompok

12
- Identifikasi anak yang memiliki kebutuhan perawatan khusus yang
tinggi (misal ketidakmampuan perkembangan, hiperaktivitas, dan
gangguan kurang perhatian)
- Monitor adanya kondisi memburuk yang progresif dalam status fisik
dan emosi anak
- Rujuk keluarga pada pelayanan kemanusian dan konseling yang
profesional sesuai dengan kebutuhan.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga dalam
menghadapi masalah anak
1) Tujuan :
- Harga diri - Keterampilan interaksi sosial
- Keterlibatan sosial - Motivasi
- Normalisasi keluarga - Kontrol diri terhadap distorsi
- Ketahanan keluarga
pemikiran

13
2) Intervensi :
- Bantu klien untuk mengatasi bullying atau ejekan
- Dukung klien untuk mengevaluasi perilakunya
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatakan
harga diri
- Instruksikan orang tua dan keluarga untuk mengetahui pencapaian anak
- Monitor tingkat harga diri keluarga darai waktu ke waktu
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan mampu
mengontrol diri
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan mampu
mengontrol diri
- Ajarkan teknik manajemen perilaku kepada orang terdekat klien
3)
4) BAB 3. PENUTUP
5)
3.1 Kesimpulan
6) ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak).
Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu
banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di definisikan sebagai kelainan
neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga
merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-
anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada
anak-anak. Kondisi ADHD ditandai dengan tiga gejala khas yaitu inatensi,
hiperaktivitas/overaktif, dan impulsif.
7) Kondisi gangguan psikologis ADHD dapat diatasi dan ditangani melalui
terapi medis maupun keperawatan. Terapi lain yang juga dapat dilakukan yaitu
melalui beberapa terapi, yaitu psikoedukasi, manajemen dan pelatihan diri dan
perilaku kognitif, teknologi, choaching, advokasi dan terapi psikologis lainnya.
Selain terapi suportif, terapi farmakologi juga digunakan apabila level atau
tingkat gangguan ADHD sangat parah.
8)
3.2 Saran
9) Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait masalah
psikologi Attention deficit hyperactivity disorder. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca lebih memahami terkait masalah klien dengan gangguan psikologi.
Selain itu pembaca juga dapat mencari informasi terkait jurnal penatalaksanaan
terbaru pada klien dengan masalah psikologi Attention deficit hyperactivity
disorder. Selain itu diharapkan juga perawat maupun calon perawat tidak
memandang sebelah mata orang dengan gangguan psikologi, karena setiap orang
membutuhkan pelayanan keperawatan secara efektif dan tepat terhadap masalah
kesehatan psikologi yang klien alami dengan baik.
10)
3.3
11) DAFTAR PUSTAKA
12)
13)
14) Halgin, Richard P., dan Susan K.W. 2010. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis
pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika
15)
16)
17) Hurlock, Elizabeth. 2010. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga
18)
19)
20) Selekta MC. 2013. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Usia 2 Tahun. Medula, 1 (3) : 20-21
21)
22)
23) Anjani, Ayu Tri dkk. 2012. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak
Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Di Sdit At-Taqwa Surabaya
Dan Sdn V Babatan Surabaya. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada
Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). 1 (2) : 125-135
24)
25)
26) Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007.Rencana
asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
27)
28) Bulechek, M Gloria et al. 2016. NANDA NIC-NOC
Edisi Keenam. Singapore: Elsevier
29)
30) Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention
Deficit/Hiperactivity Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa
Tempurung (Single Subject Research Kelas Iii Di Slb Negeri Lima Kaum).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. 1 (2) : 287-288
31)
32)
33) Ridwan. 2013. Peran Sekolah Bagi Anak ADHD. At-
Talim, 4 (1) : 54
34)
35)
36) Hikmawati, I.D & Erny Hidayati. 2014. Efektivitas Terapi Menulis Untuk
Menurunkan Hiperaktivita Dan Impulsivitas Pada Anak Dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd). Empathy, Jurnal Fakultas Psikologi. 2
(1) : 9-10
37)
38)
39) Kusuma, Prima Daniyati dkk. 2015. Pengalaman Orang Tua dengan Anak
Kemungkinan Atention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Usia Pra
Sekolah. Jurnal Keperawatan Notokusumo. 3 (1) : 4-6
40)
41)
42) Videbeck, & Sheila I. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: EGC
43)
44) Davidson, G.C., John M. Neale & Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal
Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
45)
46)
47)

Anda mungkin juga menyukai