ASKEP AUTISME
Disusun oleh :
Kelas:2B
TAHUN 2019/2020
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Kec.Mejobo, Kudus Telp (0291) 4248656 Fax.
(0291) 4248657
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok
pembahasan mengenai “ASKEP AUTISME” Setiap pembahasan di bahas secara
sederhana sehingga mudah dimengerti.
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................................8
D. Manfaat...........................................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................9
A. Definisi...........................................................................................................................9
B. Etiologi...........................................................................................................................9
C. Gejala Klinis...................................................................................................................9
D. Pemeriksaa Penunjang..................................................................................................10
E. Masalah Keperawatan...................................................................................................15
F. Penatalaksanaan............................................................................................................15
G. Anamnesis....................................................................................................................19
H. Diagnosa Keperawan...................................................................................................22
I. Intervensi........................................................................................................................22
J. Evaluasi..........................................................................................................................24
BAB III CONTOH KASUS......................................................................................................25
A. Kasus............................................................................................................................25
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................39
A. Kesimpulan...................................................................................................................39
B. Saran.............................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
4
terdaftar di berbagai sekolah luar biasa. Di Kota Padang telah tersebar 5
sekolah khusus autis dengan jumlah siswa sekitar 283 siswa. Dengan
meningkatnya jumlah penyandang autisme, seringkali menjadi perbincangan
hangat di kalangan orang tua dan seringkali membuat orang tua merasa
khawatir terhadap anak (Muniroh, 2010). Anak sebagai bagian dari anggota
keluarga, dalam petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari
lingkungan yang merawat dan mengasuhnya yaitu keluarga (Wahini, 2002
dalam Mulato, 2010). Sipos, Predescu, Muresan&Iftena (2012) menuturkan
bahwa keluarga yang memiliki anak penyandang autisme memiliki tekanan
yang lebih besar di bandingkan anak yang memiliki gangguan kognitif dan
gangguan kesehatan yang lain.
5
anak atau penolakan yang mengakibatkan dampak negatif seperti menyakiti
anak secara fisik dan psikologis (Nurvita, 2016)
Dampak dukungan ibu jika tidak diberikan pada anak autis yaitu anak
akan mengalami kemunduran perkembangan yang seharusnya seorang anak
sudah menggapai tugas-tugas perkembangan sesuai usianya (Pancawati,
2013).kemunduran perkembangan yang dialami adalah anak memiliki
kesulitan memenuhi tugas perkembangan diusianya seperti ketidakmampuan
anak untuk mandiri dalam beberapa hal seperti belajar makan dengan kegiatan
mengunyah yang sangat pelan, berbicara, berinteraksi dengan lingkungan,
buang air besar dan buang air kecil (Rahmawati, 2011). Sehingga dari keadaan
diatas anak dengan autisme akan rentan terhadap resiko kekurangan gizi
(Rahayu, 2016), gangguan interaksi sosial dan deficit perawatan diri
(Rahmawati, 2011).
6
kesedihan dan kemarahan, kesulitan dan ketegangan peran, merasa bersalah
dan ragu, serta kekecewaan dan pengorbanan.
dibandingkan tiga SLB lain, SLB Autisma Mitra ananda adalah SLB yang
memiliki 30 orang siswa dan 13 orang guru. Sekolah terdiri dari tiga shift
dalam satu hari, dimana dalam satu shift satu orang guru bisa memegang 3
orang siswa. Dengan demikian, guru akan kewalahan dan tidak terfokus pada
siswa. Hal ini akan berakibat pada si anak, dimana menurut Pancawati (2013)
anak autis yang tidak terperhatikan akan menghasilkan individu autis yang
sulit untuk diarahkan dididik dan dibina yang termanifestasi pada perilaku
yang tidak diinginkan sehingga akan berpengaruh pada keluarga.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu “bagaimana dampak autisme dalam
keluarga terhadap prespektif ibu di Sekolah Luar Biasa Autisma.
7
C.TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak
autisme terhadap keluarga dalam prespektif ibu di SLB Autisma
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengeksplorasi prespektif ibu tentang autisme di SLB
D.MANFAAT
1. Bagi Ibu
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Autisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai
dengan kesulitan berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal,
disertai denganpengulangan tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan
obsesif. Autisme merupakan suatu gangguan spektrum, artinya gejala yang
tampak bisa sangat bervariasi.Tidak ada dua anak yang memiliki diagnosis yang
sama yang menunjukkan pola dan variasi perilaku yang sama persis. Autisme
sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis atau sindrom yang
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang sangat bervariasi dan berkaitan satu
sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
B. ETIOLOGI
Penyebab autisme adalah multifaktorial. Faktor genetik maupun lingkungan
diduga mempunyai peranan yang signifikan. Sebuah studi mengemukakan bahwa
apabila 1 keluarga memiliki 1 anak autis maka risiko untuk memiliki anak kedua
dengan kelainan yang sama mencapai 5%, risiko yang lebih besar dibandingkan
dengan populasi umum. Di lain pihak, lingkungan diduga pula berpengaruh
karena ditemukan pada orang tua maupun anggota keluarga lain dari penderita
autistik menunjukkan kerusakan ringan dalam kemampuan sosial dan komunikasi
atau mempunyaikebiasaan yang repetitif. Akan tetapi penyebab secara pasti
belum dapat dibuktikan secara empiris.
C. GEJALA KLINIS
Biasanya tidak ada riwayat perkembangan yang jelas, tetapi jika dijumpai
abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun. Selalu dijumpai hendaya kualitatif
dalam interaksi sosialnya yang berupa tidak adanya apresiasi adekuat terhadap
isyarat sosio- emosional, yang tampak sebagai kurangnya respon terhadap emosi
orang lain dan atau kurang modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial;
buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan lemah dalam integrasi perilaku
sosial, emosional dan komunikatif; dan khususnya, kurang respon timbal balik
sosio-emosional.Selain itu juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi
yang berupa kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa yang ada;
9
hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial; buruknya keserasian dan
kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan; buruknya fleksibilitas dalam
bahasa ekspresif dan relatif kurang dalam kreatifitas dan fantasi dalam proses
pikir; kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan nonverbal
orang lain; hendaya dalam meggunakan variasi irama atau tekanan modulasi
komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan
komunikasi lisan.Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan
yang terbatas, pengulangan dan stereotipik. Ini berupa kecenderungan untuk
bersifat kaku dan rutin dalam aspek kehidupan sehari-hari;ini biasanya berlaku
untuk kegiatan baru atau kebiasaan sehari-hari yang rutin dan pola bermain.
Terutama sekali dalam masa dini anak, terdapat kelekatan yang aneh terhadap
benda yang tidak lembut. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin seperti
ritual dari kegiatan yang sepertinya tidak perlu; dapat menjadi preokuasi yang
stereotipikdengan perhatian pada tanggal, rute dan jadwal; sering terdapat
stereotipik motorik; sering menunjukkan perhatian yang khusus terhadap unsur
sampingan dari benda (seperti bau dan rasa); dan terdapat penolakan terhadap
dari rutinitas atau tata ruang dari kehidupan pribadi (perpindahan dari mebel atau
hiasan dalam rumah).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa instrumen screening untuk autisme:
10
Tabel 1. Kuesioner M-CHAT Adaptasi Bahasa Indonesia
Isi kuesioner sesuai dengan perilaku yang selalu dilakukan anak sehari-h
ari. Jika perilaku tersebut jarang (misalnya Anda hanya melihatnya satu atau
dua kali) pilihlah jawaban Tidak.
2. Apakah anak Anda tertarik untuk bermain dengan anak lain? Ya Tidak
4. Apakah anak Anda senang bila diajak bermain cilukba atau petak umpet? Ya Tidak
Apakah anak Anda pernah membawa benda-benda kepada Anda (orang tua)
9. untuk menunjukkan sesuatu? Ya Tidak
10. Apakah anak Anda pernah menatap mata Anda selama satu detik atau lebih? Ya Tidak
Apakah anak Anda pernah tampak sangat sensitif terhadap suara, misalnya
11. dengan cara menutup telinga, menangis, atau berteriak? Ya Tidak
12. Apakah anak Anda tersenyum sebagai respon terhadap wajah Anda atau Ya Tidak
11
senyuman Anda?
Apakah anak Anda meniru Anda? Misalnya Anda membuka mulut pada saat
13. Anda menyuapi makan anak Anda, apakah anak Anda menirukan? Ya Tidak
14. Apakah anak Anda memberikan respons jika namanya dipanggil? Ya Tidak
Jika Anda menunjuk ke suatu benda atau alat permainan, apakah anak Anda
15. melihat ke arah benda yang Anda tunjuk tersebut? Ya Tidak
17. Apakah anak Anda ikut melihat benda yang sedang Anda lihat? Ya Tidak
Apakah anak Anda menggerakkan jari-jari tangannya dengan cara yang tidak
18. biasa di dekat wajahnya? Ya Tidak
Apakah anak Anda mencoba untuk menarik perhatian Anda terhadap kegiatan
19. yang sedang dilakukannya? Ya Tidak
21. Apakah anak Anda memahami apa yang dikatakan orang? Ya Tidak
Apakah anak Anda melihat wajah Anda untuk mengetahui reaksi Anda pada
23. saat dia sedang menghadapi sesuatu yang tidak biasa? Ya Tidak
Berikut adalah daftar respons gagal dari tiap pertanyaan M-CHAT. Huruf ya
ng dicetak tebal adalah item kritis.
12
4. Tidak 8. Tidak 12. Tidak 16. Tidak 20. Ya
Hasil dianggap gagal bila terdapat 2 atau lebih item kritis gagal atau bila gagal 3 a
tau lebih pada item apa saja. Anak dengan hasil gagal harus dievaluasi lebih dalam da
n dirujuk ke spesialis untuk evaluasi perkembangan lebih lanjut. Perlu diperhatikan ba
hwa tidak semua anak yang gagal ketika skrining akan didiagnosis dengan autism spe
ctrum disorder.
3. Autism Screening Questionnaire
40 poin skala skreening yang telah digunakan untuk anak usia 4 tahun ke atas
untuk mengevaluasi kemampuan berkomunikasi dan fungsi sosialnya.
4. Elektroensefalografi (EEG)
Mengingat anak dengan ASD memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami epile
psi dibandingkan populasi umum, EEG pada evaluasi diagnosis ASD dapat dipertimb
angkan pada situasi klinis tertentu. Sebanyak 30% individu dengan ASD dapat menun
jukkan hasil EEG yang disertai dengan gelombang epileptiform namun tidak memerlu
kan terapi khusus kecuali terdapat manifestasi epilepsi yang jelas. Atas pertimbangan
tersebut, EEG hanya diperlukan jika pasien dengan ASD dicurigai memiliki komorbid
itas berupa epilepsi.
13
Tidak ada usaha spontan membagi kesenangan, ketertarikan, ataupun
keberhasilan dengan orang lain (tidak ada usaha menunjukkan,
membawa, atau menunjukkan barang yang ia tertarik).
Tidak ada timbal balik sosial maupun emosional
b) Gangguan kualitatif dari komunikasi (minimal 1 gejala)
E. MASALAH KEPERAWATAN
Menurut (Veskarisyanti, 2008 : 18)
14
1. Gangguan perilaku
Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan karena terinfeksi oleh bahan
beracun yang akan merusak srtuktur tubuh. Telah kita ketahui bahwa jika
bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi
bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yangn akan
mengakibatkan perubahan perilaku.
2. Gangguan komunikasi
3. Gangguan interaksi sosial
4. Gangguan sensoris
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi
karena infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi
berat, obat-obatan, kasein dan gluten. Infeksi tersebut terjadi ketika bayi
berada didalam kandungan maupun setelah lahir. Kelainan pada anak autisme
terjadi pada otak bagian lobus perietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada
bagian sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan anak mengalami gangguan
dalam berpuikir, mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi.
Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap berbagai rangsang
sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi baru.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua disiplin
ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog, dokter
rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi
bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi pada autis adalah untuk
mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar dan
perkembangannya terutama dalam penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini
mungkin dan dilakukan manajemen multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu,
diharapkan dapat tercapai hasil yang optimal dari perkembangan anak dengan
autisme.Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua yaitu non
medikamentosa dan medika mentosa.
1. Non medikamentosa
a. Terapi edukasi
15
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan
sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode
penganjaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education
of Autistic and related Communication Handicapped Children) metode
ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang
mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metodepengajaran
yang sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.
b. Terapi perilaku
c. Terapi wicara
d. Terapi okupasi/fisik
e. Sensori integrasi
16
otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan
sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.
g. Intervensi keluarga
2. Medika mentosa
17
a) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik
adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat juga dengan
agonis alfa adrenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.
Neuroleptik
Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi.
Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat menurunkan
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.
Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan dalam
hubungan sosial, atensi dan absesif.
Agonis reseptor alfa adrenergik
Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan
hiperaktifitas.
Beta adrenergik blocker
Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama yang
disertai dengan agitasi dan anxietas.
b) Jika perilaku repetitif menjadi target terapi
18
berat yang terjadi akibat ketidak mampuan anak-anak ini untuk membuang
racun daridalam tubuhnya. Intervensi biomedis dilakukan setelah hasil tes
laboratorium diperoleh. Semua gangguan metabolisme yang ada diperbaiki
dengan obat.
G. ANAMNESIS
Anamnesis ini sangat mengandalakan informasi dari orang tua penderita
ASD ( autism spectrum disorder ) terutama mencakup kemampuan bicara atau
bahasa, interaksi sosial, dan kemampuan bermain. Namun demikian, informasi
mengenai adanya penyakit penyerta (termasuk kelainan genetik), riwayat tumbuh
kembang, riwayat saat kehamilan hingga persalinan, serta riwayat keluhan serupa
dalam keluarga juga perlu digali untuk mencari faktor risiko yang berhubungan
dengan ASD
Anak dengan ASD biasanya mulai bergejala ketika berusia 18-24 bulan, yakn
i usia ketika anak dihadapkan pada situasi sosial yang menguji keterbatasan mere
ka dalam menunjukkan pola komunikasi sosial yang wajar. Bentuk kekhawatiran
orang tua pada tahap usia ini amat bervariasi dan bergantung pada usia anak ketik
a mereka menyadari adanya ketidakwajaran. Anak-anak biasanya dibawa ke dokt
er umum atau spesialis anak dengan masalah keterlambatan atau regresi perkemb
angan dan bicara, maupun perilaku dan pola permainan yang tak sesuai dengan us
ianya.
19
ini mungkin berhubungan dengan anggapan orang tua atau pengasuh anak bahwa
kemandirian yang tinggi, kemampuan memahami gerak mekanik, dan ketajaman
pengamatan pada usia dini tersebut merupakan indikator pertumbuhan normal
tanpa terlalu memperhatikan apakah pencapaian motorik tersebut turut diimbangi
dengan pola perilaku dan kemampuan sosial yang sesuai usianya. Oleh sebab itu,
pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pertanyaan anamnesis perlu diarahkan
secara retrospektif terhadap pencapaian perkembangan motorik, bahasa,
kemampuan sosial dan perilaku ketika ia berusia 18-24 bulan.
H. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu
singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan
menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, terus
dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang dengan 1 mainan tidak
mau mainan yang lain. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda
apa saja. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. IQ dibawah
70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
- Cidera otak.
20
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi nonverbal.
Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
Anak tertarik pada sentuhan.
Terdapat ekolalia.
Sulit fokus pada objek semula bila anak sudah berpaling ke objek yang
lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna suara tersebut.
Peka terhadap bau.
e. Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua.
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem.
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek.
Perilaku menstimulus diri.
Pola tidur tidak teratur.
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Tantrum yang sering.
Peka terhadap suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan.
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus.
f. Neurologis
Respon yang tidak sesuai terhadap stimulus.
Refleks menghisap buruk.
Tidak mampu menangis ketika lapar.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mutilasi diri dibuktikan dengan individu autistik.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.
21
J. INTERVENSI
Menurut Townsend, M.C (1998)
22
Jamin keselamatan anak dengan memberika rasa aman dan lingkungan
yang kondusif.
Kaji dan tentukan penyebab perilaku-perilaku mutilatif sebagai respon
terhadap kecemasan.
Untuk mendapat kepercayaan setiap satu anak dirawat oleh satu perawat.
Tawarkan pada anak untuk menemani pada waktu-waktu anak
meningkat kecemasannya.
3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : anak akan membentuk kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata
dalam waktu yang ditentukan dengan kriteria hasil :
K. Evaluasi
a. Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang sekiranya
membahayakan dirinya.
b. Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada
hambatan.
c. Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah
anak sudah merasa senang dan nyaman.
23
BAB III
CONTOH KASUS
Kasus
An. K umur 3 tahun dibawa ibunya ke RS Husada dengan keluhan anaknya belum
bisa berbicara.ibunya baru tersadar jika anaknya belum bisa bicara 2 bulan yang lalu.
24
A. Pengkajian
1. Biodata
Data Pasien
Nama : An. M
Umur : 3 tahun
Agama :Islam
Data penanggungjawab
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 35
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Umur : 32
Pendidikan : SD
2. Keluhan Utama
Anak belum bisa bicara dengan jelas pada usia saat ini yg berusia 3 tahun
3. Keluhan Sekarang
25
Pasien dibawa ke RS Husada dengan keluhan anak belum dapat berbicara dengan
jelas pada saat usia saat ini. Ibu pasien mengatakan jika anak belum dapat berbicara
dengan jelas hingga usia 3 tahun. Halini dirasakan oleh ibu sejak kurang lebih 2 bulan
yang lalu, ketika ibumembawa anaknya untuk berkunjung kerumah saudara. Ibu
menyadari jika anaknya tidak sama dengan anak lainnya yang seusia pasien saatini.
Jika anak lainnya sudah bisa mengeluarkan banyak kata-katadengan jelas, anak pasien
hanya bisa mengucapkan kata ayah, dan ibu.Ibu itupun kurang jelas.
Lahir cukup bulan dan mengaku normal. Lahir di rumah sakit dan persalinan
dibantu oleh dokter spesialis kandungan, namun sang ibu bercerita ketika persalinan
ibu tidak kuat mengejan hingga pingsanyang akhirnya melakukan tindakan vakum,
setelah bayi lahir (tidak menangis). Selama kehamilan ibu pasien mengaku tidak
pernahmengkonsumsi obatobatan atau jamu.Pasien mendapatkan ASI hinggaumur 2
tahun. Pasien mulai diajarkan toilet training pada umur 3tahun. Pasien dapat duduk,
berjalan, bicara terlambat dari teman sebayanya.
Anak juga tidak pernah sakit rutin yang mengganggu aktivitasnya sehari hari.
Tidak ada anggota keluarga baik dari keluarga ayah maupun ibu
yangmenderita keluhan yang serupa, mengalami gangguan pertumbuhandan
perkembangan, atau mengalami gangguan mental lainnya.
B. Pemeriksaan Fisik
26
Status gizi
Berat badan : 16kg
Tinggi badan : 96cm
Status gizi baik
Status Generalis
1. Kepala: kesan mesocephal, rambut hitam
2. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),Refleks cahaya (+/+),
isokor (± 3mm)
3. Telinga: discharge (-/-)
4. Hidung: secret (-), napas cuping hidung (-)
5. Mulut: bibir kering (-), lidah tremor (-), pernapasan mulut(-)
6. Leher: pembesaran KGB (-)
7. Abdomen
a) Inspeksi: datar
b) Auskultasi: peristaltik (+), bising usus (+) normal
c) Perkusi: timpani di seluruh kuadran
d) Palpasi: supel (+), nyeri tekan (-), hepar, lien tidakteraba
8. Thorax: Pergerakan dinding dada saat inspirasi danekspirasi . simetris,
retraksi dinding dada (-), ICS tidak melebar
9. Jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tampak
b) Palpasi: ictus cordis teraba dengan 1 jaridari ICS 5linea midclavikula 2
cm ke medial, pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
c) Perkusi
Kanan jantung: ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung: ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalissinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm kemedial
d) Auskultasi: bunyi jantung I-II regular, bising (-)Kesan:
Normal10.Genital : tidak ada kelainan
10. Genital : Tidak ada kelainan
27
C. Analisa Data
28
- Sulit menyusun kalimat. memahami
- Sulit mempertahankan komunikasi komunikasi, sulit
- Fiksasi pada fase prasimbiotik dari menyusun kalimat,
perkembangan dan sulit
- Tugas perkembangan tidak tidak mengungkapkan kata-
terselesaikan kata.
- Keterlambatan dalam berbahasa
2 Ds : Ansietas Ansietas b.d
- ibu pasien mengatakan anak merasa kurangnya terpapar
khawatir insormasi d.d merasa
- ibu pasien mengatakan anak merasa bingung, merasa
bingung. khawatir, gelisah.
Do :
- pasien tampak bingung
- pasien sulit tidur
- tampak pucat
- tampak tegang
- suara bergetar
- kurang informasi
- peningkatan ketegangan.
Do :
- Ibu pasien tampak bingung dengan
keadaan anaknya.
- Ibu pasien tampak bertanya-tanya
29
tentang keadaan anaknya.
- Kurang faktor pendidikan
- Kurang informasi
30
anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan bicara.
Ansietas b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
terpapar insormasi d.d merasa keperawatan selama 2x24 jam - Identifikasi teknik
bingung, merasa khawatir, dengan tingkat ansietas relaksasi yang pernah
gelisah. menurun dengan kriteria hasil efektif digunakan.
sebagai berikut : - Monitor respon terhadap
- Perilaku gelisah terapi relaksasi.
- Perilaku tegang menurun - Gunakan nada suara
- Keluhan pusing menurun lembut dengan irama
- Frekuensi pernapasan lambat dan berirama.
menurun
- Tekanan darah menurun
- Pola tidur membaik
- Konsentrasi membaik.
Deficit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan edukasi kesehatan
tumbuh kembang anak b.d keperawatan selama 2x24 jam - Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar informasi, d.d dengan tingkat pengetahuan kemampuan menerima
menanyakan masalah yang meningkat dengan kriteria informasi
dihadapi. hasil sebagai berikut : - Jadwalkan pendidikan
- Perilaku sesuai anjuran kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
- Kemampuan menjelaskan - Berikan kesempatan
pengetahuan tentang suatu bertanya
topic meningkat
- Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
- Persepsi keliru terhadap
masalah menurun.
31
NURSING NOTE
32
- Monitor kecepatan, tekanan, Ds : pasien
kuantitas, volume, dan diksi mengatakan bersedia.
bicara.
Do : pasien terlihat
antusias saat
dilakukan pelatihan
bicara oleh perawat.
Ds : pasien
- Gunakan metode komunikasi
mengatakan bersedia
alternative (mis, menulis, mata
mengikuti arahan
berkedip, papan komunikasi
perawat.
dengan gambar dan huruf,
Do : pasien Nampak
isyarat tangan dan computer)
nyaman dengan
metode yang
digunakan perawat.
Ds : pasien
- Anjurkan bicara perlahan.
mengatakan bersedia
bicara perlahan.
Do : pasien bicara
perlahan-lahan.
33
relaksasi yang pernah
diberikan
sebelumnya.
Do : ibu pasien
mencoba mengajak
anaknya melakukan
teknik relaksasi.
Do : ibu pasien
Nampak
mempraktekkan
terapi
34
- Identifikasi kesiapan dan Ds : ibu pasien
kemampuan menerima mengatakan bersedia
informasi
Do : ibu pasien
terlihat antusias
Ds : ibu pasien
- Jadwalkan pendidikan
mengatakan sepakat
kesehatan sesuai kesepakatan
saat menjadwalkan
penkes dengan
perawat.
Do : ibu pasien
terlihat senang saat
akan dilakukan
penkes
Do : ibu pasien
terlihat semangat dan
sangat antusias.
PROGRES NOTE
35
1 Gangguan komunikasi verbal S : ibu pasien
b.d dengan gangguan mengatakan bahwa
neuromuskuler d.d sulit anaknya belum berbicara
berbicara, tidak ada kontak O:
mata, sulit memahami - Tidak ada kontak
komunikasi, sulit menyusun mata
kalimat, dan sulit - Sulit mengungkapkan
mengungkapkan kata-kata. kata-kata.
- Sulit menyusun
kalimat.
- Sulit mempertahankan
komunikasi
- Fiksasi pada fase
prasimbiotik dari
perkembangan
- Tugas perkembangan
tidak tidak
terselesaikan
- Keterlambatan dalam
berbahasa
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
36
Ansietas b.d kurangnya S:
terpapar insormasi d.d merasa - ibu pasien
bingung, merasa khawatir, mengatakan anak
gelisah. merasa khawatir
- ibu pasien
mengatakan anak
merasa bingung.
O:
- pasien tampak
bingung
- pasien sulit tidur
- tampak pucat
- tampak tegang
- suara bergetar
- kurang informasi
- peningkatan
ketegangan.
A : masalah teratasi
P : intervensi selesai
Deficit pengetahuan tentang S:
tumbuh kembang anak b.d - ibu pasien
kurang terpapar informasi, mengatakan anak
d.d menanyakan masalah tidak tahu apa yang
yang dihadapi. harus dilakukan ketika
mengetahui anaknya
tidak bisa berbicara
diusianya.
- Ibu pasien
menanyakan tentang
anaknya yang belum
bisa berbicara.
O:
- Ibu pasien tampak
bingung dengan
37
keadaan anaknya.
- Ibu pasien tampak
bertanya-tanya
tentang keadaan
anaknya.
- Kurang faktor
pendidikan
- Kurang informasi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
38
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang
yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang telah
dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi dan terapi sedini mungkin
akan menjadikan si penderita lebih dapat menyesuaikan dirinya dengan yang
normal. Dua hal yang diyakini sebagai pemicu autisme adalah faktor genetik
atau keturunan dan faktor lingkungan seperti pengaruh zat kimiawi ataupun
vaksin.
Anak dengan autisme dapat tampak normal pada tahun pertama maupun
tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua sering kali menyadari
adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang
berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Beberapa jenis
terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi
lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan
lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi
prosedur yang standar dalam menangani autisme.
B. SARAN
Penulis menyarankan agar kita lebih peduli bagi anak-anak berkebutuhan
khusus terutama bagi anak autis. Sebagai masyarakat secara umum kita harus
bisa menerima anak-anak tersebut.
39
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/autism-spectrum-
disorder/diagnosis
Robins D, Fein D, Barton M. 1999. Diterjemahkan oleh Soetjiningsih atas ijin dari Di
anaRobins, 2009.
Diunduh dari https://mchatscreen.com/wp-content/uploads/2015/05/M-CHAT Indo
nesian.pdf
Handojo. 2003.Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
40