Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN ANAK

CHILD ABUSE
Dosen Pengampu : Alvi Ratna,S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Marini Emmalia K (20191491)
2. Nadifah Nafa U (20191501)
3. Nanda Yunia R.S (20191502)
4. Nunik Dwi R (20191503)
5. Nurul Lailis S (20191504)
6. Novita Dewi J (20191505)
7. Silfia Anggraeni (20191521)
8. Siska Putri Lusianti (20191523)
9. Sri Wahyuni (20191524)
10. Sulistyaningsih (20191525)
11. Yuni Saidatul M (20191533)

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Pengertian
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang
dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan
pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1993)
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal
dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling
berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1998)
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak
optimal lagi (David gill, 1998)
Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan
pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 2000)
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh orang tua atau yang
merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan fisik emosional serta perkembangan
anak. (Patricia, 2005)
B. Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang
berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
1. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
a. Orangtua yang agresif dan impulsif.
b. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
c. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan
ekonomi.
d. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
e. Tidak mempunyai pekerjaan.
f. Jumlah anak yang banyak.
g. Adanya konflik dengan hukum.
h. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
i. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
j. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari
sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a. Anak yang tidak diinginkan.
b. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal, berakibat
adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan yang
berkepanjangan.
c. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal.
f. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.

3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan
anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh
orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social
ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan
penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang
berdesakan).
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
c. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal
d. (single parent).(Hidayat,20080)
C. Klasifikasi
Terdapat 2 golongan besar yaitu :
1. Dalam keluarga
Penganiayaan fisik, non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser laserasi” sampai pada
trauma neurologik yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas,
kekejaman atau pemberian racun.
Penelantaran anak/kelalaian, yaitu: kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan
efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa:
Pemeliharaan yang kurang memadai. Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan
kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan

Pengawasan yang kurang memadai. Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk
terjadinya trauma fisik dan jiwa
Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan
Kegagalan dalam merawat anak dengan baik
Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak agar mampu
berinteraksi dengan lingkungannya, gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari
nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak.
Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.
Penganiayaan seksual mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak
untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan seksual yang nyata, sehingga
menggambarkan kegiatan seperti: aktivitas seksual (oral genital, genital, anal, atau
sodomi)termasukinces.
2. Di luar rumah
dalam institusi/ lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.
D. Manifestasi Klinis
1. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
2. Sekuel atau cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf,
gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami
perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif,
bahasa, membaca, dan motorik. Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada
kepala, juga karena malnutrisi. Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak
adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
b. Emosi
1) Terdapat gangguan emosi
Perkembangan konsep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk
percaya diri.
2) Terjadi pseudomaturitas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang
lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif,
perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan
ada yang mencoba bunuh diri.
4) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman
sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau
mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep
diri.
5) Hubungan sosial
Pada anak – anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang
dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan – perbuatan kriminal lainnya.
a) Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda – tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan
perdarahan anus.
b) Tanda gangguan emosi
Misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan
tingkah laku. Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai
dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan
vulva, himen, dan anus anak.
c) Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
Gejala yang tidak biasa atau tidak spesifik
Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
Tingkah laku orangtua yang berlebihan.
E. Komplikasi
1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan Stress post traumatic
8. Gangguan makan (Soegeng,2002)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual,
dilakukan pemeriksaan.
a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan
seksual.
b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d. Analisa rambut pubis.
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
a. Identifikasi fokus dari bekas
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti
tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri
tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel
dengan tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya
penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral.
CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan
pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
3. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang
teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
1) Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung. Luka bakar
yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau
luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven
atau setrika.
Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan
fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada
penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan
kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi
respons baik terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita
penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak
mampu imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh
orangtua juga mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga
mengalami kerusakan gigi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
2. Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu
sembuhnya.
3. Orang tua yang lambat mencari pertolongan medis.
4. Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana jelas tersebut terjadi.
5. Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau berubah-ubah pada anamnesis.
6. Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau stadium perkembangan
anak.
7. Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya membicarakan masalah kecil yang
8. terus-menerus.
9. Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat akhir bercerita bahwa
ada sesuatu yang salah dengan anak mereka.
10. Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
11. Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
12. Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya, menyendiri atau sangat takut dengan orang
asing, harus diwaspadai kemungkinan terjadinya penganiayaan seksual.
13. Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan jejasnya, tetapi kemudian
14. mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau untuk mencegah pembalasan
orangtua.
Pathway

Faktor anak: Faktor orang tua: Faktor Lingkungan:


1. Anak tidak 1. Pecandu alkohol 1. Keluarga kurang
diinginkan 2. Narkoba harmonis
2. Anak cacat 3. Kelainan jiwa 2. Ortu tidak bekerja
3. Retardasi mental 4. Depresi/stress 3. Kemiskinan
4. dsb 5. Pengalaman 4. Kepadatan hunian
penganiayaan waktu
kecil

Child Abuse Dx: Resiko


kerusakan
kedekatan

Penelantaran Kekerasan

Dx: Penurunan
Kurang pemberian Dx: Resiko kondisi fisik/sosial
asuhan

Dx: Resiko
Dx: Resiko trauma keterlambatan
perkembangan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.
2. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
3. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
4. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
(Nanda, 2012)
C. Intervensi
1. Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.
Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
trauma pada anak
NOC : Abuse Protection
Kriteria hasil :
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah c. Rencanakan
tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah d. Keselamatan diri sendiri
c. Keselamatan anak
NIC: Enviromental Mangemen: safety
Intervensi:
a. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif
dan perilaku masa lalu
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
f. kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan
2. Dx : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil:
a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Menghindari cidera fisik
e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.
NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan
3. Dx : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
Tujuan : Pasien tidak merasa takut.
NOC : Kontrol ketakutan
Kriteria hasil:
a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c. Mengendalikan respon ketakutan
d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
NIC 1 : Pengurangan Ansietas
Intervensi:
a. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang
dapat menurunkan / mengurangi takut
b. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru c. Gendong / ayun-ayun anak
d. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan
ketakutan pasien
NIC 2 : Peningkatan koping
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa
c. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
d. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal
e. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai
ancaman
4. Dx: Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan
NOC : Abusive behavior self-control
Kriteria hasil:
Hindari perilaku kekerasan fisik b. Hindari perilaku kekerasan emosi
Hindari perilaku kekerasan seksual
Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress e.
Identifikasi factor yang dapat menyebabkan
perilaku kekerasan NIC : Family terapi
Intervensi:
Tentukan terapi dengan keluarga
Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta: EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001- 2002.
Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana , dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifition
(NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classifition
(NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia:
NANDA International.
NANDA. 2017. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 20.NANDA International.
NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.
American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School
Health. Available from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].
Soegijianto, Soegeng.2002. Ilmu Penyakit Anak.Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition). Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai