Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


(Penanganan Terhadap Anak ADD/ADHD)
Di Susun :

O
L
E
H

Sintiya R. Moha
151418124
3D

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Gorontalo
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus tentang penanganan terhadap anak ADHD
Mengingat pentingnya laporan ini, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk dapat menyusun laporan ini sesuai dengan yang ditugaskan Dosen, supaya dapat
menambah ilmu dan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa dalam
melakukan segala aktivitasnya sesuai dengan keinginan dan kemampuannnya.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
pengetahuan dan kemampuan penulis yang terbatas, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penyusunan
laporan selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya kepada para pembaca. Amin.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah ..............................................................................................................1
Bab II Dasar Teori ..............................................................................................................2
2.1 Pengertian ADHD ..........................................................................................................2
2.2 Karakteristik Anak ADHD ............................................................................................3
2.3 Ciri-ciri Anak ADHD ....................................................................................................4
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Anak ADHD ..........................................................4
2.5 Penanganan Anak ADHD Dengan teori Behavior.........................................................5
Bab III Pembahasan .............................................................................................................5
3.1 Analisis ..........................................................................................................................5
3.2 Sintesis ...........................................................................................................................6
3.3 Diagnosis........................................................................................................................6
3.4 Pragnosis ........................................................................................................................6
3.5 Treatment/Pengangan ....................................................................................................6
Bab IVPenutup .....................................................................................................................7
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................7
4.2 Saran ..............................................................................................................................7
Lampiran ..............................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas belajar adalah keterlibatan anak selama proses pembelajaran baik
keterlibatan secara fisik maupun fsikis. Keterlibatan siswa dalam proses belajar
bertujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku pada diri anak. Dalam hal ini
belajar dipahami sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan
lingkungan. Ada kasusu pada sebuah keluarga dimana terdapat seorang anak yang
sulit untuk memusatkan perhatiannya saat proses belajar dikelas. Anak ini memiliki
rentang fokus lebih singkat dari pada teman-temannya yang lain. Ia lebih senang
berlari kesana-kemari dan menlakukan banyak hal dengan rentang waktu yang
singkat. Dia juga selalu mencari keributan agar mendapat perhatian dari orang lain.
Jika diberi tahu anak ini selalu menolak. Ini adalah salah satu karakteristik anak yang
mengalami ADD/ADHD. Dr. Dwijo (dalam Zaviera, 2007: 26) mengingatkan bahwa
ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan
diobati. Maka dari itu penanganan harus sedini mungkin, mengenai ADHD ini, di
Amerika serikat ada sekitar 2-10% populasi anak sekolah menderita ADHD,
sementara di Indonesia dalam populasi anak sekolah ada 2-4% anak yang menderita
ADHD.
Anak ini berasal dari latar belakang orang tua yang sama-sama bekerja.
Sehingga intensitas waktu bagi si anak sangat berkurang. Ketika kedua orang tuanya
bekerja anak tersebut dititipkan kepada sang nenek. Nenek anak ini selalu
membiarkan sang anak untuk bermain sendirian dengan sedikit pengawasan. Anak
sering dibiarkan kesana-kemari namun tanpa adanya seorang teman sebaya yang
bermain dengannya. Sehingga anak ini merasa kesepian dan bosan dengan
kesehariannya. Waktu bertemu dengan kedua orang tuanya hanya saat malam hari.
Hal ini yang membuat jarak diantara anak dan orang tua sehingga bisa terjadi hal
seperti itu.
Dengan demikian, penulis ingin mengangkat khasus tersebut dan mencoba
mengatasi kebiasaan anak tersebut untuk memusatkan perhatiannya dan menjadikan
keaktifannya menjadi lebih positif dalam proses pembelajarannya disekolah. Penulis
mencoba mengatasi permasalahan ADD/ADHD ini dengn menggunakan therapy
behavior.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat
rumusan masalah yaitu : Bagaimana cara menangani anak ADD/ADHD ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara menangani anak yang mengalami gangguan ADD/ADHD.
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian ADD/ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian) (Tanner, 2007). Gangguan ADD/ADHD menurut Barkley (1995)
merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat dibedakan secara
jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak ADD/ADHD, tampilan
perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus di segala situasi (persisten).
Sedangkan menurut DSM IV, ADHD adalah adanya pola yang menetap dari
inattention dan atau hyperactivity – impulsive pada seseorang,dapat diketahui
sebelum berusia 7 tahun, pola diatas bisa terjadi dalam berbagai situasi seperti di
rumah, sekolah atau situasi sosial lainnya.
Beberapa bentuk perilaku yang muncul pada penyandang ADHD, mungkin
pernah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh bentuk perilaku anak
penyandang ADHD di kelas :
1. Anak tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.
2. Anak selalu bergerak.
3. Anak melamun saja di kelas.
4. Anak tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
5. Anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal
lain.
Taraf kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-
rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah
pada subtes WISC dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture
arrangement, information, comprehension, digit span, dan block design. Subtes-
subtes tersebut mencerminkan berbagai keterbatasan yang dialami dalam hal
visual motor coordination, visual perception, organization, visual-spatial
relationship and field dependence, sequence ability, planning 10 ability, effects of
uncertainty, and social sensitivity. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak
dengan ADHD mengalami masalah perilaku sosial, kognitif, akademik, dan
emosional, serta mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi
kecerdasannya.(Ferdinand, 2007: 14)

B. Karakteristik Anak ADD/ADHD


Menurut DSMIV T-R, terdapat 3 karakteristik utama gangguan ini, yakni:
1. Inattention (kesulitan memusatkan perhatian)
Dimanifestasikan dalam bidang akademik, mengerjakan tugas atau berbagai
situasi sosial, dengan gejala sebagai berikut :
a. Gagal memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil
b. Sering melakukan kekeliruan pada pekerjaan sekolah
c. Pekerjaan di sekolah kotor dan tidak rapi, sembarangan
d. Tidak berpikir panjang (tidak banyak pertimbangan)
2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)
a. Tidak sabar
b. Kesulitan saat harus menunggu
c. Kesulitan pada saat harus menunda respon
d. Seringkali menyela atau menginterupsi
3. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)
a. Kegelisahan
b. Gerakan-gerakan saat duduk
c. Tidak duduk kembali saat mengerjakan sesuatu
d. Berlari,naik-naik dalam situasi yang tidak tepat
e. Suka berpindah-pindah tempat

C. Ciri-ciri anak ADD/ADHD


Berikut adalah ciri-ciri dari anak yang megalami gangguan ADD/ADHD
menurut buku Penanganan Anak Berkelainan (2007).
1. Sulit untuk memusatkan perhatian
2. Perilaku individu yang kurang mampu mengendalikan diri.
3. Berperilaku sangat aktif atau hyperaktif.
4. Disorganisasi, ketidakmampuan dalam mengatur berbagai hal seperti tugas-tugas
sekolah serta barang-barang yang dimilikinya (buku, mainan, dll)
5. Seringkali salah dalam membaca tanda-tanda social dan secara implusif
menampilkan perilaku social yang tidak sesuai.
6. Berperilaku agresif, terkadang menyerang orang lain jika tidak sesuai dengan
keinginanya. Perilaku ini dapat berupa tindakan fisik atau tindakan verbal.
7. Anak ADD/ADHD sangat sensitif secara emosional dan neorologis terhadap
kegagalan dan kesulitan yang dialaminya. Meraka akan merasakan frustasi yang
tinggi dalam menghadapi kegagalan.
8. Perilaku sering mencari sensasi.
9. Ketika situasi dikelas mulai membosankan anak ADD/ADHD seringkali melamun
sebagai refleksi dari aktivitas otaknya.
10. Memiliki koordinasi motorik yang tidak seimbang, sulit untuk melibatkan motorik
halus.
11. Kesulitan pada fungsi daya ingat jangka pendek. Penelitian Douglas (1983)
menemukan bahwa :
a. Menunjukkan bahwa ADD kurang melakukan dengan baik tugas yang
diberikan
b. Kegagalan untuk memusatkan untuk mengingat stimulus yang masuk dan
untuk konsentrasi pada tugas yang berkaitan dengan gerak motorik.
c. Kegagalan dalam mengontrol tugas-tugas untuk memanggil data yang telah
disimpan
12. Memiliki pola pikir yang obsesif. Berdasarkan penelitian diketahui sangat sedikit
anak hyperaktif ber IQ tinggi,penelitian Steward (1972) menyatakan IQ mereka
biasanya lebih rendah IQ performance dibandingkan IQ verbalnya.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD
Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu,
terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
1. Faktor genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD
memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
2. Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter)
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
3. Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol
perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang
tidak menderita ADHD.
Perilaku anak ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif.
Perilaku yang gegabah (kurang terkontrol) dan tidak terorganisir adalah sumber utama
bagi stress anak, orang tua, saudara, guru dan teman di kelas. Biasanya, usaha keras
dan aturan yang lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar anak ADHD sudah
berusaha berbuat secara keras. Mereka ingin melakukannya dengan baik, tapi mereka
selalu terhambat oleh kontrol diri yang lemah. Hasilnya, mereka merasa sakit,
bingung, dan sedih karena tidak dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi sering
mengompol, membuang barang-barang, atau bahkan memukul karena gagal
menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006: 3)

E. Penanganan Anak ADD/ADHD Dengan Teori Behavior


Pada anak dengan ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan
disebabkan karena kesulitan pada saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya,
otak penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk
mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan.
Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan ëenergi pada
otak untuk mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak penderita ADHD
kegiatan / aktivitas otaknya lebih sedikit (warna merah/oranye/putih) dibandingkan
dengan otak anak yang tidak menderita ADHD.
Selain terapi medis untuk mengontrol kondisi ADHD anak, ada juga
pendekatan terapi non medis yang dinamakan terapi perilaku (behavioral therapy)
yang bertujuan untuk mengubah pola-pola perilaku negatif menjadi perilaku positif.
Prinsipnya adalah menyusun ekspektasi yang jelas pada perilaku anak. Memuji dan
memberikan penghargaan untuk perilaku positif dan menghalangi perilaku negatif.
Semua program terapi perilaku perlu menyertakan 4 prinsip ini:
1. Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward.
2. Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan.
3. Cabut hak istimewa jika perilaku negatif menjadi terlalu serius untuk diacuhkan.
4. Hilangkan pemicu dari perilaku buruk.
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap situasi
tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif dibandingkan
dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk
lebih bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka. Diharapkan
anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta menjadikannya
lebih tenang. Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku
anak.
Perinsip dasar dalam menangani anak yang mengalami gangguan
ADD/ADHD dalam proses belajar-mengajar. Pfiffner dan Brakley (1998) :
1. Aturan dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan disajikan
dalam bebagai bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga visual
(tulisan/gambar).
2. Konsekuensi perilaku (positif/negatif) langsung diberikan, tidak ditunda-
tunda.
3. Konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibandingkan dengan anak lainnya.
4. Bentuk konsekuensi sebaiknya lebih tegasatau lebih luwes penerapannya
dibanding dengan anak lain.
5. Insentif yang sesuai dan beragam harus disiapkan.
6. Bentuk enguatan atau penghargaan harus diubah dan diberikan secara
bergiliran.
7. Kunci utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai rencana,
terutama selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan jam pelajaran
untuk menyakinkan bahwa anak memahami perubahan aturan (dan
konsekuensi) yang akan terjadi.

Ada tiga elemen penting yang menentukan keberhasilan manajemen perilaku:


1. Biarkan anak memahami apa yang diharapkan dari dirinya. Antara anak dan orang
dewasa perlu bertukar pemahaman mengenai perilaku-perilaku seperti apa yang
bisa diterima, dan apa saja konsekuensi yang ditimbulkan dari masing-masing
perilaku tersebut.
2. Pastikan bahwa setiap penguatan atau pemghargaan memiliki arti. Ini berarti
bahwa penghargaan haruslah berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak
dan merupakan hal yang ia lakukan. Demikian juga, karena anak penderita ADHD
memiliki kemampuan durasi konsentrasi yang terbatas, penghargaan yang
diberikan kepadanya harusnya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi dengan tingkat
frekuensi atau keseringan yang tinggi. Jangan berikan penghargaan secara
sekaligus dan sekali tempo. Menjanjikannya membelikan sepeda pada akhir kelas
apabila nilai rapor sekolahnya bagus tidak akan efektif bila dibandingkan dengan
menewarkan hadiah-hadiah kecil setiap hari untuk mendorongnya berperilaku
seperti yang kita ingingkan.
3. Buatlah kesepakatan dengan pasangan anda. Modifikasi perilaku tidak akan bisa
dilakukan apabila anda melakukannya seminggu sekali. Ia tidak akan pernah bisa
berhasil apabila salah satu orang tua menerapkan pemberian penghargaan
sementara orang tua yang salah satunya lagi tidak melakukannya. Penguatan
haruslah konsisten, sehingga dengan demikian anak akan selalu memahami
dimana ia sedang berada. James Le Fanu (2008)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Identitas Anak
Nama : M. Rayyan Faeza
Nama Panggilan : Rayyan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Gorontalo, 2 Oktober 2009
Agama : Islam
Tinggal bersama : Orang tua/Wali
Posisi Anak : Anak Tunggal
Asal Sekolah : Slb Bone Bolango

Kondisi Fisik dan Kesehatan


Berat Badan : 21 Kg
Tinggi Badan : 118 Cm
Kondisi fisik : utuh/cacat

Kebiasaan Anak
Tidak bisa fokus saat proses belajar atau bermain, suka memukul teman yang
lain saat dia merasa kesal, suka pilih-pilih teman (Rayyan hanya mau berteman
dengan anak-anak yang bisa mengikuti semua keinginanya), Rayyan diberi
label/julukan “Bola Bakel” oleh Guru-guru di sekolahnya karena badannya yang
gemuk dan tingkahnya yang selalu kemana-mana tidak bisa diam. Jika mengerjakan
sesuatu tidak pernah sampai tuntas lalu mencari permainan yang lain. Rayyan hanya
bisa patuh oleh seorang guru saja yaitu wali kelas Rayyan.

B. Sintesis
Berdasarkan profil yang diatas dapat disimpulkan bahwa Rayyan berada
dilingkungan keluarga yang memiliki kesibukan yang tinggi. Waktu bertemu dengan
orang tuanya hanya saat malam hari. Dan ketika kedua orangtunya sibuk bekerja
Rayyan diasuh oleh kakeknya. Hal tersebut yang membuat intensitas kebersamaan
Rayyan dan kedua orang tuanya sanggat singkat bahkan kurang. Sebelum diasuh oleh
kakeknya Rayyan dititipkan di tempat penitipan anak. Pola asuh ditempat tersebut dan
dirumah sangat jauh berbeda. Krtika disekolah yang sekarang yaitu Slb bone bolango
rayyan hanya patuh kepada satu orang guru saja. Hai ini dikarenakan guru-guru yang
lain sering memarahi Rayyan dan memberikan hukuman seperti cubitan atau meremas
jari-jari tangan Rayyan ketia ia bersikap ADD. Kepada guru inilah Rayyan biasa
mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya. Terkadang Rayyan mengakui
kesalahannya namun ia tetap saja melakukan hal yang sama. Dari melihat kebiasaan-
kebiasaan Rayyan di sekolah dapat diambil kesimpulan sementara jika Rayyan
menunjukkan perilaku gangguan ADD/ADHD.
C. Diagnosis
Dengan melihat hasil analisis dan profil anak bisa diambil kesimpulan
penyebab utama perilaku buruk Rayyan adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua, kakek, dan tempat ia dititipkan dulu. Dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja
sehingga waktu kebersamaan Rayyan dan kedua orang tuanya sangat berkurang, hal
ini dapat menyebabkan Rayyan kuarang mendapatkan perhatian dan kasih sayang
kedua orang tuanya. Telepati antara ibu dan anak pun tidak terjalin dengan baik
sehingga ibu Rayyan tidak begitu paham dengan apa yang diinginkan oleh anaknya.
Pola asuh kedua orang tua Rayyan ini adalah pola asuh permisif.
Adanya pola asuh yang berbeda saat Rayyan berada di TPA dan saat ia berada
dirumah kakeknya juga memberikan dampak negatif bagi pola tingkah laku Rayyan.
Di TPA Rayyan mendapat kesempatan untuk bermain bersama teman-temannya
sebayanya namun ketika diasuh kakeknya, Rayyan tidak diperbolehkan untuk bermain
diluar rumah bersama teman-teman sebayanya dikarenakan sang kakek khawatir jika
Rayyan terpengaruh dengan perilaku anak-anak yang lain yang dianggapnya negatif.
Pola asuh seperti ini termasuk dalam pola asuh Appeasers. Rayyan juga sering
mendapatkan ancaman dari pengasuhnya ketika di TPA saat ia melakukan kesalahan.
Hal inilah yang membuat Rayyan takut untuk pergi ke TPA dan akhirnya diasuh oleh
sang kakek.
Kesepian dan ketidak puasan Rayyan inilah yang memicu sikap hyperaktif di
sekolahnya, ia ingin selalu mencari perhatian agar orang disekelilingnya dapat
memperhatikannya lebih dari anak-anak yang lain.

D. Pragnosis
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengurangi sikap hyperaktif
Rayyan adalah diawali dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang tua Rayyan.
Orang tua Rayyan diharapkan dapat lebih memperhatikan Rayyan ketika dirumah dan
memberi waktu untuk bersama Rayyan lebih lama. Menyamakan pola asuh antara
orang tua dan pengasuh Rayyan dapat mengurangi perilaku hyperaktif. Lalu langkah
awal yang dapat dilakukan disekolah adalah dengan mendekati Rayyen dan berusaha
membuatnya nyaman berada didekat kita dengan demikian kita dapat memahami apa
yang sebenarnya terjadi pada Rayyan.

E. Treatment/Penanganan
Pada kasusus yang dialami Rayyan, penulis mencoba memberikan
treatmen/penanganan menggunakan terapi perilaku ini untuk mengurangi masalah
Rayyan, Pada awalnya sanggat sulit untuk mendekati Rayyan, karena dia salah satu
anak yang suka memilih-milih teman, hanya teman-teman yang bisa mengikuti
perintahnya saja yang mau ia dekati. Namun dengan mencoba berinteraksi dan
mengikuti Rayyan bermain, sedikit-demi sedikit Rayyan bisa terbuka kepada penulis.
Hal pertama yang penulis lakukan adalah memberikan rayyan kasih saying seerti yang
ia butuhkan, dan menghadapi rayyan dengan kesabaran bukan dengan selalu melarang
apa yang dia lakukan dan menghkumnya saat ia melakukan kesalahan seperti yang
dilakukan oleh guru-guru disekolahnya. Ada beberapa strategi yang dapat membantu
menumbuhkan perilaku baik pada Rayyan jika dijalankan secara konsisten dan
kesabaran tingkat tinggi :
1. Puji perilaku baik Rayyan (bisa berupa pujian, pelukan, senyuman dll).
2. Jangan balik menyerang anak (memarahi atau memberikan hukuman fisik) saat
Rayyan melakukan kesalahan karea itu bisa menambah buruk perilakunya.
3. Gunakan perintah, petunjuk, penjelasan singkat (misalnya: tolong duduk) dan
bukan bertanya (misalnya: kenapa kamu tidak duduk ?) dan secara spesifik
(misalnya: kamu perlu duduk tenang di kursi saat sedang belajar dikelas).
4. Gunakan hadiah sebagai bentuk kerja kerasnya (misalnya, arahkan Rayyan untuk
melakukan pekerjaannya dengan terus mendampinginya, dan berikan arahan
untuk menyelesaikan tugasnya dulu setelah itu ia boleh main sepuasnya).
5. Tetapkan aturan dasar, reward dan konsekuensi sebelum aktivitas (misalnya
sebelum makan siang, arahkan Rayyan untuk mengikuti arahan guru dengan pelan
dan nada suara yang lembut agar tidak terkesan memerintah, jelaskan reward dan
konsekuensinya dan terapkan keduanya dengan konsisten).
6. Ubah perilaku negatif dengan cara membuat daftar pencapaian dan reward
(siapkan daftar singkat perilaku baik yg diharapkan dari anak dan beri reward
untuk setiap pencapaian, pastikan daftar tersebut realistis misalnya 2 atau 3
perilaku saja dan perbaharui daftar setelah tujuan tercapai).
7. Menerapkan disiplin yang efektif (saat Rayyan berperilaku negatif walaupun telah
diingatkan daripada marah dan memukul, lebih baik mengurangi hak istimewa
yang disukai anak atau gunakan metode timeout (untuk anak usia lebih kecil),
minta anak untuk duduk diam di 'pojok timeout' selama waktu tertentu, 1 menit
per 1 tahun usia anak), setelah konsekuensi selesai, ajak anak bicara baik-baik
untuk jelaskan kenapa dan apa harapan kita pada anak.
8. Biasakan keteraturan dan kerapian (siapkan wadah berlabel untuk masing-masing
barang, ajari Rayyan untuk meletakkan barang-barang sesuai labelnya dengan
metode bermain).
9. Mengurangi distraksi (belajar di meja yang rapi/ tidak penuh dengan barang lain,
bersih dari mainan dan matikan TV/radio).
10. Batasi pilihan (untuk mencegah kebingunan, batasi pilihan ke Rayyan menjadi
dua saja, misalnya pilihan makanan, pakaian, hadiah dll.)
11. Bantu anak menemukan bakatnya (setiap Rayyan perlu mempunyai perasaan
sukses untuk membangun harga diri dan pengembangan keahlian sosialnya,
temukan dan dukung setiap pencapaian bakat Rayyan, baik itu olah raga, seni,
informasi teknologi dll). Dalam hal ini Rayyan sangat senang melukis dan berlari.

Dengan beberpa bimbingan konseling yang Penulis lakukan kepada Rayyan


selama kurang dari 1 bulan, Alhamdulillah Rayyan sedikit mau untuk
meperhatikan dan bermain dengan teman-temannya, perkembangan sosial rayyan
sudah mulai berkembang dengan baik. Namun ketika tidak ada penulis dan tidak
ada yang mebimbingnya, Rayyan kembali seperti itu saat gurunya memarahi
Rayyan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan ADD/ADHD merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa
balita, dan dapat dibedakan secara jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena,
pada anak ADD/ADHD, tampilan perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus
di segala situasi (persisten).
Karakteristik utama gangguan ini, yakni: 1. Inattention (kesulitan memusatkan
perhatian) 2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan), 3. Hiperaktivitas (kesulitan
mengendalikan gerakan).
Terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu: 1. Faktor
genetik/keturunan, 2. Ketidakseimbangan kimia, 3. Kinerja otak.
Penanganan anak ADD/ADHD dengan program terapi perilaku perlu didasari
dengan 4 prinsip yaitu Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward,
Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan, Cabut hak istimewa jika perilaku negatif
menjadi terlalu serius untuk diacuhkan, Hilangkan pemicu dari perilaku buruk

B. Saran
 Orang tua sebaiknya tidak hanya konsentrasi dalam pekerjaannya tapi juga tetap
memperhatikan kesehatan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak.
 Orang tua sebaiknya lebih meningkatkan intensitas waktu berada didekat anak dari
pada pekerjaan karena hal ini data mempererat hubungan keakraban dengan anak.
 Pola asuh sebaiknya disamakan antara dirumah dan diluar rumah (sekolah) agar
mengurangi tingkat stress dan perilaku buruk anak.
Lampiran

Data Perkembangan Rayyan


Nama Siswa : Rayyan
Sekolah : SLB Bone Bolango
Tahun Pelajaran : 2019

I. Informasi Perkembangan:
Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya
1. Moral dan nilai-nilai agama
·Sudah dapat mengikuti bacaan doa sebelum belajar dan sesudah melakukan
kegiatan serta menirukan sikap berdoa.
· Sudah dapat menunjukkan rasa sayang dan cinta kasih kepada ciptaan Tuhan.
· Sudah dapat menirukan ucapan yang baik.
· Sudah dapat mengenal kata-kata santun ( maaf, tolong).
· Sudah dapat menghargai teman dan tidak memaksakan kehendak.

2. Fisik/Motorik
· Sudah dapat berdiri dengan satu kaki bergantian sebentar dan melompat
dengan satu kaki.
· Sudah dapat melipat kertas sederhana, meskipun belum rapi dan kadang
masih dibantu / bimbingan.
· Sudah dapat mengelompokkan benda-benda yang tidak serupa.
· Sudah dapat mengikuti gerakan senam sederhana.
· Sudah dapat menggambar bentuk secara sederhana (seperti garis dan
coretan).
· Sudah dapat membuat garis mendatar, tegak lurus dan lingkaran, walau
terkadang masih dibantu/ bimbingan.
3. Bahasa
· Sudah dapat menjawab pertanyaan : ”siapa”, ”mengapa”, ”dimana”, dan
bertanya seperti pertanyaan : ”kapan”, ”bagaimana”.
· Sudah dapat mengerti dan melaksanakan dua perintah sederhana.
· Sudah dapat mengenali, menirukan dan mengetahui suara-suara benda dan
binatang.
· Sudah dapat menyebutkan hingga 10 gambar yang dikenalnya.
4. Kognitif
· Sudah dapat mengenal fungsi benda yang benar.
· Sudah dapat mengelmpokkan benda berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan
fungsi secara sederhana.
· Sudah dapat menunjukkan 6 warna yang disebutkan.
· Sudah dapat mencocokkan dua bentuk (seperti lingkaran dan bujur sangkar).
· Sudah dapat memahami konsep banyak/sedikit, kecil/besar, penuh/kosong.
· Sudah dapat mengklasifikasikan sekitar 4 macam benda, walau terkadang
masih dibantu / bimbingan.

5. Sosial-emosi
· Sudah mulai bisa menunggu giliran.
· Sudah dapat bermain bersama, tetapi dengan pengawasan orang dewasa.
· Sudah dapat mengikuti aktifitas sekitar 20 menit.
· Sudah dapat menunjukkan ekspresi wajah sedih, senang dan takut.
· Sudah dapat berkonsentrasi mendengarkan cerita 3 – 4 menit.
6. Keterampilan Hidup
· Sudah dapat menyimpan alat – alat sekolah yang sudah disediakan.
· Sudah dapat makan sendiri dan membereskan peralatan makan, walau
terkadang masih dibantu orang tua.
· Sudah dapat memakai sepatu sendiri.
7. Tahap Main
 Main Balok
- Sudah pada tahap 8; menggunakan balok untuk membangun 3 dimensi
yang padat.
 Menggambar
· Sudah pada tahap 2; coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis
atau titik-titik) diulang-ulang, biasanya berbentuk lonjong, tanda-tanda itu
belum berhubungan.
 Meronce
· Sudah pada tahap 3; merangkai terus menerus
 Menulis
· Sudah pada tahap 2; coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis
atau titik-titik).
 Main Peran
· Sudah pada tahap 4; “sosial berdampingan” bermain dekat dengan anak
lainnya, anak terlibat dalam permainannya sendiri tetapi senang dengan
kehadiran anak lainnya.

Anda mungkin juga menyukai