O
L
E
H
Sintiya R. Moha
151418124
3D
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus tentang penanganan terhadap anak ADHD
Mengingat pentingnya laporan ini, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk dapat menyusun laporan ini sesuai dengan yang ditugaskan Dosen, supaya dapat
menambah ilmu dan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa dalam
melakukan segala aktivitasnya sesuai dengan keinginan dan kemampuannnya.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
pengetahuan dan kemampuan penulis yang terbatas, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penyusunan
laporan selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya kepada para pembaca. Amin.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Aktivitas belajar adalah keterlibatan anak selama proses pembelajaran baik
keterlibatan secara fisik maupun fsikis. Keterlibatan siswa dalam proses belajar
bertujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku pada diri anak. Dalam hal ini
belajar dipahami sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan
lingkungan. Ada kasusu pada sebuah keluarga dimana terdapat seorang anak yang
sulit untuk memusatkan perhatiannya saat proses belajar dikelas. Anak ini memiliki
rentang fokus lebih singkat dari pada teman-temannya yang lain. Ia lebih senang
berlari kesana-kemari dan menlakukan banyak hal dengan rentang waktu yang
singkat. Dia juga selalu mencari keributan agar mendapat perhatian dari orang lain.
Jika diberi tahu anak ini selalu menolak. Ini adalah salah satu karakteristik anak yang
mengalami ADD/ADHD. Dr. Dwijo (dalam Zaviera, 2007: 26) mengingatkan bahwa
ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan
diobati. Maka dari itu penanganan harus sedini mungkin, mengenai ADHD ini, di
Amerika serikat ada sekitar 2-10% populasi anak sekolah menderita ADHD,
sementara di Indonesia dalam populasi anak sekolah ada 2-4% anak yang menderita
ADHD.
Anak ini berasal dari latar belakang orang tua yang sama-sama bekerja.
Sehingga intensitas waktu bagi si anak sangat berkurang. Ketika kedua orang tuanya
bekerja anak tersebut dititipkan kepada sang nenek. Nenek anak ini selalu
membiarkan sang anak untuk bermain sendirian dengan sedikit pengawasan. Anak
sering dibiarkan kesana-kemari namun tanpa adanya seorang teman sebaya yang
bermain dengannya. Sehingga anak ini merasa kesepian dan bosan dengan
kesehariannya. Waktu bertemu dengan kedua orang tuanya hanya saat malam hari.
Hal ini yang membuat jarak diantara anak dan orang tua sehingga bisa terjadi hal
seperti itu.
Dengan demikian, penulis ingin mengangkat khasus tersebut dan mencoba
mengatasi kebiasaan anak tersebut untuk memusatkan perhatiannya dan menjadikan
keaktifannya menjadi lebih positif dalam proses pembelajarannya disekolah. Penulis
mencoba mengatasi permasalahan ADD/ADHD ini dengn menggunakan therapy
behavior.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat
rumusan masalah yaitu : Bagaimana cara menangani anak ADD/ADHD ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara menangani anak yang mengalami gangguan ADD/ADHD.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian ADD/ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian) (Tanner, 2007). Gangguan ADD/ADHD menurut Barkley (1995)
merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat dibedakan secara
jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak ADD/ADHD, tampilan
perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus di segala situasi (persisten).
Sedangkan menurut DSM IV, ADHD adalah adanya pola yang menetap dari
inattention dan atau hyperactivity – impulsive pada seseorang,dapat diketahui
sebelum berusia 7 tahun, pola diatas bisa terjadi dalam berbagai situasi seperti di
rumah, sekolah atau situasi sosial lainnya.
Beberapa bentuk perilaku yang muncul pada penyandang ADHD, mungkin
pernah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh bentuk perilaku anak
penyandang ADHD di kelas :
1. Anak tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.
2. Anak selalu bergerak.
3. Anak melamun saja di kelas.
4. Anak tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
5. Anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal
lain.
Taraf kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-
rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah
pada subtes WISC dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture
arrangement, information, comprehension, digit span, dan block design. Subtes-
subtes tersebut mencerminkan berbagai keterbatasan yang dialami dalam hal
visual motor coordination, visual perception, organization, visual-spatial
relationship and field dependence, sequence ability, planning 10 ability, effects of
uncertainty, and social sensitivity. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak
dengan ADHD mengalami masalah perilaku sosial, kognitif, akademik, dan
emosional, serta mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi
kecerdasannya.(Ferdinand, 2007: 14)
Kebiasaan Anak
Tidak bisa fokus saat proses belajar atau bermain, suka memukul teman yang
lain saat dia merasa kesal, suka pilih-pilih teman (Rayyan hanya mau berteman
dengan anak-anak yang bisa mengikuti semua keinginanya), Rayyan diberi
label/julukan “Bola Bakel” oleh Guru-guru di sekolahnya karena badannya yang
gemuk dan tingkahnya yang selalu kemana-mana tidak bisa diam. Jika mengerjakan
sesuatu tidak pernah sampai tuntas lalu mencari permainan yang lain. Rayyan hanya
bisa patuh oleh seorang guru saja yaitu wali kelas Rayyan.
B. Sintesis
Berdasarkan profil yang diatas dapat disimpulkan bahwa Rayyan berada
dilingkungan keluarga yang memiliki kesibukan yang tinggi. Waktu bertemu dengan
orang tuanya hanya saat malam hari. Dan ketika kedua orangtunya sibuk bekerja
Rayyan diasuh oleh kakeknya. Hal tersebut yang membuat intensitas kebersamaan
Rayyan dan kedua orang tuanya sanggat singkat bahkan kurang. Sebelum diasuh oleh
kakeknya Rayyan dititipkan di tempat penitipan anak. Pola asuh ditempat tersebut dan
dirumah sangat jauh berbeda. Krtika disekolah yang sekarang yaitu Slb bone bolango
rayyan hanya patuh kepada satu orang guru saja. Hai ini dikarenakan guru-guru yang
lain sering memarahi Rayyan dan memberikan hukuman seperti cubitan atau meremas
jari-jari tangan Rayyan ketia ia bersikap ADD. Kepada guru inilah Rayyan biasa
mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya. Terkadang Rayyan mengakui
kesalahannya namun ia tetap saja melakukan hal yang sama. Dari melihat kebiasaan-
kebiasaan Rayyan di sekolah dapat diambil kesimpulan sementara jika Rayyan
menunjukkan perilaku gangguan ADD/ADHD.
C. Diagnosis
Dengan melihat hasil analisis dan profil anak bisa diambil kesimpulan
penyebab utama perilaku buruk Rayyan adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua, kakek, dan tempat ia dititipkan dulu. Dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja
sehingga waktu kebersamaan Rayyan dan kedua orang tuanya sangat berkurang, hal
ini dapat menyebabkan Rayyan kuarang mendapatkan perhatian dan kasih sayang
kedua orang tuanya. Telepati antara ibu dan anak pun tidak terjalin dengan baik
sehingga ibu Rayyan tidak begitu paham dengan apa yang diinginkan oleh anaknya.
Pola asuh kedua orang tua Rayyan ini adalah pola asuh permisif.
Adanya pola asuh yang berbeda saat Rayyan berada di TPA dan saat ia berada
dirumah kakeknya juga memberikan dampak negatif bagi pola tingkah laku Rayyan.
Di TPA Rayyan mendapat kesempatan untuk bermain bersama teman-temannya
sebayanya namun ketika diasuh kakeknya, Rayyan tidak diperbolehkan untuk bermain
diluar rumah bersama teman-teman sebayanya dikarenakan sang kakek khawatir jika
Rayyan terpengaruh dengan perilaku anak-anak yang lain yang dianggapnya negatif.
Pola asuh seperti ini termasuk dalam pola asuh Appeasers. Rayyan juga sering
mendapatkan ancaman dari pengasuhnya ketika di TPA saat ia melakukan kesalahan.
Hal inilah yang membuat Rayyan takut untuk pergi ke TPA dan akhirnya diasuh oleh
sang kakek.
Kesepian dan ketidak puasan Rayyan inilah yang memicu sikap hyperaktif di
sekolahnya, ia ingin selalu mencari perhatian agar orang disekelilingnya dapat
memperhatikannya lebih dari anak-anak yang lain.
D. Pragnosis
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengurangi sikap hyperaktif
Rayyan adalah diawali dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang tua Rayyan.
Orang tua Rayyan diharapkan dapat lebih memperhatikan Rayyan ketika dirumah dan
memberi waktu untuk bersama Rayyan lebih lama. Menyamakan pola asuh antara
orang tua dan pengasuh Rayyan dapat mengurangi perilaku hyperaktif. Lalu langkah
awal yang dapat dilakukan disekolah adalah dengan mendekati Rayyen dan berusaha
membuatnya nyaman berada didekat kita dengan demikian kita dapat memahami apa
yang sebenarnya terjadi pada Rayyan.
E. Treatment/Penanganan
Pada kasusus yang dialami Rayyan, penulis mencoba memberikan
treatmen/penanganan menggunakan terapi perilaku ini untuk mengurangi masalah
Rayyan, Pada awalnya sanggat sulit untuk mendekati Rayyan, karena dia salah satu
anak yang suka memilih-milih teman, hanya teman-teman yang bisa mengikuti
perintahnya saja yang mau ia dekati. Namun dengan mencoba berinteraksi dan
mengikuti Rayyan bermain, sedikit-demi sedikit Rayyan bisa terbuka kepada penulis.
Hal pertama yang penulis lakukan adalah memberikan rayyan kasih saying seerti yang
ia butuhkan, dan menghadapi rayyan dengan kesabaran bukan dengan selalu melarang
apa yang dia lakukan dan menghkumnya saat ia melakukan kesalahan seperti yang
dilakukan oleh guru-guru disekolahnya. Ada beberapa strategi yang dapat membantu
menumbuhkan perilaku baik pada Rayyan jika dijalankan secara konsisten dan
kesabaran tingkat tinggi :
1. Puji perilaku baik Rayyan (bisa berupa pujian, pelukan, senyuman dll).
2. Jangan balik menyerang anak (memarahi atau memberikan hukuman fisik) saat
Rayyan melakukan kesalahan karea itu bisa menambah buruk perilakunya.
3. Gunakan perintah, petunjuk, penjelasan singkat (misalnya: tolong duduk) dan
bukan bertanya (misalnya: kenapa kamu tidak duduk ?) dan secara spesifik
(misalnya: kamu perlu duduk tenang di kursi saat sedang belajar dikelas).
4. Gunakan hadiah sebagai bentuk kerja kerasnya (misalnya, arahkan Rayyan untuk
melakukan pekerjaannya dengan terus mendampinginya, dan berikan arahan
untuk menyelesaikan tugasnya dulu setelah itu ia boleh main sepuasnya).
5. Tetapkan aturan dasar, reward dan konsekuensi sebelum aktivitas (misalnya
sebelum makan siang, arahkan Rayyan untuk mengikuti arahan guru dengan pelan
dan nada suara yang lembut agar tidak terkesan memerintah, jelaskan reward dan
konsekuensinya dan terapkan keduanya dengan konsisten).
6. Ubah perilaku negatif dengan cara membuat daftar pencapaian dan reward
(siapkan daftar singkat perilaku baik yg diharapkan dari anak dan beri reward
untuk setiap pencapaian, pastikan daftar tersebut realistis misalnya 2 atau 3
perilaku saja dan perbaharui daftar setelah tujuan tercapai).
7. Menerapkan disiplin yang efektif (saat Rayyan berperilaku negatif walaupun telah
diingatkan daripada marah dan memukul, lebih baik mengurangi hak istimewa
yang disukai anak atau gunakan metode timeout (untuk anak usia lebih kecil),
minta anak untuk duduk diam di 'pojok timeout' selama waktu tertentu, 1 menit
per 1 tahun usia anak), setelah konsekuensi selesai, ajak anak bicara baik-baik
untuk jelaskan kenapa dan apa harapan kita pada anak.
8. Biasakan keteraturan dan kerapian (siapkan wadah berlabel untuk masing-masing
barang, ajari Rayyan untuk meletakkan barang-barang sesuai labelnya dengan
metode bermain).
9. Mengurangi distraksi (belajar di meja yang rapi/ tidak penuh dengan barang lain,
bersih dari mainan dan matikan TV/radio).
10. Batasi pilihan (untuk mencegah kebingunan, batasi pilihan ke Rayyan menjadi
dua saja, misalnya pilihan makanan, pakaian, hadiah dll.)
11. Bantu anak menemukan bakatnya (setiap Rayyan perlu mempunyai perasaan
sukses untuk membangun harga diri dan pengembangan keahlian sosialnya,
temukan dan dukung setiap pencapaian bakat Rayyan, baik itu olah raga, seni,
informasi teknologi dll). Dalam hal ini Rayyan sangat senang melukis dan berlari.
A. Kesimpulan
Gangguan ADD/ADHD merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa
balita, dan dapat dibedakan secara jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena,
pada anak ADD/ADHD, tampilan perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus
di segala situasi (persisten).
Karakteristik utama gangguan ini, yakni: 1. Inattention (kesulitan memusatkan
perhatian) 2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan), 3. Hiperaktivitas (kesulitan
mengendalikan gerakan).
Terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu: 1. Faktor
genetik/keturunan, 2. Ketidakseimbangan kimia, 3. Kinerja otak.
Penanganan anak ADD/ADHD dengan program terapi perilaku perlu didasari
dengan 4 prinsip yaitu Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward,
Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan, Cabut hak istimewa jika perilaku negatif
menjadi terlalu serius untuk diacuhkan, Hilangkan pemicu dari perilaku buruk
B. Saran
Orang tua sebaiknya tidak hanya konsentrasi dalam pekerjaannya tapi juga tetap
memperhatikan kesehatan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak.
Orang tua sebaiknya lebih meningkatkan intensitas waktu berada didekat anak dari
pada pekerjaan karena hal ini data mempererat hubungan keakraban dengan anak.
Pola asuh sebaiknya disamakan antara dirumah dan diluar rumah (sekolah) agar
mengurangi tingkat stress dan perilaku buruk anak.
Lampiran
I. Informasi Perkembangan:
Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya
1. Moral dan nilai-nilai agama
·Sudah dapat mengikuti bacaan doa sebelum belajar dan sesudah melakukan
kegiatan serta menirukan sikap berdoa.
· Sudah dapat menunjukkan rasa sayang dan cinta kasih kepada ciptaan Tuhan.
· Sudah dapat menirukan ucapan yang baik.
· Sudah dapat mengenal kata-kata santun ( maaf, tolong).
· Sudah dapat menghargai teman dan tidak memaksakan kehendak.
2. Fisik/Motorik
· Sudah dapat berdiri dengan satu kaki bergantian sebentar dan melompat
dengan satu kaki.
· Sudah dapat melipat kertas sederhana, meskipun belum rapi dan kadang
masih dibantu / bimbingan.
· Sudah dapat mengelompokkan benda-benda yang tidak serupa.
· Sudah dapat mengikuti gerakan senam sederhana.
· Sudah dapat menggambar bentuk secara sederhana (seperti garis dan
coretan).
· Sudah dapat membuat garis mendatar, tegak lurus dan lingkaran, walau
terkadang masih dibantu/ bimbingan.
3. Bahasa
· Sudah dapat menjawab pertanyaan : ”siapa”, ”mengapa”, ”dimana”, dan
bertanya seperti pertanyaan : ”kapan”, ”bagaimana”.
· Sudah dapat mengerti dan melaksanakan dua perintah sederhana.
· Sudah dapat mengenali, menirukan dan mengetahui suara-suara benda dan
binatang.
· Sudah dapat menyebutkan hingga 10 gambar yang dikenalnya.
4. Kognitif
· Sudah dapat mengenal fungsi benda yang benar.
· Sudah dapat mengelmpokkan benda berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan
fungsi secara sederhana.
· Sudah dapat menunjukkan 6 warna yang disebutkan.
· Sudah dapat mencocokkan dua bentuk (seperti lingkaran dan bujur sangkar).
· Sudah dapat memahami konsep banyak/sedikit, kecil/besar, penuh/kosong.
· Sudah dapat mengklasifikasikan sekitar 4 macam benda, walau terkadang
masih dibantu / bimbingan.
5. Sosial-emosi
· Sudah mulai bisa menunggu giliran.
· Sudah dapat bermain bersama, tetapi dengan pengawasan orang dewasa.
· Sudah dapat mengikuti aktifitas sekitar 20 menit.
· Sudah dapat menunjukkan ekspresi wajah sedih, senang dan takut.
· Sudah dapat berkonsentrasi mendengarkan cerita 3 – 4 menit.
6. Keterampilan Hidup
· Sudah dapat menyimpan alat – alat sekolah yang sudah disediakan.
· Sudah dapat makan sendiri dan membereskan peralatan makan, walau
terkadang masih dibantu orang tua.
· Sudah dapat memakai sepatu sendiri.
7. Tahap Main
Main Balok
- Sudah pada tahap 8; menggunakan balok untuk membangun 3 dimensi
yang padat.
Menggambar
· Sudah pada tahap 2; coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis
atau titik-titik) diulang-ulang, biasanya berbentuk lonjong, tanda-tanda itu
belum berhubungan.
Meronce
· Sudah pada tahap 3; merangkai terus menerus
Menulis
· Sudah pada tahap 2; coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis
atau titik-titik).
Main Peran
· Sudah pada tahap 4; “sosial berdampingan” bermain dekat dengan anak
lainnya, anak terlibat dalam permainannya sendiri tetapi senang dengan
kehadiran anak lainnya.