Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER”

Dosen Pengampu :
Dwi Sona S.Pd., M.Si

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

1. Angga Saputra (2005096050)


2. Desyta (2005096052)
3. Pramasella Vebriana Putri (2005096049)

BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah BK Anak Berkebutuhan Khusus dengan judul
“ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Samarinda, 21 February 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………...……………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………...…………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………..………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah………………………..………………………………………………..1
1.3 Tujuan Masalah……………………..……………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ADHD……………….….……..………………………………………………..3
2.2 Gejala ADHD ……..............................................................................................................3
2.3 Pengobatan ADHD……………………………………………………………………….5
2.4 Penyebab ADHD………………………………………………………………………...5
2.5 Diagnosis ADHD………………………………………………………………………....7
2.6 Penanganan ADHD………………………………………………………………………7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………10
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ADHD adalah istilah populer, kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,
(attention = perhatian, deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, disorder = gangguan).
Dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder ) yang berarti gangguan
pemusatan perhatian. Pada saat ditambah hyperactivity/hiperaktif penulisan istilahnya
menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada juga yang menulis ADD/H. Tetapi,
dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama. Anak ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) adalah anak yang memperlihatkan ciri atau gejala kurang
konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas kehidupannya.

Anak ADHD akan sangat kesulitan mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas
tertentu. Kesulitan ini bukan disebabkan karena adanya rangsanganrangsangan luar yang
mengganggu mempertahankan perhatiannya. Anak ADHD mempunyai kesulitan untuk
mendorong rangsangan-rangsangan tadi menjauh dari kesadarannya. Misalnya saja, di
sekolah, anak bukan hanya mendengarkan gurunya, tetapi anak juga mendengar bunyi mobil
di luar, bunyi langkah kaki orang yang sedang berjalan di luar, bunyi orang yang sedang
mengobrol di luar. Anak bukan hanya melihat guru yang sedang menjelaskan, tetapi juga
melihat gambar di tembok, melihat motif batik di baju gurunya. Semua ini akan
menjadikannya energi ekstra agar dapat berkonsentrasi dan untuk tidak memperdulikan
rangsangan-rangsangan yang tidak penting tadi.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa Definisi ADHD?
B. Bagaiman Gejala ADHD?
C. Bagaimana Cara Pengobatan ADHD?
D. Apa Yang Menjadi Penyebab ADHD?
E. Apa Saja Diagnosi ADHD?
F. Bagaimana Cara Penanganan ADHD?
1.3 Tujuan Masalah
A. Supaya pembaca mengetahui tentang Definisi ADHD
B. Supaya pembaca mengetahui Bagaiman Gejala ADHD
C. Supaya pembaca mengetahui Bagaimana Cara Pengobatan ADHD
D. Supaya pembaca mengetahui Apa Yang Menjadi Penyebab ADHD

1
E. Supaya pembaca mengetahui Apa Saja Diagnosi ADHD
F. Supaya pembaca mengetahui Bagaimana Cara Penanganan ADHD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas, kurang
perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteristikkkan oleh
ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend,
1998). ADHD adalah suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder(sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder(kerusakankecil di otak),
Minimal Brain Damage(kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis(terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 -5% anak usia sekolah
menderita ADHD (Permadi, 2009).ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan
bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009).

2.2. Gejala ADHD


Gejala ADHD biasanya sudah terlihat sejak masa anak-anak. Gejala ADHD pada anak-
anak umumnya muncul sejak usia 3 tahun, dan akan terlihat makin mencolok seiring
bertambahnya usia anak, terutama saat anak masuk sekolah atau di awal masa pubertas.
Meski begitu, bisa saja gejala ADHD baru terlihat ketika penderita sudah dewasa.

 Gejala ADHD pada Anak

Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta menunjukkan perilaku
hiperaktif dan impulsif. Sebenarnya normal ketika anak terkadang sulit memusatkan
perhatian atau berperilaku impulsif. Namun pada anak ADHD, perilaku tersebut lebih sering
muncul dan lebih parah, hingga memengaruhi prestasinya di sekolah serta interaksi sosialnya
dengan anak-anak lain.

Kebanyakan penderita ADHD mengalami kedua gejala tersebut, meskipun kadang


hanya salah satu gejala yang nampak. Misalnya pada anak yang belum sekolah, gejala
hiperaktif akan lebih menonjol. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai gejala
ADHD pada anak-anak:

 Sulit memusatkan perhatian

Gejalanya berupa kesulitan dalam memerhatikan arahan dari orang lain atau pelajaran
dari guru. Contohnya:

3
1. Tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu.
2. Perhatiannya mudah teralihkan.
3. Sering terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan atau arahan, bahkan ketika diajak
berbicara langsung.
4. Tidak memerhatikan hal-hal detail.
5. Ceroboh.
6. Sulit mengatur tugas dan aktivitas yang dijalani.
7. Sulit mengikuti instruksi untuk mengerjakan sesuatu.
8. Sering kehilangan barang-barang yang digunakan sehari-hari.
9. Tidak menyukai aktivitas yang perlu memusatkan perhatian, seperti mengerjakan PR.

Bila hanya ada gejala ini tanpa perilaku hiperaktif, artinya penderita mengalami ADHD jenis
inatentif.

 Perilaku hiperaktif dan impulsif

Contoh dari perilaku hiperaktif dan impulsif adalah:

1. Sulit untuk diam di tempat duduknya ketika mengikuti pelajaran di kelas.


2. Kebiasaan menggerakkan bagian tubuh, terutama kaki atau tangan, ketika sedang duduk.
3. Sulit melakukan aktivitas dengan tenang.
4. Berlari-lari atau memanjat sesuatu di saat yang tidak tepat.
5. Sering memotong pembicaraan orang lain.
6. Berbicara terlalu banyak.
7. Sering mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
8. Tidak dapat diam dan selalu ingin bergerak.

 Gejala ADHD pada Orang Dewasa

Gejala ADHD tidak hanya dialami oleh anak-anak, tapi bisa juga dialami oleh orang dewasa.
Orang dewasa yang menderita ADHD diduga pernah mengalami ADHD pada masa kecilnya.

Gejala hiperaktif pada ADHD biasanya akan berkurang seiring bertambahnya usia. Namun
sebaliknya, gejala sulit memusatkan perhatian cenderung bertambah parah seiring
pertambahan usia.

Penderita ADHD dewasa akan mengalami masalah dalam pendidikan maupun pekerjaan,
antara lain akibat kesulitan dalam menentukan prioritas dan memusatkan perhatian. Selain
itu, penderita ADHD dewasa juga sulit untuk memiliki teman atau pasangan, karena
cenderung uring-uringan atau mudah emosi.

4
2.3. Pengobatan ADHD
ADHD hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan. Penanganan yang tepat sedini
mungkin dilakukan untuk menolong pengidap beradaptasi dengan penyakitnya sehingga
memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Beberapa upaya pengobatan ADHD antara lain:

1. Obat-obatan yang umum digunakan untuk mengatasi ADHD. Obat-obatan ini digunakan
untuk membantu pengidap lebih tenang dan mengurangi sikap impulsif sehingga dapat
lebih memusatkan perhatian.
2. CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini dilakukan untuk menolong pengidap
mengubah pola pikir dan perilaku saat mengalami masalah dalam hidupnya.
3. Terapi psikologi. Terapi ini bertujuan supaya pengidap ADHD dapat menemukan solusi
untuk mengatasi gejala penyakitnya.
4. Pelatihan interaksi sosial. Pelatihan ini bertujuan untuk menolong pengidap dalam
memahami perilaku sosial yang dapat diterima dalam masyarakat.

Selain pengidap, orang tua dan keluarga juga sebaiknya menjalani beberapa terapi supaya
dapat beradaptasi dan menerima gejala pengidap ADHD.

 Terapi perilaku. Terapi ini bertujuan supaya orang tua atau pengasuh dapat
memiliki strategi untuk menolong pengidap dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau
mengatasi keadaan yang sulit.
 Pelatihan untuk orang tua pengidap ADHD. Pelatihan ini bertujuan supaya orang
tua lebih memahami perilaku pengidap dan memberikan bimbingan bagi orang tua untuk
menjalani hidup dengan pengidap ADHD.

2.4.Penyebab ADHD
1. Perspektif Biologis

Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti apa penyebab biologis dari ADHD. Faktor-
faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan ADHD adalah kelahiran
yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan luka/trauma saat kelahiran. Luka pada
otak setelah kelahiran juga ditemukan berkaitan dengan ADHD. Kemudian beberapa ahli
menemukan bahwa area-area tertentu dari otak anak ADHD, ukurannya lebih kecil dan
aktivitasnya lebih sedikit sebanyak 5-10% dibandingkan area normal. Ditemukan pula kaitan
antara ADHD dengan zat-zat kimia yang terdapat dalam sel otak (Tynan, 2005).Selain
itu, penderita ADHD diketahui mempunyai kerusakan padafrontal-limbic system (National
Institute of Mental Health, 2000).

5
Para ilmuwan dari NIMH (National Institute of Mental Health), (2000)menemukan
hubungan antara kemampuan seseorang untuk memberikan atensi secara kontinu dengan
level aktivitas otak. Hasil penelitian menemukan perbedaan penting antara anak ADHD dan
bukan ADHD. Pada anak ADHD, area di otak yang mengontrol atensi hanya
menggunakan sedikit glukosa, mengindikasikan bahwa aktivitas di beberapa area otaknya
sedikit pula. Rendahnya tingkat aktivitas di beberapa area otak ini menyebabkan anak kurang
dapat memusatkan perhatian pada suatu hal.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh para ilmuwan di National Institute of
Mental Health, (2000)mengungkapkan bahwa wanita yang mengkosumsi rokok, alkohol,
atau obat-obatan lain selama masa kehamilan dapat memberi efek negative pada perkembangan
janin. Ditemukan bahwa alkoholdan nikotin pada rokok dapat menghambat perkembangan
sel otak janin. Konsumsi alcohol selama hamil dapat menyebabkan Fetal Alcohol
Syndrome, yaitu suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan kurang, kemunduran
intelektual, dan ketidaksempurnaan bentuk fisik. Banyak anak yang lahir dengan
FAS menunjukkan hiperaktivitas, inattention, dan impulsivitas seperti anak dengan
ADHD. Sedangkan obat-obatan seperti kokain dapat mempengaruhi sel-sel reseptor
otak yang berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari kelima indera dan membantu
mengontrol repson terhadap lingkungan. Beberapa kerusakan pada sel-sel tersebut dapat
mengarah pada ADHD.

2. Perspektif Genetis

Hasil penelitian lain yang juga dilakukan oleh para ilmuwan di National Institute of
Mental Health, (2000)menunjukkan adanya kecenderungan bahwa ADHD terjadi secara
genetik. Hal ini diteliti oleh Goodman dan Stevensonpada 238 pasang anak kembar,
ditemukan bahwa hiperaktif diderita pada 51% anak yang kembar identik dan 33% pada
anak yang kembar fraternal. Anak-anak dengan ADHD biasanya mempunyai setidak-
tidaknya satu orang keluarga dengan ADHD. Setidaknya sepertiga dari para ayah dengan
ADHD pada masa kecilnya mempunyai anak dengan ADHD pula.

3. Perspektif Perilaku

Hiperaktif mungkin merupakan proses belajar, dimana terjadi modeling tingkah laku
terhadap orangtua atau teman. Orangtua pada anak yang hiperaktif akan sering
memberiperintah serta mempunyai hubungan interaksi yang negative. Ketika dilakukan
pengobatan secara simultan, perintah dan tingkah laku yang ditampilkan orangtua
menurun. Jadi dengan demikian perilaku anak hiperaktif juga menurun karena interaksi
negative dengan orangtua menurun (Rose & Rose, 1982 dalam Kurtz, 2005).

6
2.5. Diagnosis ADHD
Tidak semua anak yang sulit konsentrasi dan hiperaktif pasti menderita ADHD. Anak-anak
yang sehat umumnya sangat aktif dan sering membuat orang tuanya kewalahan. Demikian
juga halnya dengan remaja. Walau terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan,
berperilaku impulsif, dan perhatiannya mudah teralihkan, mereka belum tentu menderita
ADHD.

ADHD sering kali tidak terdiagnosis karena orang tua menganggap gejala yang muncul
merupakan perilaku yang normal, sehingga tidak memeriksakannya ke dokter. Oleh karena
itu, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala ADHD serta perbedaannya dengan perilaku
normal pada anak-anak.

Diagnosis ADHD cukup sulit dilakukan, sehingga dibutuhkan kerja sama dari berbagai
pihak. Ada serangkaian pemeriksaan fisik serta psikologis yang akan dilakukan oleh dokter
anak dan psikiater. Selain keluarga, pihak sekolah (khususnya guru) juga sebaiknya terlibat
dalam proses ini. Tidak hanya pada anak-anak, proses diagnosis ADHD pada penderita
dewasa juga tergolong sulit.

Pemeriksaan untuk mendiagnosis ADHD meliputi wawancara dan pemeriksaan fisik.


Dokter akan melakukan wawancara, baik dengan anak maupun dengan orang tua, guru, dan
pengasuh.

Secara umum, wawancara dan pemeriksaan ini bertujuan untuk:

1. Mendiagnosis apakah anak menderita ADHD.


2. Mengetahui tingkat keparahan ADHD yang diderita anak.
3. Mengetahui adanya penyakit lain yang menyebabkan gejala yang dialami anak.
4. Mengetahui adanya gangguan mental lain pada anak.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa hitung
darah lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi tiroid, dan MRI otak.

2.6. Penanganan ADHD


Kombinasi obat-obatan dan terapi khusus merupakan langkah terbaik untuk menangani
ADHD. Tidak ada jalan pintas untuk mengatasi kondisi ini. Penanganan ADHD
membutuhkan kesiapan dan komitmen dari segi waktu, emosi, maupun keuangan.

7
Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, ADHD dapat ditangani dengan beberapa
jenis obat dan terapi untuk meredakan gejala-gejala yang timbul, sehingga penderitanya bisa
menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.

 Penanganan dengan Obat-obatan

Obat yang umum diberikan untuk ADHD adalah methylphenidate. Obat ini bekerja
dengan cara menyeimbangkan senyawa kimia pada otak sehingga dapat meredakan gejala
ADHD.

Methylphenidate aman untuk dikonsumsi anak-anak, namun dokter tetap akan memantau
pengobatan untuk mewaspadai munculnya efek samping, seperti gangguan pada jantung.
Bila anak mengalami efek samping tersebut, atau berisiko tinggi untuk mengalaminya,
maka dokter akan memberikan obat lain yang meliputi:

1. Atomoxetine.
2. Amitriptyline.
3. Obat golongan agonis alfa, misalnya clonidine.

 Penanganan Melalui Psikoterapi

Penderita ADHD perlu mendapatkan psikoterapi. Selain untuk menangani ADHD,


psikoterapi juga berguna untuk mengatasi gangguan mental lain yang menyertai ADHD,
misalnya depresi. Jenis-jenis psikoterapi yang bisa menjadi pilihan adalah:

 Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT) Terapi perilaku
kognitif akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat
menghadapi masalah atau situasi tertentu.
 Terapi psikoedukasi Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini,
misalnya kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD. Dari terapi ini,
diharapkan penderita dapat menemukan cara yang paling sesuai baginya untuk mengatasi
gejala tersebut.
 Pelatihan interaksi social Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk
memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu.

Orang tua, keluarga, guru, dan pengasuh penderita ADHD juga membutuhkan
pengetahuan serta bimbingan agar dapat mendampingi penderita. Oleh karena itu, mereka
perlu diberikan program pelatihan khusus.

Materi yang diajarkan dalam pelatihan ini antara lain adalah cara menerapkan sistem
pujian untuk menyemangati anak, cara menghukum anak ketika berperilaku buruk atau kasar,
dan cara mengarahkan aktivitas anak sesuai dengan kemampuannya.

8
Untuk membantu anak mengendalikan gejala-gejala ADHD, orang tua juga dapat
menerapkan pola hidup sehat pada anak, antara lain:

1. Membiasakan pola makan yang sehat dengan makanan bergizi


2. Memastikan anak cukup tidur dan istirahat.
3. Membatasi waktu anak dalam menonton televisi, bermain video game, dan
menggunakan ponsel atau komputer.
4. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari.

ADHD memang tidak bisa disembuhkan, tetapi bila terdiagnosis secara dini dan
ditangani dengan tepat, penderita akan mampu beradaptasi dengan kondisinya dan
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hiperaktivitas adalah aktivitas yang sangat tinggi atau banyak. ADHD adalah gangguan
psikitri pada anak yang paling banyak di jumpai. Gangguan tersbut mengakibatkan
perkembangannya terhambat sehingga menimbulkan hambatan pada dirinya dan berdampak
pada perilaku. Masalah sosial yang terjadi diakibatkan oleh perilaku hiperaktif. Dampak
tersebut dirasakan oleh orang tua, saudara kandung, guru dan teman-temannya.
Agar karakteristik hiperkatif dan perilaku penyertanya dapat berkurang maka
dibutuhkan pembelajaran yang cocok dengan keadaan siswa dan metode tersebut dapat
memenuhi tujuan. Bermain adalah aktivitas yang disukai anak. Dengan bermain anak
menjadi gembira dan kemampuan anak dapat terekplorasi.
Dengan bertambahnya umur pada seorang anak, akan tumbuh rasa tanggung jawab dan
kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar mengontrol
diri dan mengendalikan aktivitasnya serta kemampuan untuk memperhatikan segala sesuatu
yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk membuat daftar tugas dan
perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat membantu dalam upaya mendisiplinkan
diri.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Pada penelitian selanjutnya, aplikasi tidak hanya dibuat seara umum dari usia
perkembangan 3-5 tahun, tetapi dapat dibuat lebih spesifik berdasarkan karakteristik
pengguna karena karakteristik setiap anak ADHD berbeda-beda.

2. Membuat database yang dapat mencatat perkembangan anak secararinci dari sebelum
menggunakan aplikasi dan setelah menggunakan aplikasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://a-research.upi.edu/operator/
upload/
s_plb_0610256_chapter3.pdf&ved=2ahUKEwjxh4CrsPruAhXOV30KHSwQBtAQFjAAegQIARAC&usg=AOv
Vaw1BC1zD1o7FjoiY43bfNAYp

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.halodoc.com/kesehatan/
adhd&ved=2ahUKEwiqreiSsfruAhUt4XMBHfbeATwQFjAIegQIKRAC&usg=AOvVaw0skJdbh17Uyu3GdPxik
5jb&cshid=1613890128456

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.klikdokter.com/penyakit/
adhd&ved=2ahUKEwiqreiSsfruAhUt4XMBHfbeATwQFjATegQIDRAC&usg=AOvVaw1J5oDkNgxpRCkG8ux
DYVVI&cshid=1613890128456

11

Anda mungkin juga menyukai