Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Siswa Dengan Gangguan


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Musfirah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
FERNANDES CARLES (1947141029)
ADINDA SYALSABILA (1947141038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Anak Berkebutuhan Khusus dengan judul makalah “Siswa Dengan Gangguan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)” tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah
saw, beserta keluarga-keluarga-Nya, para sahabat-sahabat-Nya dan pengikut-Nya
yang setia sampai akhir zaman.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Musfirah, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu kuliah ini yang
telah membimbing kami selama ini dan terima kasih juga kepada kedua orang tua
kami yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis selama menyelesaikan
makalah ini, terima kasih juga kepada seluruh anggota kelompok 4 kelas C19D
atas partisipasi yang telah memberikan dukungan serta bantuannya dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisikan materi mengenai definisi gangguan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) serta penyebab dan karakteristik ADHD sehingga
melalui makalah ini dapat menjadi referensi dalam membantu siswa yang
mengalami gangguan ADHD dalam belajar. Dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua terkhusus bagi calon guru pendidikan guru sekolah dasar. Aamiin Yaa
Rabbal „Aalamiin.

Parepare, 27 Juni 2022

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) 3
B. Penyebab Gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) 4
C. Karakteristik psikologis dan perilaku Gangguan ADHD (attention 6
deficit hyperactivity disorder)
D. Strategi pendidikan bagi siswa Gangguan ADHD 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang mengalami
keterlambatan dalam perkembangan, memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan,
dan kondisi bawaan tertentu. Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan
khusus. Anak berkebutuhan khusus bukan berarti tidak pintar, tidak berbakat, atau
tidak mampu. Hanya saja, mereka memiliki tantangan khusus yang tidak dihadapi
kebanyakan anak-anak lain yang normal. Kondisi ini terjadi ketika anak memiliki
keterbatasan atau keluarbiasaan yang berpengaruh pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal tersebut membuat mereka memerlukan pendampingan
yang tepat sehingga adanya perhatian khusus kepada anak berkebutuhan khusus
maka hal ini akan mendorong mereka dalam belajar.
Salah satu gangguan yang dialami oleh siswa yang berkebutuhan khusus
adalah gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). ADHD ini
ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya
pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat
waktunya dibandingkan siswa lain seusianya. Kelainan ini dapat mengganggu
perkembangan siswa dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
Di Indonesia, nampaknya belum menunjukkan angka yang pasti berapa persen
kemungkinan anak-anak di Indonesia menyandang ADHD. Meskipun demikian
gangguan ini cukup banyak terjadi.
Oleh karena itu, guru perlu memberikan bimbingan dan perhatian khusus
kepada siswa yang mengalami gangguan ADHD. Melalui strategi pendidikan
yang diterapkan dapat membantu siswa tersebut dalam belajar sehingga siswa
tersebut dapat mengikuti pembelajaran dan tertinggal dalam belajar. Dengan
adanya strategi pendidikan bagi siswa gangguan ADHD dapat mendukung dan
mengatasi kesulitan belajar siswa dalam belajar.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) ?
2. Apa penyebab gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) ?
3. Apa saja karakteristik psikologis dan perilaku gangguan ADHD (attention
deficit hyperactivity disorder) ?
4. Bagaimana strategi pendidikan bagi siswa gangguan ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder) ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder).
3. Untuk mengetahui karakteristik psikologis dan perilaku gangguan ADHD
(attention deficit hyperactivity disorder).
4. Untuk mengetahui strategi pendidikan bagi siswa gangguan ADHD (attention
deficit hyperactivity disorder).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik siswa yang
dapat berlangsung hingga dewasa. Kondisi ini menyebabkan siswa cenderung
hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian.
Menurut Mirnawati & Amka (2019) mengemukakan bahwa gangguan
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kondisi biasanya
digunakan untuk menggambarkan siswa yang memiliki tiga jenis masalah utama
yaitu perilaku terlalu aktif (hiperaktif), perilaku impulsif, dan kesulitan
memperhatikan atau konsentrasi. ADHD sebagai gangguan aktivitas dan perhatian
(gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup banyak
ditemukan dengan gejala utama inatensi (kurangnya perhatian), hiperaktivitas, dan
impulsivitas (bertindak tanpa dipikir).
Menurut Awiria & Dariyanto (2020) mengemukakan bahwa gangguan
ADHD adalah hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif. Siswa
dengan gangguan ADHD sering bertindak tanpa berpikir, berperilaku hiperaktif
dan mengalami kesulitan fokus. Pada dasarnya mereka mengetahui apa yang
mereka harapkan, namun mereka memiliki kesulitan untuk melakukannya karena
mereka tidak bisa duduk diam, memperhatikan arahan dan sering gagal fokus.
Menurut Nurfadhillah, et al (2021) mengemukakan bahwa gangguan
ADHD adalah suatu gangguan perilaku dan perkembangan saraf. ADHD biasa
disebut gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas dengan kondisi siswa
mengalami gangguan dalam hal kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsif yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagai besar aktivitas hidup mereka
yang secara umum dapat mengganggu proses belajar serta prestasi akademiknya
serta siswa dengan gangguan ADHD mengalami rendahnya perhatian dan
pengontrolan diri.

3
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
perkembangan siswa yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku,
khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Siswa yang
mengidap ADHD relatif tidak mampu menahan diri untuk merespons secara
langsung situasi yang terjadi di sekitarnya. Gejala yang dialami siswa adalah
kurang konsentrasi sehingga hal ini dapat mengganggu masa perkembangan anak
dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi sehingga kondisi ini
dapat berdampak pada prestasi siswa di sekolah.

B. Penyebab Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


Menurut Rokhim (2017) mengemukakan bahwa beberapa hal sebagai
faktor penyebab Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan/Genetik
Dari penelitian faktor keturunan membawa peranan sekitar 80%. Artinya
bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala
gangguan ADHD dalam kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor
genetiknya. Anak dengan orang tua yang menyandang gangguan ADHD
mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai resiko mendapatkan keturunan
gangguan ADHD.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sesungguhnya tidak menjadi pemicu munculnya gangguan
ADHD. Hanya saja bagi anak yang punya potensial gejala gangguan ADHD.
Maka lingkungan akan berpengaruh besar terhadap semakin memperbesar
gangguan ADHD tersebut. Lingkungan dalam hal ini memiliki arti yang luas.
Adapun faktor lingkungan sebagai berikut :
a) Lingkungan psikologis
Lingkungan psikologis ini berhubungan dengan orang-orang lain yang ada
disekitarnya. Faktor psikologis yang dimaksud di sini adalah dipengaruhi karena

4
anak kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya karena terlalu sibuk,
sehingga perilaku hiperaktif tampil dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian
dari lingkungan, terutama orang tua.
Faktor lingkungan psikologis disebabkan oleh faktor kurangnya disiplin dan
pengawasan adalah anak yang kurang disiplin dan pengawasan ini akan membuat
perilakunya cenderung sesuka hati dan kurang dapat dibatasi. Apa yang dilakukan
oleh anak tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika
anak dibiarkan begitu saja tanpa adanya perhatian untuk berbuat sesuka hatinya
dalam rumah, maka anak Gangguan ADHD tersebut akan berbuat sesuka hatinya
ditempat lain, baik itu di sekolah dan orang lain juga akan sulit untuk
mengendalikannya.

b) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis terkait dengan apakah si anak pernah mengalami cedera
otak atau radang otak atau komplikasi pada saat dilahirkan.

3. Faktor Gangguan pada Otak


Dari beberapa penelitian dapat diketahui bahwa ada perbedaan di beberapa
bagian otak pada anak gangguan ADHD yang lebih kecil dari pada anak-anak
normal seusianya. Penelitian menunjukkan bahwa 152 anak-anak, usia 5-18 tahun
dengan gangguan ADHD, dan 139 anak tanpa ADHD, akan terlihat beberapa
bagian otak dari anak-anak gangguan ADHD 3 % lebih kecil dari pada sebayanya
yang tanpa gangguan ADHD.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan menurut Mirnawati & Amka (2019)
bahwa gangguan perhatian disebabkan oleh masalah pada otak. Anak-anak yang
mengalami kecelakaan saat lahir dapat menyebabkan cedera otak yang dapat
memicu beberapa tanda-tanda perilaku yang sama dengan ADHD, tetapi hanya
sedikit ditemukan persentase anak-anak dengan ADHD menderita cedera otak
traumatis.

5
Faktor lain yang mempengaruhi anak hiperaktif dapat berasal dari konflik
keluarga. Konflik keluarga cenderung berkaitan dengan kehadiran, pemeliharaan,
dan pemunculan selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku oposisional dan
konflik yang terjadi (Baihaqi & Sugiarmin 2015:29).

C. Karakteristik Psikologis dan Perilaku Gangguan ADHD (Attention


Deficit Hyperactivity Disorder)
Menurut Mirnawati & Amka (2019) mengemukakan bahwa Karakteristik
Psikologis dan Perilaku Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) sebagai berikut :
1) Inatensi (kesulitan memusatkan perhatian)
Pada kriteria ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari
gejala-gejala berikutnya dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan yang
ditandai dengan karakteristik yaitu :
a. Seringkali gagal memerhatikan kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-
tugas atau kegiatan bermain.
c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan
disebabkan karena perilaku melawan).
e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
f. Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan,
misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil;
buku dan alat tulis lainya.
g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti
menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah.
h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.
i. Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.

6
Menurut Awiria & Dariyanto (2020) mengemukakan bahwa karakteristik khas
yang paling mudah dikenali dari siswa gangguan ADHD adalah siswa akan selalu
bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, siswa gangguan ADHD
sangat jarang untuk berdiam selama kurang lebih 5 hingga 10 menit guna
melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, siswa
gangguan ADHD di sekolah mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
tugas-tugas kerjanya. Sering juga mudah bingung dan kacau pikirannya, sulit
memperhatikan perintah dan mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-
tugas pekerjaan sekolah.
Menurut Hayati & Apsari (2019), “siswa dengan gangguan ADHD akan
mengalami kesulitan untuk bisa belajar secara optimal dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya” (h. 109).

2) Hiperaktif
Siswa dengan ciri hiperaktif adalah selalu bergerak sepanjang hari. Tidak
dapat diam dan tenang di tempat duduknya. Siswa dengan gangguan ADHD tidak
bisa tenang, mudah tegang dan mudah frustasi. Siswa dengan gangguan ADHD
selalu selalu merasa tidak tenang maka dibutuhkan banyak energi baginya untuk
duduk diam dan tenang. Adapun ciri dari karakteristik hiperaktif pada siswa
dengan gangguan ADHD sebagai berikut :
a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di
kursi.
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya
di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini
tidak tepat.
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang.
e. Sering berbicara berlebihan

7
3) Impulsivitas
Siswa dengan gangguan ADHD biasanya sangat impulsif. Ia menjawab
sebuah pertanyaan sebelum ia benar-benar mendengar. Memulai tugas sebelum ia
benar-benar membaca atau mengetahui apa yang diharapkan. Siswa dengan
gangguan ADHD, akan berbuat tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi.
Adapun ciri dari karakteristik impulsivitas pada siswa dengan gangguan ADHD
sebagai berikut
a. Siswa sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
b. Siswa sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c. Siswa sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.

● Perilaku siswa dengan gangguan ADHD


Adapun perilaku siswa dengan gangguan ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) dikemukakan para ahli yaitu menurut Rokhim (2017)
mengemukakan bahwa perilaku siswa dengan gangguan ADHD ditandai
dengan mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatianya pada satu
tugas tertentu. Kesulitan ini bukan disebabkan karena adanya rangsangan-
rangsangan luar yang mengganggu mempertahankan perhatianya. Yang
dimaksud rangsangan disini adalah segala hal terkait dengan segala aktivitas
indrawi yaitu apa yang ia lihat, dengar, rasakan, cium, dan rasa dengan
pengecapan. Siswa dengan gangguan ADHD mempunyai kesulitan untuk
mendorong rangsangan-rangsangan itu menjauh dari kesadaranya. Misalnya,
seorang siswa yang mendengarkan keterangan gurunya di dalam kelas. Ia
tidak hanya mendengarkan gurunya, namun juga mendengar berbagai suara-
suara lain sama seimbangnya dengan suara gurunya. Ia mendengar bunyi
mobil di luar kelas. Ia tidak hanya memperhatikan guru menjelaskan di depan
kelas, tetapi juga melihat gambar di papan tulis, garis-garis di baju teman
sebelahnya. Semua menjadi perhatian yang tumpang tindih di kepalanya
sehingga membutuhkan energi ekstra agar dapat berkonsentrasi.

8
Menurut Hikmawati & Hidayati (2014) mengemukakan bahwa kesulitan
mengendalikan diri. Dorongan-dorongan emosional yang muncul seperti tidak
dapat duduk tenang, dimana siswa biasa berlari secara berlebihan, atau sering
pula berbicara terus-menerus dan tidak dapat berhenti. Anak juga seringkali
mengganggu teman-temannya di kelas dengan mendatangi bangku temannya
saat pelajaran berlangsung, atau merampas alat tulis temannya, mengutak-atik
barang-barang milik temannya. Anak juga sulit bermain-main dengan teman-
teman sebaya atau sekelasnya karena bertindak semaunya sendiri, tindakan
tidak dapat memahami dan mengikuti aturan main, menyebabkan anak dijauhi
atau diasingkan oleh teman-temannya. Apabila perilaku hiperaktivitas dan
impulsivitas pada anak tidak segera ditangani mengakibatkan prestasi belajar
anak menurun dan anak sering melanggar aturan.
Menurut Marliana, et al (2017) mengemukakan bahwa perilaku yang
umumnya muncul pada siswa dengan gangguan ADHD adalah cenderung
bertindak ceroboh, mudah tersinggung, sering lupa pelajaran sekolah dan
tugas rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah,
kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah,
melamun, tidak memiliki kesabaran yang tinggi, sering membuat gaduh, dan
berbelit-belit dalam berbicara. Siswa dengan ADHD umumnya memiliki
kemampuan konsentrasi yang rendah yaitu ketidakmampuan untuk
mempertahankan perhatian terhadap suatu kegiatan sehingga siswa dengan
gangguan ADHD selalu dianggap tidak kooperatif. Siswa tidak memberi
respons ketika diberi pengarahan dengan cara yang sama seperti siswa lain.
Salah satu cara membantu siswa dengan gangguan ADHD adalah dengan
melakukan terapi yang diterapkan pada siswa dengan gangguan ADHD
haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini melibatkan
multidisipliner ilmu yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog, orang tua,
guru dan lingkungan yang berpengaruh. Upaya untuk mengatasi gejala
gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dengan ADHD yang sudah
dilakukan terapi di antaranya terapi okupasi dan perilaku.

9
D. Strategi Pendidikan Bagi Siswa Gangguan ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)

Beberapa strategi pengajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu
siswa dengan ADHD fokus dan mempertahankan konsentrasi mereka pada saat
guru menyampaikan materi pembelajaran sebagai berikut:
a. Memulai pelajaran
 Beri tanda dimulainya pelajaran dengan isyarat aural, seperti lonceng atau
bel tanda masuk kelas. (guru juga dapat menggunakan isyarat untuk
menunjukkan berapa banyak waktu yang tersisa dalam pelajaran).
 Buat kontak mata dengan siswa dengan ADHD.
 Buatlah daftar kegiatan pelajaran di papan tulis.
 Dalam membuka pelajaran, beri tahu siswa apa yang akan mereka pelajari
dan apa tujuan pembelajaran yang akan di capai. Sampaikan materi kepada
siswa sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

b. Pelaksanaan pembelajaran
 Buat instruksi tetap sederhana dan terstruktur. Gunakan alat peraga, bagan,
dan alat bantu visual lainnya.
 Variasikan langkah-langkah pembelajaran, sertakan berbagai jenis
kegiatan. Banyak siswa dengan ADHD melakukan dengan baik melalui
permainan kompetitif atau kegiatan lain yang cepat dan intens.
 Siapkan isyarat yang tidak mencolok bagi siswa dengan ADHD, seperti
sentuhan di bahu atau meletakkan catatan tempel di meja siswa, untuk
mengingatkan siswa agar tetap mengerjakan tugas.
 Biarkan siswa dengan ADHD sering istirahat dan biarkan dia meremas
bola karet atau mengetuk sesuatu yang tidak membuat kebisingan sebagai
penyaluran untuk aktivitas fisik.
 Cobalah untuk tidak meminta siswa dengan ADHD melakukan tugas atau
menjawab pertanyaan di depan umum yang mungkin terlalu sulit.

10
c. Mengakhiri pelajaran
 Ringkas poin-poin materi pembelajaran yang dianggap penting.
 Jika memberikan tugas, mintalah tiga siswa yang berbeda untuk
mengulanginya, dan mintalah kelas untuk mengucapkan atau
menyampaikan secara serentak, dan menuliskan di papan tulis.
 Jelaskan secara spesifik apa yang harus dibawa pulang.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik siswa yang
dapat berlangsung hingga dewasa. Kondisi ini menyebabkan siswa cenderung
hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian. karakteristik khas yang
paling mudah dikenali dari siswa gangguan ADHD adalah siswa akan selalu
bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, siswa gangguan ADHD
sangat jarang untuk berdiam selama kurang lebih 5 hingga 10 menit guna
melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, siswa
gangguan ADHD di sekolah mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam
tugas-tugas kerjanya. Sering juga mudah bingung dan kacau pikirannya, sulit
memperhatikan perintah dan mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-
tugas pekerjaan sekolah.
Salah satu cara membantu siswa dengan gangguan ADHD adalah dengan
melakukan terapi yang diterapkan pada siswa dengan gangguan ADHD haruslah
bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini melibatkan multidisipliner ilmu
yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog, orang tua, guru dan lingkungan yang
berpengaruh. Upaya untuk mengatasi gejala gangguan perkembangan dan perilaku
pada anak dengan ADHD yang sudah dilakukan terapi di antaranya terapi okupasi
dan perilaku.

B. Saran

Dalam menangani anak dengan gangguan ADHD (Attention Deficit


Hyperactivity Disorder) perlu diberikan perhatian khusus dan motivasi agar
mereka dapat belajar dan berkembang dalam mempelajari materi. Sebagai calon
guru, diharapkan untuk selalu meningkatkan keterampilan dalam mengajar

12
terutama dalam bimbing dan mendidik siswa baik itu siswa normal maupun siswa
yang berkebutuhan khusus diberi perlakuan secara adil dan sama dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Awiria & Dariyanto. 2020. Faktor-faktor penyebab Anak menjadi Attention Defict
Hyperactive Disorder di SDN Teluk Pucung 01 Kota Bekasi. Wacana
Akademika: Majalah Ilmiah Kependidikan, 4 (2):141-147.
Baihaqi, MIF., & M. Sugiarmin. 2014. Memahami dan Membantu Anak ADHD.
Bandung: PT Refika Aditama.
Hayati, D.,L., & Apsari, N.,C. 2019. Pelayanan Khusus Bagi Anak Dengan
Attentions Deficit Hyperactivity Disorder. Prosiding Penelitian &
Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1):108-122.
Hikmawati, I. D., & Hidayati, E. 2014. Efektivitas Terapi Menulis Untuk
Menurunkan Hiperaktivitas dan Impulsivitas Pada Anak Dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. Empathy : Jurnal Fakultas Psikologi,
2(1):9-16.
Marliana, Putu, N.,L., & Maemunah, N. 2017. Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Tingkat Konsentrasi Pada Anak Attention Deficit Hyperactive
Disorder di Yayasan Bhakti Luhur Malang. Nursing News Journal, 2(1):66-
71.
Mirnawati & Amka. 2019. Pendidikan Anak Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. Sleman: Deepublish.
Nurfadhillah, S., Oktavia, A., & Hadisumarno, R. 2021. Analisis Peranan Guru
Kelas Dalam Menangani Siswa ADHD di SDN Tanah Tinggi 3. BINTANG :
Jurnal Pendidikan dan Sains, 4(3):489-496.
Rokhim, A. 2017. Attention Deficit Hyperactive Disorder dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran. An-Nidzam Journal, 4(1):87-102.

13
14

Anda mungkin juga menyukai