Anda di halaman 1dari 12

Makalah filsafat pendidikan Rekonstruksionisme di indonesia

TUGAS
Filsafat pendidikan

Disusun oleh :
KELOMPOK 10
 A.IRMA AMALIA MIHRAB (1947140017)
 ROSNAH (1947142028)
 ASHARI (1947140031)
 SARTIKA (1947141024)
 ALDI ALWI (1947141046)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019/2020
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar belakang...............................................................................................................1

B.Rumusan
masalah……………...............................................................................................................2

C.Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. latar belakang aliran filsafat pendidikan


Rekonstruksionisme.........................................................................................................3

B. Esensi Pendidikan dalam Aliran Filsafat


Rekonstruksionise............................................................................................................5

C. Implikasi Filsafat Rekonstruksionisme dalam


Pendidikan..................................................................................................................……6

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan..............................................................................................................……8

B.Saran.............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………………………………………………..……….………9


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr..wbr..

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karna atas rahmat dan karunianya
makalah dengan judul filsafat pendidikan Rekonstruksionisme ini bisa terselesaikan
dengan lancar tanpa kekurangan suatu apapun. Shalawat dan salam tak lupa kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai suritauladan sempurna untuk
seluruh umat dalam menempuh kebahagian dunia dan akhirat kelak.Selanjutnya
penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah filsafat pendidkan
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, serta teman-teman
C19.C dan semua pihak yang telah memberi arahan pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah
ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat memperbaikinya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat dan inspirasi trhadap pembaca.Aamiin Ya Robbal Aalamiin.

Wassalamualaikum..wr..wbr..

PARE-PARE,23 SEPTEMBER 2019

Penulisi
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Seiring dengan banyaknya problem-problem yang ada di dunia ini, maka banyak pula
pemikiran-pemikiran yang menawarkan berbagai penyelesaian dalam banyak bidang.
Contohnya dalam filsafat, terdapat banyak aliran yang menawarkan solusi dari masalah-
masalah yang sedang bermunculan, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu aliran
filsafat pendidikan adalah aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme.

Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah aliran filsafat yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
filsafat pendidikan ini menganggap bahwa pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat
berperan penting dalam menghadapi permasalahan dunia. Karena dengan pendidikan maka
akan tercipta orang-orang yang berfikir dan memiliki pemikiran yang dapat mengubah dunia.

Aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme menginginkan pendidikan sebagai agen


utama dalam rekonstruksi sosial . Maksudnya ialah, bahwa pendidikan diharapkan merupakan
satu satunya agen atau sumber utama pemegang tatanan sosial ini, yang dimaksud disini ialah
peran pendidik dalam membawa peserta didiknya harus mampu berinovasi dalam
memecahkan masalah. Kemudian dalam aliran filsafat pendidikan ini diharapkan metode-
metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada
kecerdasan “asali” jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling
valid bagi persoalan-persoalan umat manusia , maksudnya adalah di dalam proses belajar
mengajar seorang pendidik harus memberi kesempatan kepada pendidik untuk berfikir dan
ikut serta dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan student
center approach yaitu siswa sebagai objek atau pusat pembelajaran. Guru memberikan kepada
siswa untuk berfikir dan mengeluarkan semua pemikirannya, sehingga guru hanya sebagai
fasilitator , namun juga harus memiliki keterbukaan yang jelas kepada siswa, misalnya ada
siswa yang dirasa kurang tepat dalam memberikan argumentasinya maka guru berhak
melengkapinya. Pokok bahasan yang dibahas harus diinterkoneksikan dengan persoalan-
persoalan atau isu-isu aktual sehingga akan melatih peserta didik untuk berfikir secara kritis.
Seorang pendidik harus bisa merangsang pemikiran siswanya sehingga siswa akan peka
terhadap masalah-masalah sosial yang akan mereka hadapi.

Jika menurut aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme seperti tersebut di atas,


bagaimana dengan pendidikan pada nyatanya? Sebagian besar pendidikan di Indonesia belum
mencerminkan pendidikan rekonstruksionis, walaupun ada juga sekolah-sekolah yang telah
menerapkan hal tersebut. Namun kali ini penulis akan membahas pendidikan di Indonesia yang
masih menggunakan sistem tradisional dalam pendidikan. Jika filsafat pendidikan
rekonstruksionis menginginkan sekolah sebagai agen perubahan sosial dan sekolah
menerapkan sistem demokratis, namun pada kenyataannya sekolah belum bisa memenuhi hal
tersebut. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kelas masih teacher center approach
atau guru sebagai objek atau pusat pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan
ceramah, siswa hanya mendengarkan guru berbicara. Guru pun tidak mau mendengarkan
suara-suara muridnya, sehingga pembelajaran tidak demokratis, akibatnya sekolah menjadi
pencetak orang-orang yang pasif, yang tidak tanggap terhadap permasalahan luar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah latar belakang aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme itu?

2. Bagaimana esensi pendidikan menurut aliran filsafat rekonstruksionisme?

3. Bagaimana implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui latar belakang aliran Filsafat Rekonstruksionisme.

2. Mengetahui esensi pendidikan dalam aliran filsafat rekonstruksionisme.

3. Mengetahui implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. latar belakang aliran filsafat pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali.


Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern .

Aliran ini timbul karena pada tahun 1930an dunia telah mengalami krisis, sampai-
sampai di negara bagian Eropa dan Asia mengalami totalitarianisme yaitu hilangnya nila-nilai
kemanusiaan dalam sosial. Dunia pada saat itu mengalami kebangkrutan yang sangat besar,
mulai dari maraknya terorisme, kesenjangan global, nasionalisme sempit, banyaknya manusia
yang berperilaku amoral, dan masih banyak lagi.

Aliran ini dipelopori oleh George S. Count dan Harold Rugg. Count menawarkan pidato-
pidato provokatifnya yang intinya bahwa sekolah harus membangun sebuah tatanan sosial
baru, Count mengatakan bahwa sekolah atau lebih sempitnya para pendidik untuk
mengorganisasi diri dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.

Karena pemikiran tersebut maka bermunculan sebuah kebalikan dari peran tradisional
sekolah menuju peran sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif. Aliran
rekonstruksionis bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai agen perubahan sosial
melalui pendidikan, karena pada zaman dahulu mereka menganggap bahwa pendidikan telah
menjauhkan mereka dari masyarakat, maka dari itu, aliran ini ingin mengubah pandangan
tersebut dan melalui pendidikan maka kita akan dekat dengan masyarakat.

1. Prinsip Rekonstruksionisme

Artikel yang berjudul “future shock” (kejutan masa depan) karya Alvin Toffler telah
membuka mata dunia bahwa manusia telah mengalami tekanan yang hebat jika dibebani
perubahan dalam waktu yang sangat singkat. Dalam artikel tersebut ia menjelaskan bahwa apa
yang dialami sekolah atau pendidikan saat ini adalah sebuah hal yang sangat sia-sia dan tanpa
harapan, karena pendidikan saat itu sangat lambat bergerak, ibarat pendidikan berjalan
menjadi serangkaian praktik dan asumsi yang dikembangkan hanya melayani era industri,
sedangkan situasi sosial telah memasuki periode superindustri.

Sekolah kita lebih sibuk mengurusi sistem yang mati daripada menangani masyarakat
baru yang sedang tumbuh. Energi besarnya dipergunakan untuk mencetak manusia industrial,
yaitu manusia yang disiapkan untuk bisa hidup dalam sistem yang akan mati sebelum mereka
eksis. Untuk membantu mencegah kegagapan masa depan yang akan datang, kita harus
menciptakan sebuah sistem pendidikan superindustrial. Maka dari itu, kita harus mencari
tujuan-tujuan pendidikan dan metode-metode dimasa akan datang, bukan justru dimasa lalu .
Jadi intinya, prinsip aliran rekonstruksi adalah menciptakan suatu sistem pendidikan dimana
pendidikan itu mengarah kepada masa depan bukan berjalan lambat dan sistem pendidikan
yang dapat merespon permasalahan yang muncul yang akan datang.

2. Hakikat Rekonstruksionisme

a. Ontologi

Pandangan ontologi menjelaskan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.


Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa relaita itu universal (noor syam). Untuk
mengerti suatu realita beranjak dari suatu yang konkrit dan menuju kearah yang khusus
menampilkan diri dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat dihadapan kita dan dapat
ditangkap oleh indera manusia dan akal pikiran.

Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam metafisika merujuk dualisme,


yang menurut Bakhrie aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam
hakikat sebagai asal sumber yakni hakikat materi dan rohani

b. Epistemologi

Berpijak dari pola pemikiran bahwa untuk memahami realita alam nyata memerlukan
suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini tanpa melalui proses
pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan suatu pintu
gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik indera maupun rasio sama-sama berfungsi
membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam
yang sesungguh sungguhnya. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran
dapat dibuktikan dengan self-evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan
eksistensinya. Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada didalam
pengetahuan ilmu itu sendiri. Contoh adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti bukti
lain atas eksistensi Tuhan. Kajian tentang kebenaran itu diperlukan suatu pemikiran, metode
yang diperlukan guna menuntun agar sampai kepada pemikiran yang hakiki. Penalaran
penalaran memiliki hukum hukum tersendiri agar dijadikan pegangan ke arah penemuan
definisi atau pengertian yang logis .

c. Aksiologi

Menurut Imam Barbadib, aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai


berdasarkan asas asas supernatural yakni menerima nilai natural dan universal, yang abadi
berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi yang potensial dari dan
dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat
diketahuinya. Kemudian manusia sebagai subjek telah memiliki potensi potensi kebaikan dan
keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai
oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran untuk memberi penentuan .
B. Esensi Pendidikan dalam Aliran Filsafat Rekonstruksionise

Hidup, khususnya pendidikan, telah diselenggarakan dengan cara dan pemikiran yang
salah. Oleh karenanya, makin hari hidup dan kehidupan bukannya bertambah baik, justru
malah bertambah buruk. Dunia bahkan mengalami sesuatu yang mereka sebut dalam situasi
krisis dan sakarat. Satu satunya solusi untuk keluar dari semua itu menurut aliran ini tidak lain
adalah dengan mengubah praktek pendidikan yang ada ke dalam konstruksi konstruksi baru .

Kalau dulu pendidikan dianggap sebagai menjauhkan dari masyarakat karena pendidikan
zaman dahulu mengabaikan masalah masalah yang hidup atau yang ada dalam masyarakat,
namun pemikiran ini berkeinginan bahwa pendidikan harus dapat memecahkan persoalan
persoalan yang hidup dalam masyarakat sehingga pendidikan tidak dianggap memisahkan dari
masyarakat.

1. Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 6 tesis ,
yaitu:

a) Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial
baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari
kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus mensponsori perubahan yang benar dalam
nurani manusia. Pendidikan harus menjadi alat utama untuk menjawab atau menyelesaikan
persoalan yang tengah dihadapi, pelaksanaan pendidikan sesegera mungkin dilaksanakan,
kalau pendidikan tidak segera dilaksanakan maka infrastruktur yang lain akan cepat hancur,
maka dari itu pendidikan adalah kunci utama untuk membangun tatanan kehidupan sosial,
karena pendidikan dapat mempengaruhi bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial dan
budaya.

b) Anak, sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
Menurut rekonstruksionalisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok
akan memainkan peran yang penting di sekolah. Untuk menghasilkan pembelajaran yang
harmonis di dalam kelas antara guru, peserta didik dan subjek-subjek pendidikan lainnya maka
mereka harus memahami kebudayaan mereka masing-masing, sehingga mereka akan saling
menghargai.

c) Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana dengan
cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Seorang guru atau pendidik harus memiliki
sikap percaya diri dan merasa bahwa ia mampu untuk membimbing peserta didiknya, dengan
begitu seorang peserta didik akan berhasil dalam membimbing peserta didiknya dan ia tidak
akan diremehkan oleh peserta didik.

d) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan
kebutuhan kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Tujuan pendidikan haruslah disesuaikan dengan
peserta didiknya. Selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya agar
pendidikan mampu menjawab problem-problem dimasyarakat.
e) Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

Menurut Sukmadinata (1997: 93) kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen


yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda :

a) Tujuan dan isi kurikulum, Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.

b) Metode, dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha


mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha
membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda serta bakat minat yang berbeda maka dari itu tugas pendidik
adalah membimbing masing-masing peserta didik untuk menemukan minatnya, minimal
pendidik mampu mendampingi peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.

c) Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa dilibatkan terutama dalam memilih dan
menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Yang dimaksud disini ialah peserta didik
membantu dalam hal memilih bahan atau materi yang telah dipelajari dan layak untuk
dijadikan tes atau evaluasi.

C. Implikasi Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pendidikan

Adanya filsafat pendidikan rekonstruksionisme diharapkan pendidikan di Indonesia


sekarang ini dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial, pendidikan adalah
alat utama untuk menentukan masa depan bangsa, maka dari itu masalah pendidikan
dipandang sangat penting, aliran ini berharap pendidikan dapat mengubah tatanan sosial
masyarakat, pendidikan dapat mengubah perekonomian masyarakat, pendidikan dapat
mengubah segala bentuk apapun yang ada dalam masyarakat. Maka dari itu pendidikan
diharap mampu untuk menjadi agen perubahan sosial, walaupun pada kenyataanya sekarang
pendidikan belum nampak memberikan kontribusi yang luas dalam masyarakat, justru malah
orang-orang dari pendidikan yang merusak negara ini, seperti halnya korupsi yang makin
populer di negara ini, bukankah mereka yang korupsi adalah kaum terdidik? Mustahil orang
yang korupsi itu lulusan SD. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan pada saat
ini belum mampu mengubah tatanan sosial, justru malah merusak tatanan sosial. Pendidikan
di Indonesia belum berhasil, dalam artian belum berhasil dalam menanamkan karakter dan
kepribadian manusia yang berakhlak baik.

Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang


bertumpu pada kecerdasan asal jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi
yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Maksud yang terkandung adalah
bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, seorang pendidik harus mampu menggunakan
metode yang bisa membuat peserta didik atau merangsang peserta didik untuk berfikir dan
berani mengeluarkan pendapat sehingga pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru tetapi
murid atau peserta didiklah yang harus menjadi objek dari pembelajaran, contoh media atau
metode yang digunakan adalah metode diskusi, dengan metode diskusi maka peserta didik
dapat berlatih untuk mengemukakan pendapatnya, dengan begitu maka pembelajaran akan
efektif dan peserta didik dapat aktif dalam belajar, sehingga tidak hanya guru yang menjadi
sumber ilmu, namun peserta didik pun mampu menyumbang pemikiran, dalam berdiskusi
sebaiknya masalah yang diangkat adalah isu-isu aktual yang sedang hangat di masyarakat
sehingga secara tidak langsung peserta didik akan merespon permasalahan yang telah tumbuh
dalam masyarakat, dengan begitu tidak lagi dikatakan bahwa pendidikan telah menjauhkan
dari masyarakat, justru pendidikan mendekatkan peserta didik dengan masyarakat dan
memberikan sumbangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memecahkan permasalahan
yang ada. Dengan begitu pendidikan akan benar-benar berguna bagi masyarakat. Namun pada
kenyataannya di dalam proses pembelajaran masih ada pendidik melakukan metode tanpa
variasi yaitu metode ceramah secara terus menerus tanpa memperdulikan peserta didik,
peserta didik di suruh mendengarkan ceramah dari guru tanpa diminta kontribusinya atau
tanpa diminta menanggapi, sedangkan permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang
basi yang sudah tidak layak dibahas lagi, dengan begitu peserta didik serasa tidak
mendapatkan hasil apa-apa dan pendidikan hanya sebagai simbol belaka tanpa guna,
pendidikan justru mencetak generasi-generasi yang takut berbicara atau generasi pasif.

Jika pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis
dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial. Seperti telah
dibahas di atas bahwa pendidikan harus mampu memberi kontribusi kepada masyarakat
dengan cara merespon permasalahan yang sedang timbul di masyarakat, baik itu masalah
ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya, pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu
mengajak peserta didiknya berfikir dan peka terhadap permasalahan yang sekarang
masyarakat hadapi, sebaliknya pendidik yang tidak rekonstruksionis adalah pendidik yang
takut atau tidak berani mengajak peserta didiknya dalam menghadapi permasalahan yang
sedang hangat dibicarakan, dengan begitu peserta didik akan semakin dekat dengan
permasalahan yang ada dalam masyarakat.
BAB III

penutup

A.Kesimpulan

Latar belakang munculnya filsafat pendidikan rekonstuksionisme adalah karena di


dunia telah mengalami krisis yang hebat, yaitu adanya totalitarianisme dan lain sebagainya, hal
itu menyebabkan Count seorang pencetus filsafat ini menganggap bahwa pendidikan adalah
suatu bidang yang layak untuk menyelamatkan dunia.

Esensi pendidikan dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah bahwa


pendidikan yang dimaksudkan dalam filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah seperti
apa yang dikemukakan Brameld, yaitu pendidikan yang harus dilaksanakan sesegera mungkin,
subjek pendidikan dikondisikan dengan budaya, guru harus memiliki sikap percaya diri, dan
lain sebagaimya.

Implikasi filsafat rekonstruksionisme dalam pendidikan adalah bahwa filsafat


pendidikan rekonstruksionisme yang menginginkan pendidikan dapat menjadi agen perubahan
tatanan sosial, pendidikan mampu menawarkan solusi dalam permasalahan yang ada dalam
masyarakat dan pendidikan yang aktif mengajarkan aperubahan sosial ternyata belum
sepenuhnya terlaksana

B.Saran

Setelah mempelajari aliran rekonstruksionisme,maka seorang guru harus mampu


menyadarkan peserta didik terhadap masalah masalah yang dihadapinya,seorang guru harus
membantu peserta didik mengidentifikasi masalah masalah untuk di pecahkan.Guru juga harus
mampu mendorong peserta didik untuk dapat berfikir tentang alternatif alternatif dalam
memecahkan masalah dikehidupan modern ini.
DAFTAR PUSTAKA

H.W, Teguh Wangsa Gandhi. 2011. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: ARRUS
MEDIA

Http://maragustamsiregar.wordpress.com

M.Ed, Drs. Abdullah Idi, Prof. Dr. H. Jalaluddin. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta : GAYA MEDIA
PRATAMA

M. Ed, Drs. H.M Djumberanjah Indar. 1994. Filsafat Pendidikan. Surabaya: KARYA ABDITAMA

R. Knight, George, Dr. Mahmud Arif, M.Ag. (Terj). 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Gama
Media

Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CU ALFABETA

Anda mungkin juga menyukai