Psikologi Peserta Didik Pendidikan Seks
Psikologi Peserta Didik Pendidikan Seks
DISUSUN OLEH :
KEPULAUAN RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pendidikan Seks Peserta Didik ............................................................................................ 3
B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik ................................................................................ 4
C. Nilai dan Pentingnya Pendidikan Seks Peserta Didik.......................................................... 5
D. Teknik Pendidikan Seks Peserta Didik ................................................................................ 5
E. Dampak Minimnya Pendidikan Seks Pada Peserta Didik ................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................................... 8
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas adalah bagian yang integral dalam kehidupan manusia. Seksualitas tidak hanya
berhubungan dengan reproduksi tetapi juga terkait dengan masalah kebiasaan, agama, seni,
moral, dan hukum. Yang menjadi pertanyaan siapakah yang bertugas memberikan pendidikan
seksualitas kepada anak, disekolahkah? Atau orang tuanya dirumah? Maraknya kasus sex
bebas, sex child abuse, dan beberapa kasus lainnya. Jika kita perhatikan dari gejala dan akibat-
akibat yang ditimbulkan oleh child sexual abuse nampaknya pendidikan seksualitas adalah
tanggung jawab kita bersama, baik orang tua, guru, praktisi, dan akademisi pendidikan serta
masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diungkapkan oleh Alfa dan Aam (2008: 13) bahwa
"guru pertama pendidikan seksualitas adalah orang tua sebab orang tua akan jauh lebih epektif
karena kebersamaan anak dan orang tua kapasitas waktunya lebih banyak."
Keresahan orangtua terhadap perkembangan free sex sudah sampai pada kondisi darurat
yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak terutama tokoh agama,
aktivis pendidikan, dan pemerintah yang mendapatkan amanah dari rakyat untuk
menyejahterakan dan membahagiakan kehidupan warga-bangsanya. Perhatian harus
ditingkatkan karena perkembangan media dan fasilitas yang menjurus ke free sex saat ini
semakin canggih, lengkap, dan mudah diakses oleh masyarakat miskin sekalipun. Fasilitas dan
media yang berpotensi merusak moralitas generasi ini tidak berimbang dengan kebijakan dan
tanggap darurat yang dimiliki oleh pemerintah juga tokoh-tokoh pendidikan dan agama.
Perebutan dominasi ke arah kebebasan negatif dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera
dilakukan antisipasinya dengan cerdas.
Media elektronik semacam TV, video, CD, film, internet, HP, dan media cetak seperti
koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas stensilan yang berbau porno dapat diakses
oleh semua lapisan masyarakat, dan semakin terbuka dan mudah, tanpa ada pengendalian yang
memadai. Orangtua dan pemerintah semakin permisif dan seakan memberikan “dukungan”,
karenanya produk “kelam” ini cukup laris di pasaran.
Pendapat beberapa orang tua yang menganggap bahwa pendidikan seks untuk anak-anak
adalah tabu, ternyata keliru. Pendidikan seks tidaklah sesempit yang diekspektasikan
kebanyakan masyarakat, pendidikan seks sangatlah luas. Pendidikan seks erat kaitannya
dengan cara mendidik anak di rumah maupun di sekolah. Menurut Suwaid (2010: 548) ada
beberapa cara mengarahkan kecenderungan seksual anak, diantaranya: 1) melatih anak
meminta izin ketika masuk rumah atau kamar orang tua; 2) membiasakan anak menundukkan
1
pandangan dan menutup aurat; 3) memisahkan tempat tidur anak; 4) melatih mandi wajib; 5)
menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya berzina.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan seks peserta didik?
2. Apa saja tujuan dari Pendidikan seks peserta didik?
3. Bagaimana bentuk nilai pada Pendidikan seks dan seberapa penting Pendidikan seks untuk
peserta didik?
4. Apa saja Teknik yang digunakan dalam menyampaikan tentang Pendidikan seks peserta
didik?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kurangnya pemahaman peserta didik tentang
Pendidikan seks?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertia Pendidikan seks peserta didik.
2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan seks peserta didik.
3. Untuk mengetahui nilai dan pentingnya Pendidikan seks bagi peserta didik.
4. Untuk mengetahui Teknik yang tepat dalam menyampaikan Pendidikan seks peserta didik.
5. Untuk mengetahui dampak yang timbul akibat kurangnya edukasi tentang Pendidikan seks
peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ahmad D. Rimba, pendidikan ialah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik
kepada peserta didik dengan tujuan membentuk kepribadian yang utama secara jasmani dan
rohani.
Jadi, Pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses sadar yang diberikan kepada peserta
didik dalam upaya mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui proses belajar
mengajar dan pelatihan.
Sedangkan kata seks (jenis kelamin biologis) adalah perbedaan biologis atau alat
reproduksi laki-laki dan perempuan yang ada sejak lahir dan tidak dapat diubah secara alamiah
kecuali dilakukan dengan menggunakan teknologi. Pada dasarnya fungsi utama seks adalah
untuk kelestarian keturunan. Pengertian ini berlaku untuk semau makhluk, manusia dan
binatang pada umumnya. Hanya saja cara mengekspresikannya yang berbeda. Binarang
melakukan aktifitas seksualnya banyak didorong oleh naluri instingnya, sedangkan manusia
digerakkan oleh banyak factor yang sangat kompleks, yaitu aspek kejiwaan, akal, emosi,
kegiatan, latar belakang kehidupan, Pendidikan, status social dan lain sebagainya. Namun
hakikatnya, Pendidikan seks memiliki pengertian yang sangat kompleks yaitu upaya yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik mengenai pengetahuan biologis, psikologis, dan
psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia.
3
Sehingga dapat disimpulkan Pendidikan seks peserta didik adalah suatu usaha sadar untuk
membekali pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan nilai moral,
etika serta agana agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan organ reproduksi
tersebut.
Pendidikan seks ini merupakan komponen pokok dari kehidupan yang dibutuhkan
manusia, karena pada hakikatnya mempelajari Pendidikan seks berarti mempelajari kebutuhan
hidup. Dari pengertian yang dipaparkan diatas pendidikan seks merupakan pembahasan yang
sangat luas tidak hanya sekadar tentang dimensi fisik, tetapi juga psikis dan social.
Delapan tujuan Pendidikan seks menurut Halstead tersebut jika dikaitkan dengan latar
belakang makalah ini, dapat dirangkum menjadi:
1. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan utnuk mengenalkan anggota-anggota
tubuhnya, sehingga anak mampu merawat dan menjaga anggota tubuhnya dengan baik.
4
2. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk mengubah pola pikiran orang tua, guru,
dan masyarakat tentang Pendidikan seks, sehingga mereka mampu memberikan dan
mendiskusikan mengenai Pendidikan seks kepada anak sesuai tingkat perkembangannya.
3. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk memberi kesadaran terhadap orang tua,
guru dan masyarakat tentang pentingnya menjaga anak-anak dari perbuatan kekerasan dan
pelecehan seksual.
6
E. Dampak Minimnya Pendidikan Seks Pada Peserta Didik
Pada zaman modernisasi ini, minimnya Pendidikan seksual pada anak berakibat perlakuan seks
bebas merajalela. Perilakuan seks bebas merupakan sesuatu yang agak umum di kalangan
masyarakat sekarang. Seks merupakan desakan reproduktif yang semula jadi bagi seseorang
untuk memulakan satu keluarga dan juga tarikan seksual yang biasanya dikongsi di antara satu
pasangan. Perlakuan seks bebas ialah pergaulan seks tanpa mengira pasangannya. Seks bebas
merupakan aktivitas yang tidak sehat karena membawa banyak implikasi yang negative.
Persoalannya apakah yang mendorong orang ramai terjebak dalam perlakuan seks bebas ini
terutama remaja? Maka jawabannya adalah minimnya pengetahuan pelaku tentang akibat dari
perlakuan seksual yang mereka lakukan dan rasa ingin tahu yang berlebihan pada diri tanpa
dibentengi dengan ajaran agama.
Akibat dari penyakit seks bebas diluar nikah dapat menimbulakn penyakit HIV/AIDS dan
penyakit lainnya. Seperti herves genital, sifilis, kencing nanah, klamidia, kutil dikelamin,
hepatitis B, kanker prostat, kanker serviks (leher Rahim) dan trichomoniasis bagi pelakunya.
Sehingga pentingnya edukasi terkait Pendidikan seks pada peserta didik untuk menambah
pengetahuan dan pemahamannya dan untuk mengurangi persentasi terjadi penyimpangan
perilaku terkait seksualnya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan seks peserta didik memiliki dua kata kunci yaitu Pendidikan dan seks. Pendidikan
bisa diartikan sebagai suatu proses sadar yang diberikan kepada peserta didik dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui proses belajar mengajar dan
pelatihan. Seks (jenis kelamin biologis) adalah perbedaan biologis atau alat reproduksi laki-
laki dan perempuan yang ada sejak lahir dan tidak dapat diubah secara alamiah kecuali
dilakukan dengan menggunakan teknologi.
Pendidikan seks peserta didik adalah suatu usaha sadar untuk membekali pengetahuan tentang
fungsi organ reproduksi dengan menanamkan nilai moral, etika serta agama agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Pendidikan seks merupakan
pembahasan yang sangat luas tidak hanya sekadar tentang dimesi fisik, tetapi juga psikis dan
social.
Terdapat nilai penting dalam Pendidikan seks yaitu menjaga moralitas social di masyarakat
dan agar generasi penerus bangsa menjadi generasi cerdas dan berakhlak mulia. Pendidikan
seks “sex education” sangat penting diberikan terutama pada anak yang sedang masa pubertas
untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mengindari
dampak-dampak negative yang ditimbulkannya seperti hubungan seks diluar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan penyakit kelamin dan sebagainya.
B. Saran
Sebagai calon orang tua dan guru dimasa yang akan datang harus memberikan edukasi terkait
sex education kepada anak kita atau peserta didik. Hal ini dilakukan agar mereka tahu fungsi
8
organ reproduksi dan dapat tahu batasan antara laki-laki dan perempuan. Dan dari diri peserta
didik juga harus ada niat untuk belajar dan patuh akan agama, serta mencari teman yang dapat
memberikan pengaruh positif untuk hidup agar dapat menghindari hal hal yang tidak
diinginkan seperti melakukan seks pranikah. Dan untuk sekolah bisa memasukkan program
tentang pemberian pendidikan seks yaitu dengan penyuluhan Kesehatan reproduksi yang
bekerja sama antara pihak sekolah dengan dinas kesehatan setempat.
9
DAFTAR ISI
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
El Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tiga Serangkai
Hamali, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Mubin, Mas’ud dan A. Ma’ruf Asrori. 1998. Menyikap Problema Seks Suami Isteri. Surabaya: Al
Miftah
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka, 1992
Rasyid, Moh. 2013. Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih
Bermoral. Semarang: Rasail.
Surtiretna, Nina. 2006. Remaja dan Problema Seks. Bandung: Remaja Rosdakarya
Surtiretna, Nirna. 2001. Bimbingan SeksBbagi Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selakta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
10