Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PESERTA DIDIK

“Konsep Pendidikan Seks Peserta Didik”

Dosen Pengampu : Nadya Nela Rosa, M.Psi

DISUSUN OLEH :

Tanding Dwi Kartika NIM 20.1494

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN ABDURRAHMAN

KEPULAUAN RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayat-Nya. Segala
pujian hanya layak kita berikan kepada Allah SWT. Tuhan seluruh alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta petunju-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Psikologi Peserta Didik yang berjudul “Konsep Pendidikan Seks Peserta
Didik”. Shalawat beserta salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan kita, yaitu baginda
Nabi Muhammad SAW dengan ucapan Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Ali
Sayyidina Muhammad.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nadya Nela Rosa, M.Psi selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
penulis pribadi dan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan
didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi penulis pribadi dan untuk semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bintan, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pendidikan Seks Peserta Didik ............................................................................................ 3
B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik ................................................................................ 4
C. Nilai dan Pentingnya Pendidikan Seks Peserta Didik.......................................................... 5
D. Teknik Pendidikan Seks Peserta Didik ................................................................................ 5
E. Dampak Minimnya Pendidikan Seks Pada Peserta Didik ................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................................... 8
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seksualitas adalah bagian yang integral dalam kehidupan manusia. Seksualitas tidak hanya
berhubungan dengan reproduksi tetapi juga terkait dengan masalah kebiasaan, agama, seni,
moral, dan hukum. Yang menjadi pertanyaan siapakah yang bertugas memberikan pendidikan
seksualitas kepada anak, disekolahkah? Atau orang tuanya dirumah? Maraknya kasus sex
bebas, sex child abuse, dan beberapa kasus lainnya. Jika kita perhatikan dari gejala dan akibat-
akibat yang ditimbulkan oleh child sexual abuse nampaknya pendidikan seksualitas adalah
tanggung jawab kita bersama, baik orang tua, guru, praktisi, dan akademisi pendidikan serta
masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diungkapkan oleh Alfa dan Aam (2008: 13) bahwa
"guru pertama pendidikan seksualitas adalah orang tua sebab orang tua akan jauh lebih epektif
karena kebersamaan anak dan orang tua kapasitas waktunya lebih banyak."

Keresahan orangtua terhadap perkembangan free sex sudah sampai pada kondisi darurat
yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak terutama tokoh agama,
aktivis pendidikan, dan pemerintah yang mendapatkan amanah dari rakyat untuk
menyejahterakan dan membahagiakan kehidupan warga-bangsanya. Perhatian harus
ditingkatkan karena perkembangan media dan fasilitas yang menjurus ke free sex saat ini
semakin canggih, lengkap, dan mudah diakses oleh masyarakat miskin sekalipun. Fasilitas dan
media yang berpotensi merusak moralitas generasi ini tidak berimbang dengan kebijakan dan
tanggap darurat yang dimiliki oleh pemerintah juga tokoh-tokoh pendidikan dan agama.
Perebutan dominasi ke arah kebebasan negatif dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera
dilakukan antisipasinya dengan cerdas.

Media elektronik semacam TV, video, CD, film, internet, HP, dan media cetak seperti
koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas stensilan yang berbau porno dapat diakses
oleh semua lapisan masyarakat, dan semakin terbuka dan mudah, tanpa ada pengendalian yang
memadai. Orangtua dan pemerintah semakin permisif dan seakan memberikan “dukungan”,
karenanya produk “kelam” ini cukup laris di pasaran.

Pendapat beberapa orang tua yang menganggap bahwa pendidikan seks untuk anak-anak
adalah tabu, ternyata keliru. Pendidikan seks tidaklah sesempit yang diekspektasikan
kebanyakan masyarakat, pendidikan seks sangatlah luas. Pendidikan seks erat kaitannya
dengan cara mendidik anak di rumah maupun di sekolah. Menurut Suwaid (2010: 548) ada
beberapa cara mengarahkan kecenderungan seksual anak, diantaranya: 1) melatih anak
meminta izin ketika masuk rumah atau kamar orang tua; 2) membiasakan anak menundukkan

1
pandangan dan menutup aurat; 3) memisahkan tempat tidur anak; 4) melatih mandi wajib; 5)
menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya berzina.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan seks peserta didik?
2. Apa saja tujuan dari Pendidikan seks peserta didik?
3. Bagaimana bentuk nilai pada Pendidikan seks dan seberapa penting Pendidikan seks untuk
peserta didik?
4. Apa saja Teknik yang digunakan dalam menyampaikan tentang Pendidikan seks peserta
didik?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kurangnya pemahaman peserta didik tentang
Pendidikan seks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertia Pendidikan seks peserta didik.
2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan seks peserta didik.
3. Untuk mengetahui nilai dan pentingnya Pendidikan seks bagi peserta didik.
4. Untuk mengetahui Teknik yang tepat dalam menyampaikan Pendidikan seks peserta didik.
5. Untuk mengetahui dampak yang timbul akibat kurangnya edukasi tentang Pendidikan seks
peserta didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Seks Peserta Didik


Pendidikan seks peserta didik memiliki dua kata kunci yaitu Pendidikan dan seks. Dalam
bahasa Inggris pendidikan berarti education. Sedangkan dalam bahasa latin berarti educatum
yang berasal dari kata E dan Duco, E berarti perkembangan dari luar dari dalam ataupun
perkembangan dari sedikit menuju banyak, sedangkan Duco berarti sedang berkembang. Dari
sinilah, pendidikan bisa juga disebut sebagai upaya guna mengembangkan kemampuan diri.
Menurut Wikipedia, pendidikan ialah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya
melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun
kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan.

Ki Hajar Dewantara, ia mengemukakan bahwa pengertian pendidikan ialah tuntunan


tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun
kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan
kebahagiaan dalam hidup mereka.

Ahmad D. Rimba, pendidikan ialah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik
kepada peserta didik dengan tujuan membentuk kepribadian yang utama secara jasmani dan
rohani.

Jadi, Pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses sadar yang diberikan kepada peserta
didik dalam upaya mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui proses belajar
mengajar dan pelatihan.

Sedangkan kata seks (jenis kelamin biologis) adalah perbedaan biologis atau alat
reproduksi laki-laki dan perempuan yang ada sejak lahir dan tidak dapat diubah secara alamiah
kecuali dilakukan dengan menggunakan teknologi. Pada dasarnya fungsi utama seks adalah
untuk kelestarian keturunan. Pengertian ini berlaku untuk semau makhluk, manusia dan
binatang pada umumnya. Hanya saja cara mengekspresikannya yang berbeda. Binarang
melakukan aktifitas seksualnya banyak didorong oleh naluri instingnya, sedangkan manusia
digerakkan oleh banyak factor yang sangat kompleks, yaitu aspek kejiwaan, akal, emosi,
kegiatan, latar belakang kehidupan, Pendidikan, status social dan lain sebagainya. Namun
hakikatnya, Pendidikan seks memiliki pengertian yang sangat kompleks yaitu upaya yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik mengenai pengetahuan biologis, psikologis, dan
psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia.

3
Sehingga dapat disimpulkan Pendidikan seks peserta didik adalah suatu usaha sadar untuk
membekali pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan nilai moral,
etika serta agana agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan organ reproduksi
tersebut.

Pendidikan seks ini merupakan komponen pokok dari kehidupan yang dibutuhkan
manusia, karena pada hakikatnya mempelajari Pendidikan seks berarti mempelajari kebutuhan
hidup. Dari pengertian yang dipaparkan diatas pendidikan seks merupakan pembahasan yang
sangat luas tidak hanya sekadar tentang dimensi fisik, tetapi juga psikis dan social.

B. Tujuan Pendidikan Seks Peserta Didik


Masalah seksualitas tidak dapat dipandang daro sisi transaksi hubungan fisik saja. Menurut
Masters, Johnson & Kolodny dalam Paramastri dan Helmi (1998:26) seksualitas lebih
merupakan fenomena multidimensi yang terdiri atas aspek biologis, psikososial, perilaku,
klinis, moral, dan budaya.
Sifat seks yang multidimensi ini perlu upaya untuk mengenalkan, mengajarkan dan
mendidik mengenai keenam aspek mengenai seks yang menjadikan hal ini tidak mudah seperti
yang orang tua dan guru pikirkan. Masih banyak orang tua dan guru saat ini yang berpikiran
sempit mengenai seks, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak membahas seks kepada
anak-anak mereka karena hal ini masih dianggap tabu. Padahal, beberapa riset menyimpulkan
bahwa Pendidikan dan diskusi tentang seks bersama orang tua dan guru akan berdampak positif
bagi perkembangan anak karena hal ini akan membuat pikiran mereka lebih terbuka.
Menurut Halstead (Roqib, 2008: 276) secara garis besar Pendidikan seks yang diberikan
sejak dini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber, dan
kehamilan.
2. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat Tindakan seksual.
4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
5. Mendorong hubungan yang baik dan sehat.
6. Mencegah remaha di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sesuai intercourse).
7. Mengurangi kasus infeksi melalui seks.
8. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Delapan tujuan Pendidikan seks menurut Halstead tersebut jika dikaitkan dengan latar
belakang makalah ini, dapat dirangkum menjadi:
1. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan utnuk mengenalkan anggota-anggota
tubuhnya, sehingga anak mampu merawat dan menjaga anggota tubuhnya dengan baik.

4
2. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk mengubah pola pikiran orang tua, guru,
dan masyarakat tentang Pendidikan seks, sehingga mereka mampu memberikan dan
mendiskusikan mengenai Pendidikan seks kepada anak sesuai tingkat perkembangannya.
3. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk memberi kesadaran terhadap orang tua,
guru dan masyarakat tentang pentingnya menjaga anak-anak dari perbuatan kekerasan dan
pelecehan seksual.

C. Nilai dan Pentingnya Pendidikan Seks Peserta Didik


Pendidikan seks berkaitan dengan hubungan manusia yang meliputi dimensi moral.
Pelaksanaan Pendidikan seks merupakan hal yang krusial (penting dan mendesak) terutama
pada saat ini, mengingat mudahnya individu mengakses informasi dan sarana-prasarana
berkaitan dengan perilaku seksual. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan seks sangat
luas, didalamnya menyangkut moralitas social yang menjadi tolak ukur sebuah kecakapan
dalam masyarakat.
Dalam pandangan Islam, Pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari Islam itu sendiri,
karena harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dalam mempelajari Pendidikan
seks diharapkan dapat membentuk individu peserta didik atau remaja menjadi lebih dewasa
dan bertanggung jawab, karena pada hakikatnya Pendidikan seks dirancang untuk menjaga
moral umat dan membentuk umat yang berakhlak mulia.
Dari nilai-nilai Pendidikan seks dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan seks memiliki
peran penting dalam tumbuh kembang anak agar tidak menyimpang. Jika berbicara tentang
seks, maka yang tebesit dalam benak Sebagian besar orang adalah hubungan badan antara laki-
laki dan perempuan. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan
perempuan secara biologis. Orang menganggap tabu jika sudah mengarah kepada hal yang
seperti ini.
Pendidikan seks “sex education” sangat penting diberikan terutama pada anak yang sedang
masa pubertas untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan
mengindari dampak-dampak negative yang ditimbulkannya seperti hubungan seks diluar
nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan penyakit kelamin dan sebagainya.
Munculnya kasus pergaulan bebas membuat orang tua, guru dan masyarakat resah, hal ini juga
dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus factor perekonomian
global.

D. Teknik Pendidikan Seks Peserta Didik


Anak adalah organisme yang memiliki keunikannya masing-masing. Namun, terdapat
kesamaan diantara peserta didik terutama pada masa sekolah dasar, yaitu mereka sering
melakukan peniruan. Terkadang sifat peniruan ini tidak disadari oleh kebanyakan orang tua
dan guru, terutama mengenai seks. Secara edukatif, anak bisa diberikan Pendidikan seks sejak
ia bertanya seputar seks. Bisa jadi pertanyaan anak tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu
5
ekspresi anak harus bisa ditangkap oleh orang tua atau pendidik. Nurhayati Syaifuddin (Roqib,
2008:277) menyatakan bahwa Pendidikan seks untuk peserta didik di sekolah dasar adalah
dengan Teknik atau strategi sebagai berikut:
1. Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya.
2. Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih saying dari
orangtuanya secara tulus.
3. Membantuk anak memahami perbedaan perlaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di
depan umum seperti anak selesai mandi harus menggunakan baju Kembali di dalam kamar
mandi atau di dalam kamar. Anak diberi tahu tentang hal-hal pribadi, seperti tidak boleh
disentuh, dan dilihat orang lain.
4. Mengajarkan anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-lai dan perempuan.
5. Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh seperti hamil dan melahirkan
dalam kalimat sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai dengan tingkat
kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti “anak datang dari
langit atau dibawa burung”. Penjelasan sesuai dengan keingintahuan atau pertanyaan anak
misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang.
6. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu
mengindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atau bentuk serta fungsi tubuhnya
sendiri.
7. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan
fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria,
daripada mengatakan tempe atau burung.
8. Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau
pembicaraan seks adalah pribadi.
9. Memberikan dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orang
tua untuk setiap pertanyaan tentang seks.
10. Perlu ditambahkan, Teknik Pendidikan seks dengan memberikan pemahaman kepada anak
tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur social dan ajaran agama
yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.
11. Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam kehidupan
sehari-hari dan juga saat melaksanakan salat akan mempermudah anak memahami dan
menghormati anggota tubuhnya.
Sebagaimana telah disebutkan, Teknik Pendidikan seks tersebut dilakukan dengan
menyesuaikan terhadap perkembangan anak sehingga Teknik penyampaian dan Bahasa
sangat perlu dipertimbangkan.

6
E. Dampak Minimnya Pendidikan Seks Pada Peserta Didik
Pada zaman modernisasi ini, minimnya Pendidikan seksual pada anak berakibat perlakuan seks
bebas merajalela. Perilakuan seks bebas merupakan sesuatu yang agak umum di kalangan
masyarakat sekarang. Seks merupakan desakan reproduktif yang semula jadi bagi seseorang
untuk memulakan satu keluarga dan juga tarikan seksual yang biasanya dikongsi di antara satu
pasangan. Perlakuan seks bebas ialah pergaulan seks tanpa mengira pasangannya. Seks bebas
merupakan aktivitas yang tidak sehat karena membawa banyak implikasi yang negative.
Persoalannya apakah yang mendorong orang ramai terjebak dalam perlakuan seks bebas ini
terutama remaja? Maka jawabannya adalah minimnya pengetahuan pelaku tentang akibat dari
perlakuan seksual yang mereka lakukan dan rasa ingin tahu yang berlebihan pada diri tanpa
dibentengi dengan ajaran agama.
Akibat dari penyakit seks bebas diluar nikah dapat menimbulakn penyakit HIV/AIDS dan
penyakit lainnya. Seperti herves genital, sifilis, kencing nanah, klamidia, kutil dikelamin,
hepatitis B, kanker prostat, kanker serviks (leher Rahim) dan trichomoniasis bagi pelakunya.
Sehingga pentingnya edukasi terkait Pendidikan seks pada peserta didik untuk menambah
pengetahuan dan pemahamannya dan untuk mengurangi persentasi terjadi penyimpangan
perilaku terkait seksualnya.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan seks peserta didik memiliki dua kata kunci yaitu Pendidikan dan seks. Pendidikan
bisa diartikan sebagai suatu proses sadar yang diberikan kepada peserta didik dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui proses belajar mengajar dan
pelatihan. Seks (jenis kelamin biologis) adalah perbedaan biologis atau alat reproduksi laki-
laki dan perempuan yang ada sejak lahir dan tidak dapat diubah secara alamiah kecuali
dilakukan dengan menggunakan teknologi.

Pendidikan seks peserta didik adalah suatu usaha sadar untuk membekali pengetahuan tentang
fungsi organ reproduksi dengan menanamkan nilai moral, etika serta agama agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Pendidikan seks merupakan
pembahasan yang sangat luas tidak hanya sekadar tentang dimesi fisik, tetapi juga psikis dan
social.

Secara garis besar fungsi Pendidikan seks adalah sebagai berikut:


1. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan utnuk mengenalkan anggota-anggota
tubuhnya, sehingga anak mampu merawat dan menjaga anggota tubuhnya dengan baik.
2. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk mengubah pola pikiran orang tua, guru,
dan masyarakat tentang Pendidikan seks, sehingga mereka mampu memberikan dan
mendiskusikan mengenai Pendidikan seks kepada anak sesuai tingkat perkembangannya.
3. Pendidikan seks pada peserta didik bertujuan untuk memberi kesadaran terhadap orang tua,
guru dan masyarakat tentang pentingnya menjaga anak-anak dari perbuatan kekerasan dan
pelecehan seksual.

Terdapat nilai penting dalam Pendidikan seks yaitu menjaga moralitas social di masyarakat
dan agar generasi penerus bangsa menjadi generasi cerdas dan berakhlak mulia. Pendidikan
seks “sex education” sangat penting diberikan terutama pada anak yang sedang masa pubertas
untuk mengantisipasi, mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mengindari
dampak-dampak negative yang ditimbulkannya seperti hubungan seks diluar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan penyakit kelamin dan sebagainya.

B. Saran
Sebagai calon orang tua dan guru dimasa yang akan datang harus memberikan edukasi terkait
sex education kepada anak kita atau peserta didik. Hal ini dilakukan agar mereka tahu fungsi
8
organ reproduksi dan dapat tahu batasan antara laki-laki dan perempuan. Dan dari diri peserta
didik juga harus ada niat untuk belajar dan patuh akan agama, serta mencari teman yang dapat
memberikan pengaruh positif untuk hidup agar dapat menghindari hal hal yang tidak
diinginkan seperti melakukan seks pranikah. Dan untuk sekolah bisa memasukkan program
tentang pemberian pendidikan seks yaitu dengan penyuluhan Kesehatan reproduksi yang
bekerja sama antara pihak sekolah dengan dinas kesehatan setempat.

9
DAFTAR ISI

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

El Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tiga Serangkai

Hamali, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Mubin, Mas’ud dan A. Ma’ruf Asrori. 1998. Menyikap Problema Seks Suami Isteri. Surabaya: Al
Miftah

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka, 1992

Rasyid, Moh. 2013. Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih
Bermoral. Semarang: Rasail.

Surtiretna, Nina. 2006. Remaja dan Problema Seks. Bandung: Remaja Rosdakarya

Surtiretna, Nirna. 2001. Bimbingan SeksBbagi Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selakta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

10

Anda mungkin juga menyukai