DISUSUN OLEH:
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh
Disetujui Oleh
MPP
NIP. 197009091996031001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim merupakan jenis penyakit
kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun atau wanita usia
produktif. Kanker serviks menempati urutan ke dua menyerang wanita dalam usia subur,
yang pada tahun 2005 menyebabkan lebih dari 250.000 angka kematian. Sekitar 80 %
dari jumlah kematian tersebut terjadi pada negara berkembang. Tanpa penatalaksanaan
yang konkrit, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25 % dalam
jangka waktu 10 tahun mendatang (WHO, 2006).
Laporan World Health Organization (WHO) dalam penelitian Nurhidayati, 2020
menunjukkan bahwa kasus kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana
diperkirakan 10 juta kasus baru pertahun dan akan meningkat menjadi 15 juta kasus pada
tahun 2020. Di negara-negara yang maju diperkirakan 40-50% wanita berkesempatan
untuk melakukan skrining dengan tes Pap-Smear. Kasus kanker serviks di negara
berkembang diperkirakan hanya 5% yang berkesempatan menjalani skrining, oleh karena
itu kanker serviks termasuk kanker tersering pada wanita dan merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia. Penyebab kematian nomor 1 di negara
berkembang. Penderita kanker serviks di Indonesia jumlahnya meningkat,saat ini ada
sekitar 200 ribu kasus setiap tahunnya, penyakit ini merupakan penyebab kematian utama
kanker pada wanita dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia, bahkan tiap
tahunnya sekitar seperempat juta wanita meninggal karena penyakit ini (Nurhidayati,
2020).
Pasien dengan kanker serviks tentunya akan banyak mengalami perubahan dalam
kondisi tubuhnya. Penurunan kualitas kesehatan akan berpengaruh bain untuk kondisi
fisik maupun mentalnya. Perawatan pasien dengan kanker serviks harus dilakukan
dengan menyeluruh dalam membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan agar dapat meningkatkan kualitas hidup serta
semangat sembuh dari pasien.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Kanker Serviks di Ruang Rajawali 4B RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks
di Ruang Rajawali 4B RSUP Dr. Kariadi Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi kanker serviks
b. Untuk mengetahui etiologi kanker serviks
c. Untuk mengetahui stadium kanker serviks
d. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
e. Untuk mengetahui pathways kanker serviks
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker serviks
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipospadia
DATA SOSIAL PASIEN RAWAT INAP
Pasien datang ke IGD dengan keluhan adanya perdarahan dari jalan lahir sekitar 2 pembalut. Pasien sering mengalami
perdarahan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengatakan bahwa riwayat menstruasi sebelumnya teratur, keluhan disertai dengan
keputihan. Pasien pernah memeriksakan kondisinya ke SpOG pada akhir Januari 2022 dan dilakukan biopsi pada mulut rahim.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya kanker pada serviks. Selain sering mengalami perdarahan, pasien juga sering merasa
nyeri di bagian perut bawah dengan skala nyeri VAS 4, nyeri terasa mencengkeram dan hilang timbul.
NAMA : Ny. P
Tgl Lahir/Umur : 22-01-1987 35 Thn,2 Bln,22 Hari Th
Jenis Kelamin :P
LEMBAR PENGKAJIAN JATUH PASIEN No Register : 11972950
Tanggal Masuk : 12-04-2022
RAWAT INAP DEWASA (MORSE FALL) Ruang Rawat : P.RAJAWALI 4B
Kelas Rawat : III
Nama DPJP : Very Great Eka Putra,,dr.,Sp.OG
Nama PPJA : ISHARJITO
Hitunglah Skor Resiko Jatuh Pasien pada saat pasien masuk rawat inap
Nilai ulang setiap 2 hari/ketika terjadi perubahan kondisi/saat pasien ditransfer dari Unit lain/pasien post
operasi/setelah pasien jatuh
Resiko Tinggi : Intervensi setiap 4 jam Resiko Sedang : Intevensi setiap 8 jam Resiko
Rendah : Intervensi setiap Shift
DM ( - ), HT ( - ), tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti pasien
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan / atau dibawa pasien saat ini :
Tidak ada
Hasil Pemeriksaan Penunjang (Untuk Pemeriksaan Penunjang yang Telah Ada)
Tanggal Pemeriksaan Kesan Hasil
13-04-2022 Lab Hb : 5.4, Leu : 13.8, Tr: 878
Sistem Kardiovaskuler :
Bunyi jantung I- II reguler, normal
Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : dinding abdomen simetris, tidak ada jejas atau lesi
Auskultasi : bising usus : 7x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen sebelah kiri bawah
Kriteria pasien yang dilakukan Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) saat assesmen awal
Pasien dengan kebutuhan pelayanan kesehatan medis atau keperawatan yang berkelanjutan panjang (misalnya: penyakit kronis,
pasien dengan rawat luka yang lama, dll)
Pasien yang dinilai akan memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari di rumah
Keluhan utama :
1. Perdarahan dari jalan lahir dan lemas
2. Nyeri mencengkereram pada area abdomen bagian kiri bawah. Nyeri sudah dirasakan 8 bulan
yang lalu
P : saat beraktivitas, Q : mencengkeram, R : abdomen kiri bawah, S : skala 4, T : hilang timbul
- Sistem respirasi : dada asimetris, perkembangan dada kanan dan kiri tidak simetris, redup
di paru sinistra, suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
- Sistem kardiovaskuler : redup di bagian sinistra, bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak
ada suara tambahan.
- Pasien tampak lemas dan meringis kesakitan
Pengkajian dilakukan tanggal 20 April 2022 (post kemoterapi) didapatkan data sebagai
berikut:
Keluhan utama :
1. Lemas, perdarahan dari jalan lahir minimal
2. Nyeri mencengkereram pada area abdomen bagian kiri bawah. Nyeri sudah dirasakan 8 bulan
yang lalu
P : saat beraktivitas, Q : mencengkeram, R : abdomen kiri bawah, S : skala 3, T : hilang timbul
3. Mual dan ingin muntah, lemas, terlihat pucat, kurang nafsu makan, pasien hanya
menghabiskan setengah porsi makan
Hasil pengukuran Vital Sign:
TD : 112/75 mmHg Nadi : 82 Kali/menit
Suhu : 36.3 °C RR : 20 kali/menit
Pemeriksaan fisik :
- Sistem respirasi : dada asimetris, perkembangan dada kanan dan kiri tidak simetris, redup
di paru sinistra, suara napas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
- Sistem kardiovaskuler : redup di bagian sinistra, bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak
ada suara tambahan.
- Pasien tampak lemas dan meringis kesakitan
Nama Perawat:
NAMA : Ny. P
Diagnosa Keperawatan Tgl Lahir/Umur : 22-01-1987 35 Thn,2 Bln,22 Hari Th
Jenis Kelamin :P
Nyeri Kronis No Register : 11972950
Tanggal Masuk : 12-04-2022
Ruang Rawat : P.RAJAWALI 4B
Kelas Rawat : III
Nama DPJP : Very Great Eka Putra,,dr.,Sp.OG
Nama PPJA : ISHARJITO
Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Jam
Nama Perawat:
Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Jam
Nama Perawat:
(Nama)
NAMA : Ny. P
Tgl Lahir/Umur : 22-01-1987 35 Thn,2 Bln,22 Hari Th
Jenis Kelamin :P
No Register : 11972950
Tanggal Masuk : 12-04-2022
CATATAN Ruang Rawat : P.RAJAWALI 4B
KEPERAWATAN Kelas Rawat : III
Nama DPJP : Very Great Eka Putra,,dr.,Sp.OG
Nama PPJA : ISHARJITO
A : Risiko perdarahan
P:
- Monitor tanda gejala perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk darah
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
13/04/22 20.00 Perawat
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, P : saat bergerak dan beraktivitas, Q
: mencengkeram, R : Abdomen kiri bawah, S : skala 3 , T : hilang timbul
14/04/2022 20.30 S : Pasien mengatakan darah yang keluar sudah sedikit karena sudah
dipasang tampon
A : Risiko perdarahan
P:
- Monitor tanda gejala perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk darah
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
14/04/2022 20.30
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, P : saat bergerak dan beraktivitas, Q
: mencengkeram, R : Abdomen kiri bawah, S : skala 3 , T : hilang timbul
A : Risiko perdarahan
P:
- Monitor tanda gejala perdarahan
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
20/04/2022 13.30
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, P : saat bergerak dan beraktivitas, Q
: mencengkeram, R : Abdomen kiri bawah, S : skala 2 , T : hilang timbul
P:
- Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Kolaborasi pemberian antiemetik
- Berikan makanan dalam jumlah kecil
- Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi dan tingkat keparahan
Nomor CM : C915931 Ruang : P Rajawali 4B
No.Lab : 220416602/OM49662288 Kelas : III
Nama Pasien : Ny.P No.Spesimen : 48R
Alamat : Pelumbon Jam Terima Order : 13 April 2022 8.02
Umur / JK : 35 th 2 bl 20 hr/P Selesai : 13 April 2022 09.29
Dokter : BUDI SETIAWAN, dr, Sp.PD-KHOM
Diagnosa : C53.9 – Malignant neoplasm of cervix uteri,
unspecified
Hasil Lab (15 April 2022)
Hasil Lab 20 April 2022
Hasil Pemeriksaan Radiologi
Kesan :
Dj stent kiri kedudukan baik
Tak tampak gambaran batu opak
Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoperitoneum
RO THORAX 25/2/2022
Cor t.a.k
Pulmo tak tampak nodul ataupun metastasis
HASIL PA 25/01/2022
Squamosa cell carcinoma cervix uteri
TERAPI
KEMOTERAPI
PROTOKOL KEMOTERAPI
PEMBAHASAN
Pasien dengan kanker tentunya akan terjadi penekanan pada saraf reseltor nyeri, hal inilah
yang terjadi pada pasien Ny.P. Intervensi yang dapat diterapkan adalah dengan memberikan
terapi nonfarmakologi menggunakan teknik nafas dalam dan genggam jari. Teknik
menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-
titik keluar dan masuknya energi pada meredian (energi channel) yang terletak pada jari tangan
kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada
saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik
menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan
menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi
menjadi lancar (Utami Sri, 2016). Teknik relaksasi membuat klien dapat mengontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter Perry, 2005).
Relaksasi juga dapat menurunkan kadar hormon stres cortisol, menurunkan sumber-sumber
depresi dan kecemasan, sehingga nyeri dapat terkontrol dan fungsi tubuh semakin membaik.
Penurunan skala nyeri dengan menggunakan teknik rileksasi dapat dijelaskan dengan teori
gate control. Adanya stimulasi nyeri pada area luka bedah menyebabkan keluarnya mediator
nyeri yang akan menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut saraf aferen nosiseptor ke
substansia gelatinosa (pintu gerbang) di medula spinalis untuk selajutnya melewati thalamus
kemudian disampaikan ke kortek serebri dan diinterpretasikan sebagai nyeri. Perlakuan relaksasi
genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nonnosiseptor.
Serabut saraf nonnosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri
terhambat dan berkurang. Teori two gate control menyatakan bahwa terdapat satu “pintu
gerbang” lagi di thalamus yang mengatur impuls nyeri dari nervus trigeminus. Dengan adanya
relaksasi, maka impuls nyeri dari nervus trigeminus akan dihambat dan mengakibatkan
tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus. Tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus
mengakibatkan stimulasi yang menuju korteks serebri terhambat sehingga intensitas nyeri
berkurang untuk kedua kalinya (Pinandita Iin, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Alamsyah. (2020). Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Pasien Kanker Serviks. Jurnal Ners Muda, 1(3), 159-164.
Hartati, N. N., Runiari, N. dan Parwati, A. A. K. (2014). Motivasi Wanita Usia Subur untuk
Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat, Denpasar : Poltekkes Denpasar.
Diakses pada tanggal 15 April 2022 dari : http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/Jurnal 74
Gema Keperawatan/Desember 2014/Artikel Ni Nyoman Hartati dkk,.pdf.
Kurniawati, B. D. (2018). Kanker Serviks: Pengetahuan dan Kepercayaan Penyakit Degeneratif
pada Masyarakat Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung Bandar : Lampung.
Malehere, J. (2019). Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks pada Wanita Pasangan Usia
Subur Berdasarkan Teori Health Promotion Model. Skripsi. Program Studi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Surabaya : Universitas Airlangga.
Meihartati, T. (2017). Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Kanker Serviks. 8(1), pp.
194–201.
Mirayashi, D. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks dan
Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di Puskesmas Alianyang
Pontianak. 214, pp. 1–18.
Pinandita, Iin., Purwanti, Eri., Utoyo, Bambang. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 8 (1), 32-43.
Potter., Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek,
Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC.
Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Edisi 18
Volume 1. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Utami, Sri. (2016). Efektifitas Nafas Dalam dan Distraksi dengan Latihan Lima Jari terhadap
Nyeri Post Laparatomi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 4 (1), 61-73.
BAB II
KERANGKA TEORI
1. Definisi
Kanker serviks merupakan suatu keganasan yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013). Kanker
serviks 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang
menyerang rahim. Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim (serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina (Hartati dkk., 2014).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu:
a. HPV (Human papilloma virus)
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV). Lebih
dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang mengandung DNA
virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker servik berhubungan
dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV dapat menyebar melalui
hubungan seksual terutama pada hubungan seksual yang tidak aman. Virus
HPV menyerang selaput pada mulut dan kerongkongan serta anus dan akan
menyebabkan terbentunya sel-sel pra-kanker dalam jangka waktu yang panjang
(Ridayani, 2016).
b. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
d. Berganti-ganti pasangan seksual.
e. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di
bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
f. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
g. Gangguan sistem kekebalan
h. Pemakaian Pil KB.
i. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
j. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin)
3. Manifestasi klinis
Pada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala.
Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum
gejala kanker serviks yang sering timbul (Malehere, 2019) adalah :
a. Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode
menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan
setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul.
b. Keputihan
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin
terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.
c. Nyeri panggul
Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.
d. Trias
Berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.
4. Faktor risiko
Predisposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor- faktor
yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain:
a. Perilaku seksual
Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang
perempuan memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika
pasangannya memiliki mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat
berisiko apabila pasangan mengidap kondiloma akuminata (Kurniawati,
2018) .
b. Aktivitas seksual dini
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum
usia 16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel
atau lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika
melakukan hubungan seksual pada usia tersebut maka akan sangat mudah
terjadi lesi atau luka mikro yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah
satunya oleh virus HPV yang merupakan penyebab kanker serviks
(Meihartati, 2017).
c. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada
lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya
smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous pada
kulit penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko
seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV (Kurniawati,
2018).
d. Perempuan yang merokok
Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa didalam
tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang
dihisap maupun dikunyah.
e. Paritas
Perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terkena kanker
serviks lebih tinggi. Hal ini terjadi karena ibu dengan paritas tinggi akan
mengalami lebih banyak resiko morbiditas dan mortalita. Hal ini
dipengaruhi oleh menurunnya fungsi organ-organ reproduksi yang
memudahkan timbulnya komplikasi
f. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan dengan asupan
gizi serta status imunitas (Kurniawati, 2018).
g. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh
HIV (Human Immunodeficiensy Virus) merupakan virus penyebab
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyebabkan
sistem imun tubuh menurun dan membuat perempuan berisiko tinggi
terinfeksi HPV. Pada wanita dengan HIV, pra-kanker serviks mungkin
akan berkembang menginvasi dengan cepat untuk menjadi kanker dari
pada normalnya. Pengguna obat imunosupresan atau penekan kekebalan
tubuh atau pasca transplantasi organ merupakan faktor risiko juga.
5. Stadium
Stadium kanker serviks yang digunakan adalah menurut The International
Federation Of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dapat dilihat pada berikut.
Tabel 1. Stadium Kanker Serviks
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran ke
korpus
uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau
dengan invasi yang
superficial dikelompokkan pada stadium IB
Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan lebar
Stadium III A Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
2) Stadium I A
‐ Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral
salpingoophorectomy,
‐ Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung
selaput lendir serviks dan epitel serta kelenjarnya,
‐ Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan
kelenjar getah bening,
‐ Terapi radiasi internal.
3) Stadium I B
‐ Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
‐ Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah
bening,
‐ Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah
bening diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,
‐ Terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Stadium II
‐ Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta
kemoterapi,
‐ Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah
bening,
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi
pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung
kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah komplikasi (Reeder, 2013).
Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang
berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker,
banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih
penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan
rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan
dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan
komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder,
2013).
Pathway
‐ Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar
‐ Genetik timbul nodul (ekstroserviks dan endoserviks)
‐ Hygiene yang tidak bersih di organ vital
‐ Hubungan seksual <16 tahun
‐ Merokok
‐ Ganti-ganti pasangan
Proses metaplastik (erosive)
Terapi
Pembedahan
Non bedah