Anda di halaman 1dari 6

PRO RESUSITASI

Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung, dan organ
vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi
yang adekuat (Rilantono dalam Asfuriyah,dkk, 2014). Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau
Cardiopulmonary Resusitasi (CPR) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi
yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi
jantung dan paru ke keadaan normal (Ganthikumar, 2016).
Penyelamatan ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan dengan mungkin dan sebaik
mungkin. Lebih baik ditolong, walupun tidak sempurna daripada dibiarkan tanpa pertolongan.
Pada saat henti napas, kandungan oksigen dalam darah masih tersedia sedikit, jantung masih
mampu mensirkulasikannya ke dalam organ penting, terutama otak, jika pada situasi diberi
bantuan pernapasan, kebutuhan jantung akan oksigen untuk metabolisme tersedia dan henti
jantung dapat dicegah. (Ganthikumar, 2016). Menurut American Heart Association (AHA)
dalam Ganthikumar (2016), rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan resusitasi
jantung paru, karena penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang besar untuk
dapat hidup kembali.
Semakin cepat seorang pasien yang mengalami henti jantung diberikan bantuan hidup
dasar dengan RJP kurang dari 5 menit dari saat ia mengalami henti jantung maka kemungkinan
untuk tetap dapat bertahan hidup besar. Penelitian yang dilakukan di Punjab, India menyatakan
bahwa jumlah pasien yang paling banyak selamat dari henti jantung adalah pasien yang
mendapatkan pertolongan RJP sedini mungkin (Pratondo & Oktavianus, 2012). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Hudak dan Gallo dalam penelitian Asfuriyah, dkk (2014), sebagai upaya untuk
menyematkan hidup tindakan resusitasi harus dilakukan sesegera mungkin. Kematian biologis
dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah
kematian klinis. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya
dilakukan tindakan dan tepetnya teknik yang dilakukan. Peran RJP sangatlah besar bagi
orang-orang yang mengalami henti jantung tiba-tiba karena henti jantung menjadi penyebab
utama kematian. RJP yang dimulai dengan cepat di Seattle menghasilkan tingkat harapan hidup
sebesar 36%, sedangkan di kota New York dan Chicago tingkat harapan hidup setelah tindakan
RJP kurang dari 2%, hal itu terjadi karena RJP yang terlambat terkait dengan padatnya arus lalu
lintas
Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari RJP menurut Pratondo &
Oktavianus (2012) antara lain:
1. Ketersediaan alat
Ketersediaan alat merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP. Faktor
yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah adanya bagging, gudel, ET, obat-obat
seperti SA, perbandingan yang cukup antara peralatan dan ruangan, alat emergency, DC
shock, papan alas, emergency kids ambu bag, dan peralatan CPR.
2. Kompetensi perawat
Kompetensi perawat merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP.
Faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah perawat yang berpengalaman,
mendapat pelatihan, memperoleh continuous education BHD maupun ACLS, adanya
senior yunior dan dapat melakukan RJP secara benar.
3. Penanganan pasca resusitasi
Penanganan pasca operasi merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan
RJP. Faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah efektivitas waktu RJP, efisiensi
dari pelaksaan RJP, RJP harus lanjut atau dihentikan, dipindahkan ke ICU, ditransfer
ICU, alat bantuan napas mekanik, dan akses ke ICU.
4. Kolaborasi dengan dokter
Kolaborasi dengan dokter merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan
RJP. Faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah kolaborasi dengan dokter,
dokter jaga yang standby, dibantu dengan dokter danhubungi dokter.
5. Panduan RJP
Panduan RJP merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP. Faktor
yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah prosedur sudah benar, algoritma mengacu
pada AHA 30:2 dengan 5 siklus, peran circulator, ventilator, dan compressor,ditidur flat,
kepala diganjel dengan bantalan infus, dimiringkan. Dan prosedur yang terbaru 30:2.
6. Response time
Response time merupakan faktor yang meningkatkan keberhasilan RJP. Faktor
yang meningkatkan keberhasilan RJP adalah hitungannya bukan dengan menit
lagi,bahkan detik, harus cepet, langsung tahu, tidak kecolongan, observasi pasien terus,
dan segera tersaksikan.

DNR tidak selalu meringankan masalah yang kompleks seputar penghentian tindakan
medis penunjang kehidupan. Menurut hasil penelitian oleh Martin (2006), menyatakan bahwa
kinerja perawat menjadi tidak maksimal atau menurun ketika merawat pasien yang memilih
DNR. Hal yang seharusnya dilakukan oleh perawat untuk menyelamatkan pasien menjadi
terhalang oleh keputusan untuk DNR dimana justru akan membuat kematian pasien menjadi
lebih cepat padahal masih ada kesempatan pasien untuk bisa diselamatkan.
Selanjutnya, hasil penelitian diketahui bahwa perintah DNR sering disalah artikan
sebagai perintah untuk hanya memberikan perawatan kenyamanan ,beberapa studi telah
menunjukkan bahwa pasien dengan perintah DNR lebih mungkin untuk memiliki pengobatan
yang dipotong atau dihentikan, bahkan dalam kondisi non-terminal; pasien tersebut cenderung
menerima perawatan yang kurang maksimal. (Katsetos dan Mirarchi, 2008). Resusitasi Jantung
Paru sangat diperlukan sebagai bantuan pertama penderita henti jantung. Angka keberhasilan
resusitasi jantung paru dapat mencapai 50-74% di Jepang (Consensus dalam Darmawan &
Oktavianus, 2013)
Meskipun tindakan RJP menuai banyak pro dan kontra, tetapi di dalam Undang-undang
secara tidak langsung menyatakan persetujuan dilakukannya tindakan RJP sebagai penanganan
kegawat-daruratan serta respon standard terhadap henti jantung (Basbeth dan Sampurna, 2009).
Hal tersebut dijadikan dasar dalam melakukan RJP yaitu di dalam pasal 531 KUHP Pidana yang
menyatakan bahwa:
"Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan mengkhawatirkan, bahwa ia sendiri atau
orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-.” (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)
Menurut peneltian dalam jurnal Jacqueline K. Yuen, dkk (2011) disebutkan bahwa saat
ini terdapat masalah dalam perintah DNR, yaitu antara lain:
1. Diskusi DNR diadakan terlalu jarang dan preferensi pasien mengenai resusitasi
diabaikan.
2. Diskusi DNR ditunda sampai terlalu terlambat untuk pasien berpartisipasi dalam
keputusan mengenai resusitasi.
3. Dokter tidak memberikan informasi yang memadai untuk memungkinkan pasien untuk
membuat keputusan.
4. Dokter tidak tepat meramalkan kemungkinan perintah DNR untuk membatasi perawatan
lainnya.

Dalam diskusi akan DNR biasanya terlalu sedikit dan telat. Diantara pasien yang dirawat
di rumah sakit, komunikasi antara pasien dengan dokter untuk pilihan CPR tidaklah adekuat.
Banyak pasien dirumah sakit tidak memiliki kesempatan mendiskusikan akan pilihan resusitasi
dengan dokter mereka. Diskusi DNR juga gagal memenuhi kriteria untuk informed consent.
Diskusi DNR sering menghilangkan informasi penting untuk memungkinkan pasien atau
pengganti untuk membuat keputusan. Dalam artikel disebutkan adanya rekaman hasil diskusi
yang menyebutkan hanya 4% residen yang mendiskusikan tentang tingkat keberhasilan dari
CPR. Memberikan pendidikan tentang risiko dan tingkat keberhasilan dari CPR ini sangat
penting, jika tidak hal ini akan menyebabkan pasien memilih keputusan yang salah/keliru hanya
karena informasi yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Pratondo & Oktavianus. (2012). Persepsi perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan resusitasi jantung paru (rjp) di upj rsup dr. Kariadi semarang. Hal 1-13
Ganthikumar, Kaliammah. (2016). Indikasi dan keterampilan resusitasi jantung paru (rjp). Vol.
6(1). Diakses pada 17 Februari 2016 di http://intisarisainsmedis.weebly.com/
Asfuriyah, dkk. (2014). Perbedaan pengetahuan perawat dan bidan tentang kegawatan nafas
tindakan resusitasi pada neonates di rs islam Kendal. Diakses pada 18 Februari 2016 di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=171591&val=426&title=PERBEDAA
N%20PENGETAHUAN%20PERAWAT%20DAN%20BIDAN%20TENTANG%20KEG
AWATAN%20NAFAS%20DAN%20TINDAKAN%20RESUSITASI%20PADA%20NEO
NATUS%20DI%20RUMAH%20SAKIT%20ISLAM%20KENDAL
Darmawan, R.E., & Oktavianus. (2014). Pengaruh kompresi dada berdasarkan rule of five
terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada. Diakses pada 18 Februai 2016 di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=153481&val=5479&title=Pengaruh%
20Kompresi%20Dada%20Berdasarkan%20Rule%20of%20Five%20terhadap%20Kedalam
an%20dan%20Frekuensi%20Kompresi%20Dada
Basbeth, Ferryal & Sampurna, Budi. (2009). Analisa etik terkait resusitasi jantung paru. Majalah
kedokteran Indonesia, Vol. 59(11), 505-509.
Perron, N. Junod, dkk. (2002). Evaluation of do not resuscitate orders (DNR) in a Swiss
community hospital. J Med Ethics, Vol 28, 364–367 .
Katsetos, Antonios D. & Mirarchi, Ferdinando L. (2011). A living will misinterpreted as a dnr
order: confusion compromises patient care. The Journal of Emergency Medicine, Vol.
40(6),629–632.
Breault , Joseph L. (2011). DNR, DNAR, or AND? Is Language Important?. The Ochsner
Journal, Vol.11(4), 302–306.
Yuen , K. J., Reid, M. C., & Fetters, M. D. (2011). Hospital Do-Not-Resuscitate Orders: Why
They Have Failed and How to Fix Them. J Gen Intern Med, 26(7), 791–797.
Martin, R. L., Soifer, B. E., & Stevens, W. C. (1991). Ethical Issues in Anesthesia: Management
of the Do-Not-Resuscitate Patient. Oregon: International Anesthesia Research society.
Bala, D.K.Y., Rakhmat Abdul., Junaidi. (2014). Gambaran pengetahuan dan pelaksanaan
bantuan hidup dasar perawat gawat darurat di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD
Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol. 4(4).
Richardson, D. K., Zive, D., Daya, M., Newgard, C.D. (2013). The impac to fearly do not
resuscitate (DNR) orders on patient care and outcomes following resuscitation from out of
hospital cardiac arrest. Resuscitation 84, 483–487.

Anda mungkin juga menyukai