Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN Pembesaran tiroid atau yang sering kita sebut goiter merupakan suatu permasalahan klinik yang

sering ditemukan, 5- 10% dari kasus tersebut dapat berkembang menjadi nodul tiroid dan dari hasil survei di Inggris dilaporkan prevalensi dari goiter maupun nodul tiroid mencapai 15%. danya penggunaan ultrasonogra!i "#$%& dapat menditeksi nodul

tiroid mencapai 1'- ()% pada *anita dan pada usia lanjut yang sebelumnya pada perabaan tampak seperti kelenjar normal. 1 +anker tiroid merupakan suatu keganasan pada kelenjar tiroid dalam bentuk nodul. +anker tiroid semakin sering ditemukan dengan insiden yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.Pada tahun 1'), sampai -00terjadi peningkatan kasus mencapai -..% pada kanker tiroid dan -.'% pada Papilary Thyroid Cancer "P/0&.-,, $ecara klinis, nodul tiroid jinak sulit dibedakan dari nodul tiroid ganas. 1odul tiroid yang ganas, dapat timbul dalam beberapa bulan terakhir, tetapi dapat juga timbul sesudah mengalami pembesaran kelenjar selama beberapa puluh tahun tanpa disertai adanya gejala klinis yang berarti. 2alam beberapa penelitian, menjelaskan bah*a ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai nodul tersebut bersi!at

ganas atau tidak, antara lain adanya ri*ayat paparan sinar radiasi pada daerah leher, usia saat nodul tesebut timbul dan konsistensi nodul. 2asar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah bagaimana mendeteksi karsinoma yang mungkin ditemukan hanya pada sebagian kecil pasien, serta menghindarkan pembedahan atau tindakan lain yang sebenarnya tidak perlu pada sebagian besar lainnya. #ntuk itu perlu dipahami pathogenesis, karakteristik nodul serta penilaian risiko, man!aat spesi!ik dan keterbatasan alat uji diagnostik serta jenis tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan.. danya hipersensitivitas terhadap Thyroid Stimulating Hormone sensitive "/$3s& , #$%, Fine Needle Aspiration "41 & dan Fine Needle Aspiration Biopsy "41 5& memungkinkan bagi klinisi untuk

melakukanevaluasi nodul tiroid secara cermat sampai didapatkan diagnosis yang tepat. Penilaian serum /$3s memiliki sensitivitas yang tinggi dalam menentukan adanya dis!ungsi dari tiroid. /es hormon ini diperiksa pertama kali untuk mengevaluasi adanya hiperplasia dan keganasan dari kelenjar tiroid.1,.

BAB II PEMBAHASAN

A. FISIOLOGI HORMON TIROID a) Regulasi TSH /$3 dan 6eseptor /$3 "/$36& merupakan merupakan protein yang memegang peranan penting dalam pengendalian !ungsi tiroid. /$36 merupakan reseptor dari /$3 yang terdapat di sel-sel !olikel pada kelenjar tiroid. /$3 disintesis di dalam kelenjar pituitari dan bergerak melalui aliran darah menuju ke kelenjar tiroid dan berikatan dengan /$36 yang sebagian besar terdapat di dalam jaringan ekstraselular dan sebagian kecil terdapat di jaringan instaselular.5,( /$3 mengikat bagian ekstraselular dari reseptor dan mengakti!kan serangkaian reaksi yang mengontrol perkembangan kelenjar tiroid dan !ungsinya, antara lain dapat memacu pengambilan yodium, organi!ikasi, produksi dan pelepasan iodotiroid dari kelenjar untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengantur pertumbuhan, perkembangan otak dan metabolisme tubuh, selain itu /$3 berperan penting dalam proses pertumbuhan kelenjar tiroid, melindungi sel dari apoptosis dan memainkan peranan penting dari onkogen yang erat kaitannya dengan perkembangan tumor tiroid pada anak-anak dan tumorgenesis pada orang de*asa.,,5,( b) Peran TSH dala Pr!ses Ter"adin#a $an%er

danya !aktor risiko sangat berperan penting dalam proses perkembangan dari sel kanker salahsatunya antara lain !aktor usia, jenis

kelamin laki-laki, ukuran nodul, selain itu perkembangan yang sangat cepat dari nodul tiroid se*aktu dalam terapi hormon, adanya ri*ayat paparan sinar radiasi, ri*ayat pengobatan antitiroid jangka panjang dan adanya de!isiensi yodium. 1 2ari beberapa penelitian, dikatakan bah*a adanya paparan dari sinar radiasi "Iodine1,1& dalam jangka panjang memberikan e!ek karsinogenik atau mutagenik akan menyebabkan terjadinya mutasi somatik pada gen /$36 yang menyebabkan hormon tiroid menjadi terlalu akti! "3ipertiroid& untuk merangsang reseptor tersebut untuk mengakti!kan dirinya secara terus menerus yang mendorong terjadinya pertumbuhan berlebih dan menyebabkan

terjadinya hiperplasia dari kelenjar dan dalam jangka *aktu yang relari! lama dapat berkembang menjadi tumor yang bersi!at jinak "adenoma& maupun ganas "karsinoma&.,,.,) +asus de!isiensi yodium dan pengobatan antitiroid jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan insiden kanker tiroid. 7bat antitiroid tidak memiliki e!ek mutagenik yang dapat menyababkan perkembangan sel yang abnormal pada kelenjar tiroid, melainkan menyebabkan terjadinya penurunan sintesis dari hormon tiroid yang akan mengakibatkan peningkatan dari serum /$3 sebagai umpan balik negati! untuk menstimulasi pertumbuhan kelenjar tiroid dan mensintesis hormon tiroid sehingga terjadi hiperplasia dari selsel tiroid dan dalam *aktu yang lama dapat. 8erangsang perkembangan sel-sel tumor.,,9

Gambar1. Me anisme per em!angan Sel Tumor Tiroid pada pengo!atan antitiroid "ang a pan"ang #modi$i asi dari %laassen &C et al.'$$ect o$ Microsomal 'n(yme )nducer on ThyroidFollicular Cell. To*icol Pathol. Tahun +,,-.

B. NODUL TIROID &) De'inisi dan %lasi'i%asi 2ikepustakaan, selain istilah adenoma tiroid sering digunakan istilah adenoma tiroid. Isitilah adenoma tiroid mempunyai arti yang lebih spesi!ik yaitu suatu pertumbuhan jinak jaringan baru dari struktur kelenjar sedangkan istilah nodul tidak spesi!ik karena dapat berupa kista, karsinoma, lobul dari jaringan normal, atau lesi !okal lain yang berbeda dari jaringan normal. $ecara klinik, nodul dibagi menjadi nodul tunggal

"soliter& atau multiple, sedangkan berdasarkan !ungsinya bias didapatkan nodul hiper!ungsi, hipo!ungsi atau ber!ungsi normal.' Tabel &. $lasi'i%asi N!dul Tir!id Berdasar%an E(i!l!gin#a Aden! a denoma makro!olikular "koloid sederhana& denoma mikro!olikular "!etal& denoma :mbrional "trabekular& denoma sel 3urtle "oksi!ilik, onkositik& denoma atipik denoma dengan papilla Signet/ring adenoma $is(a +ista sederhana "simple cyst& /umor kistik=padat "perdarahan, nekrotik& N!dul %!l!id 1odul dominan pada struma multinodusa $arsin! a Papiler ")5%& 4olikular "10%& 8eduler "5-10%& naplastik "5%& ;ain-lain< ;im!oma tiroid "5%& Lain)lain In!lamasi tiroid /iroiditis subakut /iroiditis lim!ostik kronik Penyakit granulomatosa %angguan pertumbuhan 2ermoid genesis lobus tiroid unilateral "jarang&

$umber< >elker ?7 and 7rlo* 2. *) Pa(!genesis dan Per"alanan Pen#a%i( ;ingkungan, genetic dan proses autoimun dianggap

merupakan !actor-!aktor penting dalam patogenesis nodul tiroid. 1amun masih belum dimengerti sepenuhnya proses perubahan atau pertumbuhan sel-sel !olikel tiroid menjadi nodul. +onsep yang selama ini dianut bah*a "hormone perangsang tiroid& /$3 secara sinergistik bekerja dengan insulin dan=atau insulin/li e gro0th $actor - dan memegang peranan penting dalam pengaturan pertumbuhan sel-sel tiroid perlu ditinjau kembali. 5erbagai temuan

akhir-akhir ini menunjukan /$3 mungkin hanya merupakan salah satu dari mata rantai di dalam suatu jejaring sinyal-sinyal yang kompleks yang memodulasi dan mengkontrol stimulasi

pertumbuhan dan !ungsi sel tiroid. Penelitian yang mendalam berikut implikasi klinik dari sinyal tersebut sangat diperlukan untuk memahami patogenesis nodul tiroid.) denoma tiroid merupakan pertumbahan baru monoclonal yang terbentuk sebagai respons terhadap suatu rangsangan. 4aktor herediter tampaknya tidak memegang peranan penting. 1odul tiroid ditemukan . kali lebih sering pada *anita dibandingkan pria, *alaupun tidak ada bukti kuat keterkaitan antara estrogen dengan pertumbuhan sel. denoma tiroid tumbuh perlahan dan menetap

selama bertahun-tahun, hal ini mungkin terkait dengan kenyataan bah*a sel tiroid de*asa biasanya membelah setiap delapan tahun. +ehamilan cenderung menyebabkan nodul bertambah besar dan menimbulkan pertumbuhan nodul baru. +adang-kadang dapat terjadi perdarahan ke dalam nodul menyebabkan pembesaran mendadak serta keluhan nyeri. Pada *aktu terjadi perdarahan ke dalam adenoma, bisa timbul tirotoksikosis selintas dengan peningkatan kadar /. dan penurunan penangkapan iodium "radioiodine upta e&. 6egresi spontan adenoma dapat terjadi.9

$ekitar 10% adenoma !olikuler merupakan nodul yang hiper!ungsi tampak sebagai nodul panas"hot nodul& pada sidik tiroid yang menekan !ungsi jaringan tiroid normal disekitarnya dan disebut sebagai nodul tiroid autonom "Autonomously Functioning Thyroid Nodule1AFTN&. 1odul tersebut dapat menetap selama bertahun-tahun, beberapa diantaranya menyebabkan hipertiroidisme subklinik "kadar t. masih dalam batas normal tetapi kadar /$3 tersupresi& atau berubah menjadi nodul autonom toksik terutama bila diameternya lebih dari , cm. $ebagian lagi akan mengalami nekrosis spontan. $ekitar -% dari sekuruh kasus tirotoksikosis disebabkan ileh nodul tiroid autonom toksik., $ara%(eris(i% n!dul dan +enialaian risi%! 2i klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dari nodul tiroid ganas yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut < +onsistensi keras dan sukar digerakkan, *alaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan kemudian menjadi lunak. $ebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, *alaupun nodul yang mengalami kalsi!ikasi dapat ditemukan pada hyperplasia adenomatosa yang sudah berlangsung lama.

In!iltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan pertnda keganasan, *alaupun nodul ganas tidak selalu mengadakan in!iltrasi.

-0% nodul soliter bersi!at ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan pada .0% keganasan tiroid.

1odul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas.

1odul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional atau perubahan suara menjadi serak.10

,) Diagn!s(i% 5erbagai modalitas diagnostic untuk mengevaluasi nodul tiroid seperti biopsi aspirasi jarum halus "5 ? 3@ Fine Needle Aspiration Biopsy A FNAB& Bi!+si As+irasi -aru Halus

5iopsi aspirasi jarum halus "5 ? 3@ Fine Needle Aspiration Biopsy A FNAB& Pada sekarang ini, pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus "$i-5 ? 3& pada kelenjar tiroid merupakan suatu test diagnostik yang dapat diandalkan,

murah, mudah dilaksanakan, dapat segera dilakukan pengambilan ulang kembali dan akurat yang dapat dilakukan sebagai langkah a*al dalam mengevaluasi kelainan-kelainan nodular pada kelenjar tiroid dengan komplikasi yang minimal seperti in!eksi dan perdarahan. Pada penelitian dari American Thyroid Association terbukti hampir '(% nodul tiroid dilakukan biopsi aspirasi jarum halus untuk pendiagnosaan. $itologi biopsi jarum halus terutama diindikasikan pada nodul tiroid soliter atau nodul dominan pada multinodul goiter. :mpat sampai tujuh persen orang de*asa memiliki nodul tiroid yang dapat diraba dan angka ini meningkat dengan ultrasonogra!i atau pada pemeriksaan otopsi "B(0%&. . +lasi!ikasi $itologi 5iopsi spirasi ?arum 3alus 1. ?inak $el-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk

kelompokan atau mikro!olikular. Inti sel bulat atau oval dengan kromatin yang dense dan homogen. $itoplasma sedikit dan agak eosino!ilik, tetapi kadang-kadang ditemukan sel-sel onkositik. $ejumlah koloid dapat ditemukan. -. 0uriga $el-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan !olikular. Inti sel membesar, bulat atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti yang menonjol. $itoplasma

eosino!ilik, bergranul, karakteristik akan perubahan sel-sel onkositik. +oloid sedikit atau tidak dijumpai. ,. %anas a& 5entuk papilari C sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papilari. Inti bulat atau oval dengan adanya pseudoinklusi nuklear, nuclear grooves dan=atau bentuk palisada. b& 5entuk medular C sel-sel yang hiperselular. 5entuk bervariasi dengan inti bentuk bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik dengan gambaran plasmasitoid. $truktur amiloid jarang terlihat. c& 5entuk anaplastik C terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya multinukleated sel raksasa dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar, biDarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar dan anak inti yang menonjol. +adang dijumpai mitosis atipik..

Tabel *. Hasil Si(!l!gi Diagn!s(i% BA-AH Tir!id -ina% .nega(i') /iroid normal 1odul kolloid +ista

/iroiditis subakut /iroiditis 3ashimoto /uriga .inde(er ina(e) 1eoplasma sel !olikular 1eoplasma sel 3urtle /emuan kecurigaan keganasan tapi tidak pasti Ganas .+!si(i') +arsinoma tiroid papiler +arsinoma tiroid medular +arsinoma tiroid anaplastik $umber < 0astro and %harib
A%urasi Diagn!sa Si(!l!gi Bi!+si As+irasi -aru BA-AH) Halus .Si)

0arpi dkk melaporkan sensitivitas dan spesi!itas $i-5 ? 3 masing-masing sebesar '0% dan 90%. 1ilai prediksi negati! dan positi! masing-masing sebesar ')% dan .0% "0ap dkk, 1'''&. %harib dkk melaporkan bah*a $i-5 ? 3 mempunyai sensitivitas sebesar 9,% dan spesi!itas '-%. ngka negati! palsu kurang dari 5% dan angka positi! palsu hampir mendekati 1%. /jahjono melaporkan mendapati nilai sensitivitas sebesar 95,9'%, spesi!itas 9',('%, dan akurasi 9),,%.
-,)

3al ini membuktikan $i-5 ? 3 cukup handal

digunakan sebagai alat diagnostik preoperati!. ) Ul(ras!n!gra'i Tir!id #ltrasonogra!i dapat membedakan apakah lesi nodul tersebut berada pada intra atau ekstratiroid. $elain itu, juga dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid, dengan nilai akurasi

diagnostik mencapai 100%. 3al ini penting, karena keganasan lebih sering dijumpai pada lesi solid. #$% dengan lebih mudah dapat menentukan apakah lesi di tiroid tersebut tunggal atau lebih dari satu, dimana hal ini cukup penting karena kecenderungan untuk keganasan tiroid banyak ditemukan pada lesi tunggal. 5eberapa penulis melaporkan bah*a jika secara klinis teraba satu tonjolan di tiroid, maka sebanyak .0-50% akan ditemui lesi yang multipel pada pemeriksaan #$% dan histopatologi. $ampai saat ini #$% belum dapat membedakan lesi jinak dari lesi ganas secara pasti, *alaupun ada beberapa kriteria secara #$% untuk menyatakan satu lesi itu cenderung ganas atau jinak.) #$% juga mempunyai peranan pada golongan resiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid yaitu kelompok pasien yang pernah memperoleh radiasi di daerah leher semasa anak-anak. $elain itu, pemeriksaan serial #$% juga berman!aat untuk menilai respon pengobatan supresi!. ' #$% dapat memberikan gambaran atau in!ormasi yang akurat yang bisa dipakai dalam menilai nodul tiroid, seperti < #kuran nodul 5anyaknya nodul $truktur ekogra!i "solid, kistik atau campuran&

:kogenisiti "iso-, hiper- atau hipoekoik& da tidaknya kalsi!ikasi 5atas lesi 5entuk pembuluh darah

A%urasi Ul(ras!n!gra'i Tir!id 2alam membedakan lesi jinak dan ganas, ultrasonogra!i mempunyai nilai rata-rata sensiti!iti (,-'.%, spesi!isitas (1-'5% dan akurasi 90-'.%. nalisa statistik yang dilakukan di 4+ #niversitas

5askent tahun -001, dilaporkan angka sensitivitas, spesi!itas, dan akurasi masing-masing sebesar (0%, 5'%, dan 5'% untuk #$%. ) #ltrasonogra!i sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus, secara signi!ikan meningkatkan sensitivitas dan spesi!itas daripada $i-5 ? 3. /erutama pada nodul tiroid yang sulit di palpasi oleh karena ukurannya yang sangat kecil, letaknya yang lebih dalam dan pada kasus-kasus adanya perubahan kistik yang luas atau adanya !ibrosis@ dengan panduan #$% maka jarum halus dapat diarahkan ke bagian yang solid untuk mendapatkan spesimen yang akurat. ngka

sensitivitas, spesi!itas, akurasi, nilai prediksi positi! dan negati! untuk 5 ? 3 dipandu #$%. masing-masing sebesar 100%, ),%, 95%, 5).1% dan 100%. 9

/T s0an a(au MRI $eperti halnya ultrasonogra!i, 0/ scan atau 86I merupakan pencitraan anatomi dan tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid. Penggunaanya lebih diutamakan untuk mengetahui posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap organ sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trakhea karena nodul.'

S(udi in)1i(r! Penentuan kadar hormone tiroid dan /$3s diperlukan untuk mengetahui !ungsi tiroid. 1odul yang !ungsional "nodul anatom& dengan kadar /$3s tersupresi dan hormon tiroid normal dapat menyingkirkan keganasan. +adar kalsitonin perlu diperiksa bila ada ri*ayat keluarga dengan karsinoma tiroid medulare atau Multiple 'ndocrine Neoplasia #M'N. tipe -.'

2) Alg!ri( a Diagn!s(i% 2alam kepustakaan dapat ditemukan berbagai algoritma pengelolaan nodul tiroid, yang disusun berdasarkan pengalaman serta !asilitas diagnostik yang tersedia. 5eberapa senter menyusun

algoritma diagnostic dengan menggunakan 5 ? 3 sebagai alat uji diagnostik a*al, diikuti dengan ultrasonogra!i dan=atau penyidikan penyidikan isotopik "kalau !asilitas kedokteran nuklir tersedia&. $ebagai contoh diba*ah ini "Ga bar *& dicantumkan algoritma yang cukup sederhana dan praktis berdasarkan hasil 5 ? 3 dan penyidikan isotopik seperti diajukan oleh 8aDDa!erri. lgoritma diatas memerlukan !asilitas kedokteran nuklir dan dapat dimodi!ikasi dengan melakukan 5 ? 3 dengan tuntutan ultrasonogra!i.

5erikutnya pada "Ga bar ,) disajikan algoritma lain yang disusun oleh 3egedus "-00.& dengan catatan sebagai berikut < 5ila secara klinis curiga ganas, dianjurkan pembedahan tanpa melihat hasil 5 ? 3 5ila kadar /$3 tersupresi, lakukan sidik tiroid, nodul yang ber!ungsi bukan kanker 5ila 5 ? 3 non-diagnostik, biopsy ulangan akan berhasil pada 50% kasus 5ila pada #$% ditemukan nodul lain dengan ukuran B10 mm, 5 ? 3 diulangi pada nodul Pilihan pengobatan tersebut berlaku untuk nodul padat dan kistik

5ila ada nodul kistik rekuren, pilihannya ulangi 5 ? 3, bedah atau etanol

3egedus tidak menganjurkan terapi supresi dengan I-tiroksin pada nodul tiroid.

%anas

bedah

2ingin= hangat bedah

5 ? 3

8eragukan

$idik tiroid

#lang pantau

?inak

Ikuti

Panas

Ikuti =

/idak adekuat

Gambar 2.'valuasi Nodul Tiroid Berdasar an Hasil BA2AH dan Sidi Tiroid #Sum!er3 Ma((a$erri '4.

1odul /iroid

6i*ayat penyakit, pemeriksaan !isik dan /$3s

/$3s rendah $idik tiroid

/$3s normal atau tinggi 1odul ber!ungai 2engan kanker :valuasi klinik

5edah

5 ? 3 dengan tuntutan #$%

1-1,1@ alternati!, observasi, bedah, suntikan ethanol, laser

2iagnostik

1on-diagnostik #langi 5 ? 3 dengan tuntutan #$%

?inak 5edah

?inak 5edah

?inak lternati!, observas, bedah, terapi, levotiroksin, suntikan ethanol, laser

1on-diagnostik

5edah

Gambar 3.Algoritma Pengelolaan Nodul Tiroid Soliter. #Sum!er3Hegedus.

3) Pengel!laan N!dul Tir!id a) Tera+i su+resi dengan I)(ir!%sin /erapi supresi dengan hormone tiroid "levotiroksin& merupakan pilihan yang paling sering dan mudah dilakukan. /erapi supresi dapat menghambat pertumbuhan nodul serta

mungkin berman!aat pa!a nodul yang kecil. /etapi tidak semua ahli setuju melakukan terapi supresi secara rutin, karena hanya sekitar -0% yang responsi!. 7leh karena itu perlu diseleksi pasien yang akan diberikan terapi supresi, berapa lama, dan sampai kadar /$3 yang diingin dicapai. 5ila kadar /$3 sudah dalam keadaan tersupresi, terapi dengan I-tiroksin tidak diberikan. /erapi supresi dilakukan dengan memberikan Itiroksin dalam dosis supresi dengan sasaran /$3 sekitar 1-0., ml#=ml. 5iasanya diberikan selama (-1- bulan dan bila dalam *aktu tersebut nodul tidak mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan biopsy ulang atau disarankan operasi. 5ila setelah satu tahun nodul mengecil, terapi supresi dapat dilanjutkan. Padaa pasien tertentu terapi supresi dapat dilanjutkan. Pada pasien

tertentu terapi supresi hormonal dapat diberikan seumur hidup, *alaupun belum diketahui pasti man!aaat terapi supresi jangka panjang tersebut.11 b) Sun(i%an In"e0(i!n) Penyuntikan etanol pada jaringan tiroid akan menyebabkan dehidrasi seluler, denaturasi protein dan nekrosis koagulati! pada jaringan tiroid dan in!ark hemoragik akibat thrombosis vascular, akan terjadi juga penurunan aktivitas enDim pada sel-sel yang masih via!le yang mengelilingi jaringan nekrotik. 1odul akan dikelilingi oleh reaksi granulomatosa dengan multinucleated giant cells dan kemudian secarabertahap jaringan tiroid diganti dengan jaringan parut granulomatosa. /erapi sklerosing dengan etanol dilakukan pada nodul jinak padat atau kistik dengan menyuntikan larutan etanol "alkohol&, tidak banyak center yang melakukan hal ini secara rutin karena tingkat keberhasilannya tidak begitu tinggi,dalam *aktu ( bulan ukuran nodul bisa berkurang sebesar .5%. 2isamping itu dapat terjadi e!ek samping yang serius terutama bila dilakukan oleh operator yang tidak berpengalaman. :!ek e(an!l +er%u(an .Per0u(ane!us E(4an!l

samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri yang hebat, rembasan "lea age& alcohol ke jaringan ekstratioid, juga ada risiko tirotoksikosis dan paralisis pita suara.11

0) Tera+i I!diu

Radi!a%(i' .&)&,&)

/erapi dengan iodium radioakti! "1-1,1& dilakukan pada nodul tiroid autonom atau nodul panas "!ungsional& baik yang dalam keadaan eutiroid maupun hipertiroid. /erapi iodium

radioakti! juga dapat diberikan pada struma multinodosa non toksik terutama bagi pasien yang tidak bersedia dioperasi atau mempunyai risiko tinggi untuk operasi. Iodium radioakti! dapat mengurangi volume nodul tiroid dan memperbaiki keluhan dan gejala penekanan pada sebagian besar pasien, yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya tiroiditis radiasi "jarang& dan di!ungsi tiroid pasca-radiasi seperti hipertiroidisme selintas dan hipotiroidisme.11 d) Pe beda4an 8elalui tindakan bedah dapat dikaukan dekompresi terhadap jaringan vital disekitar nodul, disamping dapat diperoleh spesimen untuk pemeriksaan patologi. 3emitiroidektomi dapat

dilakukan pada nodul jinak, sedangkan berapa luas tiroidektomi yang akan dilakukan pada nodul ganas tergantung pada jenis histology dan tingkat risiko prognostik. 3al yang perlu diperhatikan adalah penyulit seperti perdarahan pasca

pembedahan, obstruksi trakea pasca-pembedahan, gangguan pada n.rekurens laringeus, hipoparatiroidi, hipoparatiroidi atau nodul kambuh. #ntuk menekan kejadian penyulit tersebut, pembedahan hemdaknya dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman dalam bidangnya.10 e) Tera+i laser in(ers(isial dengan (un(u(an ul(ras!n!gra'i /erapi nodul tiroid dengan laser masih dalam tahap eksperimental. 2engan menggunakan Elo0 po0er laser energyF, energy termik yang diberikan dapat mengakibatkan nekrosis nodul tanpa atau sedikit sekali kerusakan pada jaringan sekitarnya. $uatu studi tentang terapi laser yang dilakukan oleh 2ossing dkk "-005& pada ,0 pasien dengan nodul padat-dingin soliter jinak "!enign solitary solid/cold nodule& mendapatkan hasil sbb, pengecilan volume nodul sebesar ..% "median& yang berkorelasi dengan penurunan gejala penekanan dan keluhan kosmetik, sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan

peningkatan volume nodul yang tidak signi!ikan sebesar )%

"median& setelah ( bulan. /idak ditemukan e!ek samping yang berarti. /idak ada korelasi antara deposit energy termal dengan pengurangan volume nodul serta tidak ada perubahan !ungsi tiroid.11

Tabel ,. Perbandingan +eng!ba(an N!dul Tir!id S!li(er -ina% -enis Peng!ba(an 5edah blasi nodul, menghilangkan keluhan, specimen untuk diagnostic histologi /idak perlu dira*at di 6$, murah, dapat memperlambat pertumbuhan nodul dan menghambat pembentukan nodul baru /idak perlu dira*at di 6$, murah, e!ek samping rendah, nodul mngecil sampai .0% dalam satu tahun /idak perlu di ra*at di 6$, relati! murah, tidak ada hipotiroidisme nodul mengecil .5% dalam ( bulan Perlu pera*atan di 6$, mahal, risiko bedah <paralisis pita suara, hipoparatiroidis, hipotiroidisme :!ikasi rendah, pengobatan jangka panjang, nodul tumbuh kembali setelah dihentikan, takiaritmia jantung, penurunan densitas tulang, tidak berguna bila /$3 tersupresi +ontraindikasi pada *anita hamil, pengecilan nodul bertahap, hipotiroidisme dalam 5 tahun "10% pasien&, risiko tiroiditis dan tirotoksikosis Pengalamanasih terbatas, e!ikasi rendah pada nodul besar, keberhasilan tergantung operator, rasa nyeri hebat, risiko tirotoksikosis dan paralisis pita suara, perembesan etanol, etanol $eun(ungan $e%urangan5$erugian

;evotiroksin

Iodium radioakti!

$untikan etanol

mengganggu penilaian sitologi dan histology /erapi laser 8asih dalam tahap eksperimental

$umber < 3egedus, -00.

BAB III $ESIMPULAN 2asar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah bagaimana mendeteksi dan menyingkirkan kemungkinan keganasan serta menghindari tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. 5 ? 3, ultrasonogra!i dan penyidikan isotopic "sidik tiroid&, serta

DAFTAR PUSTA$A 1. 5oelaert k, 3oracek ?, 3older 6;, >atkinson ?0, $heppard 80, 4ranklyn ? .$erum thyrotropin concentration as novel predictor o! malignancy in thyroid nodule investigated by !ine needle aspiration. ? 0lin :ndocrinol 8etab -00(@'1< .-'5-,01. -. 3ymart 86, 6epplinger 2?, ;everson %:, :lson 24, $ippel 6$, ?aume ?0. 3igher serum thyroid stimulating hormone level in thyroid nosule patient is associated *ith greater risk og di!!erentiated thyroid cancer and advanced tumor stage. ? 0lin :ndocrinol 8etab -009@ ',< 90'-1..

,.+laassen 02, 3ood 8. :!!ect o! microsomal enDyme inducer on thyroid !ollicular cell. /oGicol Pathol -001@-'< ,.- .0. .. Pendekatan pasien dengan nodul tiroid untuk deteksi dini karsinoma tiroid. Hdiakses<-0 $eptember -01,I. 2iunduhdari <http<==***.perkeni.net=indeG.phpJ pageAbuletinKvie*LidA10. 5. $Dkudlinski 8>, 4remont M, 6onin , >eintrau 52. /hyroid stimulating hormoneand thyroid stimulating hormone receptor structure !unction relationships. Physiol 6ev -00-@ 9-< .),-50-. (. /$36-thyroid stimulating hormone receptor. Hdiakses <1) ?anuari -010I. 2iunduh dari < http<==ghr.nlm.nih.gov=geneAtshr ). $hakhtarin MM, /syb 4, $tepanenko M4, 7rlov 8N, +opecjy +?, 2avis $. Indine de!iciency, radiation doseand the risk o! thyroid cancer among children and adolescents in the bryansk region oh russia !ollo*ing the chernobyl po*er station accident. International ?ournal o! :pidemology -00,@ ,-< 59.-'1. 9. 3o!!mann $, 3o!bauer ;0, $charrenbach M, >underlich , 3assan I, $esanne ;. /hyropin "/$3&- induce production o! vascular endothelial groeth !actor in thyroid cancer cell in vitro< evatuation o! /3$ signal tranduction and o! angiogenesisstimulating gro*th !actors. ? 0lin :ndocrinol 8etab -00.@9'"1-&<(1,

Anda mungkin juga menyukai